TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Penelitian Terdahulu
Pebriyanti (2009), “Pengaruh efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba
Bersih dengan Perputaran Persediaan sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Kasus
pada PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang).” Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah adalah data
sekunder berupa data dokumentasi dari arsip-arsip perusahaan dari tahun
2010-2012. Kemudian data tersebut dianalisis melalui uji asumsi klasik dan
dilanjutkan dengan uji statistik regresi linear dengan variabel moderating
menggunakan MRA, Uji t (untuk mengetahui makna hubungan), dan Uji F (untuk
mengetahui adanya hubungan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi
biaya operasional berpengaruh positif terhadap laba besih. Dengan tingkat
keeratan korelasi yang positif antara biaya operasional dan perputaran persediaan
dengan laba bersih SPBU PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang. Hal ini berarti
semakin besar biaya operasional maka semakin sedikit laba yang akan diterima,
dan sebaliknya. Demikian halnya dengan perputaran persediaan, semakin cepat
perputaran persediaan yang terjadi semakin besar laba yang akan diperoleh, dan
sebaliknya. Sedangkan perputaran persediaan tidak memoderasi hubungan antara
efisiensi biaya operasional dengan laba bersih pada PT. Petro Multi Guna
Tanjungpinang.
Hanum (2009), “Pengaruh Hutang Terhadap Laba Pada Pusat Penelitian
Karet Tanjung Morawa Sumatera Utara.” Hasil penelitian diketahui bahwa hutang
tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba usaha
sebesar 0,2 yang artinya tingkat hubungan rendah, sehingga dapat dikatakan
bahwa hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima karena tidak terdapat
38
Penelitian Karet Tanjung Morawa.
Dani (2006), “Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih
terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari biaya produksi air bersih, yang terdiri
dari biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih, dan penjualan air
bersih terhadap laba kotor pada PDAM Tirtanadi. Penelitian ini berbentuk
deskriptif dan kausal. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan nilai R2 sebesar
0,96. Ini berarti sebesar 91,60% laba kotor dipengaruhi oleh variabel biaya
produksi dan variabel penjualan air bersih, selebihnya 8,40% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak disebutkan dalam model.
Al’amin (2008),” Pengaruh Biaya Produksi Variabel Terhadap Laba
Perusahaan (studi kasus pada PT. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya).”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penetapan biaya produksi variabel pada
perusahaan, mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode, dan
besarnya pengaruh biaya produksi variabel terhadap laba yang diperoleh
perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan biaya
produksi variabel telah dapat dikatakan memadai, karena dalam proses
penyusunannya melibatkan berbagai pihak yang terkait dan mempertimbangkan
banyak faktor-faktor yang mendukung terhadap kememadaian anggaran sehingga
memberikan sumbangan terhadap pembentukan pendapatan perusahaan. Selain itu
juga, kepercayaan penuh dari masyarakat sehingga mempunyai konsumen elain
itu, pengelolaan manajemen yang baik turut mendukung laju pertumbuhan kea rah
yang lebih baik. Tingkat profitabilitas meningkat untuk setiap tahun, hal ini
menjadi bukti dari tepat guna pengeluaran biaya produksi variabel yang
dikeluarkan perusahaan untuk memperlancar aktivitas perusahaan dan
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Hardianto, Ekawaty, Wenny (2010),” Pengaruh Biaya Produksi Variabel
Terhadap Laba Perusahaan (studi kasus pada PT. Bineatama Kayone Lestari
Tasikmalaya).” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penetapan tingkat suku bunga (deposito dan kredit mikro) terhadap laba
perusahaan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Prabumegah Kencana. Metode
penelitian yang dilakukan yaitu penelitian asosiatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah data laporan keuangan publikasi perusahaan selama 3 tahun. Data yang
digunakan adalah data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan teknik
dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito dan kredit mikro berpengaruh
positif terhadap laba perusahaan secara parsial. Pada uji F yang dilakukan
40
simultan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Hasil dan Kesimpulan
Pebriyanti (2009)
Pengaruh efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih dengan Perputaran Persediaan sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Kasus pada PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang) Variabel Independen: Efisiensi Biaya Operasional Variabel dependen: Laba Bersih Variabel Pemoderasi: Perputaran Persediaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi biaya
operasional berpengaruh positif terhadap laba besih. Dengan tingkat keeratan korelasi yang positif antara biaya operasional dan
perputaran persediaan dengan laba bersih SPBU PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang. Hal ini berarti semakin besar biaya operasional maka semakin sedikit laba yang akan diterima, dan
sebaliknya. Demikian halnya dengan perputaran
persediaan, semakin cepat perputaran persediaan yang terjadi semakin besar laba yang akan diperoleh, dan sebaliknya. Sedangkan perputaran persediaan tidak memoderasi hubungan antara efisiensi biaya operasional dengan laba bersih pada PT. Petro Multi Guna
Tanjungpinang. Hanum
(2009)
Pengaruh Hutang Terhadap Laba Pada Pusat Penelitian Karet Tanjung Morawa Sumatera Utara Variabel independen: Hutang Variabel dependen: Laba
Hasil penelitian diketahui bahwa hutang tidak
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba usaha sebesar 0,2 yang artinya tingkat hubungan rendah, sehingga
dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima karena tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hutang terhadap laba pada Pusat Penelitian Karet Tanjung Morawa. Dani
(2006)
Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi. Variabel independen: 1. Biaya produksi 2. Biaya penjualan Variabel dependen: Laba kotor
Hasil penelitian menunjukkan R² sebesar 0,96. Ini berarti sebesar 91,60% laba kotor dipengaruhi oleh variabel biaya produksi dan variabel penjualan air bersih,
selebihnya 8,40%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam model.
Al’amin (2008)
Pengaruh Biaya Produksi Variabel Terhadap Laba Perusahaan (studi kasus pada PT. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya) Variabel Independen: Biaya Produksi Variabel Variabel Dependen: Laba Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan biaya produksi variabel telah dapat dikatakan memadai, karena dalam proses penyusunannya melibatkan berbagai pihak yang terkait dan
mempertimbangkan banyak faktor-faktor yang mendukung terhadap kememadaian anggaran sehingga memberikan sumbangan terhadap pembentukan pendapatan perusahaan. Selain itu juga, kepercayaan penuh dari masyarakat sehingga
mempunyai konsumen elain itu, pengelolaan manajemen yang baik turut mendukung laju pertumbuhan kea rah yang lebih baik. Tingkat profitabilitas meningkat
42
untuk setiap tahun, hal ini menjadi bukti dari tepat guna pengeluaran biaya produksi variabel yang dikeluarkan perusahaan untuk memperlancar aktivitas perusahaan dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hardianto, Ekawati, Wenny (2013) Pengaruh Penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito dan Kredit Mikro Terhadap Laba Perusahaan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Prabumegah Kencana Variabel Independen : 1. Tingkat Suku Bunga Deposito 2. Tingkat Suku Bunga Kredit Mikro Variabel Dependen : Laba Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito dan kredit mikro berpengaruh positif terhadap laba perusahaan secara parsial. Pada uji F yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito dan kredit mikro secara simultan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu pada Tabel 2.1, maka terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian kali ini. Persamaannya yaitu
menggunakan variabel dependen laba, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah variabel independennya. Di mana pada penelitian ini
penulis menggunakan anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan sebagai
variabel independen. Selain itu, penulis juga menambahkan kinerja bagian
karyawan bagian penjualan sebagai variabel moderasi dan objek penelitian pada
penelitian ini adalah dealer sepeda motor di Sumatera Utara.
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan
faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tersebut. Kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual H3 H1 H1 H2 H4 H5 H4 Anggaran Pelatihan (X1) Anggaran Pegembangan (X2) Laba (Y) Kinerja ( Z )
44
Anggaran pelatihan merupakan perencanaan biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan dalam mengadakan pelatihan buat karyawannya dalam suatu periode
(biasanya setahun). Semakin besar nilai yang dianggarkan perusahaan dalam
mengadakan pelatihan, maka intensitas pelatihan akan lebih banyak dan kualitas
pelatihan akan semakin lebih baik. Maka dari itu, skill dan knowledge para
karyawan akan bertambah dan akan meningkatkan laba. Dapat disimpulkan
bahwa anggaran pelatihan berpengaruh positif terhadap laba.
Anggaran pengembangan merupakan perencanaan biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan dalam mengadakan pengembangan buat karyawannya
dalam suatu periode (biasanya setahun). Semakin besar nilai yang dianggarkan
perusahaan dalam mengadakan pengembangan untuk karyawannya, maka
intensitas akan semakin banyak dan kualitasnya semakin baik, maka skill dan
knowledge para karyawan akan bertambah dan semakin baik sehingga dapat
meningkatkan laba. Dapat disimpulkan bahwa anggaran pengembangan
berpengaruh positif terhadap laba.
Kinerja merupakan hasil kerja seseorang atau kelompok. Kinerja baik atau
buruk dapat dinilai melalui beberapa penilaian, salah satunya penilaian kinerja
berdasarkan hasil, dengan penilaian ini kinerja karyawan akan dinilai melalui
hasil kerja yang mereka lakukan. Setelah diadakannya pelatihan dan
pengembangan yang dilakukan perusahaan bagi karyawan bagian penjualannya,
kinerja karyawan bagian penjualan akan dinilai berdasarkan hasil atau tingkat
penjualan perusahaan, dengan semakin meningkatnya penjualan perusahaan, maka
laba perusahaan akan semakin meningkat. Dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat
menjadi variabel moderating.
2.3.2. Hipotesis
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:41) hipotesis adalah hubungan yang
diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang
dapat diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1 : Anggaran pelatihan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
H2 : Anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
H3 : Anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan berpengaruh
terhadap laba perusahaan.
H4 : Kinerja berpengaruh terhadap hubungan antara anggaran pelatihan
dengan laba perusahaan.
H5 : Kinerja berpengaruh terhadap hubungan antara anggaran pengembangan