• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 2 Daftar Penelitian Terdahulu Mengenai Waste Material NO PENULIS & JUDUL TUJUAN

Berdasarkan hasil analisa Pareto maka material pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yang berpotensi memberikan kontribusi terbesar terhadap waste cost yaitu Bata ringan dengan waste cost sebesar = Rp 41.587.835,21.

PROYEK GEDUNG proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yaitu sebesar 0,0531. Faktor-faktor yang berpengaruh menyebabkan waste material pada bata ringan, besi polos Ø16, besi ulir D22, dan besi polos Ø10 dalam proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya adalah faktor man, measure, dan management.

Langkah-langkah untuk mereduksi waste dapat dirumuskan sesuai kriteria manusia, pengukuran dan manajemen. Cara-cara tersebut antara lain melakukan pengawasan, melakukan pengawasan yang tepat dan program penyimpanan material dengan lebih baik.adalah Rp 318.104.590 dengan jumlah unit rumah optimum sebanyak 50 unit.

2 M. Alfin Ahfiyatna Apartement Royal Cityloft diantaranya: Besi Ø8 (waste level 19,69%, waste cost Rp.148.321.150,19), Besi D19 (waste level 7,51%, waste cost Rp.122.758.756,27), Semen

CITYLOFT cost Rp. 122.604.450,45), Bata

ringan 600x200x100

Ex.Blesscon (waste level

9,45%, waste cost

Rp.99.722.547,79), Cat Acrylic Emulsion (waste level 21,00%, waste cost Rp. 97.426.641.47), Besi D10 (waste level 6,32%, waste cost Rp. 75.025.702,56), Cat Acrylic Latex (waste level 39,19%, waste cost Rp.

61.830.878,84), Keramik Platinum Ocra White 400x400 (waste level 15,48%, waste cost Rp. 54.802.583,00), Besi D16 (waste level 4,43%, waste cost Rp. 49.405.319,48), Multipleks 12mm (waste level 4,96%, waste cost Rp.

47.099.692,27), Pasir Pasang (waste level 27,69%, waste Batako 20x40x10 (waste level 19,98%, waste cost Rp.

22.068.909,69), Plamir (waste level 6,53%, waste cost Rp.

19.567.968,87), Semen Instant UZIN SC (waste level 6,51%, waste cost Rp. 17.087.334,09).

2. Besar persentase waste terhadap nilai proyek adalah 2,750%.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya waste diantaranya: material yang terlalu cepat datang, kurang pengawasan saat pelaksanaan pekerjaan, adanya perubahan desain, kurangnya pemahaman pekerja terhadap metode pekerjaan, kesalahan metode, material yang tidak tahan dengan cuaca, ruang penyimpanan gudang yang terbatas, peralatan yang tidak valid, adanya pembongkaran di lapangan, kerusakan saat pengangkutan, kehilangan

membuat rencana perhitungan dan penanganan material sisa, memberikan pelatihan kepada

pekerja mengenai metode pekerjaan, penyediaan tempat yang memadai untuk material, penggunaan material untuk peralatan atau pekerjaan lain, pengalihan material ke proyek lain jika masih bisa digunakan,dan mendaur ulang material kepada pihak lain.

3 I Putu Artama

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis penanganan material waste pada proyek perumahan di Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa material yang berpotensi besar menjadi waste adalah kayu dan Besi Beton (pekerjaan Struktur), dan Keramik, Genteng, dan Cat (Pekerjaan Finishing). Dari ke 5 material tersebut, material kayu merupakan material waste terbesar, sedangkan material cat merupakan material waste terkecil. Untuk penyebab utama pada tiap – tiap material diketahui bahwa material keramik, genteng, kayu, dan besi beton penyebab dominan adalah karena kesalahan pekerja. Sedangkan pada material cat penyebab utamanya adalah karena perubahan speksifikasi

material. mendadak. Dalam mencegah bertambahnya material waste yang akan terjadi pada tiap – tiap material diketahui bahwa pada material keramik, genteng, dan

besi beton, dominan

meminimalisasinya dengan cara kerja dengan teliti. Untuk material kayu, meminimalisasinya dengan cara rencana kerja yang baik.

Sedangkan pada material cat, meminimalisasinya dengan cara

menggunakan metode

pelaksanaan yang tepat. Dan untuk penanganan material waste yang telah terjadi pada tiap – tiap material, maka material keramik, genteng, dan cat, dominan dilakukan dengan cara

menggunakan kembali.

Sedangkan untuk material kayu dan besi beton, dilakukan dengan

Dari hasil penelitian terhadap pelaksanaan proyek-proyek konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor di Bogor dan Depok, maka:

1. Pengelolaan limbah yang terjadi masih sebatas usaha

untuk memperlancar

pekerjaaan sehingga limbah

PROYEK

tersebut tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan, dan belum sampai pada usaha

untuk mendapakan

keuntungan dari pengelolaan limbah tersebut.

2. Perncanaan pengelolaan limbah hanya dijadikan sebagai bahan

untuk memperlancar

pencarian pekerjaan, tetapi belum diaplikasikan dalam pelaksanaan pekerjaan. perumahan sebesar 13,48% dan untuk proyek hotel sebesar 13,4%.

2. Batu bata murni tidak

berdampak terhadap

lingkungan, dimana sisa material konstruksi jenis ini masih dapat digunakan dan didaur ulang kembali.

terhadap lingkungan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini akan diperoleh besaran angka sisa material kemudian angka-angka tersebut dideskripsikan ke dalam faktor-faktor penyebab sisa material yang terjadi. Adapun alur dari penelitian ini adalah identifikasi sisa material konstruksi, analisis sisa material konstruksi dominan menggunakan analisa pareto, analisis penyebab sisa material konstruksi menggunakan fishbone diagram dan pembahasan hasil penelitian. Subjek penelitian ini adalah analisa pareto dan fishbone diagram yang digunakan untuk menganalisis sisa material konstruksi dominan dan faktor-faktor penyebabnya.

Sedangkan objek penelitian ini adalah Proyek Pembangunan Kantor Kejaksaan Negeri Kota Tebing Tinggi.

3.2. Lokasi penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian sebagai studi kasus yaitu pada proyek pembangunan kantor kejaksaan negeri kota tebing tinggi, yang berlokasi di jln.Kol.Yos Sudarso , Kel,Lalang,Kec.Rambutan ,Kota tebing tinggi. Untuk lebih jelas terlampir pada gambar di bawah ini .

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian Sumber : Google Maps

3.3. Pemilihan Metode Pemilihan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi jenis strategi penelitian, yakni : jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan (yin 1994).

Adapun beberapa jenis strategi penelitian yang saat ini berkembang dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3. 1 Strategi Penelitian untuk Berbagai Situasi

Sumber : Yin (1996)

Dari kelima strategi penelitian berikut, akan dipakai strategi studi kasus.

Strategi studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu kasus yang terdiri dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber. Sistem ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus yang dikaji dapat berupa program, persitiwa aktivitas atau suatu individu. Dengan kata lain, strategi studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, kejadian, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara

Strategi Jenis Pertanyaan Yang Digunakan

Eksperimen Bagaimana, Mengapa Ya Ya

Survey

Berapa Banyak, Tidak Ya/Tidak Sejarah Bagaimana, Mengapa Tidak Tidak Studi kasus Bagaimana, Mengapa Tidak Tidak

terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.

3.4. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Dalam penelitian ini digunakan data dari kedua sumber tersebut.

a. Data Primer

Data primer yaitu berupa hasil wawancara tidak terstruktur dan brainstorming dengan pihak kontraktor pelaksana dan pihak konsultan pengawas .

b. Data Skunder

Data skunder yaitu as built drawing, laporan logistik dan daftar harga material.

3.4.1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung atara pewawancara dan responden.

Dalam wawancara terdapat tiga metode untuk mendapatkan informasi yaitu sebagai berikut:

1. Unstructured interview : wawancara dilakukan tanpa ada struktur yang jelas. Artinya, pertanyaan yang diajukan bersifat umum dan diarahkan sendiri oleh pewawancara.

2. Semi-structured interview : menggunakan beberapa acuan topik umum sebagai pengarah selama wawancara berlangsung.

3. Structured interview : wawancara dengan struktur yang jelas. Dengan kata lain, wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan langsung kepada topik khusus yang diajukan.

Responden yang jadi tujuan adalah responden yang representatif dengan tujuan penelitian seperti pihak kontraktor dan pihak konsultan pengawas.

3.4.2. Brainstorming

Brainstorming adalah suatu teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian dari suatu masalah tertentu denagn mengumpulkan gagasan secera spontan dari anggota kelompok.

Pada penelitian ini dilakukan braintorming 3.5. Proses Pengolahan Data

3.5.3. Identifikasi cosumble material yang berpotensi menimbulkan waste material

Identifikasi consumable material bertujuan untuk mengetahui consumable material apa saja yang ada pada proyek. Pada analisis ini, peneliti mengumpulkan data dari observasi langsung, RAB dan gambar kerja proyek.

3.5.4. Menghitung volume pembelian material

Volume material terpasang adalah material yang menjadi elemen suatu bangunan. Analisis volume material terpasang dilakukan dengan menghitung material pada as built drawing.

3.5.5. Menghitung volume pembelian material

Volume pembelian material merupakan volume material siap pakai, yakni yang didatangkan ke lokasi proyek. Volume ini dihitung berdasarkan laporan mingguan proyek. Pada laporan mingguan dapat diketahui jenis material apa saja yang masuk atau dibeli selama pelaksanaan proyek konstruksi beserta kuantitasnya.

3.5.6. Menghitung volume dan biaya waste material

Menghitung volume sisa material dilakukan dengan mengurangi volume pembelian material dengan volume material terpasang. Kemudian perhitungan

biaya sisa material diperoleh dari volume sisa material dikali dengan harga material konstruksi.

3.5.7. Analisa pareto

Waste material dominan diidentifikasikan dengan menggunakan analisis pareto. Analisis pareto akan digambarkan dengan sebuah diagram yang disebut Diagram Pareto. Pembuatan Diagram pareto terdiri dari beberapa langkah.

Langkah-langkah pembuatan diagram pareto dapat dijelaskan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2006) :

1. Kelompokkan masalah yang ada (sisa material konstruksi) dan nyatakan hal tersebut dalam angka yang bisa terukur secara kuantitatif.

2. Atur masing-masing masalah yang ada sesuai dengan pengelompokan yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan besarnya nilai kuantitatif masing-masing. Selanjutnya gambarkan keadaan ini dalam bentuk grafik kolom. Penyebab nilai kumulatif terbesar digambarkan pada kolom paling kanan.

3. Buatlah grafik garis secara kumulatif (berdasarkan persentase penyimpangan) di atas grafik kolom ini. Grafik garis ini dimulai dari penyebab penyimpangan terbesar kemudian terkecil.

3.5.8. Identifikasi penyebab sisa material dominan menggunakan fishbone diagram

Dalam proses pembuatan fishbone diagram dilakukan dengan cara brainstorming. Kemudian dilakukan pembuatan penyebab sisa material dominan menggunakan fishbone diagram.

3.6. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian Data Primer:

1. Observasi lapangan 2. Wawancara

3. Brainstorming

Data Sekunder:

1. .RAB (Rencana Anggaran Biaya), 2. Daftar Harga Material

3. Laporan harian 4. As Built Drawing Analisa Waste

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan data

1. Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste

2. Menghitung Volume Material Terpasang 3. Menghitung Volume Pembelian Material 4. Menghitung Volume dan Biaya Sisa Material 5. Mengitung Waste Material Dominan

Menggunakan Analisis Pareto

6. Identifikasi Penyebab Waste Material Dominan Menggunakan Fishbone Diagram

Kesimpulan dan saran Analisis dan pembahasan

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Proyek

penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan kantor kejaksaan negeri kotatebing tinggi. Berikut informasi administrasi mengenai proyek rehabilitasi berat tersebut :

Nama pekerjaan :Pembangunan gedung kantor kejaksaan negeri Kota Tebing Tinggi

Lokasi pekerjaan : Jl.Kol.Yos Sudarso, Kota Tebing Tinggi Nilai pekerjaaan : Rp.3.436.317.121,40

Sumber dana : APBD Kota Tebing Tinggi Nama pelaksana : PT.Afifa Jaya Perkasa

4.2. Identifikasi Cosumble Material yang Berpotensi Menimbulkan Waste Material

Identifikasi Cosumble Material dilakukan dengan mengumpulkan data dari observasi langsung, RAB dan gambar kerja proyek.

Berikut ini adalah data cosumble material yang ada di proyek pembangunan kantor kejaksaan tinggi negeri Kota Tebing Tinggi.

Tabel 4. 1 Data Cosumble Material

No Material Satuan

4.3. Menghitung Volume Material Terpasang

Volume material terpasang didapatkan dengan menghitung dari gambar yang terdapat pada as built drawing. As built drawing akan dilampirkan,Berikut hasil perhitungannya :

a. Batu bata

Menghitung volume batu bata dilakukan dengan cara menjumlahkan luas bagian- bagian pada bangunan yang menggunakan batu bata ,setelah itu dikalikan dengan kofisien pasangan dinding yang dipakai pada proyek.

Pada proyek ini bagian – bagian yang menggunakan batu bata ialah , pasangan dinding bata lantai1 , pasangan dinding bata lantai 2, pasangan dinding bata lantai atap , luas tastram,dan luas bekisting pile cap.

Dari , as built drawing di dapat luas sebagai berikut:

Luas pasangan dinding bata lt.1 = 770,01 m2 Luas pasangan dinding bata lt.2 = 833,3 m2 Luas pasangan dinding bata lt.atap = 170,74 m2

Luas tastram = 288,25 m2

Luas bekistig pile cap = 77,44 m2 Luas jendela dan pintu lt. 1 = 78,85 m2 Luas jendela dan pintu lt. 2 = 63,39 m2

Volume pasangan batu bata = Luas pasangan dinding lt.1 dan lt.2 + Luas pasangan dinding lt.atap + Tastram + Bekisting pile cap - (Luas jendela & pintu lt.1 + Luas jendela & pintu lt.2)

= (770,01 + 833,3 + 170,74 + 288,25 + 77,44 ) - (78,85 + 63,39)

= 1991,55 m2

Setelah didapat luasnya , selanjutnya dikalikan dengan koefisien satuan yang dipakai di proyek.

Pada proyek ini koefisien satuan pekerjaan pemasangan 1 m² dinding bata merah (5x11x22) cm tebal ½ batu campuran 1SP :4PP adalah :

- Batu Bata = 70 buah/m2

- Semen = 11,5 kg/m2 - Pasir = 0,043 m2/m2 Sehingga didapat,

- Batu bata = 139.408,5 buah - Semen =22.902,85 kg - Pasir = 5,64 m³ 4.4. Semen dan pasir

Volume semen dan pasir dihitung dengan cara menjumlah kan bagian bagian pekerjaan yang menggunakan pasir .Untuk semen dan pasir ada 2 pekerjaan yaitu pasangan batu bata dan pekerjaan plasteran ,sedangkan untuk pasir sendiri ada pekerjaan pekerjaan urugan tanah ,urugan pondasi menerus dan urugan plat lantai .

Volume = ( Luas pas.dinding bata lt.1 + Luas pas.dinding bata lt.2 + Luas pas.dinding bata L.atap) – (Luas jendela & pintu L1 + Luas jendela & pintu L2 )

= (770,01 + 833,3 + 170,74 ) – (78,85 + 63,39)

= 1625,86 m²

Angka koefisien perhitungan satuan pekerjaan plasteran pada Proyek Kantor Kejaksaan Negeri Kota Tebing Tinggi untuk 1 m² dinding batu bata merah spesi 1 PC : 4 PP adalah sebagai berikut :

- Semen = 6,24 kg/m2

- Pasir = 0,024 m3/m2

Jadi , material yang digunakan untuk plasteran adalah - Semen =10.145,37 kg

- Pasir =39,02 m3

Untuk pekerjaan urugan tanah, urugan pondasi menerus dan urugan plat lantai di dapat volumenya sebagai berikut:

- Urugan tanah = 9,42 m3 - Urugan pondasi menerus = 8,52 m3 - Urugan plat lantai = 46,2 m3

Berikut adalah rekapitulasi volume material semen dan pasir:

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Volume Semen

Pekerjaan Volume

(kg) Pasangan dinding lantai 1& 2 22902,83

Plasteran 10145,37

Total 33048,19

Tabel 4. 3 Rekapitulas Volume Pasir

Pekerajaan Volume

(m³) Pasir Urugan Tanah 9,42 Pasir Urug Pondasi Menerus 8,52 Pasir Urug Plat Lantai 46,2 Pasangan Dinding Lantai 1& 2 85,64

Plesteran 39,02

Total 188,797

b. Besi beton

Besi beton dihitung dengan cara mencari berat dari seluruh bagian pekerjaan yang menggunakan besi beton yang terdapat pada proyek dan dimensi didapatkan dari gambar detail penulangan as build drawing.

1. Pondasi

Perhitungan pembesian pada Pondasi yaitu dengan membuat tabulasi dari diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu: D14 &

D14 - Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Dimana : d = diameter

Bj = berat jenis besi Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D14 = 1,208 Kg/m - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan rumus

P besi =P - sbeton x 2 + P pengait x 2 Dimana : P = panjang panjang pile cap

S beton = selimut beton

P pengait = panjang besi yang di bengkokan - Jumlah besi

Jumlah besi di dapatkan dengan rumus

Dimana : P = panjang pile cap S beton = selimut beton - Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus : Volume besi = p total x berat besi

Tabel 4. 4 Rekapitulasi Tulangan Pondasi Pondasi setempat Panjang Berat

tulangan/m Jumlah Volume ( )

P1 (14D-125) 67,44 1,208 34 2769,44

P2 (14D-125) 67,44 1,208 9 733,09

P3 (14D-125) 44,96 1,208 9 488,72

P3' (14D-125) 67,44 1,208 3 162,91

2. Kolom

Perhitungan pembesian pada kolom yaitu dengan membuat tabulasi dari, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Diameter tulungan di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu: besi D16 , D13 , D12 , D8, D6

- Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Dimana : d = diameter

Bj = berat jenis besi = 3,14

Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D16 = 1,578 Kg/m Berat besi D13 = 1,041 Kg/m

Sumber : Perhitungan

Berat besi D12 = 0,887 Kg/m Berat besi D8 = 0,394 Kg/m Berat besi D6 = 0,222 Kg/m - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan melihat tinggi bangunan pada as built drawing dari as ke as

- Jumlah besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok dan denah balok pada as built drawing. Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe lalu dikalikan dengan jumlah kolom.

- Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus :

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus :

Volume besi = p total x berat besi - Panjang dan jumlah sengkang

Panjang sengkang di dapatkan dengan rumus :

Psengkang = H- 2x S beton n besi + (B- 2x S beton n besi ) Dimana : H = tinggi beton

B = lebar beton S beton = selimut beton - Jumlah sengkang

Jumlah sengkang didapat dengan rumus

x n kolom dimana : n sengkang = jumlah sengkang

L = panjang bentang

l1 = jarak antar sengkang di tumpuan l1 = jarak antar sengkang lapangan n kolom = jumlah kolom

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan volume besi kolom:

Tabel 4. 5 Rekapitulasi Tulangan Kolom

Kolom Tipe Jumlah

Tulangan utama Sengkang

Panjang

Perhitungan pembesian pada balok dan yaitu dengan membuat tabulasi dari, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Diameter tulungan di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu : besi D19 , D16 ,D10, D8

- Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus :

Sumber : Perhitungan

Dimana :d = diameter

Bj = berat jenis besi = 3,14

Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D19 = 2,225 Kg/m Berat besi D16 = 1,578 Kg/m Berat besi D10 = 0,616 Kg/m Berat besi D8 = 0,394 Kg/m - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan melihat tinggi bangunan pada as built drawing dari as ke as

- Jumlah besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok dan denah balok pada as built drawing. Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu dikalikan dengan jumlah kolom.

- Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus:

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus : Volume besi = p total x berat besi - Panjang dan jumlah sengkang

Panjang sengkang di dapatkan dengan rumus

Psengkang = H- 2x S beton n besi + (B- 2x S beton n besi ) Dimana : H = tinggi beton

B = lebar beton

S beton = selimut beton - Jumlah sengkang

Jumlah sengkang didapat dengan rumus

x n kolom dimana : n sengkang = jumlah sengkang

L = panjang bentang

l1 = jarak antar sengkang di tumpuan l1 = jarak antar sengkang lapangan n kolom = jumlah kolom

Tabel 4. 6 Rekapitulasi Tulangan Balok

Balok Tipe

tulangan utama Sengkang Diameter Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Sumber : Perhitungan

Diameter tulungan di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu : besi D16 & D8

- Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Dimana :d = diameter

Bj = berat jenis besi = 3,14

Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D16 = 1,578 Kg/m Berat besi D8 = 0,394 Kg/m - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan melihat tinggi bangunan pada as built drawing dari as ke as

- Jumlah besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok dan denah balok pada as built drawing. Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu dikalikan dengan jumlah kolom.

- Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi

- Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus : Volume besi = p total x berat besi - Panjang dan jumlah sengkang

Panjang sengkang di dapatkan dengan rumus :

Psengkang = H- 2x S beton n besi + (B- 2x S beton n besi ) Dimana : H = tinggi beton

B = lebar beton S beton = selimut beton - Jumlah sengkang

Jumlah sengkang didapat dengan rumus :

x n kolom dimana : n sengkang = jumlah sengkang

L = panjang bentang

l1 = jarak antar sengkang di tumpuan l1 = jarak antar sengkang lapangan n kolom = jumlah kolom

Tabel 4. 7 Rekapitulasi Tulangan Sloof

Sloff

Tipe Panjang (m)

Tulangan utama Sengkang Diameter

Perhitungan pembesian pada tangga yaitu dengan membuat tabulasi dari, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu: D14 &

D10 - Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Sumber : Perhitungan

Dimana :d = diameter

Bj = berat jenis besi Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D14 = 1,208 Berat besi D10 = 0,616 - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan meghitung dimensi yang tertera pada as built drawing

- Jumlah besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok dan denah balok pada as built drawing. Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu dikalikan dengan jumlah kolom.

- Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus : Volume besi = p total x berat besi

Tabel 4. 8 Rekapitulasi Tulangan Tangga

Tangga

Perhitungan pembesian pada Plat lantai yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

Sumber : Perhitungan

- Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu: D14 &

D10 - Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Dimana :d = diameter

Bj = berat jenis besi Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D14 = 1,578 - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan meghitung dimensi yang tertera pada as built drawing

- Jumlah besi

Jumlah besi dihitung dengan rumus :

Dimana : P = panjang as ke as

- Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus : Volume besi = p total x berat besi

Dari hasil perhitungan di dapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Tulangan Plat Lantai

Plat lantai Diameter Volume

L 2 10 8277,72

L atap 10 1807,21

Berikut adalah rekapitulasi dari perhitungan volume besi : Tabel 4. 10 Rekapitulasi Volume Besi

Tipe Volume

Untuk menghitung volume beton dilakukan dengan cara menghitung pekerjaan pekerjaan yang menggunakan beton dan dihitung dengan rumus :

Untuk menghitung volume beton dilakukan dengan cara menghitung pekerjaan pekerjaan yang menggunakan beton dan dihitung dengan rumus :

Dokumen terkait