• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Penelitian Terdahulu

Senteri (1988) dalam penelitiannya berjudul Analisis Ekonometrika terhadap Pasar Minyak Sawit Amerika Serikat. Penelitian tersebut menggunakan data sekunder time series dari tahun 1951-1981 dari berbagai publikasi oleh USDA (United States Departement of Agriculture) dan FAO (Food and Agriculture Organization). Variabel-variabel independen diestimasi dengan metode OLS (ordinary least square) persamaan simultan. Persamaan terdiri dari tiga persamaan struktural yaitu terdiri dari persamaan harga minyak sawit dunia, persamaan kuantitas minyak sawit yang dikonsumsi dan persamaan fungsi stok minyak sawit. Empat persamaan identitas yang terdiri dari persamaan impor minyak sawit, persamaan permintaan minyak sawit, persamaan suplai minyak sawit dan perubahan harga minyak sawit dunia. Lebih dari 65 persen minyak sawit Amerika digunakan sebagai produk antara (intermediate product) untuk industri margarin dan dan sisanya digunakan untuk memproduksi produk hilir lainnya. Dengan demikian fungsi permintaan dari minyak sawit di Amerika disusun berdasarkan permintaan turunan (derived demand). Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa dalam jangka pendek produksi minyak sawit di Amerika tidak elastis terhadap perubahan harga minyak nabati lainnya

30

melainkan sangat dipengaruhi oleh harga minyak hewani dan harga minyak sawit. Elastisitas harga silang minyak nabati bersifat inelastis pada jangka pendek mengindikasikan perubahan harga minyak nabati berdampak kecil terhadap penggunaan minyak sawit. Permintaan minyak sawit Amerika terhadap produksi minyak sawit Malaysia disebabkan oleh rendahnya produksi minyak sawit domestik di Amerika dan ketersediaan minyak sawit Malaysia dengan harga yang lebih rendah.

Harfa (1996) melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Permintaan Tepung Terigu di Indonesia menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu periode tahun 1983-1994. Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dianalisa dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode OLS menggunakan program komputer Shazam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan struktur yang telah terjadi dalam permintaan tepung terigu di Indonesia, mengetahui keadaan faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap permintaan tepung terigu beserta derajat kepekaannya. Pada analisis deskriptif disimpulkan bahwa permintaan tepung terigu mengalami peubahan konsumsi ke bentuk olahan (masyarakat telah mengalami perubahan selera dalam mengonsumsi tepung terigu). Pada analisa regresi digunakan enam variabel bebas yaitu harga tepung terigu, harga beras, harga tepung tapioka, pendapatan per kapita, selera dan variabel dummy (untuk membedakan keadaan resesi dan tidak resesi). Dari hasil analisis regresi ini ternyata ke enam variabel tersebut dapat berpengaruh nyata pada fungsi permintaan tepung terigu (pada taraf kepercayaan 90 persen dan 95 persen).

Penelitian Basiron (2002), mengenai prospek permintan minyak sawit sebagai bahan baku industri dan dampak kebijakan tarif dan non-tarif terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit di Malaysia. Penelitian tersebut menggunakan data time series dari tahun 1988-2007. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode kuantitatif dengan model ekonometrika persamaan simultan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dibutuhkan intervensi pemerintah dalam bentuk subsidi untuk meningkatkan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku dalam industri fatty acid, industri sabun dan deterjen, industri

31 lilin dan industri kosmetik. Pembatasan perdagangan dalam bentuk non-tarif yaitu sertifikasi yang menjamin bahwa minyak sawit tidak terkontaminasi dengan radioaktif dianggap tidak efektif karena hal tersebut akan memperlambat perdagangan antar negara dan tidak sesuai dengan liberalisasi perdagangan yang telah disetujui WTO (World Trade Organization).

Novindra (2011) dalam penelitiannnya mengenai dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen minyak sawit di Indonesia. Penelitian tersebut mengunakan data sekunder dari tahun 1980–2007. Metode estimasi model yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 2SLS. Tujuan penelitian tersebut menganalisis faktor- faktor yang memengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar domestik dan dunia kemudian mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia serta penerimaan devisa tahun 2003-2007. Peramalan dampak kebijakan domestik terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia dan penerimaan devisa tahun 2012-2016. Model permintaan dan penawaran merupakan sistem persamaan simultan, yang terdiri dari 3 blok perkebunan kelapa sawit, blok minyak sawit, dan blok minyak goreng sawit. Model yang telah dirumuskan terdiri dari 39 persamaan atau 39 variabel endogen (G), dan 46

predetermined variable terdiri dari 28 variabel eksogen dan 18 lag endogenous variable, sehingga total variabel endogen dalam model (K) adalah 85 variabel. Kemudian diketahui bahwa jumlah variabel endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model (M) adalah maksimum 8 variabel. Berdasarkan kriteria order condition disimpulkan setiap persamaan struktural yang ada dalam model adalah over identified. Hasil penelitian tersebut menunjukan harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap peubahan jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik (seperti industri minyak goreng sawit, oleokimia, sabun, margarin, dan biodiesel) akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga meningkatkan harga yang diterima produsen minyak sawit domestik; kebijakan domestik berupa pembatasan ekspor minyak sawit dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit

32

sebesar 20 persen dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik (peningkatan penawaran minyak sawit domestik) dan kebijakan kuota ekspor; dan peningkatan kuota domestik (peningkatan penawaran minyak sawit domestik) berdampak negatif bagi kesejahteraan netto. Hal ini dikarenakan peningkatan penawaran minyak sawit domestik belum didukung dengan perkembangan industri hilir minyak sawit selain industri minyak sawit terlebih dahulu. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan penawaran minyak sawit domestik kemudian akan mengakibatkan penurunan harga minyak sawit dan harga minyak goreng sawit domestik.

Santoso (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis penawaran dan permintaan kayu bulat: kebijakan pengaturan bahan baku untuk industri pengolahan kayu primer menggunakan data time series Model dalam penelitian ini terdiri atas lima blok, yaitu: blok kayu bulat, blok kayu gergajian, blok kayu lapis, blok pulp, dan blok pasokan-permintaan. Setiap blok akan terdiri atas beberapa persamaan yang secara keseluruhan akan berjumlah 28 persamaan, 23 diantaranya berupa persamaan struktural, sedangkan 5 persamaan lainnya merupakan persamaan identitas.

Lebih lanjut dalam setiap blok persamaan dibangun persamaan- persamaan yang menggambarkan perilaku penawaran, permintaan dan harga. Persamaan- persamaan tersebut menggunakan asumsi bahwa semua pelaku ekonomi bertindak secara rasional sehingga akan memaksimumkan keuntungan. Dengan demikian semua perilaku dari pelaku ekonomi akan dipengaruhi oleh dinamika perubahan dari harga-harga input dan output serta kebijakan yang berlaku. Selain itu dalam setiap blok juga dikembangkan persamaan harga yang bertujuan untuk mempelajari selain integrasi antara pasar domestik dan internasional juga untuk mempelajari integrasi 45 antara pasar bahan baku dengan pasar produk hilirnya.

Söderholm dan Ejdemo (2008) dalam artikel penelitian Steel Scrap Markets in Europe and the USA meneliti mengenai permintaan industri besi dan material bangunan. Dalam artikel tersebut dilakukan suatu analisis terhadap pasar intenasional untuk skrap baja. Menggunakan data time series dengan metode LCA (Life Cycle Assessment). Industri skrap baja menjadi sangat kompetitif dan dengan ruang lingkup yang sangat kuat. Harga skrap baja ditentukan oleh permintaan dan

33 kekuatan pasokan dan pengaruh signifikan lingkup internasional pasar, turunan permintaan untuk skrap baja akan dipengaruhi oleh tingkat produksi baja di sejumlah besar negara. Peran Cina di pasar skrap baja dunia meningkat secara signifikan selama dekade terakhir, namun dalam hal konsumsi baja skrap, Amerika Serikat juga merupakan negara pemain besar mengingat ketergantungan yang kuat pada intensifnya penggunaan skrap pada proses EAF. Menegaskan penelitian empiris gagasan elastisitas sendiri - harga yang relatif rendah pasokan skrap yang dalam kombinasi dengan pendapatan -sensitive demand side-

menghasilkan volatile pergerakan harga jangka pendek. Pengalaman dari sejarah panjang produksi skrap dan penggunaannya menggambarkan bahwa pasokan memiliki penyesuaian secara spontan untuk peningkatan permintaan. Ini tidak selalu berarti bahwa kebijakan publik sebagai langkah-langkah untuk memfasilitasi pengumpulan skrap daur ulang (misalnya dari rumah tangga) tidak efisien secara ekonomi. Namun, setiap intervensi kebijakan yang tidak mengandalkan analisis perilaku pasar dan kinerja risiko menyebabkan lebih berbahaya. Kebijakan publik diutamakan mampu mengatasi rintangan teknis dalam industri pengolahan skrap–dasar melalui dukungan R & D, jika lebih lanjut penggunaan akhir limbah menguntungkan, pasar akan muncul dengan sendirinya.

Supriyadi (2012) melakukan penelitian dengan judul dampak pengembangan biodiesel terhadap industri turunan kelapa sawit nasional. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap produk turunan kelapa sawit yang berbasis pangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari tahun 1999- 2009. Penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan membangun model sistem persamaan simultan menggunakan metode 2SLS yang terdiri dari 20 persamaan struktural dan 1 persamaan identitas.

Penelitian ini melakukan beberapa skenario simulasi, skenario pertama yaitu dilakukan pengembangan biodiesel 20 persen mengakibatkan pada peubah dominan yaitu kenaikan harga tandan buah segar 4.72 persen, konsumsi minyak sawit meningkat 24.99 persen, impor minyak diesel turun 5.83 persen, permintaan minyak goreng sawit naik 8.43 persen dan permintaan margarin naik 10.36 persen. Kemudian skenario kedua yaitu pengembangan biodiesel 20 persen dan pajak

34

ekspor naik 10 persen berpengaruh positif terhadap peubah harga tandan buah segar 5.09 persen dan konsumsi minyak sawit 25.81 persen, penurunan impor minyak diesel 5.85 persen dan kenaikan permintaan minyak goreng sawit dan margarin sebesar 8.41 dan 9.46 persen. Skenario ketiga yaitu pengembangan biodiesel 20 persen dan harga minyak dunia 10 persen. Adapun respon harga tandan buah segar naik 6.45 persen, konsumsi minyak sawit 11.40 persen, impor minyak diesel 2.19 persen dan produksi minyak goreng sawit naik 8.47 persen dan permintaan margarin naik 7.64 persen. Skenario keempat yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, pengembangan biodiesel 20 persen dan penguatan nilai tukar 10 persen. Adapun respon harga tandan buah segar naik 6.01 persen, konsumsi minyak sawit 28.22 persen, impor minyak diesel turun 5.90 persen dan permintaan minyak goreng sawit naik 8.35 persen dan permintaan margarin naik 9.81 persen.

Kurniadi (2013) melakukan penelitian mengenai dampak kebijakan penurunan tingkat suku bunga dan peningkatan penawaran minyak sawit terhadap produksi fatty acid di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi produksi produk turunan minyak sawit di Indonesia yaitu fatty acid. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menganalisis dampak penurunan tingkat suku bunga dan kenaikan penawaran minyak sawit domestik terhadap produksi, penawaran, permintaan dan harga dari komoditas komoditas

fatty acid serta harga dan permintaan dari komoditas minyak sawit domestik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2SLS dengan model persamaan simultan. Hasil estimasi model yang diperoleh kemudian diuji dengan uji statistik-F, uji statistik-t, uji ekonometrika yaitu uji statistik Durbin-Watson dan Dubin-h. Setelah model dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan simulasi kebijakan dengan menggunakan software SAS 9.0 for Windows. Perubahan harga riil minyak sawit domestik, perubahan tingkat suku bunga dan teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap produksi fatty acid domestik. Penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 20 persen menyebabkan peningkatan terhadap produksi fatty acid domestik, permintaan fatty acid domestik, penawaran fatty acid domestik. Penurunan suku bunga Bank Indonesia menyebabkan penurunan terhadap harga riil fatty acid domestik, permintaan minyak sawit domestik dan

35 harga riil minyak sawit domestik, dan harga riil minyak sawit domestik. Peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 10 persen menyebabkan peningkatan terhadap produksi fatty acid domestik, permintaan fatty acid

domestik, penawaran fatty acid domestik, dan permintaan minyak sawit domestik. Peningkatan penawaran minyak sawit domestik menyebabkan penurunan harga riil minyak sawit domestik dan harga riil fatty acid domestik. Penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 20 persen dan peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 10 persen menyebabkan peningkatan terhadap produksi

fatty acid, permintaan fatty acid domestik, dan penawaran fatty acid domestik. Penurunan suku bunga Bank Indonesia dan peningkatan penawaran minyak sawit domestik menyebabkan penurunan terhadap harga riil fatty acid domestik, permintaan minyak sawit domestik dan harga riil minyak sawit domestik.

Saran melalui penelitian ini adalah untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi fatty acid domestik, pemerintah sebaiknya menetapkan kebijakan penurunan suku bunga bagi investor kemudian diikuti dengan kebijakan yang mengusahakan peningkatan penawaran minyak sawit domestik. Dalam jangka panjang instrumen kebijakan pemerintah hendaknya berorientasi ekspor produk turunan minyak sawit (seperti fatty acid) untuk meningkatkan devisa negara hendaknya pemerintah memberi perhatian penuh dalam mengatur sistem tata niaga industri kelapa sawit.

Widhosari (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi produksi produk turunan minyak sawit di Indonesia. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi produk turunan minyak sawit di Indonesia yaitu minyak goreng, margarin, dan sabun kemudian menganalisis dampak kebijakan penurunan tingkat suku bunga terhadap produksi minyak goreng, margarin dan sabun di Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan alat analisis

Two Stages Least Square (2SLS). Model yang dibangun dalam penelitian merupakan sistem persamaan simultan, yang terdiri dari 3 blok yaitu blok minyak goreng sawit domestik, blok margarin domestik, dan blok sabun domestik. Model penelitian terdiri dari 13 persamaan atau 13 variabel endogen (G), dan 44

36

variable, sehingga total variabel dalam model (K) adalah 57 variabel. Pengolahan data dilakukan dengan program computer yaitu : SAS for Windows 9.0.

Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa harga minyak goreng sawit domestik, laju pertumbuhan harga minyak sawit domestik, laju pertumbuhan harga minyak sawit domestik, tingkat suku bunga, dan produksi minyak goreng tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap produksi minyak goreng sawit domestik. Produksi margarin tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap produksi margarin domestik. Tingkat suku bunga, laju pertumbuhan upah tenaga kerja industri, dan produksi sabun tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap produksi sabun domestik. Penurunan suku bunga bank Indonesia menyebabkan peningkatan terhadap produksi minyak goreng sawit domestik, permintaan minyak goreng sawit domestik, penawaran minyak goreng sawit domestik, produksi margarin domestik, penawaran margarin domestik, produksi sabun domestik, permintaan sabun domestik, dan penawaran sabun domestik. Penurunan suku bunga bank Indonesia menyebabkan penurunan terhadap harga minyak goreng sawit domestik da harga sabun domestik. Harga minyak sawit domestik, permintaan margarin domestik dan harga margarin domestik tidak mengalami perubahan.

Saran berdasarkan penelitian tersebut antara lain : (1) pemberian tingkat suku bunga rendah agar investasi bagi industri hilir meningkat, (2) dalam jangka panjang instrumen kebijakan pemerintah hendaknya berorientasi ekspor produk turunan minyak sawit (minyak goreng, margarin dan sabun) dalam meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk turunan minyak sawit dan hendaknya pemerintah memberi perhatian penuh dalam mengatur sistem tata niaga industri kelapa sawit.

Yoyo, Daryanto, Sa’id dan Hasan (β01γ) meneliti mengenai kesenjangan

industri fatty acid dan fatty alcohol berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia dan proyeksi produksi dan konsumsinya (2013-2022). Tujuan dalam penelitian menganalisa kesenjangan antara kondisi industri fatty acid dan fatty alcohol saat ini dengan kondisi ideal di masa yang akan datang. Dalam penelitian tersebut menganalisa perkembangan model daya saing pengembangan industri minyak sawit sebagai bahan baku fatty acid dan fatty alcohol. Metode yang digunakan

37 adalah IMD (Institute for Management Development) dan WEF (World Economic Forum). Penelitian ini memanfaatkan studi literatur, wawancara, dan kuesioner untuk mengumpulkan opini dari para ahli dan praktisi mengenai kondisi industri saat ini dan yang akan datang. Uji non-parametrik Mann-Whitney digunakan untuk mengestimasi perbedaan diantara kedua kondisi tersebut.

Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa daya saing minyak sawit Indonesia sebagai bahan baku fatty acid dan fatty acohol dipengaruhi oleh enam faktor yaitu faktor kondisi, permintaan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan, industri terkait dan pendukung. Hasil penelitian ini berdasarkan model daya saing industri, ada beberapa sub sektor dengan status yang baik dan sub sektor dengan status yang buruk. Sub sektor dengan status yang buruk merupakan kelemahan dan harus ditingkatkan. Kesenjangan tebesar antara kondisi saat ini dan masa yang akan datang dari perindustrian adalah efisiensi pemerintah sedangkan kensenjangan terkecil adalah efisiensi bisnis. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesenjangan total faktor menggunakan kerangka daya saing IMD adalah sekitar 28 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi saat ini secara keseluruhan industri menuju ke kondisi yang sangat kompetitif di kondisi yang ideal hanya 72 persen. Selain itu, hasil uji Mann-Whitney non- parametrik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara saat ini dan

ideal (masa depan) kondisi industri pada α = 5 persen untuk semua faktor dan

total daya saing IMD. Untuk sub-faktor, hanya dua sub-faktor tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yaitu pekerjaan dan harga. Peningkatan daya saing industri harus melibatkan semua pemangku kepentingan melalui penyelesaian yang sudah ada masalah dalam pendekatan sistemik dan sistematis. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memberi solusi agar mampu meningkatkan status industri dan meminimalkan kesenjangan antara (masa depan) kondisi saat ini dan ideal minyak sawit Indonesia sebagai bahan baku fatty acid dan industri fatty alcohol.

38

Tabel 20. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian Penulis dan Penelitian Terdahulu

No. Penulis Persamaan Perbedaan

1. Senteri (1988) Teori derived demand.

Objek penelitian minyak sawit sebagai bahan baku industri di Amerika Serikat.

Metode penelitian menggunakan 2SLS persamaan simultan 2 Harfa (1996) Teori derived demand, metode OLS.

Tujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi Persamaan

Objek penelitian tepung terigu

3. Söderholm dan Ejdemo (2008)

Teori derived demand. Metode penelitian OLS.

Objek penelitian baja. Metode penelitian LCA (Life Cycle Assessment). 4. Santoso (2011) Teori derived demand. Objek penelitian kayu bulat

sebagai bahan baku industri kayu primer.

5. Novindra (2011)

Objek penelitian minyak sawit dan teori derived demand.

Metode penelitan 2SLS persamaan simultan 6. Supriyadi

(2012)

Teori derived demand dan objek penelitian minyak sawit

Metode 2SLS dengan persamaan simultan 7. Yoyo, Daryanto,Sa’id dan Hasan (2013)

Objek penelitian minyak sawit sebagai bahan baku industri fatty acid

Metode IMD

8 Widhosari (2013)

Objek penelitian industri hilir minyak sawit yaitu minyak goreng, margarin dan sabun

Metode 2SLS dengan persamaan simultan 9. Kurniadi (2013) Objek penelitian industri hilir minyak

sawit fatty acid

Metode 2SLS dengan persamaan simultan

39

Dokumen terkait