• Tidak ada hasil yang ditemukan

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2019"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG FASILITAS DAN JALUR DISTRIBUSI PT ABC DALAM MEMENUHI PERMINTAAN LPG DI

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri Oleh

JEFFREY PANAMA 150403073

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

(2)

PERANCANGAN ULANG FASILITAS DAN JALUR DISTRIBUSI PT ABC DALAM MEMENUHI PERMINTAAN LPG DI

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri Oleh

JEFFREY PANAMA 150403073

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Juliza Hidayati, M.T.

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Judul : PERANCANGAN ULANG FASILITAS DAN JALUR DISTRIBUSI PT ABC DALAM MEMENUHI PERMINTAAN LPG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 23 Februari 2019

JEFFREY PANAMA NIM. 150403073

(4)

ABSTRAK

Permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan selama sepuluh tahun terakhir. Sejak diberlakukannya kebijakan Pemerintah mengenai konversi energi dari kerosine menuju LPG pada tahun 2004 silam, kebutuhan masyarakat terhadap gas LPG terus mengalami peningkatan hingga saat ini.

Peningkatan permintaan menyebabkan Pemerintah melakukan impor LPG dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini disebabkan produksi LPG dalam negeri cenderung konstan selama beberapa tahun terakhir akibat keterbatasan teknologi dan fasilitas eksplorasi. Peningkatan permintaan LPG di Indonesia diproyeksikan akan tetap mengalami peningkatan seiring dengan pemenuhan kebutuhan energi nasional hingga tahun 2030. PT ABC sebagai salah satu distributor (agen) LPG non-subsidi resmi Pertamina, memiliki satu unit gudang dengan kapasitas 840 tabung dan 18 unit truk untuk mendistribusikan LPG ke beberapa destinasi di Provinsi Sumatera Utara.

Namun, gudang yang dimiliki Perusahaan sudah hampir mencapai kapasitas maksimum dengan rata-rata penyimpanan 800 tabung per hari. Selain itu, distribusi Perusahaan saat ini masih mengandalkan gudang tunggal yang berlokasi di Kabupaten Simalungun, sehingga untuk menjangkau destinasi distribusi terjauh yang berjarak 248 kilometer yakni Sibolga, diperlukan biaya sebesar Rp.647.400,- per hari untuk melakukan distribusi ke kota tersebut. Seiring dengan permintaan LPG yang diproyeksikan akan terus meningkat, maka penyesuaian fasilitas serta rute distribusi yang dimiliki perusahaan perlu dilakukan. Berdasarkan hasil peramalan time series dan kausal, diperoleh bahwa peningkatan permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat 31,65% hingga mencapai 521.382,95 ratus m3 pada tahun 2027. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan tersebut, diperlukan penambahan fasilitas gudang untuk menjamin kelancaran distribusi Perusahaan. Lokasi potensial penambahan gudang berdasarkan metode Multiple Center of Gravity adalah Saribudolok dan Siborong-borong. Untuk meminimalisasi biaya distribusi perusahaan, dilakukan pengkajian jalur distribusi optimal dengan mempertimbangkan bobot beberapa kriteria yang diperoleh melalui Analytic Hiearchy Process yakni biaya distribusi sebesar 51,26%, kualitas jalan sebesar 16,03%, keamanan jalan 11,90%, kemudahan menjangkau fasilitas 10,11% dan keramaian jalan 10,70%.

Pembobotan masing-masing alternatif menggunakan Weighted Product Model.

Usulan jalur distribusi optimal mampu mereduksi 30,31% biaya distribusi Perusahaan, yakni sebesar Rp.674.700,- per hari dan menghemat biaya distribusi sekitar Rp. 232.771.500,- per tahun.

Kata Kunci : permintaan LPG, lokasi fasilitas distribusi, jalur distribusi, biaya distribusi

(5)

ABSTRACT

LPG demand in North Sumatra Province has rapidly increased over the past ten years. Since the 2004 Government policy regarding energy conversion from kerosine to LPG, demand for LPG has continually increased. However, along with increasing demand, a greater amount of LPG import will certainly be needed. This is caused by domestic LPG production trends was rather constant over the past few years due to limited technology and exploration facilities. Increasing of LPG demand in Indonesia along with energy scarcity that projected happened until 2030 to fulfill national energy demand. PT ABC as one of Pertamina's official non-subsidized LPG distributors, has one warehouse with 840 cylinders capacity and 18 truck to support the LPG distribution to several destinations in North Sumatra Province. However, the warehouse owned by the Company is going to reach its maximum capacity with an average storage of 800 cylinders per day. Beside that, Company's distribution system still using a single warehouse located in Simalungun Regency, so that to reach the furthest distribution destination within 248 kilometers of Sibolga, will caused a high distribution cost around IDR 477,400 for each day. As LPG demand is projected still increasing, adjustments to company’s facilities and distribution network need to be done. Based on the results of time series and causal forecasting, it was found that the LPG demand in North Sumatra Province would have increased 31,65% by 521,382.95 hundred m3 in year 2027. In response to increasing future demand, additional warehouse will be needed to ensure distribution suistanability. Potential location for additional warehouses based on Multiple Center of Gravity method is located at Saribudolok and Siborong-borong. In order to minimize distribution cost, an optimal distribution network design was carried out by considering several criterias’ weight through the Analytic Hiearchy Process, consist of distribution costs for 51,26%, quality of roads 16.03%, safety along distribution 11,90%, easiness of facilities access 10,11% and crowdedness for 10,70%. Each alternatives evaluation was done by using Weighted Product Model. The proposed optimal distribution network is able to reduce 30,31% of Company's distribution costs, which saves around IDR 674.700 daily or IDR 232.771.500 anually.

Keywords : LPG demand, distribution facility location, distribution network distribution costs

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan Rahmat Kasih-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir dan menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan salah satu persyaratan yang diajukan kepada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri). Adapun Tugas Sarjana ini berjudul Perancangan Ulang Fasilitas dan Jalur Distribusi PT ABC dalam Memenuhi Permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara.

Tugas sarjana ini dibuat berdasarkan hasil penelitian Penulis pada bulan November hingga Desember 2018 di PT ABC yang merupakan salah satu distributor LPG Non-Subsidi berlokasi di Kota Pematangsiantar. Data-data, pembahasan, dan usulan pada tugas sarjana ini diharapkan sebagai literatur terkait peramalan kebutuhan LPG di Provinsi Sumatera Utara dan perancangan jaringan distribusi untuk pembaca kalangan akademis maupun praktisi di pihak Perusahaan.

Penulis menyadari bahwa tugas sarjana ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Pembaca. Semoga tugas sarjana ini membawa manfaat dan berguna bagi Pembaca.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS,

MEDAN, FEBRUARI 2019 JEFFREY PANAMA

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan Rahmat Kasih-Nya, Penulis berkesempatan menyelesaikan Tugas Sarjana ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini Penulis hendak mengucapkan Terimakasih kepada:

1. Orangtua yang telah memberikan banyak dukungan, baik berupa dukungan moril maupun materiil.

2. Ibu Dr. Ir. Juliza Hidayati, M.T., selaku Dosen Pembimbing, Orangtua Wali dan Pembina Penulis selama menjalani perkuliahan dan kehidupan di kampus, serta bimbingan dan arahan yang diberikan selama menyusun Tugas Sarjana.

3. Ketua Departemen Teknik Industri, Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, S.T., M.T. yang senantiasa mendukung Penulis, dan Sekretaris Departemen, Bapak Buchari, S.T., M.Kes. yang senantiasa menasehati Penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, M.S.I.E. selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan wejangan terkait topik Tugas Akhir Penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Humala Napitupulu, D.E.A. selaku Dosen Penguji I Penulis yang telah memberi masukan, dan arahan kepada Penulis.

6. Ibu Ir. Dini Wahyuni selaku pimpinan Penulis dan Kepala Laboratorium Teknik Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup.

7. Bapak Ir. Nazaruddin, M.T., Ph.D. selaku pimpinan Penulis dan Ketua Program Studi Magister Teknik Industri dan Doktor Ilmu Teknik Industri.

(8)

8. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc. selaku Dosen Penasehat Akademik dan Ibu Tuti Sarma Sinaga, S.T., M.T., selaku Mantan Dosen Penasehat Akademik yang sedang menempuh studi lanjutan Doktor (S3).

9. Bapak Petrus Stuart Miller Sirait, selaku pimpinan PT ABC atas kesempatan penelitian, bimbingan dan arahan selama pengumpulan data serta kesempatan wawancara dan diskusi yang diberikan.

10. Seluruh Pegawai Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, Bapak Nurmansyah, Bapak Eddy, Bapak Turmijo, Ibu Ester Samosir, Ibu Rahmaini, dan Staff lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

11. Ibu Rosyanti Harahap, selaku Staff Program Studi Magister Teknik Industri dan Doktor Ilmu Teknik Industri yang telah banyak memberikan kemudahan dan bantuan kepada Penulis.

12. Saudari Carine Joman, yang telah senantiasa mendukung, memberi semangat, dan mendampingi Penulis dalam menyelesaikan perkuliahan, praktikum dan dalam menghadapi berbagai tantangan maupun badai kehidupan.

13. Segenap keluarga besar Asisten Laboratorium Teknik Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Erik Arifin, Anthony Salim, Rini Vamelia dan Inggi Fitri yang telah menjadi rekan Penulis.

14. Teman-teman “Liberti” Angkatan 2015, Teknik Industri USU, khususnya Saudari Yasintha Wahida Tiana Nasution, Saudari Iin Tania Primsa, Saudari Regina Prisella A. Tambunan yang merupakan mantan rekan Kerja Praktek Penulis, serta rekan-rekan yang pernah menjadi Anggota Praktikum Penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(9)

Kepada semua Pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, Penulis kembali mengucapkan Terimakasih.

Semoga Kasih Karunia Tuhan yang Maha Esa memberkati, melindungi, dan menyertai kita semua.

JEFFREY PANAMA

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMAKASIH vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR SINGKATAN xxi

DAFTAR LAMPIRAN xxiii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Masalah Penelitian ... I-5 1.3. Pertanyaan Penelitian ... I-5 1.4. Tujuan Penelitian ... I-6 1.5. Manfaat Penelitian ... I-7 1.6. Asumsi dan Batasan Penelitian ... I-7 1.7. Sistematika Penulisan ... I-8 II FENOMENA PENELITIAN ... II-1 2.1. Fenomena Migas di Dunia ... II-1 2.2. Fenomena Migas di Indonesia ... II-3 2.2.1. Landasan Hukum dan Regulasi Terkait Migas ... II-3 2.2.2. Definisi dan Karakteristik LPG (Liquified

Petroleum Gases) ... II-5 2.2.3. Besarnya Permintaan Gas LPG di Indonesia ... II-5 2.2.4. Konversi Minyak Tanah ke LPG ... II-7 2.2.5. Distribusi LPG di Indonesia ... II-10 2.2.6. Distribusi LPG di Provinsi Sumatera Utara ... II-13

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2.7. Distribusi LPG di PT ABC... II-15 2.2.8. Kebutuhan dan Prospek Gas LPG Indonesia di

Masa Depan ... II-18 2.3. Penelitian Terdahulu ... II-18

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1 3.1. Peramalan ... III-1 3.1.1. Peramalan Time Series ... III-2 3.1.1.1. Regresi Berdasarkan Pola Data ... III-2 3.1.1.2. Perhitungan Error: Percentage Error ... III-3 3.1.1.3. Auto Regressive Integrated Moving

Average (ARIMA) ... III-4 3.1.1.4. Perhitungan Error: Mean Square ... III-5 3.1.2. Peramalan Kausal ... III-5 3.1.2.1. Regresi Linear Berganda ... III-6 3.1.2.2. Validasi Model Peramalan Kausal ... III-6 3.2. Multiple Center of Gravity Method ... III-7 3.2.1. Koordinat Latitude Longitude ... III-9 3.2.2. Koordinat Universal Transverse Mercator ... III-10 3.3. Multi Criteria Decision Making ... III-11 3.3.1. Analytic Hiearchy Process ... III-11 3.3.2. Weighted Product Model... III-13

3.3.2.1. Pembobotan Data Beneficial dan Non-

Beneficial ... III-13 3.4. Jenis-Jenis Data ... III-14

3.4.1. Konversi Data Ordinal ke Data Interval dengan

Method of Successive Interval (MSI) ... III-15

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN ... IV-1 4.1. Gambaran Umum Penelitian ... IV-1 4.2. Variabel ... IV-1

4.2.1. Pemilihan Variabel yang Berpengaruh Terhadap

Permintaan Gas LPG... IV-1 4.2.2. Variabel Penelitian ... IV-3 4.3. Kerangka Konsep dan Kerangka Berpikir ... IV-4 4.4. Lokasi Penelitian ... IV-5 4.5. Waktu Penelitian ... IV-5 4.6. Jenis Penelitian ... IV-5 4.7. Objek Penelitian ... IV-5 4.8. Tahapan Penelitian ... IV-5 4.9. Metode Pengumpulan Data... IV-7 4.10. Metode Pengolahan Data ... IV-9 4.11. Metode Analisis dan Pembahasan ... IV-11 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Peramalan Data Kebutuhan Gas LPG di Provinsi

Sumatera Utara ... V-1 5.1.1. Peramalan Time Series terhadap Variabel PDRB .. V-1 5.1.2. Peramalan Time Series terhadap Variabel Jumlah

Rumah Tangga ... V-5 5.1.3. Peramalan Time Series terhadap Variabel TPAK .. V-10 5.1.4. Peramalan Time Series terhadap Variabel Inflasi .. V-17 5.1.5. Rekapitulasi Hasil Peramalan Time Series untuk

Variabel Independen ... V-24 5.2. Peramalan Kausal untuk Permintaan LPG di Provinsi

Sumatera Utara ... V-24

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1. Perumusan Model Matematis Fungsi Peramalan

Permintaan LPG ... V-24 5.2.2. Validasi Model yang Didapatkan ... V-28 5.2.3. Proyeksi Permintaan Gas LPG di Provinsi Sumatera

Utara untuk Tahun 2018 hingga 2027... V-34 5.3. Proses Bisnis PT ABC ... V-35 5.4. Proyeksi Penjualan Gas LPG Dalam Satuan Tabung ... V-43 5.5. Penentuan Lokasi Potensial Penambahan Fasilitas Gudang ... V-47 5.6. Pemilihan Alternatif Jalur Distribusi Terbaik ... V-55 5.6.1. Pemetaan Alternatif Jalur Distribusi ... V-55 5.6.2. Kalkulasi Jarak dan Biaya Distribusi untuk

Masing-masing Alternatif ... V-60 5.6.3. Pembobotan Kriteria Pengambilan Keputusan

dengan Menggunakan Analytic Hierarchy

Process (AHP) ... V-65 5.6.4. Penentuan Jalur Distribusi Optimal dengan Multi

Criteria Decision Making ... V-69 5.6.4.1. Pengumpulan Data Jalur Distribusi

Optimal ... V-69 5.6.4.2. Mengkonversi Data Ordinal Menjadi

Data Interval ... V-72 VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .... VI-1

6.1. Analisis dan Pembahasan Hasil Peramalan untuk

Variabel Independen ... VI-1 6.2. Analisis dan Pembahasan Model Matematis Peramalan

Permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara ... VI-2 6.3. Analisis dan Pembahasan Proses Bisnis Perusahaan ... VI-4

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4. Analisis dan Pembahasan Kebutuhan Penambahan Gudang ... VI-5 6.5. Analisis dan Pembahasan Lokasi Potensial Penambahan

Fasilitas Gudang ... VI-5 6.6. Analisis dan Pembahasan Hasil Pembobotan Analytic

Hierarchy Process ... VI-6 6.7. Analisis dan Pembahasan Jalur Distribusi Optimal yang

Diusulkan kepada Perusahaan ... VI-7 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Konsumsi LPG di Indonesia Tahun 2012 hingga 2016 ... I-2 1.2. Permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

hingga 2017 ... I-3 2.1. Perbandingan Konsumsi, Produksi, dan Impor Gas LPG di

Indonesia pada Tahun 2012 hingga 2016 ... II-6 2.2. Data Permintaan Setiap Destinasi Distribusi Selama 10

(Sepuluh) Tahun Terakhir ... II-17 2.3. Pemetaan Penelitian Terdahulu ... II-22 3.1. Definisi Skala Saaty ... III-12 4.1. Pemilihan Variabel yang Mempengaruhi Permintaan Gas

LPG ... IV-2 5.1. PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 hingga 2017 ... V-1 5.2. Perhitungan Parameter Peramalan PDRB dengan Metode

Linear ... V-3 5.3. Perhitungan Parameter Peramalan PDRB dengan Metode

Eksponensial ... V-3 5.4. Perhitungan Error untuk Variabel PDRB... V-4 5.5. Jumlah Rumah Tangga Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

hingga 2018 ... V-6 5.6. Perhitungan Parameter Peramalan Jumlah Rumah Tangga

dengan Metode Linear ... V-7 5.7. Perhitungan Parameter Peramalan Jumlah Rumah Tangga

dengan Metode Eksponensial ... V-8 5.8. Perhitungan Error untuk Variabel Jumlah Rumah Tangga .... V-9 5.9. TPAK Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 hingga 2018 ... V-10 5.10. Hasil Peramalan Permintaan Model ARIMA TPAK Sumut V-15 5.11. Inflasi Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 hingga 2017 ... V-17 5.12. Hasil Peramalan Permintaan Model ARIMA Inflasi Sumut V-22

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.1. Rekapitulasi Hasil Peramalan Time Series untuk Variabel

PDRB, Jumlah Rumah Tangga, TPAK dan Inflasi ... V-24 5.2. Rekapitulasi Data Aktual yang Diperlukan dalam

Perumusan Model Matematis ... V-25 5.3. Rekapitulasi Nilai Y Berdasarkan Model Matematis ... V-28 5.4. Data Aktual dan Data Model Matematis... V-29 5.5. Rekapitulasi Hasil Peramalan Permintaan LPG Sumatera

Utara ... V-34 5.6. Peramalan Permintaan LPG Sumatera Utara ... V-44 5.7. Target Penjualan Perusahaan dalam Satuan Tabung ... V-45 5.8. Rata-rata Distribusi Harian Perusahaan dalam Satuan

Tabung ... V-46 5.9. Rekapitulasi Koordinat Latlong Kota Destinasi Distribusi .... V-48 5.10. Rekapitulasi Koordinat UTM Kota Destinasi Distribusi ... V-51 5.11. Rata-rata Distribusi Tahunan Jalur Samosir... V-52 5.12. Rata-rata Distribusi Tahunan Jalur Parapat ... V-54 5.13. Tolak Ukur Masing-masing Kriteria... V-58 5.14. Kriteria Beneficial dan Non-Beneficial ... V-59 5.15. Alternatif Jalur Distribusi PT ABC ... V-59 5.16. Jarak Tempuh Masing-masing Alternatif ... V-61 5.17. Biaya Masing-masing Alternatif ... V-64 5.18. Rekapitulasi Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan AHP .. V-66 5.19. Rekapitulasi Hasil Pairwise Comparison ... V-68 5.20. Pembobotan Masing-masing Kriteria ... V-69 5.21. Pengumpulan Data Responden Alternatif Rute ... V-70 5.22. Frekuensi Tiap Skala Responden ... V-73 5.23. Konversi Nilai P ke Nilai Z Tiap Skala ... V-75

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.25. Scale Value untuk Masing-masing Skala ... V-77 5.26. Nilai Interval untuk Masing-masing Skala ... V-78 5.27. Data Interval Alternatif Rute ... V-78 5.28. Rekapitulasi Masing-masing Alternatif Jalur Distribusi ... V-82 5.29. Matriks Normalisasi Masing-Masing Alternatif Jalur

Distribusi ... V-85 5.30. Bobot Total Masing-Masing Jalur untuk Penentuan Jalur

Optimal... V-88 5.31. Rekapitulasi Jalur Optimal Distribusi PT ABC ... V-90 6.1. Rekapitulasi Peramalan Time Series Variabel PDRB dan

Jumlah Rumah Tangga ... VI-1 6.2. Rekapitulasi Peramalan ARIMA Variabel TPAK dan Laju

Inflasi ... VI-1 6.3. Hasil Pengujian Korelasi Variabel Independen terhadap

Variabel Dependen ... VI-2 6.4. Target Distribusi Perusahaan dalam Satuan Tabung 12 Kg... VI-5 6.5. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Jalur Siantar... VI-6 6.6. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Jalur Samosir ... VI-7 6.7. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Jalur Parapat ... VI-7 6.8. Rekapitulasi Jalur Optimal dan Biaya Distribusi Aktual ... VI-12 6.9. Perbandingan Pemilihan Jalur dengan Biaya Sebagai Faktor

Tunggal dan Pemilihan Jalur dengan Mempertimbangkan

Faktor Lainnya... VI-14 6.10. Analisa Bobot Jalur Tanjung Morawa-Siborong Borong ... VI-15 6.11. Rekapitulasi Jalur Optimal dan Biaya Distribusi Jalur

Optimal... VI-16 6.12. Perbandingan Total Biaya Distribusi Aktual dan Usulan ... VI-16

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.4. Pemetaan Konsumsi Gas Berdasarkan Volume Secara

Global ... II-3 2.5. Grafik Perbandingan Pemenuhan Kebutuhan Gas di

Indonesia ... II-6 2.6. Volume dan Besar Subsidi Minyak Tanah Indonesia

Tahun 2001 Hingga 2008 ... II-8 2.7. Perbandingan Volume dan Subsidi Pemerintah Indonesia

setelah Program Konversi Energi tahun 2007... II-9 2.8. Gambaran Jaringan Distribusi Gas di Indonesia ... II-11 2.9. Peta Persebaran Kilang, Depo/Terminal di Indonesia ... II-12 2.10. Jenis Kemasan Gas Pertamina di Indonesia... II-13 2.11. Market Share LPG Kemasan 12 Kilogram di Provinsi

Sumatera Utara ... II-14 2.12. Jalur Distribusi Siantar-Tebing ... II-15 2.13. Jalur Distribusi Samosir ... II-16 2.14. Jalur Distribusi Sibolga... II-16 2.15. Potensi Penambahan Produksi dari Eksplorasi ... II-18 2.16. Gambaran Jaringan Rantai Pasok Gas ... II-21 3.1. Pola Trend ... III-2 3.2. Batas Koordinat UTM ... III-10 3.3. Pembagian Zona Koordinat UTM ... III-11 4.12. Gambaran Umum Penelitian ... IV-1 4.13. Kerangka Konsep Penelitian ... IV-4 4.14. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-4 4.15. Tahapan Penelitian ... IV-6 5.1. Diagram Pencar PDRB Provinsi Sumut tahun 2009 hingga

2018 ... V-2

(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.2. Grafik Uji Hipotesis Jumlah Penduduk dengan

Distribusi F... V-5 5.3. Diagram Pencar Jumlah Rumah Tangga Provinsi Sumut

tahun 2009 hingga 2018... V-6 5.4. Grafik Uji Hipotesis Jumlah Penduduk dengan

Distribusi F... V-10 5.5. Time Series Plot Variabel TPAK Sumut ... V-11 5.6. Box-Cox Transformation TPAK Sumut ... V-11 5.7. Autocorrelation Function TPAK Sumut ... V-12 5.8. Hasil Autocorrelation Function TPAK Sumut ... V-12 5.9. Partial Autocorrelation Function TPAK Sumut... V-13 5.10. Hasil Partial Autocorrelation Function TPAK Sumut ... V-13 5.11. Dialog Box Model ARIMA TPAK Sumut Tahap 1 ... V-14 5.12. Hasil Model ARIMA (1,0,0) TPAK Sumut ... V-14 5.13. Dialog Box Model ARIMA PDRB Sumut Tahap 2 ... V-15 5.14. Hasil Peramalan TPAK Sumut Tahun 2019 hingga 2028 ... V-16 5.15. Diagram Pencar Hasil Peramalan TPAK Sumut ... V-16 5.16. Time Series Plot Variabel Inflasi Sumut ... V-17 5.17. Box-Cox Transformation Inflasi Sumut ... V-18 5.18. Autocorrelation Function Inflasi Sumut ... V-19 5.19. Hasil Autocorrelation Function Inflasi Sumut... V-19 5.20. Partial Autocorrelation Function Inflasi Sumut ... V-20 5.21. Hasil Partial Autocorrelation Function Inflasi Sumut ... V-20 5.22. Dialog Box Model ARIMA Inflasi Sumut Tahap 1 ... V-21 5.23. Hasil Model ARIMA (1,0,0) Inflasi Sumut ... V-21 5.24. Dialog Box Model ARIMA Inflasi Sumut Tahap 2 ... V-22 5.25. Hasil Peramalan Inflasi Sumut Tahun 2019 hingga 2028 ... V-23 5.26. Diagram Pencar Hasil Peramalan Inflasi Sumut ... V-23

(20)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.27. Input Data yang Diperlukan pada SPSS ... V-25 5.28. Pemilihan Menu Regresi Linear Berganda ... V-26 5.29. Kotak Dialog Linear Regression ... V-26 5.30. Model Summary Permintaan Gas Provinsi Sumatera Utara V-27 5.31. Koefisien Variabel Permintaan LPG Provinsi Sumatera

Utara ... V-27 5.32. Uji Validasi SPSS Tahap 1 ... V-31 5.33. Uji Validasi SPSS Tahap 2 ... V-32 5.34. Uji Validasi SPSS Tahap 3 ... V-32 5.35. Uji Validasi SPSS Tahap 4 ... V-33 5.36. Hasil Uji Validasi SPSS... V-33 5.37. Pembakaran Flare Gas pada Offshore Drilling ... V-35 5.38. Truk Pengangkutan PT ABC ... V-36 5.39. Proses Bisnis Distribusi LPG di Indonesia ... V-37 5.40. Jalur Distribusi Malam Hari PT ABC ... V-40 5.41. Jalur Distribusi Siang Hari PT ABC ... V-41 5.42. Jalur Distribusi Siantar-Tebing ... V-42 5.43. Jalur Distribusi Samosir ... V-42 5.44. Jalur Distribusi Sibolga... V-43 5.45. Identifikasi Koordinat Latlong dengan Menggunakan

GoogleMaps ... V-47 5.46. Input Koordinat Destinasi ke dalam Software QGIS ... V-48 5.47. Pemilihan UTM Time Zone 47N ... V-49 5.48. Posisi Provinsi Sumatera Utara di Time Zone 47N ... V-50 5.49. Lokasi Potensial Penambahan Gudang di Saribudolok ... V-53 5.50. Lokasi Potensial Penambahan Gudang di Siborong-borong V-55 5.51. Pemetaan Penambahan Lokasi Gudang Usulan ... V-56

(21)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.53. Tarif Tol Sei Rampah – Tanjung Morawa ... V-63 5.54. Klasifikasi Responden Pihak Manajemen Perusahaan ... V-65 5.55. Jalur Distribusi Usulan PT ABC ... V-91 6.1. Perbandingan Data Permintaan Aktual dan Hasil

Peramalan ... VI-4

(22)

DAFTAR SINGKATAN AHP = Analytic Hiearchy Process

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ARIMA = Auto-Regressive Integrated Moving Average bcm = Billion cubic metres

BP Plc = The British Petroleum Company Plc BPS = Badan Pusat Statistik

BTU = British Thermal Unit BUMN = Badan Usaha Milik Negara CHP = Combined Heat and Power CO = Carbon Monooxide

DECC = The Department of Energy & Climate Change (United Kingdom) DRN = Dewan Riset Nasional

EIA = Energy Information Administration

ESDM = Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia EU27 = European Union yang terdiri dari 27 Negara

GDP = Gross Domestic Product H2S = Hydrogen Sulfide

IEA = International Energy Agency

Jl = Jalan

Latlong = Lattitude Longitude LNG = Liquefied Natural Gas LPG = Liquefied Petroleum Gas MCDM = Multi Criteria Decision Making MMSCFD = Million standard cubic feet per day MSE = Mean Square Error

MSI = Method of Successive Interval

NBS = National Bureau of Statistics (China) NRE = Non-Renewable Energy

PDB = Produk Domestik Bruto

(23)

DAFTAR SINGKATAN (LANJUTAN) PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

PE = Percentage error PK = Proporsi Kumulatif

PLTA = Pembangkit Listrik Tenaga Air PPP = Purchasing Power Parity PT = Perusahaan Terbatas

QGIS = Software Quantum Geographic Information System SIM = Surat Izin Mengemudi

SKCK = Surat Keterangan Catatan Kepolisian SPBU = Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

SP(P)BE = Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji SPSS = Software IBM SPSS for Statistics

Sumut = Sumatera Utara SV = Scale Value tcf = Trillion cubic feet

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

UK = United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland (Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara) UKM = Usaha Kecil dan Mikro

US = United States of America (Amerika Serikat) UTM = Universal Transverse Mercator

UUD = Undang-Undang Dasar WPM = Weighted Product Model

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

BAGIAN I – SERTIFIKAT TUGAS SARJANA 1. Sertifikat Evaluasi Tugas Sarjana

2. Keputusan Sidang Sarjana Lengkap

BAGIAN II – LAMPIRAN PENDUKUNG TUGAS SARJANA

3. Lembar Kuesioner Analytic Hierarchy Process Pembobotan Kriteria Pengambilan Keputusan Rute Optimal Distribusi Gas PT ABC

4. Lembar Kuesioner Pemilihan Alternatif Rute Distribusi Gas LPG PT ABC 5. Data Perusahaan

6. Dokumentasi Perusahaan

BAGIAN III – BERKAS ADMINISTRASI 7. Sertifikat Evaluasi Draft Tugas Sarjana

8. Kartu Kemajuan Mahasiswa Saat Pengajuan Tugas Akhir 9. Form Pengajuan Tugas Akhir

10. Surat Penjajakan Kepada Perusahaan

11. Surat Balasan Persetujuan Penelitian dari Perusahaan 12. Surat Keterangan (SK) Tugas Akhir

13. Kartu Kehadiran Kuliah Umum, Seminar Hasil, Workshop dan Conference 14. Form Asistensi

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan energi.

Salah satu energi yang berperan signifikan dalam pertumbuhan energi global adalah gas alam, yakni sebesar 22% energi dunia (IEA, 2018). Dalam hal basis cadangan gas alam, Indonesia menempati posisi ke empat belas dunia. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa pada tahun 2014 Indonesia memegang cadangan gas alam sebesar 2.908 bcm (World Energy Council, 2018).

Meninjau kebutuhan dan prospek gas di Indonesia, konsumsi gas, energi tidak terbarukan (NRE), minyak, dan batubara diproyeksikan meningkat hingga tahun 2050. Pada tahun 2013, penggunaan gas dalam memenuhi kebutuhan energi nasional hanya sekitar 5%, dimana didominasi oleh minyak (46%), namun pada tahun 2025, konsumsi gas diperkirakan mencapai 23% dari energi nasional, dan mencapai 31% pada tahun 2050 (Dewan Energi Nasional, 2017).

Atas dasar pertimbangan besarnya subsidi minyak tanah, dan demi kesehatan yang lebih baik bagi pengguna, serta untuk efisiensi energi (1 liter kerosine setara dengan 0,39 kg LPG (World Bank, 2018), Pemerintah Indonesia meluncurkan program konversi minyak tanah (kerosine) ke LPG untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga pada tahun 2004 (Pertamina; World LP Gas Association, 2015). Program konversi energi ini juga turut berkontribusi terhadap peningkatan permintaan gas LPG di Indonesia (Budya and Yasir Arofat, 2011;

(26)

Andadari, Mulder and Rietveld, 2014). Data konsumsi LPG di Indonesia untuk tahun 2012 hingga 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Konsumsi LPG di Indonesia Tahun 2012 hingga 2016 Tahun Konsumsi

(metrik ton) 2012 5.079.000,00 2013 5.607.430,46 2014 6.093.138,45 2015 6.376.989,66 2016 6.677.333,00

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Opportunities and Challenges LPG Development in Indonesia.

Permintaan LPG secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian terdahulu oleh Ravan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh terhadap peningkatan LPG (Ravan, 2017). Peningkatan jumlah rumah tangga turut meningkatkan permintaan LPG (Asamoah, Amoakohene and Adiwokor, 2012).

Selain itu, variabel yang turut berpengaruh terhadap permintaan LPG adalah TPAK (Zhao et al., 2016) dan laju inflasi (Behname, 2013).

Perubahan dan peningkatan demand (permintaan) akan berpengaruh terhadap pola distribusi perusahaan (Deloitte Insight Report, 2014). Perusahaan umumnya akan melakukan perencanaan strategis untuk melakukan penambahan fasilitas seiring dengan peningkatan permintaan (Demirtaş and Tuzkaya, 2012).

Salah satu langkah strategis yang dapat diambil oleh Perusahaan dalam melakukan ekspansi fasilitas adalah penambahan gudang yang dipandang sebagai suatu peluang untuk meningkatkan dan mengoptimasi penyaluran rantai pasok, mengurangi tingkat persediaan dan memungkinkan distribusi yang lebih responsif dan lincah (Da Cunha Reis et al., 2017).

(27)

Perancangan jalur distribusi umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang umum digunakan dalam pemilihan jalur optimal. Penelitian Evaraert menunjukkan bahwa salah satu kriteria pemilihan jalur optimal adalah biaya distribusi (Everaert et al., 2008). Selain itu, kualitas permukaan jalan juga mempengaruhi waktu dan kelancaran suatu proses distribusi (Minten and Kyle, 1999).

Faktor lain yang turut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan jalur distribusi optimal adalah keramaian atau kepadatan jalan (Yongsheng et al., 2004), keamanan selama perjalanan (Ambituuni, Amezaga and Werner, 2015;

KuanMin and Yuping, 2016), serta faktor kemudahan akses fasilitas sepanjang distribusi (Jayaraman, 1998).

Provinsi Sumatera Utara, sebagai provinsi yang terdiri atas 25 kabupaten dan 8 kotamadya, dengan luas wilayah sebesar 72.981,23 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 14.262.147 jiwa juga mengalami peningkatan permintaan LPG selama beberapa tahun terakhir seperti yang terlihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2 Permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 hingga 2017

Tahun Volume Penjualan LPG (ratus m3)

2008 205.393,24

2009 223.333,75

2010 286.713,52

2011 267.289,61

2012 313.229,70

2013 265.633,69

2014 352.314,80

2015 356.928,16

2016 377.103,28

2017 396.015,22

(28)

Sumber: PT ABC

Secara umum, konsumsi LPG (Liquefied Petroleum Gas) di Provinsi Sumatera Utara disalurkan oleh PT Pertamina (Persero) dari SP(P)BE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) ke beberapa perusahaan sebagai agen distribusi tabung gas untuk disalurkan kepada konsumen. PT ABC merupakan perusahaan yang bergerak pada distribusi tabung gas LPG non-subsidi untuk kemasan tabung 12 kg di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di luar area Medan.

PT ABC saat ini memiliki 1 (satu) buah gudang dengan kapasitas 840 tabung sebagai tempat penyimpanan. Namun, gudang Perusahaan sudah hampir mencapai kapasitas maksimum dengan rata-rata penyimpanan 800 tabung per hari. Tabung gas didistribusikan ke beberapa kota di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan alat angkut berupa truk bak terbuka.

Rute distribusi PT ABC saat ini terbagi menjadi 3 (tiga) jalur yaitu Jalur Siantar-Tebing, Jalur Samosir dan Jalur Parapat. Masing-masing jalur memiliki 3 (tiga) unit truk dengan kapasitas 120 tabung per unit. Selama ini, distribusi aktual hanya mengandalkan satu-satunya gudang yang berlokasi di Simalungun.

Sedangkan destinasi distribusi terjauh Perusahaan berlokasi di Sibolga yang berjarak 248 km dari gudang yang berada di Simalungun sehingga membutuhkan biaya sekitar Rp.647.400,- per hari untuk distribusi ke lokasi tersebut.

Berdasarkan pertumbuhan permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara yang diproyeksikan akan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan gas nasional, dan dikarenakan kapasitas fasilitas gudang aktual sudah hampir mencapai kapasitas maksimum, serta jalur distribusi saat ini yang belum efisien

(29)

dan hanya mengandalkan satu gudang tunggal di Simalungun. Maka diperlukan perancangan ulang fasilitas dan jalur distribusi PT ABC untuk menjamin keberlanjutan distribusi LPG Provinsi Sumatera Utara di masa depan. Oleh sebab itu, sebuah penelitian yang memproyeksikan jumlah kebutuhan gas serta perancangan ulang fasilitas dan jalur distribusi bagi PT ABC, perlu dilakukan.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimulai dari adanya masalah ketidakpastian permintaan gas secara kuantitatif pada Provinsi Sumatera Utara untuk beberapa periode ke depan. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap konsumsi gas seperti pertumbuhan penduduk, produk domestik regional bruto, inflasi, dan variabel lainnya (Asamoah, Amoakohene and Adiwokor, 2012; Behname, 2013; Zhao et al., 2016; Ravan, 2017).

Oleh karena itu, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana mengoptimasi fasilitas dan jalur distribusi Perusahaan dalam menghadapi peningkatan permintaan LPG di Sumatera Utara.”

1.3. Pertanyaan Penelitian

Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam studi ini, yaitu:

1. Variabel-variabel apa saja yang dominan berpengaruh terhadap peramalan kebutuhan LPG di Provinsi Sumatera Utara?

(30)

2. Berapakah proyeksi peramalan permintaan kebutuhan LPG di Provinsi Sumatera Utara untuk periode 10 tahun ke depan?

3. Bagaimana proses distribusi aktual yang dilakukan perusahaan?

4. Apakah terdapat kebutuhan penambahan fasilitas gudang untuk menunjang peningkatan permintaan?

5. Dimana sajakah peletakan fasilitas gudang untuk meminimalisasi jarak distribusi?

6. Apa saja yang menjadi kriteria Perusahaan dalam menentukan jalur optimal?

7. Bagaimana rancangan jalur distribusi yang diusulkan kepada Perusahaan?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimalkan fasilitas dan jalur pendistribusian gas LPG non subsidi di Provinsi Sumatera Utara dengan mempertimbangkan trend peningkatan permintaan dan kebutuhan di masa datang.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menghitung perkembangan permintaan dan kebutuhan LPG di Provinsi Sumatera Utara selama 10 (sepuluh) tahun ke depan.

2. Mengoptimalkan fasilitas dan jalur distribusi dengan cost focus untuk mendapatkan solusi fasilitas distribusi dengan biaya optimal tanpa mengesampingkan faktor (kriteria) lainnya seperti keamanan, kemacetan, kondisi permukaan jalan dan kemudahan akses fasilitas.

(31)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan literatur bagi praktisi untuk memproyeksikan kebutuhan LPG di Provinsi Sumatera Utara untuk beberapa periode ke depan.

2. Sebagai bahan literatur untuk dan merancang fasilitas dan jalur distribusi khususnya gas elpiji dalam tabung kemasan.

3. Sebagai link and match antara dunia industri yang bergerak di bidang distribusi gas dengan dunia akademik.

1.6. Asumsi dan Batasan Penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Pola trend peramalan dan model matematis yang dikembangkan berdasarkan data aktual 10 tahun terakhir, berlaku untuk peramalan kebutuhan 10 tahun yang akan datang.

2. Tidak terjadi perubahan kebijakan nasional yang menyebabkan adanya konversi energi dari LPG menuju energi alternatif lainnya.

3. Kebutuhan yang diproyeksikan dapat dipenuhi di masa yang akan datang tanpa adanya kelangkaan.

4. Tidak terjadi perubahan pola konsumsi dan destinasi distribusi pada daerah yang menjadi lokasi dan sasaran penelitian.

5. Market share yang akan dicapai Perusahaan dalam memenuhi permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara untuk 10 (sepuluh) tahun ke depan masih sama dengan kondisi saat ini, yakni sebesar 5%.

(32)

6. Incremental cost atas biaya operasional untuk penambahan gudang baru diasumsikan sama dengan biaya operasional gudang aktual saat ini.

Batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Kemasan tabung gas LPG yang menjadi objek penelitian hanya LPG non subsidi dalam kemasan 12 kg.

2. Alternatif jalur distribusi yang menjadi pilihan rute optimal hanya jalan provinsi, jalan kota/kabupaten termasuk jalan umum dan jalan tol.

3. Destinasi distribusi dalam penelitian ini diklasifikasikan/dikelompokkan berdasarkan jalur aktual yang telah ditetapkan Perusahaan.

4. Dikarenakan permintaan masing-masing destinasi cenderung fluktuatif, perancangan ulang fasilitas tidak mengkaji kebutuhan dan penjadwalan truk.

1.7. Sistematika Penulisan

Pada Bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian, pertanyaan penelitian tujuan penelitian, batasan dan asumsi penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Pada Bab II Fenomena Penelitian, berisi studi literatur mengenai permasalahan, penelitian pendahulu yang telah dilakukan, beserta fenomena permasalahan yang dijabarkan secara lebih mendetail.

Pada Bab III Landasan Teori, teori-teori mendukung pemecahan masalah.

Teori yang digunakan berhubungan dengan penelitian.

(33)

Pada Bab IV Metodologi Penelitian berisikan mengenai tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, prosedur penelitian, sumber data, variabel penelitian, metode penelitian, kerangka konseptual, serta metode analisis dan pemecahan masalah.

Pada Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan data yang berhubungan dengan pemecahan masalah baik dari perolehan data, sebagaimana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan masalah tersebut.

Pada Bab VI Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian, meliputi analisis dan pembahasan terhadap hasil pengolahan data dan hasil pemecahan permasalahan penelitian.

Pada Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi rangkuman dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.

(34)

BAB II

FENOMENA PENELITIAN

2.1. Fenomena Migas di Dunia

Konsumsi gas global terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Faktor utama yang mendorong peningkatan konsumsi gas global pada tahun 2017 adalah lonjakan permintaan gas lebih dari 15% di Tiongkok hingga mencapai 31 bcm (sepertiga dari peningkatan konsumsi global) (BP Plc, 2018). Namun, dengan konsumsi gas yang demikian besar pada Tiongkok, pada kenyataannya gas masih bukan pasokan energi terbesar untuk memenuhi kebutuhan industri yang kian meningkat, melainkan sumber energi di Tiongkok masih dikuasai oleh batubara, sekitar 67% dari total pasokan energi primer (NBS, 2017). Konsumsi gas di Tiongkok diproyeksikan masih akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Junchen Li, dkk. meramalkan bahwa konsumsi gas di Tiongkok akan mengalami peningkatan hingga 198,2 bcm pada tahun 2020 sebelum mencapai 340,7 bcm pada tahun 2030 (Li et al., 2011).

Meninjau kebutuhan gas di Eropa, juga terjadi peningkatan pada tahun 2017, yakni sebesar 26 bcm (BP Plc, 2018). Peningkatan konsumsi gas di Eropa ini tidak hanya disebabkan oleh perindustrian, namun juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi gas rumah tangga. Sebagai contoh, per tahun 2011, Britania Raya mendistribusikan gas kepada 22,9 juta konsumer eceran, dimana 84% diantaranya dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga melalui distribusi gas pipa (pipeline distribution) (DECC, 2013).

(35)

Pada Amerika Serikat, konsumsi gas justru terjadi penurunan sebesar 1,2%

pada tahun 2011 (BP Plc, 2018). Hal ini disebabkan oleh karena upaya yang dilakukan Amerika Serikat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (Green House Gas), sehingga mendorong pemerintah berusaha mempromosikan energi alternatif pengganti bensin dan solar. (Venkatesh et al., 2011). Kendati demikian, Energy Information Administration (EIA) di Amerika Serikat memprediksi bahwa akan terjadi peningkatan penggunaan gas secara jangka panjang di berbagai sektor, didorong oleh perkiraan peningkatan volume produksi gas dengan harga yang lebih rendah dibanding dengan energi lainnya. Dalam laporan EIA juga menunjukkan konsumsi gas di Amerika Serikat diproyeksikan meningkat hingga 25,7 tcf (sekitar 727,74 bcm) pada tahun 2030, dengan peningkatan terbesar diproyeksikan pada sektor transportasi yakni sekitar 0,13 tcf (sekitar 3,68 bcm) (EIA, 2012).

Bergerak ke Timur Tengah, konsumsi gas mengalami peningkatan sebesar 28 bcm pada tahun 2017 (BP Plc, 2018). Konsumsi gas di Turki diproyeksikan mencapai 2.153 bcf (sekitar 60,99 bcm) pada akhir tahun 2018 (Boran, 2015).

Sedangkan di Iran, gas justru menjadi sumber energi utama yakni sekitar 48%, bertepatan bertolak belakang dengan Tiongkok, batubara yang kini masih sumber energi utama Tiongkok hanya berkontribusi sekitar 1% bagi sumber energi nasional di Iran. (Mostafaeipour, 2009).

Berikut pada Gambar 2.1 disajikan pemetaan konsumsi di dunia (pada tahun 2015) berdasarkan volume konsumsi.

(36)

Sumber: David Tyler. 2018. LPG Subsidy Management. LPG Exceptional Energy: WLPGA (World LPG Association).

Gambar 2.1 Pemetaan Konsumsi Gas Berdasarkan Volume Secara Global

Sebagai pembanding yang memiliki letak geografis dengan latar belakang sejarah dan perkembangan kebudayaan yang mirip dengan Indonesia, kebutuhan energi Malaysia sebesar 32,11% berasal dari gas, 46,04% dari energi terbarukan, 18,92%

berasal dari batubara, PLTA sebesar 2,56%, dan biomassa sebesar 0,14% (Solarin and Shahbaz, 2015).

2.2. Fenomena Migas di Indonesia

2.2.1. Landasan Hukum dan Regulasi Terkait Migas

Sesuai dengan amanah Pasal 33 UUD 1945, dimana ayat ke (3) berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

(37)

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Serta ayat ke (2) berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai haja hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Maka sektor migas di Indonesia didominasi oleh Pertamina, yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara dibawah naungan Kementerian BUMN.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, kegiatan usaha hilir pada sektor migas meliputi:

1. Kegiatan usaha Pengolahan yang meliputi kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah Minyak dan Gas Bumi yang menghasilkan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Hasil Olahan, LPG dan/atau LNG tetapi tidak termasuk Pengolahan Lapangan;

2. Kegiatan usaha Pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau Hasil Olahan baik melalui darat, air, dan/atau udara termasuk Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan komersial;

3. Kegiatan usaha Penyimpanan yang meliputi kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan dan pengeluaran Minyak Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan/atau Hasil Olahan pada lokasi di atas dan/atau di bawah permukaan tanah dan/atau permukaan air untuk tujuan komersial;

(38)

4. Kegiatan usaha Niaga yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau Hasil Olahan, termasuk Gas Bumi melalui pipa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan hilir pada sektor migas secara umum diklasifikasi menjadi 4 (empat), yakni: pengisian (refinery), pengangkutan (transportation), penyimpanan (storage), usaha niaga (wholesale and trading) (Hutami, 2017).

2.2.2. Definisi dan Karakteristik LPG (Liquified Petroleum Gases)

Liquefied Petroleum Gas (LPG) terdiri dari unsur karbon dan hidrogen yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan komponen utama C3 dan C4. Komposisi LPG tersebut terdiri dari senyawa propana C3H8, propylene atau propena C3H6, butana C4H10, butylene atau butena C4H8, dan sejumlah kecil ethana C2H4, ethylena C2H4, dan penthana C5H12. LPG adalah gas hasil produksi dari kilang migas atau pemisahan gas alam, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) yang dicairkan. LPG di Indonesia yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero) dipasarkan dengan merk dagang ELPIJI, dan terbagi menjadi LPG Subsidi dan Non Subsidi (Syukur, 2011).

2.2.3. Besarnya Permintaan Gas LPG di Indonesia

Dari segi cadangan gas global, Indonesia menempati posisi 20 besar dunia, dengan total cadangan gas sekitar 2 tcm, dengan proporsi 1,4% cadangan gas dunia (Demirbas, 2010). Namun, walaupun Indonesia memiliki cadangan gas

(39)

dalam jumlah besar, dalam memenuhi besarnya konsumsi gas LPG dalam negeri, Indonesia masih melakukan impor. Perbandingan konsumsi, produksi dan impor gas di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Perbandingan Konsumsi, Produksi, dan Impor Gas LPG di Indonesia pada Tahun 2012 hingga 2016

Tahun Konsumsi

(metrik ton) Produksi

(metrik ton) Impor (metrik ton) 2012 5.079.000,00 2.558.437,10 2.490.562,90 2013 5.607.430,46 3.223.687,77 2.383.742,69 2014 6.093.138,45 3.714.012,39 2.379.126,06 2015 6.376.989,66 4.069.582,31 2.307.407,34 2016 6.677.333,00 4.428.899,35 2.248.433,65

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Opportunities and Challenges LPG Development in Indonesia.

Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2016, total konsumsi gas di Indonesia mencapai 6,67 juta ton metrik. Dimana 4,42 juta ton metrik (sekitar 66,3%) masih diimpor dan 2,24 juta ton metrik merupakan hasil produksi dalam negeri (Kementerian ESDM, 2017). Grafik yang menunjukkan permintaan dan perbandingan volume impor (warna merah) serta produksi migas di Indonesia (warna biru) tahun 2012 hingga 2016 dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Opportunities and Challenges LPG Development in Indonesia.

Gambar 2.2 Grafik Perbandingan Pemenuhan Kebutuhan Gas di Indonesia

(40)

Berdasarkan fakta penelitian pada salah satu perusahaan nasional sektor hulu migas, bahwa selama produksi dan proses pengolahan, menghasilkan limbah dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah cair dalam bentuk air, yang akan digunakan kembali setelah dilakukan pengolahan. Limbah padat dalam bentuk lumpur, juga dapat diolah kembali untuk kegunaan sekunder, sedangkan limbah dalam bentuk sisa gas (flare) selama ini dilakukan pembakaran di udara bebas.

Flare gas adalah gas sisa yang telah terbakar melalui tumpukan cerobong untuk menghindari gas beracun seperti H2S dan CO yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Gas (flare) mencapai 0,58 MMSCFD sebanyak 17,05%

dari produksi atau pengolahan gas alam (Hidayati, Silviana and Matondang, 2018). Pemanfaatan gas flare sebagai alternatif bahan bakar pembangkit listrik juga dapat dikatakan layak untuk diimplementasikan secara teknis dan ekonomis (Petri, Juliza and Humala, 2017).

2.2.4. Konversi Minyak Tanah ke LPG

Meninjau kembali sejarah penggunaan gas di Indonesia, pada tahun 2004, mayoritas masyarakat di Indonesia masih menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak. Pada saat itu, minyak tanah (kerosine) dikonsumsi oleh 48 juta dari 52 juta rumah tangga dimana sebagian besar diantara mereka memiliki penghasilan rendah hingga menengah, di bawah USD 150 per bulan (Pertamina;

World LP Gas Association, 2015).

Dikarenakan rendahnya penghasilan masyarakat di Indonesia, maka selama ini Pemerintah Indonesia memberikan subsidi terutama dalam bahan bakar dan

(41)

migas. Subsidi yang diberikan Pemerintah untuk sektor bahan bakar pada tahun 2008 sekitar 18% dari APBN, setara dengan 3,7% PDB (Budya and Yasir Arofat, 2011).

Sumber: Hanung Budya dan Yasir Arofat. 2011. Providing cleaner energy access in Indonesia through the megaproject of kerosene conversion to LPG. Energy Policy Journal Volume 39 ISSN 7575-7586

Gambar 2.3 Volume dan Besar Subsidi Minyak Tanah Indonesia Tahun 2001 Hingga 2008

Dari Gambar 2.3 di atas dapat dilihat subsidi Pemerintah atas minyak tanah meningkat dari tahun 2001 hingga 2008 sebaliknya volume yang mampu dihasilkan justru mengalami penurunan. Faktor utama penyebab permasalahan ini adalah tren kenaikan harga minyak bumi. Membengkaknya subsidi pemerintah atas minyak tanah, menyebabkan Pemerintah memutuskan untuk mengadakan program konversi minyak tanah secara signifikan ke LPG yang diluncurkan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, Pemerintah Indonesia meluncurkan program konversi energi dari minyak tanah ke LPG (Liquified petroleum gas). Terkait alasan mengapa LPG dijadikan sebagai sasaran konversi energi yang dipilih oleh

(42)

Pemerintah Indonesia, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanung Budya menguraikan beberapa alasan sebagai berikut (Budya and Yasir Arofat, 2011):

1. Meningkatkan kesehatan bagi banyak orang terutama kalangan berpendapatan rendah yang langsung terkena dampak polusi minyak tanah dalam ruangan.

2. Mengurangi emisi polutan terkait efek rumah kaca.

3. Mengurangi tekanan pada hutan alam di berbagai belahan dunia.

4. Meningkatkan penggunaan limbah pertanian.

Selain itu, LPG merupakan alternatif yang paling mudah direalisasikan dibandingkan alternatif lain seperti batubara dan gas alam. Untuk penduduk perkotaan, listrik masih dapat dijadikan sebagai alternatif minyak tanah. Namun tidak demikian dengan daerah pedesaan dimana listrik belum tersedia secara meluas (Pertamina; World LP Gas Association, 2015).

Sumber: Hanung Budya dan Yasir Arofat. 2011. Providing cleaner energy access in Indonesia through the megaproject of kerosene conversion to LPG. Energy Policy Journal Volume 39 ISSN 7575-7586

Gambar 2.4 Perbandingan Volume dan Subsidi Pemerintah Indonesia setelah Program Konversi Energi tahun 2007

Gambar 2.4 di atas menunjukkan bahwa dengan dilakukannya program konversi energi dari minyak tanah (kerosine) ke LPG, berdampak signifikan pada besar subsidi yang perlu dikeluarkan oleh Pemerintah. Slack (selisih) antara garis

(43)

berwarna abu-abu dengan garis merah mulai tahun 2007 hingga 2011 menunjukkan adanya penghematan subsidi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini memperkuat fakta bahwa LPG merupakan suatu alternatif konversi energi yang layak dilakukan di Indonesia (Budya and Yasir Arofat, 2011).

2.2.5. Distribusi LPG di Indonesia

Distribusi LPG di Indonesia umumnya masih menggunakan tabung gas.

Berdasarkan laporan The World Bank menunjukkan bahwa penanganan distribusi LPG melalui tabung meliputi transportasi laut, peralatan fasilitas yang diimpor, hingga manajemen tabung gas. Walaupun biaya per unit cenderung mahal, namun tabung gas 3 hingga 6 kg lebih mudah dalam hal pemindahan serta lebih murah dalam pengisian ulang (The World Bank, 2011).

Distribusi gas di Indonesia dimulai dari LPG Bulk Storage Tank, baik dari hasil produksi maupun impor, didistribusikan ke depot. Kemudian dari depot diturunkan ke SP(P)BE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) yang kemudian didistribusikan ke pangkalan melalui agen. Agen bertugas melakukan penyimpanan sementara dan kemudian mendistribusikan tabung gas ke pangkalan yang telah terdaftar secara resmi, sehingga konsumen dapat langsung menerima tabung gas dari pangkalan distribusi gas. Keseluruhan transaksi hingga ke pangkalan terekam secara digital pada data center, sehingga mempermudah PT Pertamina (Persero) untuk memantau distribusi tabung gas di seluruh pelaku jaringan distribusinya. (Kementerian ESDM, 2017). Adapun jaringan distribusi gas di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.

(44)

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM. 2017. Opportunities and Challenges LPG Development in Indonesia.

Gambar 2.5 Gambaran Jaringan Distribusi Gas di Indonesia

Saat ini, Indonesia memiliki 5 titik kilang (refinery), 19 depo/terminal, yang masih dominan tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa, dengan total SPPBE untuk gas LPG 3 kg sebanyak 323, dan 99 SPPBE untuk gas LPG 12 dan 50 kg.

Penyimpanan dan pendistribusian dari kilang minyak ke depo/terminal masih mengandalkan floating storage sebanyak 18 unit dengan total kapasitas 220.000 MT. Peta persebaran kilang, depo/terminal di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini.

(45)

Sumber: Data Pertamina. 2017. Energy Demand and Supply: Integrated Supply Chain.

Gambar 2.6 Peta Persebaran Kilang, Depo/Terminal di Indonesia

Dari segi distribusi, gas LPG di Indonesia dikemas dalam beberapa jenis kemasan. Secara umum terbagi menjadi:

1. Gas Subsidi yang diperuntukkan bagi rumah tangga miskin dengan penghasilan di bawah Rp.1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) dan kegiatan Usaha Kecil dan Mikro (UKM) (Perpres No. 104/2007, Peraturan Menteri ESDM No. 21 tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram) yang dikemas dalam kemasan 3 kg dengan tangki berwarna hijau.

2. Gas Non Subsidi yang dikemas dalam satuan kemasan 5,5 kg dengan warna ungu untuk Bright Gas, 12 kg berwarna biru untuk gas ELPIJI dan ungu untuk bright gas, dan kemasan 50 kg dengan warna merah.

(46)

Sumber: Pertamina. 2017. Moving Toward Unsubsidized LPG in Indonesia: The Story of 3kg LPG and Bright Gas.

Gambar 2.7 Jenis Kemasan Gas Pertamina di Indonesia

2.2.6. Distribusi LPG di Provinsi Sumatera Utara

Distribusi LPG kepada masyarakat yang berada di Provinsi Sumatera Utara, menggunakan kemasan tabung seperti yang tertera pada Gambar 2.7 di atas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT ABC, distribusi LPG di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:

1. Gas Subsidi dalam kemasan 3 kg (ELPIJI warna hijau), yang mendominasi pasar LPG di Provinsi Sumatera Utara hingga 60% permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara.

2. Gas Non subsidi dalam kemasan tabung 5,5 kg (bright gas), yang baru saja luncur pada tahun 2015, dengan proporsi sekitar 5% permintaan LPG Sumut.

3. Gas Non subsidi dalam kemasan tabung 12 kg (ELPIJI tabung biru), memiliki proporsi 20% permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara.

ELPIJI (50 kg)

(47)

4. Gas Non subsidi dalam kemasan tabung 50 kg (ELPIJI tabung merah), lebih umum digunakan oleh UMKM atau restoran, sekitar 15% dari total permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara.

PT ABC merupakan agen LPG Pertamina Non-Subsidi yang bergerak di distribusi gas ELPIJI non subsidi dalam kemasan 12 kg. Dalam melakukan distribusi, terdapat 4 perusahaan sejenis di Provinsi Sumatera Utara yang masing- masing melakukan distribusi ke beberapa destinasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 di bawah ini:

1. Area Medan Kota (ditandai dengan warna abu-abu) 2. Area Tapanuli (ditandai dengan warna biru)

3. Area Langkat mendekati Aceh (ditandai dengan warna merah)

4. PT ABC sendiri, yang berfokus pada pasar Siantar, Samosir, Parapat, dan sekitarnya hingga paling jauh mencapai Sibolga (ditandai dengan warna kuning).

Sumber: Google Image dan Pengumpulan Data

Gambar 2.8 Market Share LPG Kemasan 12 Kilogram di Provinsi Sumatera Utara

(48)

Masing-masing agen memiliki market share secara merata yakni sebesar 5%

untuk setiap agen dalam memenuhi 20% total permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara melalui distribusi tabung LPG dalam kemasan 12 kg.

2.2.7. Distribusi LPG di PT ABC

Distribusi LPG di PT ABC dalam memenuhi permintaan LPG non subsidi khususnya di daerah pemasarannya secara garis besar terbagi menjadi 3 jalur yaitu:

1. Jalur Siantar-Tebing yang melayani distribusi LPG ke kota Pematangsiantar, Limapuluh, Indrapura dan Tebingtinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 di bawah ini.

Sumber: Google Image

Gambar 2.9 Jalur Distribusi Siantar-Tebing

(49)

2. Jalur Samosir yang melayani Distribusi LPG ke kota Kabanjahe, Sidikalang dan Samosir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 di bawah ini.

Sumber: Google Image

Gambar 2.10 Jalur Distribusi Samosir

3. Jalur Parapat yang melayani distribusi ke kota Parapat, Balige, Tarutung dan Sibolga seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 di bawah ini.

Sumber: Google Image

Gambar 2.11 Jalur Distribusi Sibolga

Data permintaan untuk masing-masing destinasi distribusi untuk 10 (sepuluh) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

(50)

Tabel 2.2 Data Permintaan Setiap Destinasi Distribusi Selama 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir Tahun

Penjualan ke Setiap Destinasi (Satuan Tabung)

Jalur Siantar Jalur Samosir Jalur Parapat

Siantar Limapuluh Indrapura Tebing T Kabanjahe Sidikalang Samosir Parapat Balige Tarutung Sibolga

2008 18.561 8.242 11.539 21.228 14.503 18.012 21.422 12.042 5.960 8.924 19.237

2009 21.912 11.077 14.539 24.712 15.228 18.913 22.493 12.644 6.258 9.370 22.492

2010 23.008 11.631 15.266 25.948 19.203 19.858 23.618 14.984 6.571 10.923 23.617

2011 24.745 12.212 16.029 27.245 20.163 20.851 24.799 15.307 6.899 11.469 24.797

2012 26.557 14.415 18.554 35.487 21.171 20.966 27.320 17.054 7.244 12.043 24.340

2013 27.884 15.135 19.481 37.261 22.402 22.014 28.686 19.548 7.607 13.247 31.348

2014 29.279 17.371 20.455 39.124 24.230 23.115 32.329 20.525 7.987 17.242 32.915

2015 34.374 20.074 24.135 41.548 25.302 24.271 33.945 21.552 8.386 21.695 34.561

2016 38.447 21.635 27.014 44.183 26.567 25.484 35.643 22.629 8.806 22.780 36.289

2017 43.607 24.463 33.605 47.411 27.895 26.759 37.425 23.761 9.246 26.334 38.104

Rerata 28.837 15.626 20.062 34.415 21.667 22.024 28.768 18.005 7.496 15.403 28.770 Jumlah 288.372 156.255 200.615 344.146 216.665 220.243 287.680 180.046 74.964 154.027 287.701

Persentase 11,96% 6,48% 8,32% 14,28% 8,99% 9,14% 11,93% 7,47% 3,11% 6,39% 11,93%

(51)

2.2.8. Kebutuhan dan Prospek Gas LPG Indonesia di Masa Depan

Dalam memenuhi kebutuhan gas yang diproyeksikan semakin meningkat, juga telah dilakukan riset, bahwa Indonesia masih memiliki potensi penambahan produksi dari eksplorasi. Karena, dari kondisi komitmen produksi saat ini, diprediksi akan terjadi penurunan pada tahun 2030 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 di bawah ini (Dewan Riset Nasional, 2017).

Sumber: Dewan Energi Nasional. 2017. Reorienting of Indonesia Energy Policy: The Role of Gas in National Energy Planning.

Gambar 2.12 Potensi Penambahan Produksi dari Eksplorasi

2.3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan terkait dengan distribusi gas di berbagai belahan dunia. Lance J. Bachmeier sebelumnya telah meneliti tentang integrasi antara gas alam, batubara dengan gas bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada integrasi yang signifikan antara ketiga sumber energi tersebut (Bachmeier and Griffin, 2016).

Desain rantai pasok dan optimisasi rantai pasok atas faktor ketidakpastian telah lama dikenal sebagai suatu permasalahan yang menantang dan menjadi kunci keberhasilan suatu perindustrian migas (Papageorgiou, 2009; Gosling, Purvis and

(52)

Naim, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Yahaya Yusuf di UK menunjukkan bahwa kelincahan/ketangkasan (agility) suatu rantai pasok diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian dan mencapai kesigapan (responsiveness) yang sangat ditentukan oleh operasi, lingkungan, dan sektor bisnis atau industri rantai pasok tersebut (Yusuf et al., 2012).

Faktor kelincahan/ketangkasan (agility) merupakan salah satu faktor penentu kesigapan (responsiveness) suatu rantai pasok, yang dapat dapat dimaknai sebagai memperkaya pelanggan, memanfaatkan dampak sumber daya manusia dan informasi, bekerjasama untuk bersaing, serta menguasai perubahan dan ketidakpastian (Jain, Benyoucef and Deshmukh, 2008; Gosling, Purvis and Naim, 2010).

Terkait kesigapan suatu rantai pasok menghadapi perubahan dan ketidakpastian, telah diuraikan beberapa fokus utama suatu rantai pasok dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yaitu (Wagner, Grosse-ruyken and Erhun, 2012; Chopra and Meindl, 2013).:

1. Memahami ketidakpastian antara supply dan demand,

2. Memahami karakteristik produk dan kapabilitas rantai pasok perusahaan, 3. Memastikan kesigapan rantai pasok konsisten menghadapi perubahan supply

dan demand pada rantai pasok tersebut

Untuk menjamin keberlanjutan (suistanability) suatu energi, yang dapat dimaksudkan sebagai kebutuhan saat ini dapat dipenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi berikut untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri, maka perlu dilakukan perubahan pola distribusi menghadapi perubahan iklim yang

Gambar

Gambar 2.1 Pemetaan Konsumsi Gas Berdasarkan Volume Secara Global
Tabel 2.1 Perbandingan Konsumsi, Produksi, dan Impor Gas LPG di  Indonesia pada Tahun 2012 hingga 2016
Gambar 2.3 Volume dan Besar Subsidi Minyak Tanah Indonesia   Tahun 2001 Hingga 2008
Gambar 2.4 Perbandingan Volume dan Subsidi Pemerintah Indonesia  setelah Program Konversi Energi tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah adanya permasalahan terkait kondisi lingkungan kerja fisik yaitu suhu yang panas, metode kerja yaitu prosedur kerja

Setelah dilakukan pendefinisian melalui diagram SIPOC pada proses produksi benang karet dan diperoleh dari dokumentasi catatan bagian quality control dan wawancara,

Sinar Sosro adalah terjadinya kesalahan dalam penulisan spesifikasi material kepada pihak supplier, hal ini terjadi karena ada kesalahan pada pekerja (human error)

Berdasarkan perbandingan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap faktor distribusi perusahaan untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang terjadi

Tahapan yang dilakukan pada peracangan sistem traaceability berdasarkan dengan analisis system development life cycle. Pemilihan metode ini berdasarkan pengetahuan mengenai produk

Perbandingan antara sub rute pendistribusian tabung yang digunakan oleh perusahaan dengan sub rute yang hasil optimasi menggunakan metode nearest neighbour memiliki

Jenis kegagalan proses dengan nilai RPN tertinggi dengan nilai 336 yaitu kesalahan mata pisau tumpul yang menyebabkan scrap masih menempel pada kuping paku sehingga

Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan metode Critical Chain Project Management (CCPM) untuk mengoptimalkan feeding buffer dan project buffer (waktu tambahan)