94
Lampiran 1
No Anggaran
Penjualan
Anggaran
Pengembangan Total Penjualan Laba Bersih
1 21,756,000 13,371,000 31,403,234,549 351,272,950
2 20,400,000 21,300,000 36,659,798,088 258,993,986
3 24,200,000 19,500,000 27,148,099,786 275,470,377
4 21,450,000 23,000,000 42,196,131,772 370,913,742
5 6,500,000 6,500,000 2,258,585,000 122,065,592
6 21,530,000 19,800,000 14,208,507,805 316,780,758
7 3,446,000 2,815,000 8,436,373,620 62,921,311
8 19,350,000 18,450,000 23,581,337,187 331,224,271
9 5,250,000 7,500,000 25,152,657,213 434,545,337
10 19,245,000 17,500,000 41,769,381,307 675,185,830
11 22,100,000 15,000,000 33,659,687,410 358,738,197
12 23,530,000 22,100,000 38,840,503,792 553,025,635
13 19,500,000 16,100,000 15,021,442,025 410,655,455
14 19,450,000 15,800,000 31,505,915,477 387,448,571
15 7,500,000 8,000,000 2,459,912,500 142,792,916
16 14,500,000 15,000,000 8,709,554,806 415,692,622
17 5,200,000 4,500,000 13,120,473,676 167,549,275
18 14,000,000 15,000,000 14,862,960,000 437,821,489
19 18,000,000 22,500,000 25,603,120,070 802,313,384
20 20,500,000 21,500,000 43,446,330,076 921,887,438
21 24,000,000 16,500,000 39,746,747,611 378,073,707
22 16,350,000 15,750,000 35,552,031,354 752,678,438
23 15,275,000 14,300,000 14,333,288,812 412,713,252
24 18,750,000 18,000,000 42,087,195,829 630,800,118
25 8,200,000 8,500,000 3,014,740,000 171,191,189
26 16,550,000 16,250,000 9,560,941,186 464,021,483
27 7,500,000 6,750,000 17,890,579,527 181,819,429
28 15,600,000 16,200,000 22,387,292,650 606,551,306
29 19,750,000 25,300,000 32,334,238,912 861,884,875
30 28,450,000 30,000,000 65,125,910,188 1,913,507,694
Lampiran 2
Hasil Output SPSS Sebelum Moderasi
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 Y
N 30 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 16594400.0000 15759533.3333 472351354.2333
Std. Deviation 6609463.07277 6417033.20500 350937079.39734
Most Extreme Differences
Absolute .161 .153 .209
Positive .131 .104 .209
Negative -.161 -.153 -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .883 .837 1.147
Asymp. Sig. (2-tailed) .417 .485 .144
a. Test distribution is Normal.
96 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .214 4.674
X2 .214 4.674
a. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .741a .549 .516 244253521.62730 1.497
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .741a .549 .516 244253521.62730
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -96000966.435 124357960.115 -.772 .447
X1 -22.009 14.837 -.415 -1.483 .150
X2 59.239 15.282 1.083 3.876 .001
a. Dependent Variable: Y
Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1960734040843983620.000 2 980367020421991810.000 16.433 .000b Residual 1610814136338068220.000 27 59659782827335864.000
Total 3571548177182051800.000 29
a. Dependent Variable: Y
98
Lampiran 3
Hasil Output SPSS Setelah Moderasi
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Z
N 30
Normal Parametersa,b
Mean 25402565740.9333
Std. Deviation 15094606020.73297
Most Extreme Differences
Absolute .121
Positive .121
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z .662
Asymp. Sig. (2-tailed) .773
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .195 5.131
X2 .203 4.915
Z .438 2.286
a. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .823a .678 .641 210333788.97888 1.676
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
100 Uji Regresi Moderasi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -50927080.455 107995581.053 -.472 .641
X1 -34.895 13.386 -.657 -2.607 .015
X2 49.603 13.494 .907 3.676 .001
Z .013 .004 .543 3.227 .003
a. Dependent Variable: Y
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .823a .678 .641 210333788.97888
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 308823979.787 184445034.954 1.674 .106
X1 -13.158 12.669 -.248 -1.039 .309
Z -.003 .010 -.118 -.268 .791
X1Z 9.169E-010 .000 1.065 2.006 .055
a. Dependent Variable: Y
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 245386654.806 147518408.530 1.663 .108
X2 -.762 10.783 -.014 -.071 .944
Z -.011 .007 -.453 -1.530 .138
90 DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 2003. Anggaran Perusahaan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini. 2007. Anggaran Bisnis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Al’amin, Soffa Fauzia. 2012. Pengaruh Biaya Produksi Variabel Terhadap Laba
Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya). Tasikmalaya: Universitas Siliwangi
Dani, Surya Wulan. 2006. Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air
Bersih terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi. Medan: USU
Darsono dan Purwanti. 2010. Penganggaran Perusahaan. Edisi 2. Mitra Wacana
Media: Jakarta
Dharmanegara, Ida Bagus Agung. 2010. Penganggaran Perusahaan : Teori dan
Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jakarta:
PT.Indeks Puri Media Kembangan
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanum, Zulia. 2009. Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Pusat
Penelitian Karet Tanjung Morawa Sumatera Utara. Medan: UMN
Alwashliyah
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi, Edisi Revisi. Medan: Rajawali Press.
Hardiana, Prasanti. 2004. Mengolah Data Statistik Dengan Menggunakan SPSS.
Bandung: UNIKOM
Hardianto, Rika Kharlina Ekawaty, Cherrya Dhia Wenny. 2013. Pengaruh
Penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito dan Kredit Mikro Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Bank Rakyat Prabumegah Kencana. Palembang:
STIE MDP
Haruman, Tendi, Sri Rahayu. 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan, Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu
Herawati, Jajuk dan Sunarto. 2004. Anggaran Perusahaan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: AMUS dan UST Press.
Itasabella. 2011. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan
Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Medan:
USU
Jackson, Susan E, Randall S Schuler dan Steve Werner, 2011. Pengelolaan
Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, Amstrong. 2010. Principles Of Marketing. Edisi Ketigabelas. New Jersey. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Kaswan. 2011. Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, Edisi Satu. Bandung: Alfabeta
Mondy, R. Wayne. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Munandar, M. 2007. Budgeting Penganggaran, Perencanaan Lengkap untuk
Membantu Manajemen. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan, Edisi Keitga. Jakarta: Salemba Empat
Nawawi, Hadari. 2008. Perencanaan Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis Yang
92
Nasution, Beti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis, Cetakan Pertama. Medan: Fisip USU Press
Nur Indriantoro. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Cetakan 2. Yogyakarta: BPFE
Octarizza. 2006. Pengaruh Anggaran Penjualan dan Biaya Operasional sebagai
Alat Perencanaan dan Pengendalian Laba pada PT. Rajawali Nusindo
Cabang Medan. Medan: USU
Pebriyanti. 2013. Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional terhadap Laba Bersih
Dengan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Pemoderasi. Tanjung
Pinang: UMRAH
Rowley, Jenifer. 2005. The Four Cs of Customer Loyalty. University of Wales,
UK: Emerald Group Publishing Limited.
Simamora, Henry. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN Yogyakarta
Siregar, Ir. Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.
Sitepu, Karianto. 2014. Pengaruh Penjualan Kredit Terhadap Penjualan Sepeda
Motor Pada PT. Capella Dinamik Nusantara Kutacane. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Sitorus, Ayuning Untari. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar DI BEI. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Stice, Earl K, James D. Stice, K. Fred Skousen. 2009. Akuntansi Intermediette, Edisi Keenam Belas, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2005. Metode Untuk Penelitian Bisnis, Edisi Dua Belas. Badung: CV. Alfabeta
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Werther, B William dan Davis Keith. 2009. Human Resources and Personnel
Management. New York: Mc. Graw Hill International
Wild, John, K.R. Subramyam, dan Robert F. Hasley. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Edisi Delapan, Buku Kesatu. Jakarta: Salemba Empat.
Link Website:
46 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan hubungan
kausal. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab
akibat dalam bentuk pengaruh antara variabel melalui pengujian hipotesis.
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:34) peneliti menggunakan variabel moderasi
atau moderator untuk melihat apakah hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dipengaruhi oleh variabel tersebut.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 115) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini data yang diperoleh dari dealer sepeda motor di
Sumatera Utara.
Sampel merupakan bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diambil untuk keperluan penelitian. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik dalam menentukan
sampel sesuai dengan tujuan tertentu.
Adapun kriteria sampel yang digunakan, antara lain:
1. Dealer sepeda motor di Sumatera Utara yang memiliki laporan keuangan
tahunan tahun 2012-2014.
2. Dealer sepeda motor di Sumatera Utara yang laporan keuangannya tidak
merugi.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari
tabel berikut.
Tabel 3.1
Sampel Dealer Sepeda Motor di Sumatera Utara
No Nama Perusahaan
1 CV. Aneka Teknik
2 PT. Bintang Utama Motor
3 CV. Wahana Lestari
4 CV. Panca Prima Pribadi
5 CV. Deli Mitra Lestari
6 UD. Honda Kita
7 UD. Cantik Motor
8 PT. Panca Niaga Motor
9 PT. Panca Jaya Motor
48 3.3 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan terdiri dari:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yaitu
data dari dealer sepeda motor di Sumatera Utara yang telah memenuhi kriteria
tertentu.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen baik dari
buku, jurnal, dan situs internet untuk mendukung penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
informasi atau data primer yang didapatkan langsung dari dealer sepeda motor di
Sumatera Utara berupa anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan serta
laporan laba rugi tahun 2012-2014.
3.5 Batasan Operasional
Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu,
tenaga, dan pengetahuan peneliti, maka peneliti melakukan beberapa batasan
konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya:
1. Penelitian ini dibatasi hanya selama 3 tahun yaitu dari tahun 2012-2014.
2. Penelitian ini dilakukan hanya terbatas pada perusahaan yang mau laporan
keuangannya dipublikasikan.
3.6 Defenisi Operasional 3.6.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2007:59). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah laba. Laba merupakan salah satu alat pengukuran
kinerja suatu perusahaan.
3.6.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan
yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Berikut variabel
independen yang digunakan dalam penelitian.
1. Anggaran Pelatihan
Pelatihan merupakan salah satu faktor penunjang meningkatnya kinerja
karyawan, dengan semakin sering dan rutin pelatihan diadakan, maka semakin
tinggi kinerja karyawan yang berhasil. Namun, dalam melaksanakan pelatihan
baik, perlu perencanaan yang baik. Maka perlu disusun anggaran biaya dalam
50
2. Anggaran Pengembangan
Pengembangan menjadi salah satu faktor penunjang meningkatnya kinerja
perusahaan pada saat yang akan datang, karena pengembangan lebih
berorientasi terhadap pelatihan jangka panjang perusahaan. Pelatihan untuk
pengembangan juga harus dilakukan sesering mungkin dan rutin, agar
pelatihan untuk pengembangan dapat terlaksana dengan baik maka perlu
disusun anggaran biaya untuk pengembangan karyawan dalam setahun.
3.6.3 Variabel Moderasi
Variabel moderating didefenisikan sebagai variabel yang dapat memperkuat
atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dan variabel
dependen. Pada penelitian ini kinerja menjadi variabel moderating. Kinerja
diharapkan dapat mempengaruhi hubungan antara anggaran pelatihan dan
pengembangan.
3.7 Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.2
Skala Pengukuran Variabel
Variabel Pengukuran Skala
Anggaran Pelatihan Jumlah dana yang
dialokasikan oleh perusahaan
Rasio
Anggaran Pengembangan
Jumlah dana yang dialokasikan oleh perusahaan
Rasio
Laba Pendapatan
operasional – biaya operasional
Rasio
Kinerja Total penjualan Rasio
3.8 Metode Analisis Data
Seluruh data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik dengan menggunakan persamaan regresi
berganda. Analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20. Model regresi
berganda adalah teknik analisis yang menjelaskan hubungan antara variabel
dependen dengan beberapa variasi independen (Sugiyono 2004:271).
Model penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh anggaran
pelatihan dan anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan dengan kinerja
52 3.8.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2006:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, rage, kurtois, dan skewness (kemencengan distribusi)
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi dengan tujuan
mengukur asosiasi atau keterikatan antar variabel bebas. Terdapat empat
pengujian terkait uji asumsi klasik yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas,
uji heteroskedasitas, dan uji autokorelasi.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendetek=si
apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis
grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan uji
statistik nonparametric kolmogrof – smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan
terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05.
3.8.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai Lagrange
Multiplier (LM Test). Nilai LM didapat dari hasil perkalian antara R2 dengan
jumlah sampel dalam penelitian (N). Jika nilai LM > Chi Square maka dalam
model regresi mengalami gejala heteroskedastisitas, sedangkan jika nilai LM <
nilai Chi Square maka dalam model regresi tidak mengalami gejala
54 3.8.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan
ada problem autokorelasi.
3.8.3 Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh anggaran pelatihan dan anggaran
pengembangan terhadap kinerja dengan model sebagai berikut:
(i) Y = α + β1X1 + β2X2 + β3 X1.X3 + β4 X2.X3 + e
Keterangan:
Y = Laba
X1 = Anggaran Pelatihan
X2 = Anggaran Pengembangan
X3 = Kinerja
a = konstanta
e = standar error
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat statistik Statistical
Package For The Social Science (SPSS). SPSS adalah salah satu program
komputer yang khusus dibuat untuk mengolah data dengan metode statistik
tertentu (Ghozali, 2005:103). Pengujian hasil analisis regresi linear berganda
dilakukan dengan Uji F dan Uji t.
3.8.4 Uji Hipotesis
3.8.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Pengujian ini menggunakan uji F dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat :
1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, yaitu variabel-variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, yaitu variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini
dapat dilakukan melalui pengamatan nilai signifikan F pada tingkat α yang
56
didasarkan pada pembandingan antara nilai signifikansi 0,05 dimana
syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi F < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variabel-variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika signifikansi F > 0,05, maka Ho diterima yaitu berarti variabel-variabel
independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.8.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini
dilakukan dengan uji t atau t-test, yaitu membandingkan antar t-hitung dengan
t-tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat:
1. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima yang berarti variabel independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai signifikansi t
pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%).
Analisis didasarkan pada perbandingan antara signifikan t dengan nilai
signifikansi 0,05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
1. Jika signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti variabel
independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
2. Jika signifikansi t > 0,05, maka Ho diterima yaitu variabel dependen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.4.3 Menguji Regresi dengan Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel independen yang akan menguatkan
atau melemahkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Ada tiga cara menguji metode analisis regresi linear dengan variabel moderating,
yaitu :
1. Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis
(MRA). Menurut Ghozali (2013:229) metode ini menggunakan pendekatan
analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk
mengontrol pengaruh variabel moderator. Untuk menggunakan MRA dengan
satu variabel prediktor (X), maka kita harus membandingkan tiga persamaan
regresi untuk menentukan jenis variabel moderator. Ketiga persamaan
tersebut adalah :
- Yi = α+β1Xi+ε
58
- Yi = α+β1Xi+β2Zi+β3Xi*Zi+ε
Jika persamaan 2 dan 3 tidak berbeda secara signifikan atau (β3= 0; β2≠ 0) maka
Z bukanlah variabel moderator, tetapi sebagai prediktor (independen). Jika
persamaan 1 dan 2 tidak berbeda maka variabel Z merupakan pure moderator,
tetapi harus berbeda dengan persamaan 3 atau (β2= 0; β3≠ 0). Jika persamaan 1,2,
dan 3 berbeda satu sama lainnya, maka variabel Z merupakan variabel quasi
moderator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dealer sepeda motor
yang ada di provinsi Sumatera Utara. Dealer sepeda motor yang dijadikan sampel
berjumlah 10 perusahaan. Data yang diambil dari dealer sepeda motor yang ada
di Sumatera utara sepanjang 3 tahun, yaitu mulai tahun 2012-2014
Analisis dan pembahasan yang tersaji pada bab ini menunjukkan hasil dari
analisis data berdasarkan pengamatan variabel bebas maupun variabel moderasi
yang digunakan dalam model analisis regresi dengan menggunakan Moderated
Regression Analisys (MRA) untuk mengetahui apakah kinerja berpengaruh positif
terhadap hubungan antara anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan
dengan laba perusahaan.
4.2 Uji Deskriptif
Statistik deskriptif dari data-data dalam penelitian ini disajikan dalam tabel
60 Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 30 3446000.00 28450000.00 16594400.0000 6609463.07277
X2 30 2815000.00 30000000.00 15759533.3333 6417033.20500
Z 30 2258585000.00 65125910188.00 25402565740.9333 15094606020.73297
Y 30 62921311.00 1913507694.00 472351354.2333 350937079.39734
Valid N (listwise) 30
Dari pengujian deskriptif statistik yang tersaji pada tabel 4.1 menunjukkan
nilai rata-rata anggaran pelatihan sebesar 16,594,400.00 dengan nilai standar
deviasi sebesar 6,609,463.07. Anggaran pelatihan dari nilai terendah sebesar
3,446,000 yaitu perusahaan CV. Deli Mitra Lestari sampai dengan nilai tertinggi
sebesar 28,450,000 yaitu PT. Panca Niaga Motor.
Dari analisis statistik deskriptif diketahui rata-rata anggaran pengembangan
oleh perusahaan sampel sebesar 15,759,533.33 dengan nilai standar deviasi
sebesar 6,609,463.07. Anggaran pengembangan terendah sebesar 2,815,000.00
yaitu perusahaan CV. Deli Mitra Lestari sampai dengan nilai tertinggi sebesar
30,000,000.00 yaitu perusahaan PT. Panca Niaga Motor.
Dari analisis statstik deskriptif diketahui nilai rata-rata kinerja karyawan
bagian penjualan sampel sebesar 25,402,565,740.93 dengan nilai standar deviasi
15,094,606,020.73. Kinerja terendah sebesar 2,258,585,000.00 yaitu perusahaan
UD. Cantik Motor sampai dengan nilai tertinggi sebesar 65,125,910,188.00 yaitu
perusahaan PT. Panca Niaga Motor.
Dari analisis statistik deskriptif diketahui nilai rata-rata laba perusahaan
sampel sebesar 472,351,354.23 dengan nilai standar deviasi 350,937,079.39. Laba
perusahaan terendah sebesar 62,921,311.00 yaitu perusahaan CV. Deli Mitra
Lestari (tahun 2012) sampai dengan nilai tertinggi sebesar 1,913,507,694.00 yaitu
perusahaan PT. Panca Niaga Motor.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan pada tiap-tiap variabel penelitian untuk
mengetahui variabel mana yang memenuhi dan tidak memenuhi asumsi
normalitas (variabel tersebut terdistribusi secara normal). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan Normal Probility Plot dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Pada uji Kolmogorov-Smirnov, apabila nilai
signifikansi lebih besar dari 0.05, maka data residual berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka data residual
62 Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Moderasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 Y
N 30 30 30
Normal Parametersa,b Mean 16594400.0000 15759533.3333 472351354.2333
Std. Deviation 6609463.07277 6417033.20500 350937079.39734
Most Extreme Differences
Absolute .161 .153 .209
Positive .131 .104 .209
Negative -.161 -.153 -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .883 .837 1.147
Asymp. Sig. (2-tailed) .417 .485 .144
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil dari pengolahan data penelitian sebelum moderasi dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang tersaji dengan tabel 4.2 diperoleh
signifikansi variabel X1 (anggaran pelatihan) = 0.417, X2 (anggaran
pengembangan) = 0.485, dan Y (laba) = 0.144 lebih besar dari 0.05, yang
menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal
Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Moderasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Z
N 30
Normal Parametersa,b Mean 25402565740.9333
Std. Deviation 15094606020.73297
Most Extreme Differences
Absolute .121
Positive .121
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z .662
Asymp. Sig. (2-tailed) .773
a. Test distribution is Normal.
64
Hasil dari pengolahan data penelitian setelah moderasi dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang tersaji dengan tabel 4.3 diperoleh
signifikansi variabel Z (kinerja) lebih besar dari 0.05 yaitu 0.773 yang
[image:31.595.177.455.277.543.2]menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal.
Gambar 4.1 Sebelum Moderasi
Gambar 4.2 Setelah Moderasi
[image:31.595.176.477.577.822.2]4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Jika VIF menunjukkan
angka > 10 dan nilai tolerance < 0.1 hal ini berarti terdapat gejala
[image:32.595.108.520.565.658.2]multikolinearitas.
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Sebelum Moderasi
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .214 4.674
X2 .214 4.674
a. Dependent Variable: Y
Dari uji multikolinearitas sebelum moderasi yang tersaji dalam tabel 4.4,
dapat dilihat tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel penelitian, hal ini Dengan melihat grafik normal plot yang tersaji pada gambar 4.1
(sebelum moderasi) dan gambar 4.2 (setelah moderasi) terlihat titik-titik menyebar
disekitar diagonal, serta penyebarannya mendekati garis diagonal. Kedua grafik ini
66
ditunjukkan dalam angka VIF (Variance Inflation Factor) dari X1 (anggaran
[image:33.595.113.515.331.441.2]pelatihan) dan X2 (anggaran pengembangan) yang < 10 dan nilai tolerance > 0,10.
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas
Setelah Moderasi
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .195 5.131
X2 .203 4.915
Z .438 2.286
a. Dependent Variable: Y
Dari uji multikolinearitas setelah moderasi yang tersaji dalam tabel 4.5
dapat dilihat tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel penelitian, hal ini
ditunjukkan dalam angka VIF (Variance Inflation Factor) dari X1 (anggaran
pelatihan), X2 (anggaran pengembangan), dan Z (kinerja) < 10 dan nilai tolerance
> 0.10.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Pengujian ini dapat dilakukan dengan berbagai uji yang dilakukan. Di
bawah ini merupakan hasil dari pengujian heteroskedasitas dengan melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu Xadalah residual (Y predksi – Y sesungguhnya) yang telah di –
studentized. Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas adalah dengan
melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data dengan SPSS.
Pengambilan keputusan adalah dengan melihat pola tertentu, seperti titik-titik
yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi gejala heteroskedasitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran
68 Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedasitas dengan Scatter Plot Sebelum Moderasi
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas.
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Setelah Moderasi
Dari grafik Scatterplot setelah moderasi yang tersaji pada gambar 4.4
dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dn tidak membentuk suatu
pola tertentu serta terebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
[image:36.595.124.516.139.459.2]70 4.3.4 Uji autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya masalah dalam autokorelasi
[image:37.595.113.516.427.514.2]diantaranya dengan menggunkan uji Durbin-Watson.
Tabel 4.6
Hasil Uji Durbin-Watson Sebelum Moderasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .741a .549 .516 244253521.62730 1.497
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 4.5 hasil pengujian Durbin-Watson diperoleh bahwa tidak
terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari
nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1.497. Angka tersebut berada diantara -2 dan
+2, artinya bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 <
1,497 > +2). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun
negative.
Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin-Watson Setelah Moderasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .823a .678 .641 210333788.97888 1.676
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Setelah dimasukkan variabel moderasi berdasarkan tabel 4.6 hasil pengujian
Durbin-Watson diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan
pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar
1.676. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih
besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1.676 > +2). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negative.
4.4 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksi seberapa jauh
perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen dimanipulasi
(Sugiyono, 2011:260). Dalam penelitian ini terdapat dua model regresi yang akan
72
moderasi. Variabel yang dipakai adalah laba sebagai variabel dependen dan
anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan sebagai variabel independen
serta kinerja sebagai variabel moderasi. Hasil dari analisis regresi dapat dilihat
[image:39.595.110.513.329.423.2]pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -96000966.435 124357960.115 -.772 .447
X1 -22.009 14.837 -.415 -1.483 .150
X2 59.239 15.282 1.083 3.876 .001
a. Dependent Variable: Y
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai konstanta sebesar -96000966.435. Nilai
koefisien variabel X1 (anggaran pelatihan) adalah -22.009 dan variabel X2
(anggaran pengembangan) adalah 59.239. Berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda di atas diperoleh persamaan regresi : Y = -96000966.435+ -22.009X1 +
59.239X2 + e
Tabel 4.9 Uji Regresi Moderasi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -50927080.455 107995581.053 -.472 .641
X1 -34.895 13.386 -.657 -2.607 .015
X2 49.603 13.494 .907 3.676 .001
Z .013 .004 .543 3.227 .003
a. Dependent Variable: Y
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai konstanta sebesar -50927080.455.
nilai koefisien untuk variabel X1 adalah sebesar -34.895. nilai koefisien untuk
X2 49.603. nilai koefisien untuk variabel moderasi adalah sebesar 0.013.
berdasarkan hasil uji regresi maka diperoleh persamaan regresi :
Y = 50927080.455 + -34.895X1 + 49.603X2 + 0.013 X1X3 + e
4.5 Uji hipotesis
4.5.1 Uji R2 atau Koefisien Determinasi
Dari hasil pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi Best Linear
Unbiased Estimated (BLUE) sehingga layak dilakukan analisis regresi, untuk
mengetahui seberapa baik model regresi yang digunakan dalam penelitian, dapat
dilihaat melalui tabel Goodness of Fit. Koefisien korelasi (R Square)
menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel
74
1. Semakin tinggi nilai R Square maka akan semakin baik model regresi. Nilai R
Square yang kecil menunjukkan kemampuan variabel independen menerangkan
variasi variabel dependen sangat terbatas atau sebaliknya. Namun, R Square
memiliki kelemahan mendasar apabila setiap penambahan variabel independen ke
dalam model, maka R Square pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
(Ghozali,2013). Sedangkan angka koefisien korelasi (Adjusted R Square)
menunjukkan seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi yang terjadi pada variabel independen. Tidak seperti nilai R Square, nilai
Adjusted R Square dapat turun maupun naik meskipun ada penambahan variabel.
Standar Error of Estimate, apabila semakin kecil maka akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Berikut ini disajikan
[image:41.595.110.513.640.707.2]tabel Goodness of Fit.
Tabel 4.10 Sebelum Moderasi
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .741a
.549 .516 244253521.62730
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Pada tabel 4.6 nilai R Square adalah sebesar 0.741 yang berarti bahwa
74,1% variabel dependen (laba perusahaan yang diproksi ke Tobins Q) dapat
dijelaskan oleh anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan, sedangkan
sebesar 25,9% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
[image:42.595.108.515.390.471.2]diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 4.11 Setelah Moderasi
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .823a
.678 .641 210333788.97888
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Setelah dimasukan variabel moderasi yaitu kinerja, R Square meningkat
menjadi 0.678 yang berarti 67.8% laba dapat dijelaskan dari kedua variabel
tersebut. Begitu juga dengan Adjusted R Square pada persamaan 2 adalah sebesar
0.641 yang berarti 64.1% variasi variabel dependen (laba) dapat dijelaskan oleh
anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan. Nilai Standar Error of Estimate
persamaan 1 sebesar 244253521.62730, kemudian menjadi turun pada persamaan
76
menunjukkan model regresi berarti semakin baik.
4.5.2 Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Uji t untuk mengetahui signifikansi koefisien
regresi. Kriteria keputusan diambil dengan membandingkan Sig-t dengan α =
0.05:
- Jika Sig-t < 0.05: koefisien rergesi signifikan,
- Jika Sig-t ≥ 0.05: koefisien regresi tidak signifikan.
[image:43.595.113.515.532.627.2]Berikut adalah hasil uji regresi parsial yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.12 Sebelum Moderasi
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -96000966.435 124357960.115 -.772 .447
X1 -22.009 14.837 -.415 -1.483 .150
X2 59.239 15.282 1.083 3.876 .001
a. Dependent Variable: Y
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara melihat nilai pada kolom
Sig. yaitu untuk X1 (anggaran pelatihan) sebesar 0.150 dan X2 (anggaran
pengembangan) sebesar 0.001 di mana suatu model dikatakan signifikan atau
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara parsial apabila nilai
signifikansi (kolom Sig.) lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% sehingga
berdasarkan tabel 4.7 dapat diambil keputusan bahwa X1 (anggaran pelatihan)
tidak berpengaruh terhadap Y (laba), sedangkan X2 (anggaran pengembangan)
[image:44.595.112.523.392.504.2]berpengaruh terhadap Y (laba).
Tabel 4.13 Setelah Moderasi
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 308823979.787 184445034.954 1.674 .106
X1 -13.158 12.669 -.248 -1.039 .309
Z -.003 .010 -.118 -.268 .791
X1Z 9.169E-010 .000 1.065 2.006 .055
a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan hasil regresi dengan variabel moderasi Z (kinerja).
Anggaran pelatihan dan kinerja tidak berpengaruh secara parsial terhadap laba.
Kinerja juga tidak dapat memoderasi pengaruh anggaran pelatihan terhadap laba.
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi berada di atas 0.05 untuk setiap variabel
78 Tabel 4.14
Setelah Moderasi
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 245386654.806 147518408.530 1.663 .108
X2 -.762 10.783 -.014 -.071 .944
Z -.011 .007 -.453 -1.530 .138
X2Z 1.083E-009 .000 1.265 3.388 .002
a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan hasil regresi dengan variabel moderasi Z (kinerja).
Anggaran peengembangan dan kinerja berpengaruh secara parsial terhadap laba.
Kinerja juga dapat memoderasi pengaruh anggaran pelatihan terhadap laba. Hal
ini dapat dilihat dari nilai signifikansi berada di angka 0.002.
4.5.3 Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F)
Uji simultan yang sering disebut dengan uji F dilakukan untuk menguji
apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
mempengaruhi variabel dependen. Kriteria keputusan diambil dengan
membandingkan Sig-F dengan α = 0.05
- Jika Sig-F < 0.05 : koefisien regresi signifikan
- Jika Sig-F ≥ 0.05 : koefisien regresi tidak signifikan
Untuk mengetahui apakah X1 (anggaran pelatihan) dan X2 (anggaran
pengembangan) secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi Y (laba) dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.15
Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1960734040843983620.000 2 980367020421991810.000 16.433 .000b Residual 1610814136338068220.000 27 59659782827335864.000
Total 3571548177182051800.000 29
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Dari tabel 4.8 dapat diambil kesimpulan bahwa X1 (anggaran pelatihan)
dan X2 (anggaran pengembangan) secara bersama-sama (simultan)
mempengaruhi Y (laba) dengan tingkat signifikansi 0.00. Pengambilan keputusan
terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas p
dengan nilai tingkat signifikansi, yakni α. Jika nilai probabilitas (kolom Sig.) p ≥
tingkat signifikansi yang digunakan (5%) maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel bebas secara bersama-sama atau simultan tidak mempengaruhi variabel
dependen. Jika, nilai probabilitas (kolom Sig.) p < tingkat signifikansi (5%),
maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen mempengaruhi secara
[image:46.595.102.518.276.360.2]80 4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Anggaran Pelatihan Terhadap Laba Perusahaan
Menurut Ghozali (2006:84), apabila variabel dependen memiliki
nilai signifikansi diatas 0.05, maka variabel independen dikatakan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan
hasil SPSS, hasil penelitian pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi anggaran pelatihan terhadap laba perusahaan sebesar 0.150 >
0.05, sehingga anggaran pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba
perusahaan.
Pada penelitian ini, anggaran pelatihan yang dianggarkan
perusahaan sebesar Rp161.377.000 pada tahun 2012, Rp 164.280.000 pada
tahun 2013, Rp 170.425.000 pada 2014, dengan merencanakan pelatihan
product knowledge, company orientation, dan dasar-dasar prospecting.
Karyawan-karyawan yang diberikan pelatihan adalah karyawan-karyawan
yang baru bekerja, seperti menurut Dessler (2009:263) pelatihan adalah
proses mengajarkan karyawan baru keterampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka.
Pada penelitian ini karyawan yang dimaksud adalah karyawan
bagian penjualan atau salesman. Karyawan baru akan diberikan pelatihan
untuk menguasai dasar-dasar sepeda motor, seperti
keunggulan-keunggulan yang ditonjolkan, harga jual produk, beserta
spesifikasi umum produk. Perusahaan berharap dengan disediakannya
anggaran ini, perusahaan bisa mendapatkan laba yang maksimal namun,
anggaran pelatihan justru tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan, hal
ini bisa saja disebabkan oleh realisasi anggaran yang rendah, pelatihan
yang dilaksanakan tidak efektif dan efisien sehingga justru hanya
membebani perusahaan dan karyawan yang diberi pelatihan tidak
mendapat skill seperti yang diharapkan.
4.6.2 Pengaruh Anggaran Pengembangan Terhadap Laba Perusahaan
Apabila variabel dependen memiliki nilai signifikansi dibawah
0.05, maka variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali 2006:84). Berdasarkan hasil SPSS,
hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikansi
anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan sebesar 0.001 < 0.05,
sehingga anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Pada penelitian ini, anggaran pengembangan yang dianggarkan
perusahaan sebesar Rp 143.511.000 pada tahun 2012, Rp 146.925.000
pada tahun 2013, dan Rp 153.042.000 pada tahun 2014 dengan
merencanakan pengembangan seperti communication skill, relationship
82
karyawan ditujukan kepada karyawan lama yang telah memiliki skill
seperti Menurut Mathis dan Jackson dalam Nasution (2010:127),
pengembangan dilakukan terhadap karyawan-karyawan lama yang
dianggap memiliki potensi untuk mengembangkan bakat-bakat karyawan
dengan tujuan menjalankan rencana-rencana strategis jangka panjang
perusahaan.
Dealer sepeda motor di Sumatera Utara menetapkan para
karyawan yang sudah mempunyai status sebagai karyawan tetap yang
dianggap berbakat untuk diberikan pengembangan sebagai suatu bentuk
soft skill yang nantinya akan mendukung kemampuan karyawan
(salesman) dalam melakukan penjualan dan menjalin relasi yang baik
dengan para konsumen. Dealer sepeda motor di Sumatera Utara juga
beranggapaan bahwa penting bagi mereka untuk menetapkan suatu
anggaran pengembangan bagi para salesman mereka, karena salesman
merupakan frontliner yang menjadi image suatu perusahaan, juga
merupakan ujung tombak dalam hal meraih keuntungan. Anggaran
pengembangan yang ditetapkan oleh dealer sepeda motor di Sumatera
Utara telah mampu mempengaruhi peningkatan laba perusahaan.
4.6.3 Pengaruh Anggaran Pelatihan dan Anggaran Pengembangan
Terhadap Laba Perusahaan
Apabila variabel dependen memiliki nilai signifikansi dibawah
0.05, maka variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali 2006:83). Berdasarkan hasil SPSS,
hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikansi
anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan
sebesar 0.002 < 0.05 sehingga anggaran pelatihan dan anggaran
pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Pada penelitian ini, anggaran pelatihan yang dianggarkan
perusahaan sebesar Rp161.377.000 pada tahun 2012, Rp 164.280.000 pada
tahun 2013, dan Rp 170.425.000 pada 2014, sedangkan anggaran
pengembangan dianggarkan sebesar Rp 143.511.000 pada tahun 2012, Rp
146.925.000 pada tahun 2013, dan Rp 153.042.000 pada tahun 2014,
namun anggaran pengembangan mempunyai kontribusi yang cukup besar
terhadap laba perusahaaan, sehingga anggaran pelatihan dan anggaran
pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan meskipun anggaran
pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan secara parsial,
karena bisa saja karyawan yang diberi pelatihan adalah karyawan baru
84
mempunyai attitude yang baik, sedangkan karyawan yang diberi
pengembangan adalah karyawan lama yang telah menguasai job profile
dan menguasai pekerjaan saat ini. Karyawan yang diberikan
pengembangan disiapkan untuk menghadapi tantangan pekerjaan dimasa
depan.
Pada industri sepeda motor, para salesman diharapkan memiliki
communication skill, time management, prospecting skill, dan relationship
marketing yang baik. Hal ini dikarenakan, sepeda motor adalah kategori
homogenous shopping good, yaitu barang yang untuk keputusan
pembelinya butuh pertimbangan seperti dengan melakukan perbandingan
dan pencarian informasi produk dari berbagai sumber. Dalam kasus ini,
terkadang konsumen yang datang membeli sudah mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber, sehingga salesman diharapkan mampu
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen melalui skill yang telah
diberikan.
Sebagai contoh, salesman baru pada umumnya hanya menguasai
mengenai pengetahuan umum atau ciri-ciri umum produk yang dijual,
sedangkan salesman yang lebih berpengalaman, yang telah disiapkan
untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang telah
mengetahui produk secara detail, bahkan menguasai produk komplementer
dan substitusi dari produk yang dijual. Pengetahuan yang baik dan skill
yang baik akan mempermudah salesman mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
4.6.4 Pengaruh kinerja terhadap hubungan antara anggaran pelatihan
dengan laba perusahaan
Berdasarkan hasil SPSS, hasil penelitian pada tabel 4.12
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kinerja mempengaruhi hubungan
antara anggaran pelatihan dengan laba perusahaan sebesar 0.055 > 0.05,
sehingga kinerja tidak mempengaruhi hubungan antara pelatihan dengan
laba perusahaan.
Jumlah total penjualan perusahaan yang digunakan sebagai
indikator kinerja adalah Rp 252.814.106.327 pada tahun 2012, Rp
227.229.899.832 pada tahun 2013, Rp 282.032.966.069 pada tahun 2014.
Anggaran pelatihan yang dianggarkan perusahaan sebesar Rp161.377.000
pada tahun 2012, Rp 164.280.000 pada tahun 2013, dan Rp 170.425.000
pada 2014. Dari data di atas dapat dilihat dalam 3 tahun terjadi penurunan
total penjualan pada tahun 2013 sedangkan anggaran pelatihan yang
disusun perusahaan tetap meningkat setiap tahunnya, hal ini bisa saja
86
laba pada tahun sebelumnya atau jumlah karyawan pada perusahaan.
Umumnya pelatihan ditujukan kepada karyawan baru. Karyawan baru ada
yang belum memiliki pengalaman kerja, ada juga yang telah memiliki
pengalaman kerja, namun biasanya karyawan baru pada perusahaan adalah
karyawan yang belum memiliki pengalaman bekerja, sehingga dalam
menyusun anggarannya perusahaan menganggap bahwa semua karyawan
baru belum memiliki pengalaman atau kinerja.
4.6.5 Pengaruh kinerja terhadap hubungan antara anggaran
pengembangan dengan laba perusahaan
Berdasarkan hasil SPSS, hasil penelitian pada tabel 4.12
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kinerja mempengaruhi hubungan
antara anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan sebesar 0.002 <
0.05 dan nilai koefisiennya 1.08, sehingga kinerja mempengaruhi
hubungan secara positif antara anggaran pengembangan dengan laba
perusahaan, namun kinerja memperlemah hubungan antara anggaran
pengembangan dengan laba perusahaan. Dapat dilihat dari tabel 4.11 nilai
koefisiennya 59.239 menjadi 1.08 setelah dimasukkan variabel moderasi.
Jumlah total penjualan perusahaan yang digunakan sebagai
indikator kinerja adalah Rp 252.814.106.327 pada tahun 2012, Rp
227.229.899.832 pada tahun 2013, Rp 282.032.966.069 pada tahun 2014.
Anggaran pengembangan dianggarkan sebesar Rp 143.511.000 pada tahun
2012, Rp 146.925.000 pada tahun 2013, dan Rp 153.042.000 pada tahun
2014. Menurut Jackson, Schuler, dan Werner (2009:211) Pengembangan
merupakan aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi untuk jangka panjang sebagai antisipasi atas kebutuhan masa
datang. Perusahaan menganggarkan sejumlah dana yang digunakan untuk
membangun kualitas SDM, karena penting bagi perusahaan untuk dapat
selalu menjadi yang utama diindustri yang sedang dijalani. Perubahan
pasar yang kian dinamis, menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan
skill karyawan.
Kinerja mempengaruhi hubungan antara anggaran dan laba
perusahaan, namun kinerja memperlemah hubungan antara anggaran
pengembangan dan laba peusahaan, hal ini dikarenakan anggaran yang
dikeluarkan perusahaan untuk pengembangan karyawan sekarang, namun
hasilnya atau kinerja karyawan akan kelihatan pada saat yang akan datang.
Oleh karena itu, kinerja akan memperlemah hubungan antara anggaran
88 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Anggaran pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan.
2. Anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
3. Anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba
perusahaan.
4. Kinerja tidak mempengaruhi hubungan antara anggaran pelatihan dengan laba
perusahaan.
5. Kinerja mempengaruhi hubungan antara anggaran pengembangan dengan laba
perusahaan.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel atau
mencari jenis anggaran lainnya, karena masih banyak variabel lain yang dapat
mempengaruhi anggaran.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah tahun penelitian. Sampel yang
digunakan tidak hanya terbatas dari dealer sepeda motor, tetapi juga
perusahaan-perusahaan lainnya. Sampel yang dipakai juga tidak hanya yang
ada di Sumatera Utara, tetapi daerah-daerah lainnya.
3. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel moderasi yang lain,
menambah variabel moderasi, ataupun menambah variabel intervening untuk
hubungan anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan dengan laba
perusahaan.
4. Peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai sebab tidak berpengaruhnya
anggaran pelatihan dengan laba perusahaan dan kinerja tidak memoderasi
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Anggaran
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari anggaran. Pengertian
dari anggaran menurut Dharmanegara (2010:2) adalah suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan
dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang. Menurut Supriyono dalam Haruman dan Rahayu (2007:3)
anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam
ukuran kuantitatif, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk perolehan dan
penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun. Menurut Darsono dan Purwanti (2008:2) anggaran adalah
suatu perencanaan laba strategis jangka panjang, suatu perencanaan taktis laba
jangka pendek; suatu sistem akuntansi berdasarkan tanggung jawab; suatu
penggunaan prinsip pengecualian yang berkesinambungan, sebagai alat untuk
mencapai tujuan dan sasaran suatu organisasi.
Fungsi anggaran menurut Dharmanegara (2010:4), yaitu :
1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang
mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi
3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang
memnghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu
dengan yang lainnya dan dengan manajemen puncak
4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran
berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi aktual dapat
dibandingkan.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau
kelemahan perusahaan
6. Anggaran mencoba untuk memengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun
karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi
yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi
Bagi manajemen perusahaan yang belum terbiasa mengadakan
penyusunan anggaran dalam perusahaannya, akan menganggap bahwa
penyusunan anggaran ini merupakan pekerjaan dan beban tambahan bagi
perusahaan yang bersangkutan, tetapi bila manajemen perusahaan telah merasakan
manfaat penggunaan anggaran tersebut didalam perusahaannya pada umumnya
12
sebagai alat bantu dalam penyusunan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan di
dalam perusahaan yang dipimpinnya.
Menurut Nafarin (2009:31) anggaran dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Segi Dasar Penyusunan
Dilihat dari segi dasar penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran variabel dan
anggaran tetap. Anggaran variabel adalah anggaran yang disusun berdasarkan
interval, kapasitas (aktivitas), tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri
anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas yang berbeda.
Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat
kapasitas tertentu.
2. Segi Cara Penyusunan
Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran periodik dan
anggaran kontinu. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu
periode tertentu. Anggaran kontinu adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat.
3. Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktunya, anggaran terdiri atas anggaran jangka
pendek dan anggaran jangka panjang. Anggaran jangka pendek adalah
anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.
Anggaran jangka panjang adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu
lebih dari satu tahun.
4. Segi Bidang
Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan
anggaran keuangan. Kedua anggaran tersebut bila dipadukan disebut anggaran
induk. Anggaran operasional adalah anggaran anggaran untuk menyusun
anggaran penjualan/pendapatan, anggaran biaya pabrik, anggaran bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan
anggaran beban usaha. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun
anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang, anggaran
persediaan, dan anggaran utang.
5. Kemampuan menyusun
Dlihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri atas anggaran
komprehensif dan anggaran parsial. Anggaran komprehensif adalah rangkaian
dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran parsial
adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya
menyusun bagian anggaran tertentu saja.
6. Segi Fungsi
Dilihat dari segi fungsi, anggaran terdiri atas anggaran tertentu dan anggaran
14
tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Anggaran kinerja
adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan
dalam organisasi (perusahaan).
7. Segi Metode Penentuan Harga Pokok Produk
Dilihat dari segi metode penentuan harga pokok produk, anggaran terdiri atas
anggaran tradisional dan anggaran berdasar kegiatan. Anggaran tradisional atau
anggaran konvesional terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran
berdasar sifat. Anggaran berdasar fungsional adalah anggaran yang dibuat
dengan menggunakan menggunakan metode penentuan harga penuh dan
berfungsi untuk menyusun anggaran induk atau anggaran tetap. Anggaran an
yang dibuat dengan menggunakan metode penentuan harga pokok variabel dan
berfungsi untuk menyusun anggaran variabel. Anggaran berdasar kegiatan
adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penetapan harga
pokok berdasarkan kegiatan dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel
dan anggaran induk.
Untuk mencapai tujuan-tujuannya, perusahaan seharusnya menyusun anggaran
yang merupakan penjabaran secara terperinci dari masing-masing tujuan menjadi
program kerja yang akan dilaksanakan, karena luasnya aktivitas, mustahil
bilamana program-program kerja ini harus dipikirkan dan disusun oleh seorang
petugas saja. Demikian pula karena pelaksanaanya akan melibatkan seluruh
bagian personalia dari berbagai jenjang organisasi dan dengan berbagai keahlian
yang berbeda, maka penyusunan anggaran pun perlu melibatkan berbagai
personalia inti dari berbagai fungsi operasional perusahaan.
Menurut Adisaputro dan Asri (2003:46), komisi anggaran umumnya berada di
bawah direksi. Sebab yang utama karena baik dalam penyusunannya maupun
dalam pelaksanaanya, anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai bagian,
dengan menempatkan komisi anggaran ini secara langsung dibawahnya, maka
diharapkan anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara
penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga anggaran
benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta
mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian.
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen berasal dari kata to manage (bahasa inggris) yang artinya
mengurus, mengatur, dan mengelola dalam hal ini yang mau diatur adalah
sumber-sumber daya organisasi. Menurut Nasution (2010:2) sumber daya manusia
adalah merupakan sumber daya yang paling penting untuk dikelola secara efektif,
karena sumber daya manusialah yang merencanakan, mengatur dan
memanfaatkan sumber-sumber lain.
16
adalah kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan
aspek orang atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi
perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian. Menurut Mathis
dan Jackson dalam Nasution (2010:3) manajemen sumber daya manusia
berhubungan dengan sistem rancangan formal dalam suatu organisasi untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat seseorang untuk
mewujudkan sasaran organisasi. Menurut Henry simamora dalam Nasution
(2010:2) manajemen sumber daya manusia diartikan sebagai pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan terhadap
individu organisasi atau kelompok kerja.
Dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan dengan
menerapkan fungsi-fungsi manajemen mulai dari merencanakan hingga pada
fungsi pengendalian pada pengadaan sumber daya manusia, pengarahan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber
daya manusia sehingga sumber daya di dalam organisasi dapat digunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan peruahaan.
Menurut Mondy (2008:4) ada lima area fungsional dikaitkan dengan
manajemen sumber daya manusia yang efektif, yaitu:
1. Penyediaan staf
Merupakan proses yang menjamin suatu organisasi untuk selalu memiliki
jumlah karyawan yang tepat dengan keahlian-keahlian yang memadai dalam
pekerjaan-pekerjaan yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk mencapai tujuan
organisasi. Penyediaan staf mencakup analisis pekerjaan, perencanaan sumber
daya manusia, perekrutan, dan seleksi.
2. Pengembangan sumber daya manusia
Adalah fungsi manajemen sumber daya manusia utama yang tidak hanya terdiri
atas pelatihan dan pengembangan namun juga aktivitas-aktivitas perencanaan
dan pengembangan karir individu, pengembangan organisasi, serta manajemen
dan penilaian kerja. Pelatihan dirancang untuk memberi para pembelajar
sejumlah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk pekerjaan mereka
saat ini. Pengembangan melibatkan pembelajaran yang beranjak ke luar
pekerjaan saat ini dan memiliki fokus jangka panjang.
3. Kompensasi
Mencakup semua imbalan total yang diberikan kepada para karyawan sebagai
timbal balik untuk jasa mereka. Imbalan dapat dapat berupa salah satu
kombinasi dari kompensasi finansial langsung (upah/gaji), kompensasi
finansial tidak langsung (cuti dibayar, asuransi pengobatan), dan kompensasi
18
4. Keselamatan dan kesehatan
Keselamatan adalah perlindungan bagi karyawan dari luka-luka yang
disebabkan kecelakaan-kecelakaan terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
bebasnya para karyawan dari sakit secara fisik atau emosi.
5. Hubungan kekaryawanan dan perburuhan
Suatu perusahaan dituntut oleh hukum untuk mengakui serikat pekerja dan
berunding dengannya dengan itikad baik jika para karyawan perusahaan yang
bersangkutan menginginkan serikat pekerja mewakili mereka.