II. TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang di lakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Adapun Kajian Penelitian Terdahulu yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Pembahasan
1. Analisis strategi
1. Jaringan distribusi yang kuat.
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Pembahasan
2005) 2. Kualitas produk yang
baik
3. Repotasi produk yang baik dan di kenal oleh konsumen.
7. Harga jual produk yang lebih murah. Sedangkan
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Pembahasan
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Pembahasan 4. Iklim dan cuaca kurang
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Pembahasan
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Pembahasan
Analisis SWOT Dalam menentuan strategi strategi yang tepat dalam dan peluang yang ada serta meminimalisasi
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
Strategi pemasaran mempunyai peranan penting bagi para petani jahe merah untuk mempertahankan dan meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu petani jahe merah dalam memilih strategi pemasaran setelah pasca panen harus melalui proses perencanaan, perhitungan, dan pertimbangan yang sesuai dan tepat
sasaran dengan menggunakan peluang serta kekuatan dari produk yang akan dipasarkan oleh petani untuk menghindari ancaman setelah mengetahui kelemahan dari produk yang akan dipasarkan. Pasar STA Agribisnis Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang merupakan salah satu pasar penjualan jahe merah yang berpotensial untuk meningkatkan pendapatan petani jahe merah di desa tersebut. Akan tetapi para petani jahe merah masih kurang paham menentukan strategi-strategi yang baik dalam memasarkan hasil panen mereka, hal ini tentu mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan hidup petani yang ada di Kabupaten Enrekang.
Cara yang tepat dalam menentukan strategi-strategi yang tepat dalam memasarkan komoditas jahe merah ini adalah dengan menggunakan analisis SWOT dalam bentuk matriks, dimana analisis ini secara sistematis dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan mampu meminimalkan kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threats) yang dimiliki dalam proses pemasaran di pasar STA Agribisnis Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Perumusan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Strategi Pemasaran
Ancaman (T) Eksternal Peluang(o)
Eksternal Kelemahan ( w)
Internal Kekuatan (s)
Internal
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Strategi Pemasaran Komoditas Jahe Merah di Pasar STA Agribisnis Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang
Analisis SWOT Pemasaran
Panen Jahe Merah
II. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Waktu dan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pasar Sub Terminal Agribisnis (STA) Agribisnis Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang mulai pada bulan Desember 2021 sampai dengan bulan Januari 2022. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah penghasil dan pemasok jahe merah.
3.2 Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun tehnik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel tujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kreteria sebagai informan). Informan ini dibutuhkan untuk mengetahui kondisi yang sesuai dengan Strategi pemasaran komoditas jahe merah di pasar STA Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan dilakukan dengan cara sengaja menunjuk langsung informan dengan dasar pertimbangan informan tersebut dianggap bisa memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Informan dalam penilitian ini sebanyak 15 pedagang.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data
Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan berupa data lisan dengan penjelasan mengenai pembahasan.
3.3.2. Sumber Data 1. Data Primer
Data Primer merupakan data hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai informan yang terkait dengan petani dalam pemasaran, lembaga pemasaran (Pedagang Pengumpul dan Pedagang Besar).
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan diperoleh peneliti melalui data-data statistik Badan Pusat Statistik, laporan dari Dinas Pertanian, laporan hasil-hasil penelitian perguruan tinggi, lembaga penelitian dan sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi sebagai berikut :
3.4.1 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat langsung untuk mengamati strategi pemasaran komoditas jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
3.4.2 Wawancara
Wawancara merupakan dialog secara langsung untuk memperoleh data dari responden individu sumber daya manusia yang terpilih relevan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
3.4.3 Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen atau bahan-bahan tertulis, cetak, rekam peristiwa yang berhubungan dengan hal lain yang ingin diteliti. Teknik studi dokumentasi dilakukan dengan cara menganalisis dokumen-dokumen yang ada di lembaga yang berkaitan dengan data.
3.5 Teknik Analisis Data
Semua data yang berhasil dikumpulkan berupa catatan lapangan, komentar peneliti, uraian informan penelitian, dokumen-dokumen berupa laporan, artikel, dan sumber data lainnya yang terkait dengan pemasaran jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Selanjutnya dianalisis menggunakan analisis SWOT dengan melakukan analisis situasi terkait pemasaran jahe merah sebagai berikut, (Suhartina 2016).
3.5.1 Identifikasi
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman (faktor eksternal) maupun kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang dimiliki petani jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
3.5.2 Penentuan faktor internal
Menentukan faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
a. Bobot
Penentuan bobot didasarkan pada akumulasi dari kekuatan dengan kelemahan dan akumulasi antara peluang dan ancaman. Nilai pada bobot ditentukan dari hasil wawancara antara peneliti dengan petani jehe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
b. Rating
Penentuan rating berdasarkan diskusi peneliti dengan petani jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan alla Kabupaten Enrekang. Bobot dan skor setiap elemen dijumlahkan. Untuk kekuatan dijumlahkan dengan kelemahan, sedangkan peluang dijumlahkan dengan ancaman skor =Rating x Bobot.
3.5.3. IFAS & EFAS a. IFAS
Mengkaji faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani jahe merah. Setelah menentukan faktor kekuatan dan kelemahan petani jahe merah, selanjutnya adalah memberikan bobot dari masing-masing faktor internal tersebut dengan memberikan kuesioner kepada petani jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
Tabel 3.1. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
Tabel 3.2 Matriks faktor Strategi Eksternal (EFAS) Faktor Strategi
Merumuskan strategi pemasaran dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki petani jahe merah, serta meminimalisasikan kelemahan dan ancaman yang akan menghambat pengembangan pemasaran jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
Tabel 3.3. Analisis SWOT
STRATEGI SO STRATEGI WO
Ciptakan strategi 3.5.5. Internal – Eksternal ( IE)
Menghitung total skor pada matriks EFE dan IFE, total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y.
Tabel 3.4. Matriks Internal dan Eksternal (IE).
Menyusun pola rencana dan taktik tertentu dalam proses pemasaran jahe merah sehingga menghasilkan jumlah penjualan yang lebih tinggi.
3.6 Definisi Operasional
1. Pemasaran adalah proses jual beli antara petani jahe merah ke pedagang sampai ke konsumen.
2. Strategi adalah salah satu taktik atau cara untuk memasarkan jahe merah dengan baik dan benar sampai ke tangan konsumen.
1 2 3
GROWTH GROWTH RENTREN
(konsentrasi (Konsentrasi melalui CHME melalui integritas horizontal) (Diversifikas
integritas i
vertical) konglomera
si)
4 2 6
STABILITY GROWTH RENTREN
( hati hati) (konstrasi melalui CHME integritas Horisontal (Divertasi)
atau stabilitas)
7 8 9
GROWTH GROWTH RENTREN
(Diversifikasi (Diversifikasi CHME konsentrik) konglomerasi) (Bangkrut
atau likuidasi)
3. Analisis SWOT adalah analisis yang digunakan untuk memperoleh strategi pemasaran sehingga mempermudah jalanya proses penjualan sekaligus mengurangi resiko yang akan terjadi.
4. Analisis Faktor Internal adalah suatu faktor yang berasal dari dalam suatu perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dari perusahaan:
a. Kekuatan (Strenght) adalah salah satu kemampuan yang dimiliki dalam memasarkan jahe merah sehingga meminimalkan resiko yang akan terjadi.
b. Kelemahan (Weaknesses) adalah salah satu keterbatasan yang dimiliki dalam kapasitasnya dalam memasarkan jahe merah.
5. Analisis Faktor Eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar perusahaan (ancaman dan peluang) yang dapat berpengaruh terhadap performa perusahaan. Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan:
a. Peluang (Opportunities) adalah salah satu kentungan atau kelebihan untuk memasarkan jahe merah yang lebih baik lagi
b. Ancaman (Threats) adalah kendala atau hambatan yang berpengaruh dalam proses pemasaran jahe merah.
6. Jahe merah adalah komoditas yang banyak dibudidayakan kabupaten Enrekang dan dipasarkan di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang, yang merupakan rempah pada masakan tradisional, dan obat-obatan.
III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Letak Geografis Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang
Kecamatan alla merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang sekitar 300 Km dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kecamatan alla memiliki permukaan yang berbukit – bukit dan bergunung-gunung, serta berada pada ketinggian 700-1.450 meter diatas permukaan laut. Tipe curah hujan basah (tipe B ) dengan derajat kekeringan 2,3 persen dengan tingkat curahan 1.390,1 mm/ tahun dan tingkat curah bulanan rata- rata 139 mm/bulan sedangkan rata-rata adalah 23ºC. Kondisi tanah Kecamatan alla cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik tanaman hortikultura maupun tanaman jangka panjang.
Kecamatan Alla terdiri atas 5 desa 3 kelurahan yaitu:
Kelurahan Kambiolangi.
Kelurahan Buntu Sugi.
Kelurahan Kalosi.
Desa Bolang.
Desa Mata Allo.
Desa Pana.
Desa Sumillan.
Desa Taulo
Kecamatan alla mempunyai batas-batas wilayah yaitu ;
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Baroko
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Anggeraja Dan Malua 3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Curio
4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Masalle
4.2. Keadaan Demografis
1. Keadaan penduduk
Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu Negara atau wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam Negara tidak bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang ekonomi,politik, sosial, pendidikan dan budaya. Sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun non fisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.
Jumlah penduduk di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dari data kantor kecamatan tahun 2012 Secara keseluruhan berjumlah 20.902 jiwa.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas responden pedagang menggambarkan suatu kondisi atau keadaan status dari pedagang tersebut. Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan pedagang yang diduga memiliki hubungan karakteristik pedagang dan kemampuan pedagang dalam jahe merah. Berbagai aspek karakteristik yang dimaksud dapat dilihat dari segi umur, luas lahan, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berpemasaran.
5.1.1. Umur Responden Pedagang
Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usaha penjualan jahe merah, terutama dalam kemampuan fisik dan pola pikir. Umumnya pedagang jahe merah yang berusia lebih mudah cenderung lebih berani mengambil resiko, jika dibandingkan dengan pedagang jahe merah yang berusia tua. Tetapi semakin tua usia pedagang jahe merah, maka kemampuan kerjanya relative menurun.
Walaupun disisi lain pedagang yang berusia tua biasanya lebih banyak memiliki pengamalaman untuk mengolah usaha dibanding dengan yang relatif muda.
Tingkat umur merupakan salah satu faktor menentukan bagi pedagang jahe merah.
Umur responden pedagang bervariasi sehingga untuk mengetahui tingkatan umur dan persentase pedagang responden dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Identitas Respon Pedagang Jahe Merah Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang
No Umur Responden (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 22-31 2 13.3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
Berdasarkan Tabel 5.1, menunjukkan bahwa klasifikasi umur responden jahe merah di Desa Sumillan terbanyak pada umur 22-31 tahun dengan jumlah 2 orang dengan persentase 13.3% karena pada usia tersebut masih terbilang produktif dalam berdagang jahe merah. Umur responden 32-41 tahun dengan jumlah 5 orang dengan persentase 33.4% dan juga masih dikatakan terbilang produktif dalam berdagang jahe merah dan umur 42-51 dan umur 62-71 dengan jumlah masing-masing 3 orang dengan persentase 20% pada usia tersebut produktifitas untuk pedagang jahe merah menurun.
5.1.2. Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penilaian khusus terhadap kemajuan suatu bangsa pada umumnya dan daerah atau desa pada khususnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang, maka tingkat kemajuan suatu daerah tersebut relatif tinggi. Faktor pendidkan akan mempermudah suatu inovasi dan teknologi baru sehingga dapat dikatakan bahwa secara relatif pedagang yang mempunyai tingkat pendidikan akan mengolah usahanya dengan baik pula dibandingkan dengan responden yang pendidikannya rendah. Tingkat pendidikan pedagang jahe merah di Desa Sumillan dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Pedagang Jahe Merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tamat SD 3 20
2 Tamat SMP 5 33.3
3 Tamat SMA 7 46.7
Jumlah 15 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
Berdasarkan Tabel 5.2, tingkat pendidikan responden di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang tamat SD sebanyak 3 orang dengan persentase 20%, tamat SMP sebanyak 5 orang dengan persentase 33.3% dan tamat SMA 7 orang dengan persentase 46.7%, hal ini dikarenakan faktor ekonomi yang kurang memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga pedagang cenderung berpengaruh pada kegiatan operasional pemasaran, karena keluarga yamg relatif besar merupakan sumber tenaga keluarga. Keadaan tanggungan keluarga pedagang jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Jahe Merah di Desa Sumillan No Jumlah Tanggungan Keluarga
(Orang) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 2-3 5 33.3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
Berdasarkan Tabel 5.3, jumlah tanggungan keluarga pedagang jahe
merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang terbanyak antara 2-3 orang dengan jumlah 5 jiwa atau orang dengan persentase 2-32-3.2-3%, tanggungan keluarga 4-5 dengan jumlah 6 orang dengan persentase 40%, tanggungan keluarga 6-7 dengan jumlah 3 orang dengan persentase 20% dan jumlah tanggungan keluarga 8-9 orang dengan persentase 6.7%.
5.1. Strategi Pemasaran Jahe merah
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dalam penyusunan strategi pengembangan pemasaran jahe merah peneliti melakukan analisis SWOT denagn terlebih dahulu mengidentifikasi faktor kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunies) dan ancaman (Threats).
Berdasarkan Tabel 5.4 di bawah, menunjukkan faktor internal dan eksternal jahe merah di Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
Faktor internal terdiri dari 5 kekuatan dan 3 kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari 5 peluang dan 3 ancaman.
Tabel 5.4. Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pemasaran Jahe Merah Faktor Internal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Khasiat jahe merah yang memiliki beragam manfaat untuk kesehatan 2. Harga komoditi jahe merah yang tinggi 3. Sebagai bahan baku kebutuhan industri 4. Tenaga kerja yang banyak
5. Produksi jahe merah banyak
1. Banyak saluran pemasaran
2. Pengetahuan dan keterampilan pedagang yang rendah
3. Informasi teknologi yang kurang memadai sehingga mempegaruhi promosi
Faktor Eksternal
Peluang (O) Ancaman (T)
1. Banyak industri yang membutuhkan jahe merah
2. Memberikan Keuntungan atau Laba yang Besar dalam Menjalankan Pemasaran Jahe merah
3. Jahe merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki peluang ekspor
4. Dukungan pemerintah dalam hal mensuplai keluar daerah
5. Akses trasportasi yang memadai
1. Produksi jahe merah dari kabupaten lain
2. Harga yang berfluktuasif 3. Adanya pesaing baru
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2022 a. Identifikasi Faktor Internal Kekuatan
1. Khasiat Jahe merah yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
Khasiat jahe merah yang banyak digunakan sebagai herbal memang sudah tidak diragukan lagi untuk kesehatan. Jahe sering kali dikonsumsi dalam bentuk minuman yang menghangatkan tubuh, namun tanaman ini juga bisa ditambahkan ke dalam makanan atau dicampur dengan obat lainnya sehingga menghasilkan makanan yang menyehatkan tubuh. Secara umum jahe merah mampu meredakan
gangguan pencernaan mulai dari mengatasi mual, muntah hingga meredakan gejala flu dan demam. Termasuk ke dalam keluarga Zingiberaceae. Karena lebih sering digunakan sebagai obat, kandungan gingerol dalam jahe merah lebih banyak dan lebih kuat. Penelitian yang diterbitkan dalam PubMed Central Journal of Ethnopharmacology menyebutkan bahwa kandungan anti virus pada jahe mampu menyembuhkan masalah kesehatan pernapasan pada manusia karena infeksi virus.
Menurut hasil wawancara Ibu Hj Qaila (umur 58 tahun) mengatakan bahwa :
“Jahe merah rasanya lebih pedas dan beraroma tajam dari jahe gajah dan jahe biasa, makanya banyak yang cari”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dimiliki jahe merah untuk Kesehatan menjadi salah satu peluang mudah untuk memasarkan jahe merah lebih luas lagi.
2. Harga komoditi jahe merah yang tinggi
Jahe menjadi salah satu rempah-rempah yang paling banyak diminati sebab banyaknya khasiat dan manfaatnya yang tentunya sangat bagus untuk tubuh. Oleh karena itu jahe memiliki harga jual yang terbilang sangat stabil namun akhir-akhir meningkat disebabkan permintaan pasar yang terbilang tinggi.
Harga komoditas jehe merah merah di Pasar STA Agribisnis Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang oleh pedagang pengumpul sebesar Rp.
20.000/kg dari pedagang pengecer sebesar Rp 25.000/kg sedangkan dari pedagang besar di jual dengan harga Rp 35.000/kg namun memiliki harga yang tidak stabil.
Menurut hasil wawancara bapak Majid (umur 39 tahun) mengatakan:
“ Jahe merah dari Desa Sumillan kualitasnya sangat baik dan besar sehingga banyak pedagang luar yang datang untuk membeli untuk di pasarkan kembali keluar daerah ”.
Dari hasil wawancara diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa jahe merah di Desa Sumillan memiliki premium kualitas dan tekstur jahe yang besar dibandingkan daerah lainnya.
3. Sebagai bahan baku kebutuhan industri industry
Besarnya peluang menanam jahe merah untuk di pasarkan karena menjadi salah satu tanaman obat dan tanaman jahe merah dapat diolah menjadi minuman herbal yang berupa ekstrak powder jahe merah. Pengolahan jahe merah menjadi minuman herbal sangat berpotensi besar disamping karna kandungan jahe merah yang bagus sehingga banyak industri yang membutuhkan jahe merah utuk di jadikan obat dan bumbu masakan.
Usaha pengolahan jahe merah ini dapat mengubah bentuk dari produk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya. Industri pengolahan komoditi hasil pertanian merupakan satu-satunya pilihan untuk membantu kalangan pedagang di tanah air guna memperbaiki nasib mereka.
Melalui pengembangan industri pengolahan hasil pertanian itulah akan terjadi proses nilai tambah terhadap berbagai komoditi pertanian yang akan mampu mensejahterakan pedagang terkhususnya untuk komoditas jehe merah.
4. Tenaga kerja yang banyak
Tersedianya tenaga kerja yang banyak dalam proses pemasaran maupun pengangkutan jahe merah ini memudahkan pedagang untuk pendistribusikan jahe merah keluar daerah di samping itu kentungan yang besar yang di dapatkan
pedagang menambah daya tarik tersendiri dikalangan pekerja untuk mengambil kesempatan besar untuk menjual belikan jahe merah tersebut. Tenaga kerja ini berasal dari masyarakat sekitar yang ingin meraup untuk di bidang pemasaran jahe merah .
5. Produksi jahe yang banyak
Produksi jahe merah di Kabupaten Enrekang yang melimpah di dukung oleh kondisi luas lahan dan tanah yang subur memiliki keuntungan besar kepada petani dan pedagang. Dari data tahun 2021 produksi jahe merah mencapai 97,56 Ton .
Menurut hasil wawancara salah satu petani sekaligus pedagang jehe merah di pasar STA Agribisnis Desa Sumillan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang Bapak Hadir mengatakan;
“ Produksi jahe merah sangatlah besar dikarenakan jahe merah cocok di budidayakan di kabupaten enrekang”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa jahe merah di Kabupaten Enrekang sangat banyak
b. Identifikasi Faktor Internal Kelemahan
1. Banyaknya saluran pemasaran
Banyak lembaga pemasaran yang terlibat sehingga dalam memasarkan jahe merah tersebut memiliki kendala seperti harga yang tidak stabil dikarenakan banyak pedagang luar yang main curang dan perang harga untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya. Menurut hasil wawancara bapak Ippang dia berkata;
“ Banyak sekali pedagang yang mempermainkan harga sehingga memicu pedagang dari luar enggan untuk menggambil tetap jahe merah di pasar ini”.
Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa banyaknya saluran pemasaran dapat mengurangi pendapatan dari pedagang lokal itu sendiri karena adanya oknum yang tidak bertanggung jawab memainkan harga.
2. Pengetahuan dan keterampilan pedagang yang rendah
Kurangnya pengetahuan dari pedangang dalam proses pemasaran jahe merah memiliki dampak negatif untuk petani dan pedagang secara tidak langsung dapat merugikan dan mengurangi penghasilan mereka. Proses pemasaran yang masih tergolong tradisonal dan apa adanya hanya mengandalkan modal kepercayaan sesama pedagang memicu seringnya kena penipuan. Kurangnya keterampilan dalam proses jual belih jahe merah berdampak besar kepada penyaluran jahe merah ke distributor lain dampaknya dapat memicu menumpuknya jahe merah di pasar.
3. Informasi tegnologi yang kurang memadai
Kurangnya informasi teknologi yang di dapatkan pedagang membuat pedagang sangat kesulita dalam mengetahui kondisi pasar di luar daerah terutama tentang harga jual jehe merah akibatnya banyak pedagang yang menjual jahe
Kurangnya informasi teknologi yang di dapatkan pedagang membuat pedagang sangat kesulita dalam mengetahui kondisi pasar di luar daerah terutama tentang harga jual jehe merah akibatnya banyak pedagang yang menjual jahe