• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang komoditas ikan tuna khususnya tentang keunggulan daya saing dalam lingkungan internasional menurut penulis belum pernah dilakukan di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), namun tidak menuntup kemungkinan bahwa penelitian tentang hal ini sudah ada tapi tidak dipublikasikan baik di IPB maupun unversitas lainnya. Namun, penelitian-penelitian tentang keunggulan daya saing baik kompetitif maupun komparatif suatu industri atau komoditas lain telah banyak dilakukan dan penelitian tentang komoditas ikan tuna pun telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain pernah dilakukan oleh Swaranindita (2005) tentang daya saing komoditas udang di pasar internasional, Bondar (2007) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia, dan Rastikarany (2008) tentang analisis pengaruh kebijakan tarif dan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Bondar (2007) mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia” dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu analisis regresi data panel untuk

menganalisis faktor yang mempengaruhi ekspor tuna dan metode deskripitif yang digunakan untuk melihat perkembangan ekspor tuna segar Indonesia. Tujuan dari penelitian ini mengetahui perkembangan ekspor tuna segar Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna segar Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna segar Indonesia.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode Fixed Effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor tuna segar Indonesia pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar rupiah terhadap negara pengimpor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, dan volume ekspor tuna olahan. Sedangkan variabel harga ekspor, harga domestik, dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor tuna segar Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Rastikarany (2008) mengenai “Analisis pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor tuna Indonesia” dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan metode content

analysis (analisis isi) dan analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi dan

melihat peramalan kedepannya. Model yang dipakai dalam analisis regresi adalah model bentuk linier, model bentuk semilog, dan bentuk doublelog. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia, mengetahui pengaruh penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, mengetahui pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, dan meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada masa yang akan datang.

Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan perdagangan tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia antara lain EC (European Comission) No.2886/89 yang berlaku dari tahun 1989-2005, EC No.980/2005 yang berlaku mulai tahun 2006-2008, dan EC No.975/2003 mengatur pengurangan besar tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand dan Filipina. Kebijakan non tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia

terangkum dalam EC No.178/2002, EC 466/2001, EC 178/2005, EC 852/2004, EC 853/2004, EC 854/2004, EC 882/2004, dan EC 2073/2005.

Model pengaruh hambatan tarif dan non tarif yang terbaik adalah model semilog (Q = 2.862,71 Ln Tt – 605,990 Dt + 2936,19 Ln Qt-2) dan diwakili oleh variabel tarif dan volume ekspor dua tahun sebelumnya. Kebijakan tarif berpengaruh nyata terhadap model sebesar 91% dengan nilai elastisitas tarif sebesar -0,64 dan bersifat inelastis. Evaluasi statistik terhadap kebijakan hambatan non tarif tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan volume ekspor tuna Indonesia. Hal ini sesuai karena faktanya untuk meningkatkan ekspor dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu. Metode trend dipilih untuk meramalkan karena memiliki nilai MSE terkecil. Hasil peramalan dengan metode trend diperoleh model Y= 6269,7 + 463,18t dengan nilai peramalan yang didapat sebesar 13.447,3 dan 15.246,18 pada tahun 2011.

Kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada kesamaan komoditas yang dibahas yaitu ikan tuna. Sedangkan perbedaannya terletak pada perbedaan masalah yang dibahas, metode penelitian yang digunakan, dan untuk penelitian Rastikarany dilakukan peramalan yang tidak dilakukan pada penelitian saat ini. Hasil penelitia oleh Bondar memiliki manfaat untuk melihat keadaan perdagangan ikan tuna dan faktor apa saja yang mempengaruhi perdagangan ikan tuna Indonesia. Hasil penelitian Rastikarany bermanfaat untuk mengetahui pengaruh kebijakan tarif dan non tarif yang ditetapkan Uni Eropa sebagai negara yang menjadi standar untuk negara lain dalam hal ketentuan-ketentuan mutu dan keamanan pangan.

Penelitian yang dilakukan Swaranindita (2005) mengenai “Analisis daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional” dengan menggunakan metode deskriptif dan metode Herfindahl Index dan Concentration Ratio untuk menganalisis struktur pasar, Revealed Competitive Advantage untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas, Teori Berlian Porter untuk mengukur keunggulan kompetitif komoditas udang, dan melakukan peramalan untuk ekspor udang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksternal dan internal perdagangan udang nasional di pasar internasional, menganalisis struktur pasar

udang yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan udang internasional, dan menganalisis posisi daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah struktur pasar udang yang ada yaitu monopolistis dan oligopoli dengan posisi Indonesia sebagai market

follower, faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas udang yaitu

sulit mendapatkan akses pembiayaan usaha, keterbatasan sarana angkutan ekspor, penerapan teknologi dan industri terpadu yang belum merata, dan masih terdapat kendala pada usaha pembenihan dan pengolahan pasca panen. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki daya saing kuat.

Penelitian Swaranindita memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu alat analisis yang digunakan sama dan membahas komoditas perikanan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak ada analisis SWOT yang digunakan untuk merumuskan strategi ekspor kedepannya, dan komoditas perikanan yang digunakan pun berbeda, serta pada penelitian ini tidak dilakukan peramalan penjualan ikan tuna. Hasil penelitian ini bermanfaat karena adanya kesamaan masalah yang diangkat dan atribut yang dibahas.