• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Wahyono Yudha

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wahyono Yudha (1990), yang berjudul ”Peranan Industri Kecil di Kota dalam Penyerapan Tenaga Kerja (Studi Kasus: Industri Kecil Kerajinan Perak Kecamatan Kotagede, Kotamadya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1990”.

Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya untuk mengetahui apakah benar sektor industri kecil di kota dapat menyerap tenaga kerja. Sedangkan tujuan khususnya untuk mengetahui apakah benar tenaga kerja industri kecil di kota umumnya berasal dari desa, untuk mengetahui apa alasan responden asal desa berurbanisasi, untuk mengetahui apakah benar tenaga kerja industri kecil di kota tingkat pendidikannya rendah, untuk mengetahui apakah benar tenaga kerja industri kecil di kota mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal, untuk mengetahui motivasi responden memasuki industri kecil di kota, untuk mengetahui berapa lama jam kerja responden per hari, untuk mengetahui berapa besar upah yang

diterima responden per hari, untuk mengetahui apakah benar penerimaan tenaga kerja industri kecil di kota tidak melalui prosedur yang formal, untuk mengetahui apakah benar tenaga kerja industri kecil di kota sebelumnya termasuk golongan penganggur dan setengah pengangguran.

Dari hasil penelitian terdahulu dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

a. Sebagian besar tenaga kerja di industri kecil kerajinan perak Kotagede berasal dari kota (68,3%). Hal ini disebabkan tenaga kerja yang terserap adalah masyarakat di sekitar industri kecil itu berada, yaitu disekitar Kotagede yang masih merupakan bagian kota Yogyakarta. b. Alasan responden berurbanisasi, sebagian besar (42,1%) responden

menyatakan karena sulit untuk mendapatkan pekerjaan di desa. Hal ini mengisyaratkan semakin sempitnya lahan pertanian dan proses mekanisasi di bidang pertanian yang mengakibatkan berkurangnya kesempatan kerja di desa sehingga mereka berurbanisasi untuk mencari kerja (tambahan penghasilan).

c. Tenaga kerja di industri kecil kerajinan perak, tingkat pendidikannya sebagian besar relatif rendah, yaitu 65,3% responden hanya mencapai SD. Di sini terlihat peran industri kecil dalam menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan relatif rendah. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri dari sektor informal.

d. Industri kecil kerajinan perak Kotagede berperan menampung tenaga kerja yang terdesak dari sektor formal yaitu sebesar 34,3% dari 60

responden menyatakan pernah melamar tetapi ditolak/tidak diterima dan pernah bekerja di sektor formal tetapi kemudian berhenti karena PHK atau atas kemauan sendiri.

e. Sebagian besar motivasi responden memasuki industri kecil kerajian perak adalah karena sektor ini tidak memerlukan/membutuhkan persyaratan formal (58,3%). Hal ini sesuai dengan salah satu ciri sektor informal, dimana untuk bekerja di sektor informal tidak membutuhkan persyaratan khusus seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan lain-lain.

f. Sebesar 63,3% dari 60 responden (sebagian besar responden) bekerja 11 jam sehari, yaitu dari jam 07.00-17.00, berarti dalam seminggu bekerja 66 jam. Jam kerja yang panjang dan bervariasinya jam kerja merupakan salah satu ciri dari sektor informal.

g. Upah minimal di industri kerajian perak per hari Rp.1000,00 (tenaga serabutan) dan upah terbesar Rp.50.000,00 (dengan kerja lembur). Dapat dikatakan bahwa spesialisasi dan kerja lembur mempengaruhi besar upah yang diterima per hari. Berarti penghasilan sbulan responden berkisar antara Rp.30.000,00-Rp.1.500.000,00.

h. Sebagian besar responden pemilik industri kecil kerajinan perak tidak mengadakan pembukuan dalam menjalankan usahanya (80% responden pemilik industri kecil).

i. Industri kecil kerajian perak Kotagede sebagai bagian dari sektor informal berperan menyerap penganggur dan setengah pengangguran,

yaitu responden dengan kegiatan sebelum bekerja sebagai perajin 75% (45 responden) sedang mencari pekerjaan dan 10% (6 responden) bekerja kurang dari jam kerja normal (35 jam dalam seminggu). Sedang 15% (9 responden) menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pengrajin perak merupakan pekerjaan pokok karena mereka dapat memperoleh penghasilan menetap perbulan.

2. Penelitian oleh Agnes Endang Sri Haryanti

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Agnes Endang Sri Haryanti (1997), yang berjudul ”Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Industri Kerajinan Perak Tahun 1993-1995 (Studi Kasus: Sentra Industri Kerajinan Perak di Kecamatan Kotagede, Kotamadya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 1996).

Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede pada tahun 1993-1995, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede pada tahun 1993-1995. sedangkan tujuan khususnya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan jumlah pengusaha industri kerajinan perak pada tahun 1993-1995, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kerajinan perak pada tahun 1993-1995, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan modal per unit usaha tahun 1993-1995, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan volume produksi pada

industri kerajinan perak pada tahun 1993-1995, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan laba pengusaha pada tahun 1993-1995, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan upah yang diterima tenaga kerja pada tahun 1993-1995, untuk mengetahui apakah bahan baku produksi ersedia setiap waktu dan pasar lokal, untuk mengetahui apakah harga bahan baku produksi stabil, untuk mengetahui apakah tersedia alat transportasi yang mudah dari pasar input ke pasar output, untuk mengetahui apakah perbaikan peralatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil produksi, untuk mengetahui apakah hasil produksi dijual dengan harga yang menguntungkan, untuk mengetahui bagaimana jalur yang digunakan untuk memasarkan hasil produksi pada industri kerajinan perak, apakah jalur langsung, jalur tidak langsung atau kedua-duanya, untuk mengetahui bagaimana luas jangkauan pemasaran hasil produksi pada industri kerajinan perak, apakah dalam lingkup lokal, regional, nasional atau ekspor.

Dari hasil penelitian terdahulu dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

a. Kesimpulan khusus

1). Ada peningkatan jumlah industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede antara tahun 1993-1995. Rata-rata peningkatan sebesar 7,40% per tahun.

2). Ada peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede antara tahun 1993-1995. Rata-rata peningkatan sebesar 6,88% per tahun.

3). Ada peningkatan modal per unit usaha pada industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede antara tahun 1993-1995. Rata-rata peningkatan sebesar 21,99% per tahun.

4). Ada peningkatan volume produksi pada industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede antara tahun 1993-1995. Rata-rata peningkatan sebesar 22,64% per tahun.

5). Ada peningkatan laba perusahaan antara tahun 1993-1995. Rata-rata peningkatan sebesar 13,49% per tahun.

6). Ada peningkatan upah tenaga kerja yang diberikan pengusaha industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede antara tahun 1993-1995. Rata-rata peningkatan sebesar 9,76% per tahun.

7). Bahan baku produksi (perak acir) dapat dibeli secara lokal, yaitu pada PT. Aneka Tambang Yogyakarta. Bahan baku produksi dapat dibeli setiap waktu apabila pengusaha membutuhkan.

8). Ada peningkatan harga bahan baku produksi (perak acir) antara tahun 1993-1995). Rata-rata peningkatan sebesar 8,40% per tahun. Walaupun ada kenaikan harga bahan baku produksi sebesar 8,40% per tahun tetapi masih dapat dikatakan bahwa harga bahan baku produksi tersebut stabil. Karena masih dibawah angka satu digit.

9). Alat transportasi yang diperlukan dari pasar input ke pasar output dapat diperoleh dengan mudah oleh pengusaha industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede.

10). Perbaikan peralatan yang dilakukan pengusaha industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede dapat meningkatkan hasil produksi karena dengan adanya peralatan baru pekerjaan dapat lebih efisien dalam penggunaan waktu maupun biaya produksi.

11). Harga jual hasil produksi kerajinan perak menguntungkan bagi pengusaha. Dari tahun 1993-1995 margin yang diperoleh pengusaha meningkat. Tahun 1993/1994 rata-rata peningkatan margin sebesar 17,80% sedangkan tahun 1994/1995 rata-rata peningkatan margin sebesar 19,68%.

12). Jalur distribusi untuk memasarkan hasil produksi pada industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede menggunakan jalur tidak langsung dan jalur campuran. Disamping membuka toko sovenir juga ada pedagang pengumpul mengambil barang/produk kerajinan perak.

13). Jangkauan pemasaran untuk hasil produksi pada industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede meliputi pasar lokal, pasar regional, pasar nasional, dan pasar ekspor.

b. Kesimpulan umum

Industri kerajinan perak di kecamatan Kotagede ternyata mengalami perkembangan.hal ini ditunjukkan bahwa antara tahun

1993-1995 terjadi peningkatan jumlah pengusaha, jumlah tenaga yang terserap, modal, volume produksi, laba pengusaha, upah tenaga kerja setiap tahunnya. Adapun faktor yang berpengaruh adanya perkembangan pada industri kerajinan perak ini adalah tersedianya bahan baku produksi, adanya alat transportasi dan mudah mendapatkannya peralatan yang digunakan untuk proses produksi ada perubahan/perbaikan, perangsang proses produksi yang berupa makin meningkatnya margin yang diperoleh, jangkauan pemasaran hasil produksi yang sudah luas.

Dokumen terkait