• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KEJAKSAAN NEGERI KOTA TEBING TINGGI ISRA ALFARIZI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KEJAKSAAN NEGERI KOTA TEBING TINGGI ISRA ALFARIZI"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KEJAKSAAN NEGERI

KOTA TEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitasa Sumatera Utara

Disusun Oleh:

ISRA ALFARIZI 14 0404 084

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KEJAKSAAN NEGERI KOTA

TEBING TINGGI TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat dalam Menempuh Colloqium Doctum /Ujian Sarjana (S1) Teknik Sipil

Disusun Oleh : Isra Alfarizi

14 0404 084

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Dosen Pembanding I

Ir.Indra Jaya Pandia,M.T., NIP. 19560618198601 1 001

Dosen Pembimbing II

Rezky Ariessa Dewi ,S.T.,M.T.

NIP. 19860405601706 2 001

Dosen Pembanding II

Gea Geby Aurora Syafridon ,S.T,M.T Dosen Pembimbing I

Ir.Syahrizal,M.T.

NIP. 19611231198811 1 001

Medis Sejahtera Surbakti, S.T, M.T, Ph.D NIP: 19710914 200012 1 001 BIDANG STUDI MANAJEMEN

REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA 2019

(3)

ABSTRAK

Pada pelaksanaan proyek konstruksi, material merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek Sisa material (waste) pada pelaksanaan proyek tidak dapat dihindari namun dapat diminimalkan jumlahnya. Sisa material (waste) adalah salah satu masalah yang serius pada pelaksanaan proyek.Untuk itu perlu dilakukan analisa sisa material (waste)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui material apa saja yang dominan yang menghasilkan sisa material (waste) pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan negeri kota Tebing Tinggi, yang dihitung dari As built drawing dan analisa pareto serta mengetahui apa saja faktor penyebabnya dengan menggunakan fishbone diagram.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa material yang dominan menghasilkan waste adalah Besi beton (D16,D14,D13,D12,D6) dan Batu bata dengan total biaya besi beton Rp11.974.679 dan batu bata Rp2.514.050. Untuk penyebabnya besi beton di karenakan kurangnya pemahaman pekerja,kesalahan ukuran ,sisa potongan yang terlalu pendek , adanya besi yang berkarat dan untuk batu bata dikarenakan adanya peruabahan desain , kesalahan pengangkutan ke lokasi proyek, kurangnya kehati-hatian pekerja saat pengangkatan ,kesalahan pemasangan ukuran sisa yang terlalu pendek , kesalahan produk.

Kata kunci : waste material ,analisa pareto , fishbone diagram

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

“Analisis Waste Material Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kejakasaan Negeri Kota Tebing Tinggi ”

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya, Ayahannda Syahrul dan Ibunda Syawaliah Ariani , Bang Heldi ,Dek Farhan,Dek Fahri, Reza dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan materil dan moril, serta doa yang terus mengalir tanpa henti.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Kakak Rezky Ariessa Dewi,ST, MT sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Medis Surbakti, S.T,M.T,Ph.D sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Pak Rizal Ismanudin, Pak Man, Bang Yuda, dan Bang Bento yang telah memberi bantuan di lokasi Proyek.

6. Teman teman Teknik Sipil 2014 yang masih membersamai di kampus hingga Tugas akhir ini selesai dan juga yang sudah lulus.

7. Para Menantu Idaman , Diki ,Eko, joko, Lilik,Lihin,dan Syarif yang telah membersamai dan memberikan dukungan selama meyelesaikan tugas akhir in.

8. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2019 Penulis

Isra Alfarizi 14 0404 084

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Batasan Penelitian ... 2

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pendahuluan ... 4

2.1.1. Proyek ... 4

2.1.2. Ciri Pokok Proyek ... 4

2.1.3. Karakteristik Proyek ... 4

2.2. Manajemen Proyek ... 5

2.3. Manajemen Material Konstruksi ... 6

2.4. Material konstruksi ... 8

2.5. Waste Material ... 9

2.6. Manfaat Memnimalisasi Waste Material Konstruksi ... 14

2.7. Analisis Pareto ... 15

2.8. Fishbone Diagram ... 17

(7)

2.8.1. Kelebihan dan Kekurangan Fishbone Diagram ... 19

2.9. Penelitian Terdahulu ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi penelitian ... 27

3.3. Pemilihan Metode Pemilihan ... 28

3.4. Sumber Data ... 29

3.4.1. Wawancara ... 29

3.4.2. Brainstorming ... 30

3.5. Proses Pengolahan Data ... 30

3.5.3. Identifikasi cosumble material yang berpotensi menimbulkan waste material ... 30

3.5.4. Menghitung volume pembelian material ... 30

3.5.5. Menghitung volume pembelian material ... 30

3.5.6. Menghitung volume dan biaya waste material ... 30

3.5.7. Analisa pareto ... 31

3.5.8. Identifikasi penyebab sisa material dominan menggunakan fishbone diagram ... 31

3.6. Diagram Alir Penelitian ... 32

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Proyek ... 33

4.2. Identifikasi Cosumble Material yang Berpotensi Menimbulkan Waste Material ... 33

4.3. Menghitung Volume Material Terpasang ... 34

4.4. Semen dan pasir... 35

4.5. Menghitung Volume dan Biaya Waste Consumable Material ... 49

4.6. Menghitung Waste Material Dominan Menggunakan Diagram Pareto .... 51

(8)

4.7. Analisis Faktor – Faktor Penyebab Waste Material Dominan... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 60

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Sumber dan Penyebab Terjadinya Waste Material Konstruksi ... 12

Tabel 2. 2 Daftar Penelitian Terdahulu Mengenai Waste Material ... 19

Tabel 3. 1 Strategi Penelitian untuk Berbagai Situasi... 28

Tabel 4. 1 Data Cosumble Material ... 33

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Volume Semen ... 36

Tabel 4. 3 Rekapitulas Volume Pasir ... 36

Tabel 4. 4 Rekapitulasi Tulangan Pondasi ... 38

Tabel 4. 5 Rekapitulasi Tulangan Kolom ... 40

Tabel 4. 6 Rekapitulasi Tulangan Balok ... 42

Tabel 4. 7 Rekapitulasi Tulangan Sloof ... 44

Tabel 4. 8 Rekapitulasi Tulangan Tangga ... 45

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Tulangan Plat Lantai ... 46

Tabel 4. 10 Rekapitulasi Volume Besi ... 47

Tabel 4. 11 Rekapitulasi Pekerjaan Beton ... 47

Tabel 4. 12 Rekapitulasi Volume Pipa PVC berbagai ukuran ... 48

Tabel 4. 13 Rekapitulasi Perhitungan Volume Seluruh Material Terpasang ... 49

Tabel 4. 14 Perhitungan Volume dan Biaya Waste Consumable Material... 50

Tabel 4. 15 Analisis pareto ... 52

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gambaran Umum Manajemen Proyek... 5

Gambar 2. 2 Penjelasan Tentang Pareto's Principle ... 16

Gambar 2. 3 Contoh Diagram Pareto ... 17

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian ... 27

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian ... 32

Gambar 4. 1 Diagram Pareto ... 52

Gambar 4. 2 Fishbone Diagram Penyebab Waste Material Besi Beton ... 54

Gambar 4. 3 Fishbone Diagram Penyebab Waste Material Batu bata ... 55

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proyek konstruksi merupakan proyek yang kegiatan utamanya adalah studi kelayakan ,design engineering ,pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan , gedung ,pelabuhan ,jalan raya, dan sebagainya,yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. (Abrar Husen, 2010).

Pada pelaksanaan proyek konstruksi, material merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek. Lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan dalam pelaksanaan proyek tersebut. Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material konstruksi atau biasa disebut dengan construction waste. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya (J.R. Illingworth, 1998).

Sisa material (waste) pada pelaksanaan proyek tidak dapat dihindari namun dapat diminimalkan jumlahnya. Sisa material (waste) adalah salah satu masalah yang serius pada pelaksanaan proyek. Karena itu, usaha meminimalkan sisa material konstruksi diperlukan untuk membantu meningkatkan keuntungan kontraktor dan juga dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Proyek pembangunan gedung Kantor Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi dibangun di atas tanah seluas 5400 . Pada proyek pembangunan gedung kantor Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi, banyak dijumpai sisa material proyek, dikarenakan pada pelaksanaannya banyak perubahan dari perencanaan, Selain itu, luas areal proyek yang terbatas dan kurang memadai menyebabkan kontraktor kesulitan dalam penyimpanan material yang akan dipakai, sehingga menyebabkan penumpukan material yang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak dapat

(12)

digunakan kembali. Itu artinya material tersebut akan menjadi construction waste.

Sisa material ini bila tidak direncanakan pengendalian atau pemanfaatannya akan merugikan proyek dan kelestarian lingkungan di sekitarnya.

Untuk itu, dibutuhkan suatu studi untuk mengidentifikasi material yang berpotensi untuk menghasilkan waste serta faktor apa saja yang mepengaruhinya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti membuat rumusan masalah yang ada. Adapun rumusan masalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut:

1. Material apa saja yang menimbulkan waste material paling dominan pada proyek pembangunan Kantor Kejaksaan negeri Tebing Tinggi ? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi penyebab waste material

konstruksi dominan pada proyek pembangunan Kantor Kejaksaan negeri Tebing Tinggi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui material apa saja yang menimbulkan waste material yang dominan pada proyek pembangunan Kantor Kejaksaan Tebing Tinggi dengan diagram pareto.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan sisa material dominan pada proyek pembangunan Kantor Kejaksaan Tebing Tinggi.

1.4. Batasan Penelitian

1. Analisis sisa material dihitung berdasarkan gambar as built drawing dan laporan harian pada proyek pembangunan Kantor Kejaksaan negeri Tebing Tinggi tahap 1

2. Sampel penelitian adalah consumable material pada proyek pembangunan kantor kejaksaan kota Tebing Tinggi.

(13)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti : Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai waste material pada proyek konstruksi.

2. Bagi peneliti lain : Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi pelaksana proyek : Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi dan pertimbangan mengenai perencanaan, perhitungan, pelaksanaan, serta penyediaan material untuk meminimalkan terjadinya waste untuk proyek-proyek yang dikerjakan selanjutnya.

1.6. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dan pembahasan laporan ini disusun sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang pemilihan topik penelitian, permasalahan yang ada, pembatasan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan sistematika pembahasannya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian maupun landasan teori mengenai faktor-faktor penyebab waste dan penjelasan tentang mitigasi jika terjadi waste serta metode- metode yang akan digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai studi ini.

BAB III. METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari kerangka pemecahan masalah dan gambaran umum dalam pengumpulan data, pengolahan data serta analisa dari masalah yang diteliti.

BAB IV. ANALISIS DATA

Berisikan pembahasan mengenai penyelesaian masalah dikaitkan dengan teori maupun literature secara sistematis.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan

2.1.1. Proyek

Imam soeharto (1999) mengartikan proyek sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas , dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliveriable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Sedangkan Ibrar Husein (2010) menuliskan bahwa proyek adalah gabungan dari sumber –sumber daya seperti manusia ,material ,peralatan dan /biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.

2.1.2. Ciri Pokok Proyek

Iman Soeharto (1999) menyatakan bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai berikut:

- Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.

- Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. Non- rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

2.1.3. Karakteristik Proyek

Menurut Wulfram I Ervianto I (2002), ada tiga karakteristik proyek konstruksi yang dapat dipandang secara tiga dimensi yaitu:

- Bersifat unik, maksudnya adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek

(15)

sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda.

- Dibutuhkan sumber daya (resources), yaitu pekerja dan “sesuatu’ (uang, material, mesin, metode).

2.2. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.

Sumber: Nicholas. M, John. Project Management for Business, Engineering, and Technology.

Peter Moris menguraikan bahwa manajemen proyek adalah proses untuk mengintegrasikan semua hal yang harus dilakukan (secara khusus menggunakan sejumlah teknik-teknik manajemen proyek) agar proyek berkembang melalui siklus kehidupannya (dari konsep sampai penyerahan) dalam rangka mencapai

Gambar 2. 1 Gambaran Umum Manajemen Proyek

(16)

tujuan-tujuan proyek. Dengan demikian dapat diselesaikan dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan.

Ada tiga tahap yang harus dilakukan dalam manejemen proyek yaitu:

1. Perencanaan (Planning) : Mencakup penetapan sasaran , pendefinisian proyek dan organisasi tim.

2. Penjadwalan (Scheduling ) : Menghubungkan antara tenaga kerja , uang , bahan yang digunakan dalam proyek.

3. Pengendalian (Controling ) : Pengawasan sumber daya , biaya , kualitas dan budget, jika perlu merevisi , ubah rencana , menggeser atau mengelola ulang sehingga tepat waktu dan biaya.Untuk mengerjakan proyek ,cara yang efektif untuk menugaskan tenaga kerja dan sumber daya secara fisik adalah melalui organisasi proyek (Dwiningsih ,2004).

Seperti hal konsep manajemen pada umumnya, manajemen proyek pun memiliki kriteria dan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan suatu manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai berikut:

- Ketepatan waktu.

- Ketepatan biaya.

- Pada performa dan tingkatan teknologi yang tepat . - Perubahan lingkup pekerjaan yang sedikit.

- Pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien.

- Diterima oleh Owner (kesesuaian kualitas).

2.3. Manajemen Material Konstruksi

Biaya material merupakan harga satuan material dikalikan dengan jumlah material yang dipakai. Sedangkan manajemen material itu juga disebut sebagai suplai fisik, yaitu merupakan penyediaan jenis material yang dikehendaki ditempat dan pada waktu yang dibutuhkan (Rianto, 2006). Pengertian manajemen material konstruksi menurut Stukhart (1995) adalah sistem manajemen yang terintegrasi antara perencanaan, pengendalian dan usaha-usaha untuk mencapai fungsi-fungsi antara lain: material takeoff, persiapan requisition, penyerahan requisition kepada pihak yang melakukan pembelian (purchasing), menilai dan

(17)

memilih vendor (bidders), meminta penawaran, mengevaluasi penawaran serta menangani kelebihan material. Sistem manajemen material konstruksi bertujuan untuk memastikan material konstruksi tersedia jika dibutuhkan. Selain itu juga sistem manajemen material konstruksi mencoba untuk memastikan material yang direncanakan datang tepat waktu, dan dibeli dengan harga yang wajar (Latha, 2014).

Material konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi. Material konstruksi membutuhkan manajemen yang baik untuk menjaga kualitasnya baik mutu(quality) maupun biaya. Material merupakan komponen yang berkontribusi sebesar 40-60% dari biaya proyek (Ritz, 1994), sehingga secara tidak langsung memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan sebuah proyek (Intan, 2005).

Dalam pengelolaan material dibutuhkan beragam informasi tentang spesifikasi , harag maupun kualitas yang diinginkan ,agar beberapa penawaran ari pemasok dapat dipilih sesuai dengan spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis ,seperti diuraikan dibawah ini.

a. Kualitas material yang dibutuhkan menggunakan tipe tertentu dengan mutu harus sesuai dengan yang diisyaratkan dalam spesifikasi proyek b. Spesifikasi teknik material , merupakan dokumentasi persyaratan teknis

material yang direncanakan dan menjadi acuan untuk pemenuhan kenbutuhann material .

c. Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok adalah dengan memilih harga yang paling murah dengan kualitas material terbaik.

d. Waktu pengiriman /delivery menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material , biasanya beberapa material dikirim sebelum pekerjaan dimulai e. Pajak penjualan material ,dibebankan pada pemilik proyek yang telah

dihitung dalam harga satuan material atau dalam harga proyek keseluruhan f. Termin pembayaran logistik material harus disesuaikan dengan cashflow

proyek agar likuiditas keuangan proyek tetap aman.

(18)

g. Pemasok material adalah rekanan terpilih ,telah bekerja sama dengan baik dan memaberiakn pelayanan yang memuaskan pada proyek sebelum harus diperhitungkan .

h. Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung material yang siap dipakai,sehingga kapasitas dan lalu lintas materialnya harus diperhitungkan.

i. Harga material dapat naik sewaktu-waktu saat proyek dilaksanakan ,sehingga eskalasi harga harus dimasukkan dalam komponen harga satuan j. Jadwal penggunan material harus sesuai , antara kebutuhan proyek dengan

waktu pengiriman material dari pemasok. Oleh karena itu ,penggunaan subschedule material yang untuk tiap-tiap item pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek.

2.4. Material konstruksi

Material dalam proses konstruksi digolongkan dalam dua bagian (Gavilian dan Bernold, 1994), yaitu:

1. Consumable material, merupakan material konstruksi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya:

semen, pasir, batu pecah, batu bata, baja tulangan, keramik, cat dan lain-lain.

2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian dari fisik bangunan, biasanya material ini bisa dipakai ulang dan pada akhir proyek akan menjadi sisa material juga, misalnya: perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara.

Alur penggunaan consumable material dimulai sejak pengiriman ke lokasi, proses konstruksi, dan akan berakhir pada salah satu dari keempat posisi di bawah ini (Gavilian dan Bernold, 1994), yaitu:

1. Struktur fisik bangunan.

2. Kelebihan material (leftover).

(19)

3. Pemakaian ulang pada proyek lain (reuse).

4. Sisa material (waste material).

2.5. Waste Material

Menurut Koskela (1992), waste juga didefinisikan sebagai kehilangan material dan pekerjaan yang menghasilkan biaya tambahan sehingga tidak menambah nilai pada bangunan Kemudian, waste juga diartikan sebagai hasil yang tidak efisien pada penggunaan peralatan, material, tenaga kerja dan biaya (Formoso et al., 1999).

J.R. Illingworth (1998), meyimpulkan bahwa waste material (sisa material) adalah sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai dengan fungsinya

Dilihat dari prosesnya, waste material dapat dibagi menjadi empat kelompok (Asiyanto, 2010), yaitu :

a. Raw material (bahan baku)

Yang dimaksud dengan raw material adalah material buatan pabrik yang masih berupa bahan baku yang didatangkan ke proyek seperti, batu, pasir, kayu, besin beton, semen, dan lain-lain.

b. Material jadi

Material jadi adalah material buatan pabrik yang didatangkan ke proyek untuk langsung dipasang seperti tegel, batu, plafond, kaca, genteng dan lain-lain.

c. Material campuran

Material campuran adalah material yang sudah dalam bentuk tercampur. Contohnya adalah beton ready mix, asphalt hot mix.

d. Material prefab

Material prefab adalah material yang dirangkai di luar lokasi proyek oleh pihak ketiga, dan material ini langsung dipasang. Contohnya adalah beton precast, rangka baja, kusen serta daun pintu, jendela dan lain-lain

(20)

Kuantitas sisa material tergantung pada kemampuan organisasi, sehingga pada tiap proyek memiliki tingkat sisa material yang berbeda-beda. Kuantitas sisa material yang kecil menunjukkan bahwa organisasi yang bersangkutan efisien..

Untuk jenis-jenis proyek tertentu, seperti proyek gedung, peranan sumber daya material sangat dominan terhadap kelancaran pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, perhitungan jenis dan jumlah bahan yang diperlukan harus dihitung secara cermat (Asiyanto, 2010).

Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan sisa material konstruksi tidak akan dapat dihindari, namun dapat diminimalisasi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya sisa material (Farida, 2013). Sisa material konstruksi didefenisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai dengan fungsinya (J.R. Illingworth, 1998). Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah proses bongkar muat yang tidak sempurna sehingga menyebabkan kerusakan. Selain itu juga kesalahan dalam proses pengukuran/measures dapat menyebabkan sisa material konstruksi. Secara umum penyebab sisa material dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut (Asiyanto, 2010) :

a. Penyusutan jumlah material

Penyusutan jumlah material dapat terjadi pada saat pengangkutan dari toko material konstruksi ke lokasi proyek. Selain itu juga, penyusutan quantity dapat terjadi pada saat pengangkutan material ke gudang atau lokasi penumpukan material konstruksi. Penyusutan quantity juga dapat terjadi pada saat proses pemindahan material dari satu tempat ke tempat lain dalam lokasi proyek, terutama untuk material lepas seperti krikil dan pasir.

b. Material yang cacat

Penerimaan material yang kurang teliti di proyek dapat mengakibatkan ditolaknya sebagian dari material yang tidak memenuhi persyaratan (mutu, ukuran, bentuk, warna dan lain-lain).

c. Material yang rusak

(21)

Penyimpanan material yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan, khususnya untuk jenis-jenis material yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban udara, tekanan, dan lain-lain). Kerusakan material juga dapat terjadi karena kegiatan handling (pengambilan, pengangkutan, pengangkatan dan pemasangan) yang kurang baik. Contohnya adalah batubata yang rusak karena proses bongkar muat tidak hati-hati.

d. Material yang hilang

Material-material yang mudah dijual di pasaran atau banyak diperlukan oleh masyarakan (seperti semen, solar dan lain-lain) rawan hilang akibat pencurian, baik dari dalam maupun luar. Sistem pengamanan yang lemah dengan sistem kontrol yang lemah akan memperbesar kemungkinan hilangnya material-material tersebut.

Material fiktif juga termasuk dalam kelompok quantity yang hilang.

e. Sisa material akibat kelebihan penggunaan material

Sisa material akibat material yang berlebihan biasanya dilakukan oleh para pelaksana yang menggunakan material secara langsung. Waste ini juga dapat disebabkan oleh over method, over quality atau ketidaktelitian tentang ukuran/dimensi, sehingga dimensi pekerjaan yang terjadi lebih besar dari gambar, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kelebihan penggunaan material juga dapat disebabkan oleh metode yang kurang efisien dan juga akibat pekerjaan ulang yang terjadi.

Sisa material dapat terjadi karena disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa sumber penyebab. Pada tahun 1996 Bossink dan Browers mengkategorikan penyebab sisa material terdiri atas enam kategori yaitu desain, pengadaan material, penanganan material, pelaksanaan, residual dan lain lain.

Adapun kesimpulan penyebab terjadinya sisa material konstruksi menurut Bossink dan Browers adalah sebagai berikut :

(22)

Tabel 2. 1 Sumber dan Penyebab Terjadinya Waste Material Konstruksi

Sumber Penyebab

Desain - Kesalahan dalam dokumen kontrak - Ketidaklengkapan dokumen kontrak - Perubahan desain

- Memilih spesifikasi produk

- Memilih produk berkualitas rendah

- Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan

- Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain

- Pendetailan gambar yang rumit - Informasi gambar yang kurang

- Kurang berkoordinasi dengan kontraktor & kurang berpengetahuan tentang konstruksi

Pengadaan - Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb.

- Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil - Pembelian material yang tidak sesuai dengan

spesifikasi

- Pemasok mengirim barang tidak sesuai dengan spesifikasi

- Kemasan kurang baik, menyebabkan terjadinya kerusakan dalam perjalanan

Penanganan - Material yang tidak dikemas dengan baik

- Material yang terkirim dalam keadaan tidak padat/kurang

- Membuang atau melempar material

- Penanganan material yang tidak hati-hati pada saat pembongkaran untuk dimasukkan ke dalam gudang - Penyimpanan material yang tidak benar menyebabkan

(23)

kerusakan

- Kerusakan material akibat transportasi ke/di lokasi proyek

Pelaksanaan - Kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga kerja - Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik - Cuaca yang buruk

- Kecelakaan pekerja di lapangan

- Penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti - Metode untuk menempatkan pondasi

- Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan yang tidak sempurna

- Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat disampaikan kepada kontraktor - Kecerobohan dalam mencampur, mengolah dan

kesalahan dalam penggunaan material sehingga perlu diganti

- Pengukuran di lapangan tidak akurat sehingga terjadi kelebihan volume

Residual - Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi - Kesalahan pada saat memotong material

- Kesalahan pesanan barang, karena tidak menguasai spesifikasi

- Kemasan

- Sisa material karena proses pemakaian Lain-lain - Kehilangan akibat pencurian

- Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanaan manajemen terhadap sisa material

Untuk menghitung jumlah sisa material dilakukan perhitungan volume sisa material. Volume sisa material adalah kuantitas material yang telah menjadi sisa

(24)

atau tidak digunakan dalam konstruksi bangunan (Novinda dkk, 2016). Terdapat sebuah metode untuk menghitung kuantitas sisa material yakni penelitian Kusuma pada tahun 2010 menjelaskan bahwa untuk menghitung kuantitas volume sisa material didapatkan dari hasil perhitungan total volume kebutuhan material yang terpasang berdasarkan asbuilt drawing dikurangi dengan stok material di lapangan (jika ada). Perhitungannya digambarkan oleh persamaan dibawah ini :

2.6. Manfaat Memnimalisasi Waste Material Konstruksi

Menurut (Al-Moghany ,2006) manfaat dari meminimalisasi sisa material konstruksi, yaitu:

A. Manfaat dari segi biaya

Manfaat/keuntungan dari segi biaya adalah:

1. Mengurangi biaya pengangkutan untuk sisa material. Hal ini termasuk pengangkutan dari dan ke lokasi terhadap tempat pembuangan.

2. Mengurangi biaya sisa material.

3. Mengurangi biaya pembelian material baru ketika mempertimbangkan untuk menggunakan ulang dan daur ulang sisa material.

4. Tingkat pengembalian dapat tercapai dengan menjual material sisa untuk pemakaian ulang dan daur ulang.

5. Manfaat dalam jangka panjang melalui optimasi perencanaan/konsep bangunan,yaitu dengan menghindari terjadinya pengeluaran berlebihan dari kerusakan dan pembuatan bangunan baru.

B. Manfaat bagi lingkungan

(Al-Moghany, 2006), menjelaskan bahwa meminimalisasi sisa material dapat bermanfaat bagi lingkungan antara lain:

1. Mengurangi jumlah sisa material 2. Pemberdayaan sisa material tepat guna

3. Pengurangan jumlah sisa material yang ditimbun dalam tanah

Sisa material konstruksi = Stok material konstruksi – Volume material terpasang

(25)

4. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan akibat pembuangan polusi.

5. Mengurangi penggunaan kendaraan pengangkut sisa material (polusi akibat asap kendaraan, penggunaan energi yang berlebihan dan kebisingan)

C. Manfaat Lainnya

Keuntungan atau manfaat lainnya dari minimalisasi sisa material menurut (Al-Moghany, 2006), adalah:

1. Meningkatkan kenyamanan di lokasi.

2. Meningkatkan efisiensi pekerjaan.

3. Menambah citra baik bagi perusahaan/pelaku konstruksi

2.7. Analisis Pareto

Analisis Pareto adalah suatu metode statistika yang biasa digunakan dalam ilmu manajemen untuk mencari apa saja kategori kategori utama yang mempunyai dampak paling signifikan terhadap suatu kejadian atau masalah. Analisis pareto dilakukan dengan cara mengukur besar dampak dari setiap kategori terhadap suatu masalah, sehingga dapat diketahui kategori mana yang mempunyai dampak paling signifikan terhadap masalah tersebut, sehingga kegiatan pengendalian akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada kategori kategori yang mempunyai dampak yang paling signifikan terhadap kejadian, daripada meninjau berbagai kategori pada suatu ketika (Nasution, 2005).

Analisis pareto ditemukan oleh seorang ahli ekonomi italia bernama Vilfredo Pareto pada abad ke 19. Analisis ini digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar ke yang paling kecil. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian kejadian. Analisis pareto dapat dideskripsikan dalam bentuk diagram.

Kegunaan diagram pareto ialah menemukan atau mengetahui prioritas utama dari masalah yang dihadapi. Menurut Mitra (Ariani, 2005:19), diagram

(26)

pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberi petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah.

Secara umum, analisa pareto merupakan sebuah observasi yang dilakukan pada banyak variabel dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terdistribusi secara merata. Analisa pareto dapat diartikan dalam berbagai penjelasan sebagai berikut :

1. 20% input menghasilkan 80% output.

2. 20% pekerja menghasilkan 80% hasil.

3. 20% konsumen menghasilkan 80% pendapatan.

4. 20% dari penyebab karena 80% pemakaian.

5. 20% sisa material menghasilkan 80% seluruh biaya sisa material.

6. Dan lain-lain.

Sumber : Koch, 1998.

Dalam melakukan analisis pareto, kategori kategori tersebut diurutkan berdasarkan satuan yang sama, yang akan menunjukkan kontribusi tiap kategori terhadap keseluruhan item yang ingin dianalisa. Menurut Mitra dan Besterfield (Ariani, 2005) proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah :

Gambar 2. 2 Penjelasan Tentang Pareto's Principle

(27)

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristikkarakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang diinginkan.

4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil.

5. Menghitung frekuensi kumulatif atau presentase kumulatif yang digunakan.

6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-masing masalah.

7. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat prioritas.

2.8. Fishbone Diagram

Fishbone diagram atau yang biasa disebut diagram sebab akibat (cause- and-effect diagram) diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang. Dr. Kaoru Ishikawa merupakan orang pertama yang memperkenalkan 7 alat untuk pengendalian kualitas (7 basic quality tools).

Seven basic basic quality tools ini yakni fishbone diagram, pareto chart (pareto’s principle), control chart, histogram, scatter diagram dan flowchart.

Gambar 2. 3 Contoh Diagram Pareto

(28)

Fishbone diagram adalah diagram yang mengidentifikasikan semua faktor dan proses dari suatu masalah secara mendetail sehingga masalah itu dapat diselesaikan dengan mengkategori permasalahan (Vorley, 2008). Suatu tindakan dan langkah perbaikan akan mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab permasalahan sudah ditemukan. Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan dipergunakan untuk organisasi cenderung berfikir pada rutinitas (Tague, 2005). Permasalahan akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang memiliki sebab-sebab dan diuraikan melalui sesi brainstorming. Fishbone diagram terdiri dari 2 bagian yaitu bagian duri dan kepala ikan. Bagian duri menunjukkan kategori penyebab dari sebuah permasalahan sedangkan bagian kepala ikan menunjukkan permasalahan yang dianalisis.

Dalam analisis sisa material menggunakan fishbone diagram terdapat beberapa kategori penyebab. Menurut Tague pada tahun 2005, analisis sisa material menggunakan fishbone diagram dapat menggunakan kategori-kategori penyebab sebagai berikut :

- Machine (mesin atau teknologi), - Method (metode atau proses)

- Material (termasuk raw material, consumption dan informasi), - Manpower (tenaga kerja dalam pekerjaan fisik),

- Measurement (pengukuran atau inspeksi), - Environment (Lingkungan).

(29)

2.8.1. Kelebihan dan Kekurangan Fishbone Diagram Kelebihan

1. Fishbone diagram menganalisis secara mendalam setiap akar permasalahan yang mungkin terjadi.

2. Fishbone diagram mudah dibuat dan dipahami karena penyebab, kategori penyebab dan kebutuhannya direpresentasikan secara visual.

3. Dengan menggunakan fishbone diagram, kita dapat fokus pada faktor penyebab yang mempengaruhi permasalahan yang dikaji.

4. Dengan menggunakan fishbone diagram, kita dapat memperbaiki penyebab suatu permasalahan sehingga tidak terjadi permasalahan berkelanjutan.

Kekurangan

1. Kesederhanaan pada fishbone diagram menyebabkan ada beberapa penyebab masalah tidak terwakili jika permasalahan yang ditinjau sangat kompleks. Jika permasalahan yang dikaji ada beberapa penyebab masalah tidak terwakili, tidak dapat dikaji sedetail yang kita inginkan. Selain itu juga harus ada ruang yang sangat besar untuk menarik dan mengembangkan fishbone diagram.

2.9. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 2 Daftar Penelitian Terdahulu Mengenai Waste Material NO PENULIS & JUDUL TUJUAN

PENELITIAN

KESIMPULAN

1 Farida Rahmawati1 dan Diana Wahyu Hayati1 2013

“ANALISA SISA MATERIAL

KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengidentifikasi material yang berpotensi untuk menghasilkan waste dalam segi

Berdasarkan hasil analisa Pareto maka material pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yang berpotensi memberikan kontribusi terbesar terhadap waste cost yaitu Bata ringan dengan waste cost sebesar = Rp 41.587.835,21.

(30)

PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN

PROFESI GURU

UNIVERSITAS NEGERI

SURABAYA (177K)”.

biaya . Sedangkan nilai waste index pada proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yaitu sebesar 0,0531. Faktor- faktor yang berpengaruh menyebabkan waste material pada bata ringan, besi polos Ø16, besi ulir D22, dan besi polos Ø10 dalam proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya adalah faktor man, measure, dan management.

Langkah-langkah untuk mereduksi waste dapat dirumuskan sesuai kriteria manusia, pengukuran dan manajemen. Cara-cara tersebut antara lain melakukan pengawasan, melakukan pengawasan yang tepat dan program penyimpanan material dengan lebih baik.adalah Rp 318.104.590 dengan jumlah unit rumah optimum sebanyak 50 unit.

2 M. Alfin Ahfiyatna 2017

“ANALISA SISA

MATERIAL DAN

PENANGANANNYA

PADA PROYEK

APARTEMEN ROYAL

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui berapa besar waste level dan waste cost tiap material pada proyek.

1. Material yang memiliki nilai waste besar pada proyek Apartement Royal Cityloft diantaranya: Besi Ø8 (waste level 19,69%, waste cost Rp.148.321.150,19), Besi D19 (waste level 7,51%, waste cost Rp.122.758.756,27), Semen

(31)

CITYLOFT SURABAYA”.

2. Untuk mengetahui besar persentase waste terhadap nilai proyek.

3. Mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya waste pada proyek.

4. Mengetahui langkah penanganan yang dapat diambil

terhadap waste pada proyek.

PC (waste level 30,61%,waste cost Rp. 122.604.450,45), Bata

ringan 600x200x100

Ex.Blesscon (waste level

9,45%, waste cost

Rp.99.722.547,79), Cat Acrylic Emulsion (waste level 21,00%, waste cost Rp. 97.426.641.47), Besi D10 (waste level 6,32%, waste cost Rp. 75.025.702,56), Cat Acrylic Latex (waste level 39,19%, waste cost Rp.

61.830.878,84), Keramik Platinum Ocra White 400x400 (waste level 15,48%, waste cost Rp. 54.802.583,00), Besi D16 (waste level 4,43%, waste cost Rp. 49.405.319,48), Multipleks 12mm (waste level 4,96%, waste cost Rp.

47.099.692,27), Pasir Pasang (waste level 27,69%, waste cost Rp. 31.685.115,51), Besi D13 (waste level 5,40%, waste cost Rp. 31.011.049,91), Semen Instant UZIN TB (waste level 11,10%, waste cost Rp. 26.245.072,10), Besi D22 (waste level 8,49%, waste cost Rp. 22.236.051,33), Batako 20x40x10 (waste level 19,98%, waste cost Rp.

(32)

22.068.909,69), Plamir (waste level 6,53%, waste cost Rp.

19.567.968,87), Semen Instant UZIN SC (waste level 6,51%, waste cost Rp. 17.087.334,09).

2. Besar persentase waste terhadap nilai proyek adalah 2,750%.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya waste diantaranya: material yang terlalu cepat datang, kurang pengawasan saat pelaksanaan pekerjaan, adanya perubahan desain, kurangnya pemahaman pekerja terhadap metode pekerjaan, kesalahan metode, material yang tidak tahan dengan cuaca, ruang penyimpanan gudang yang terbatas, peralatan yang tidak valid, adanya pembongkaran di lapangan, kerusakan saat pengangkutan, kehilangan saatpelaksanaan,dan

keterlambatan proyek.

4. Upaya penanganan sisa material (waste) yang dapat dilakukan diantaranya:

membuat rencana perhitungan dan penanganan material sisa, memberikan pelatihan kepada

(33)

pekerja mengenai metode pekerjaan, penyediaan tempat yang memadai untuk material, penggunaan material untuk peralatan atau pekerjaan lain, pengalihan material ke proyek lain jika masih bisa digunakan,dan mendaur ulang material kepada pihak lain.

3 I Putu Artama Wiguna & Henni iriana 2009

“ANALISIS PENANGANAN MATERIAL WASTE PADA PROYEK PERUMAHAN DI SURABAYA”.

Tujuannya adalah untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste, mengetahui penyebab

timbulnya material waste pada tiap material,

menentukan upaya

yang sudah

dilakukan untuk mengurangi jumlah waste yang akan terjadi pada tiap material, dan menentukan

tindakan yang dilakukan untuk menangani material waste yang telah terjadi pada tiap

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis penanganan material waste pada proyek perumahan di Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa material yang berpotensi besar menjadi waste adalah kayu dan Besi Beton (pekerjaan Struktur), dan Keramik, Genteng, dan Cat (Pekerjaan Finishing). Dari ke 5 material tersebut, material kayu merupakan material waste terbesar, sedangkan material cat merupakan material waste terkecil. Untuk penyebab utama pada tiap – tiap material diketahui bahwa material keramik, genteng, kayu, dan besi beton penyebab dominan adalah karena kesalahan pekerja. Sedangkan pada material cat penyebab utamanya adalah karena perubahan speksifikasi

(34)

material. mendadak. Dalam mencegah bertambahnya material waste yang akan terjadi pada tiap – tiap material diketahui bahwa pada material keramik, genteng, dan

besi beton, dominan

meminimalisasinya dengan cara kerja dengan teliti. Untuk material kayu, meminimalisasinya dengan cara rencana kerja yang baik.

Sedangkan pada material cat, meminimalisasinya dengan cara

menggunakan metode

pelaksanaan yang tepat. Dan untuk penanganan material waste yang telah terjadi pada tiap – tiap material, maka material keramik, genteng, dan cat, dominan dilakukan dengan cara

menggunakan kembali.

Sedangkan untuk material kayu dan besi beton, dilakukan dengan cara disimpan.

4 Heri Suprapto & Sri Wulandari 2009

“ STUDI MODEL PENGELOLAAN LIMBAH

KONSTRUKSI DALAM

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui

bagaimana model kecenderungan penanganan

terhadap limbah konstruksi yang

Dari hasil penelitian terhadap pelaksanaan proyek-proyek konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor di Bogor dan Depok, maka:

1. Pengelolaan limbah yang terjadi masih sebatas usaha

untuk memperlancar

pekerjaaan sehingga limbah

(35)

PROYEK

KONSTRUKSI ”

dihasilkan dari pelaksanaan proyek konstruksi di indonesia. Dengan mengambil lokasi penelitian yaitu Kota Bogor.

tersebut tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan, dan belum sampai pada usaha

untuk mendapakan

keuntungan dari pengelolaan limbah tersebut.

2. Perncanaan pengelolaan limbah hanya dijadikan sebagai bahan

untuk memperlancar

pencarian pekerjaan, tetapi belum diaplikasikan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5 Y.P Devia, S.E Unas , R.W Safrianto, &

W. Nariswari 2010

“IDENTIFIKASI SISA MATERIAL KONSTRUKSI

DALAM UPAYA MEMENUHI BANGUNAN

BERKELANJUTAN (Construction Waste Identification For Complying

Sustainable Building)”.

Sebagai langkah

awal untuk

penelitian

pendahuluan yang berkaitan dengan sisa material konstruksi terkait dengan identifikasi dan kuantifikasi sisa material konstruksi yang dominan pada suatu proyek konstruksi.

Selanjutnya sisa material konstruksi yang dominan ini akan dikaji dampaknya

1. Sisa material konstruksi yang dominan adalah batu bata dimana untuk proyek perumahan sebesar 13,48% dan untuk proyek hotel sebesar 13,4%.

2. Batu bata murni tidak

berdampak terhadap

lingkungan, dimana sisa material konstruksi jenis ini masih dapat digunakan dan didaur ulang kembali.

(36)

terhadap lingkungan.

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini akan diperoleh besaran angka sisa material kemudian angka-angka tersebut dideskripsikan ke dalam faktor-faktor penyebab sisa material yang terjadi. Adapun alur dari penelitian ini adalah identifikasi sisa material konstruksi, analisis sisa material konstruksi dominan menggunakan analisa pareto, analisis penyebab sisa material konstruksi menggunakan fishbone diagram dan pembahasan hasil penelitian. Subjek penelitian ini adalah analisa pareto dan fishbone diagram yang digunakan untuk menganalisis sisa material konstruksi dominan dan faktor-faktor penyebabnya.

Sedangkan objek penelitian ini adalah Proyek Pembangunan Kantor Kejaksaan Negeri Kota Tebing Tinggi.

3.2. Lokasi penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian sebagai studi kasus yaitu pada proyek pembangunan kantor kejaksaan negeri kota tebing tinggi, yang berlokasi di jln.Kol.Yos Sudarso , Kel,Lalang,Kec.Rambutan ,Kota tebing tinggi. Untuk lebih jelas terlampir pada gambar di bawah ini .

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian Sumber : Google Maps

(38)

3.3. Pemilihan Metode Pemilihan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi jenis strategi penelitian, yakni : jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan (yin 1994).

Adapun beberapa jenis strategi penelitian yang saat ini berkembang dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3. 1 Strategi Penelitian untuk Berbagai Situasi

Sumber : Yin (1996)

Dari kelima strategi penelitian berikut, akan dipakai strategi studi kasus.

Strategi studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu kasus yang terdiri dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber. Sistem ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus yang dikaji dapat berupa program, persitiwa aktivitas atau suatu individu. Dengan kata lain, strategi studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, kejadian, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara

Strategi Jenis Pertanyaan Yang Digunakan

Kendali Terhadap Peristiwa Yang

Diteliti

Faktor Terhadap Peristiwa Yang Sedang Berjalan/Baru Diselesaikan

Eksperimen Bagaimana, Mengapa Ya Ya

Survey

Siapa, Apa, Dimana, Berapa Banyak,

Berapa Besar Tidak Ya

Archival Analysis

Siapa, Apa, Dimana,

Berapa Banyak, Tidak Ya/Tidak Sejarah Bagaimana, Mengapa Tidak Tidak Studi kasus Bagaimana, Mengapa Tidak Tidak

(39)

terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.

3.4. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Dalam penelitian ini digunakan data dari kedua sumber tersebut.

a. Data Primer

Data primer yaitu berupa hasil wawancara tidak terstruktur dan brainstorming dengan pihak kontraktor pelaksana dan pihak konsultan pengawas .

b. Data Skunder

Data skunder yaitu as built drawing, laporan logistik dan daftar harga material.

3.4.1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung atara pewawancara dan responden.

Dalam wawancara terdapat tiga metode untuk mendapatkan informasi yaitu sebagai berikut:

1. Unstructured interview : wawancara dilakukan tanpa ada struktur yang jelas. Artinya, pertanyaan yang diajukan bersifat umum dan diarahkan sendiri oleh pewawancara.

2. Semi-structured interview : menggunakan beberapa acuan topik umum sebagai pengarah selama wawancara berlangsung.

3. Structured interview : wawancara dengan struktur yang jelas. Dengan kata lain, wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan langsung kepada topik khusus yang diajukan.

(40)

Responden yang jadi tujuan adalah responden yang representatif dengan tujuan penelitian seperti pihak kontraktor dan pihak konsultan pengawas.

3.4.2. Brainstorming

Brainstorming adalah suatu teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian dari suatu masalah tertentu denagn mengumpulkan gagasan secera spontan dari anggota kelompok.

Pada penelitian ini dilakukan braintorming 3.5. Proses Pengolahan Data

3.5.3. Identifikasi cosumble material yang berpotensi menimbulkan waste material

Identifikasi consumable material bertujuan untuk mengetahui consumable material apa saja yang ada pada proyek. Pada analisis ini, peneliti mengumpulkan data dari observasi langsung, RAB dan gambar kerja proyek.

3.5.4. Menghitung volume pembelian material

Volume material terpasang adalah material yang menjadi elemen suatu bangunan. Analisis volume material terpasang dilakukan dengan menghitung material pada as built drawing.

3.5.5. Menghitung volume pembelian material

Volume pembelian material merupakan volume material siap pakai, yakni yang didatangkan ke lokasi proyek. Volume ini dihitung berdasarkan laporan mingguan proyek. Pada laporan mingguan dapat diketahui jenis material apa saja yang masuk atau dibeli selama pelaksanaan proyek konstruksi beserta kuantitasnya.

3.5.6. Menghitung volume dan biaya waste material

Menghitung volume sisa material dilakukan dengan mengurangi volume pembelian material dengan volume material terpasang. Kemudian perhitungan

(41)

biaya sisa material diperoleh dari volume sisa material dikali dengan harga material konstruksi.

3.5.7. Analisa pareto

Waste material dominan diidentifikasikan dengan menggunakan analisis pareto. Analisis pareto akan digambarkan dengan sebuah diagram yang disebut Diagram Pareto. Pembuatan Diagram pareto terdiri dari beberapa langkah.

Langkah-langkah pembuatan diagram pareto dapat dijelaskan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2006) :

1. Kelompokkan masalah yang ada (sisa material konstruksi) dan nyatakan hal tersebut dalam angka yang bisa terukur secara kuantitatif.

2. Atur masing-masing masalah yang ada sesuai dengan pengelompokan yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan besarnya nilai kuantitatif masing-masing. Selanjutnya gambarkan keadaan ini dalam bentuk grafik kolom. Penyebab nilai kumulatif terbesar digambarkan pada kolom paling kanan.

3. Buatlah grafik garis secara kumulatif (berdasarkan persentase penyimpangan) di atas grafik kolom ini. Grafik garis ini dimulai dari penyebab penyimpangan terbesar kemudian terkecil.

3.5.8. Identifikasi penyebab sisa material dominan menggunakan fishbone diagram

Dalam proses pembuatan fishbone diagram dilakukan dengan cara brainstorming. Kemudian dilakukan pembuatan penyebab sisa material dominan menggunakan fishbone diagram.

(42)

3.6. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian Data Primer:

1. Observasi lapangan 2. Wawancara

3. Brainstorming

Data Sekunder:

1. .RAB (Rencana Anggaran Biaya), 2. Daftar Harga Material

3. Laporan harian 4. As Built Drawing Analisa Waste

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan data

1. Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste

2. Menghitung Volume Material Terpasang 3. Menghitung Volume Pembelian Material 4. Menghitung Volume dan Biaya Sisa Material 5. Mengitung Waste Material Dominan

Menggunakan Analisis Pareto

6. Identifikasi Penyebab Waste Material Dominan Menggunakan Fishbone Diagram

Kesimpulan dan saran Analisis dan pembahasan

(43)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Proyek

penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan kantor kejaksaan negeri kotatebing tinggi. Berikut informasi administrasi mengenai proyek rehabilitasi berat tersebut :

Nama pekerjaan :Pembangunan gedung kantor kejaksaan negeri Kota Tebing Tinggi

Lokasi pekerjaan : Jl.Kol.Yos Sudarso, Kota Tebing Tinggi Nilai pekerjaaan : Rp.3.436.317.121,40

Sumber dana : APBD Kota Tebing Tinggi Nama pelaksana : PT.Afifa Jaya Perkasa

4.2. Identifikasi Cosumble Material yang Berpotensi Menimbulkan Waste Material

Identifikasi Cosumble Material dilakukan dengan mengumpulkan data dari observasi langsung, RAB dan gambar kerja proyek.

Berikut ini adalah data cosumble material yang ada di proyek pembangunan kantor kejaksaan tinggi negeri Kota Tebing Tinggi.

Tabel 4. 1 Data Cosumble Material

No Material Satuan

13 Atap genteng metal m² 14 Pipa pvc Ø1/2" m' 15 Pipa pvc Ø1" m' 16 Pipa pvc Ø1 1/4" m' 17 Pipa pvc Ø2" m' 18 Pipa pvc Ø3" m' 19 Pipa pvc Ø4" m' 20 Pipa pvc Ø6" m'

No Material Satauan

1 Batu bata Bh

2 Besi D19 Kg

3 Besi D16 Kg

4 Besi D14 Kg

5 Besi D13 Kg

6 Besi D12 Kg

7 Besi D10 Kg

8 Besi D8 Kg

9 Besi D6 Kg

10 Beton K250 m³

11 Semen Kg

12 Pasir m³

(44)

4.3. Menghitung Volume Material Terpasang

Volume material terpasang didapatkan dengan menghitung dari gambar yang terdapat pada as built drawing. As built drawing akan dilampirkan,Berikut hasil perhitungannya :

a. Batu bata

Menghitung volume batu bata dilakukan dengan cara menjumlahkan luas bagian- bagian pada bangunan yang menggunakan batu bata ,setelah itu dikalikan dengan kofisien pasangan dinding yang dipakai pada proyek.

Pada proyek ini bagian – bagian yang menggunakan batu bata ialah , pasangan dinding bata lantai1 , pasangan dinding bata lantai 2, pasangan dinding bata lantai atap , luas tastram,dan luas bekisting pile cap.

Dari , as built drawing di dapat luas sebagai berikut:

Luas pasangan dinding bata lt.1 = 770,01 m2 Luas pasangan dinding bata lt.2 = 833,3 m2 Luas pasangan dinding bata lt.atap = 170,74 m2

Luas tastram = 288,25 m2

Luas bekistig pile cap = 77,44 m2 Luas jendela dan pintu lt. 1 = 78,85 m2 Luas jendela dan pintu lt. 2 = 63,39 m2

Volume pasangan batu bata = Luas pasangan dinding lt.1 dan lt.2 + Luas pasangan dinding lt.atap + Tastram + Bekisting pile cap - (Luas jendela & pintu lt.1 + Luas jendela & pintu lt.2)

= (770,01 + 833,3 + 170,74 + 288,25 + 77,44 ) - (78,85 + 63,39)

(45)

= 1991,55 m2

Setelah didapat luasnya , selanjutnya dikalikan dengan koefisien satuan yang dipakai di proyek.

Pada proyek ini koefisien satuan pekerjaan pemasangan 1 m² dinding bata merah (5x11x22) cm tebal ½ batu campuran 1SP :4PP adalah :

- Batu Bata = 70 buah/m2

- Semen = 11,5 kg/m2 - Pasir = 0,043 m2/m2 Sehingga didapat,

- Batu bata = 139.408,5 buah - Semen =22.902,85 kg - Pasir = 5,64 m³ 4.4. Semen dan pasir

Volume semen dan pasir dihitung dengan cara menjumlah kan bagian bagian pekerjaan yang menggunakan pasir .Untuk semen dan pasir ada 2 pekerjaan yaitu pasangan batu bata dan pekerjaan plasteran ,sedangkan untuk pasir sendiri ada pekerjaan pekerjaan urugan tanah ,urugan pondasi menerus dan urugan plat lantai .

Volume = ( Luas pas.dinding bata lt.1 + Luas pas.dinding bata lt.2 + Luas pas.dinding bata L.atap) – (Luas jendela & pintu L1 + Luas jendela & pintu L2 )

= (770,01 + 833,3 + 170,74 ) – (78,85 + 63,39)

= 1625,86 m²

Angka koefisien perhitungan satuan pekerjaan plasteran pada Proyek Kantor Kejaksaan Negeri Kota Tebing Tinggi untuk 1 m² dinding batu bata merah spesi 1 PC : 4 PP adalah sebagai berikut :

- Semen = 6,24 kg/m2

(46)

- Pasir = 0,024 m3/m2

Jadi , material yang digunakan untuk plasteran adalah - Semen =10.145,37 kg

- Pasir =39,02 m3

Untuk pekerjaan urugan tanah, urugan pondasi menerus dan urugan plat lantai di dapat volumenya sebagai berikut:

- Urugan tanah = 9,42 m3 - Urugan pondasi menerus = 8,52 m3 - Urugan plat lantai = 46,2 m3

Berikut adalah rekapitulasi volume material semen dan pasir:

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Volume Semen

Pekerjaan Volume

(kg) Pasangan dinding lantai 1& 2 22902,83

Plasteran 10145,37

Total 33048,19

Tabel 4. 3 Rekapitulas Volume Pasir

Pekerajaan Volume

(m³) Pasir Urugan Tanah 9,42 Pasir Urug Pondasi Menerus 8,52 Pasir Urug Plat Lantai 46,2 Pasangan Dinding Lantai 1& 2 85,64

Plesteran 39,02

Total 188,797

b. Besi beton

Besi beton dihitung dengan cara mencari berat dari seluruh bagian pekerjaan yang menggunakan besi beton yang terdapat pada proyek dan dimensi didapatkan dari gambar detail penulangan as build drawing.

(47)

1. Pondasi

Perhitungan pembesian pada Pondasi yaitu dengan membuat tabulasi dari diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Diameter di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu: D14 &

D14 - Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Dimana : d = diameter

Bj = berat jenis besi Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D14 = 1,208 Kg/m - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan rumus

P besi =P - sbeton x 2 + P pengait x 2 Dimana : P = panjang panjang pile cap

S beton = selimut beton

P pengait = panjang besi yang di bengkokan - Jumlah besi

Jumlah besi di dapatkan dengan rumus

Dimana : P = panjang pile cap S beton = selimut beton - Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

(48)

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus : Volume besi = p total x berat besi

Tabel 4. 4 Rekapitulasi Tulangan Pondasi Pondasi setempat Panjang Berat

tulangan/m Jumlah Volume ( )

P1 (14D-125) 67,44 1,208 34 2769,44

P2 (14D-125) 67,44 1,208 9 733,09

P3 (14D-125) 44,96 1,208 9 488,72

P3' (14D-125) 67,44 1,208 3 162,91

2. Kolom

Perhitungan pembesian pada kolom yaitu dengan membuat tabulasi dari, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as (m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

- Diameter

Diameter tulungan di dapat dari gambar detail pada as built drawing yaitu: besi D16 , D13 , D12 , D8, D6

- Berat besi

Untuk berat besi di hitung dengan rumus

Dimana : d = diameter

Bj = berat jenis besi = 3,14

Maka dari rumus di dapat:

Berat besi D16 = 1,578 Kg/m Berat besi D13 = 1,041 Kg/m

Sumber : Perhitungan

(49)

Berat besi D12 = 0,887 Kg/m Berat besi D8 = 0,394 Kg/m Berat besi D6 = 0,222 Kg/m - Panjang besi

Panjang besi didapat dengan melihat tinggi bangunan pada as built drawing dari as ke as

- Jumlah besi

Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok dan denah balok pada as built drawing. Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe lalu dikalikan dengan jumlah kolom.

- Panjang total

Panjang total di dapat dengan rumus :

p (total) = p x n dimana : p = panjang besi

n = jumlah besi - Volume besi

Volume besi didapat dengan rumus :

Volume besi = p total x berat besi - Panjang dan jumlah sengkang

Panjang sengkang di dapatkan dengan rumus :

Psengkang = H- 2x S beton n besi + (B- 2x S beton n besi ) Dimana : H = tinggi beton

B = lebar beton S beton = selimut beton - Jumlah sengkang

Gambar

Gambar 2. 1 Gambaran  Umum Manajemen Proyek
Tabel 2. 1 Sumber dan Penyebab Terjadinya Waste Material Konstruksi
Gambar 2. 2 Penjelasan Tentang Pareto's Principle
Gambar 2. 3 Contoh Diagram Pareto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Peta Potensi Daerah Resapan SubDAS Hulu Kali Konto menggunakan teknik tumpang tindih dari ketiga peta parameter fisik lahan yang berpengaruh terhadap kemampuan

Seseorang yang memiliki ghamophobia tetap bisa menyukai atau mencintai sesorang, namun ketika mereka mengetahui bahwa orang yang mereka sukai juga menyukai dan

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu values (nilai) dan intentions (tujuan). Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan

Berdasarkan pada Tabel 7, menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham melalui re- turn on equity sebesar -0,190087, perputaran

Secara umum hal yang mendorong jurnalis media maupun warga untuk melakukan aktivitas jurnalisme sama, yakni didorong oleh keinginan untuk memberitakan sesuatu

Penerimaan yang diperoleh petani dan total biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani kemudian dilakukan analisis ekonomi penerimaan

[r]

(1) Kegiatan penciptaan dan pengembangan budaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dalam kerangka pengembangan karakter