• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. P< ngertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang mempunyai pengertian yang berbeda. Penelitian yang dimaksud di sini adalah mmunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan m mggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data at i u informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang mjnarik minat dan penting bagi peneliti. Sedangkan tindakan yang dimaksud adalah menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian sil dus kegiatan untuk siswa. Adapun siswa yang dimaksud dalam penelitian ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, seperti yang sudah lama dikenal dalam bilang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas ac alah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto, 2006:2).

Hakekat dari penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mampu msnawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan msningkatkan profesionalisme guru dan proses belajar mengajar. Bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hanya dapat

dimanfaatkan sebagai alat pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.

Penelitian yang mampu menjembatani antara materi dan praktik. Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan pr; iktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai dengan problema yang dihadapi dalam rangka memberi solusi. Oleh karena itu, penelitian Tiidakan Kelas selalu meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, evaluasi, dan refleksi. (SitiFarikhah, 2010:1)

2. K< rakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai model penelitian, penelitian tindakan kelas tentunya memiliki ciri khas yang dapat membedakan dengan model penelitian yang lain. Penelitian tindakan kelas didesain untuk memecahkan suatu problem yaig dihadapi guru dalam praktik pembelajaran sehari-hari. Problem pembelajaran ini didasari oleh guru. Persoalannya tidak semua guru miirnpu melihat kelemahannya sendiri. Oleh karena itu sering Penelitian Tiidakan Kelas dilakukan secara kolaboratif.

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan tindakan-tindakan tei tentu untuk memperbaiki proses belajara mengajar. Mengarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kineija guru, mengandalkan data pengamatan dan refleksi peneliti, dan pengamatan dilakukan guru sendiri (S ti Farikhah, 2010:2).

3. Ti juan Penelitian Tindakan Kelas

Adapun tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran b. Untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional guru dalam

menangani proses belajar mengajar

c. Terjadinya proses latihan terus menerus dalam mengaplikasikan berbagai tindakan alternative demi peningkatan proses belajar mengajar.

d. Agar guru mendapatkan pengalaman tentang pengalaman tentang ketrampilan praktek pembelajaran secara reflektif.

e. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan system pembelajaran. f. Untuk memperbaiki system (melibatkan administrasi, guru, orang tua,

dan pihak lain).

g. Untuk menjalin komunikasi yang efektif antara praktisi pendidikan dengan peneliti (Siti Farikhah, 2010:2).

4. M anfaat Penelitian Tindakan Kelas

Adapun manfaat dari adanya penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Guru dapat mencoba berbagai alternatif inovasi pembelajaran sehingga dapat mengelola pembelajaran secara efektif.

b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektif dalam memecahkan masalah pembelajaran.

d. Guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya:terbuka pada perubahan, krisis, reflektif, sensitif terhadap problem, adaptif terhadap peraturan.

5. Pr nsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Adapun prinsip-prinsip dasar dari penelitian tindakan kelas adalah : a. Proses penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas mengajar. b. Masalah yang diteliti merupakan masalah yang faktual dan layak untuk

diteliti.

c. Penelitian tindakan kelas berorientasi pada perbaikan mutu pendidikan dengan melakukan perubahan yang dituangkan dalam tindakan.

d. Penelitian tindakan kelas merupakan proses belajar secara sistemik. e. Penelitian tindakan kelas menuntut guru membuat jurnal

pribadi(mencatat persoalan kemajuan, proses, dan refleksi)

f. Dalam penelitian tindakan kelas, guru melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya (keterbukaan merupakan kunci keberhasilan) (Siti Farikhah, 2010:3).

6. T i hap-tahap Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui beberapa tahapan yang sa ing mempunyai keterkaitan. Di antara tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Melakukan survey

b. Mengidentifikasi permasalahan c. Merumuskan masalah dan penyebab

d. Merencanakan tindakan e. Melakukan pengamatan

f. Melakukan analisis dan refleksi g. Merencanakan siklus berikutnya

h. Menyusun laporan (Siti Farikhah, 2010:4) B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. Prsstasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil baik yang dicapai. (Zulfajri Dkk, tt:670) Sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.(Tabrani Rusyan, 1989:7)

Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan (www.pengaruh. beasiswa, terhadap, prestasi. belajar.id.@.com.) prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru.(W.J.S. Poerwodarminto,1984:730)

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Jadi prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Berdasakan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-infonnasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar,

b. Ukuran Prestasi Belajar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam KTSP mengatur tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL).

Pengukuran dari hasil atau prestasi belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL) yang telah ditetapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh siswa per mata pelajaran. Penentuan kriteria ketuntasan minimal belajar ini ditetapkan dengan memperhatikan (1) Tingkat esensial (kepentingan) pencapaian

standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; (2) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap indikator pencapaian kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa di madrasah; dan (4) ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 72 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka peserta didik dinyatakan lulus sekolah apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang ada di sekolah.

2) Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaram agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

3) Lulus ujian akhir sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Lulus ujian nasional atau UASBN. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Keberhasilan atau prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya. Di bawah ini akan peneliti jelaskan secara rinci dari masing-masing faktor sebagai berikut:

1) Faktor-faktor dalam diri individu

Banyak faktor yang ada pada diri individu atau siswa yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan atau prestasi belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek j asmaniah, aspek rohaniah,” (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:162) kondisi intelektual, dan ketrampilan yang dari individu (siswa).

a) Aspek jasmaniah

Aspek ini mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memilki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enau jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Sesorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan atau prestasi belajar.

b) Aspek rohaniah (psikis)

Aspek rohaniah tidak kalah pentingnya dalam beajar ataupun pencapaian prestasi belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemamp[uan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta

kondisi afektif individu termasuk juga motivasi dalam belajar. Untuk kelancaran belajar bukan hanya ditunutt kesehatan tetapi juga yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangu, frustasi, konflik-konflik psikis. Individu (siswa) yang sehat rohaniahnya akan merasakan ketenangan dalam mengikuti proses belajarnya sehingga ia dapat mencapai keberhasilan atau prestasi belajar yang baik.

c) Kondisi Intelektual

Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap prestasi atau keberhasilan belajar. Kondisi ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekeijaan. Juga termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. d) Ketrampilan yang dimilikinya

Keberhasilan atau prestasi belajar juga dipengaruhi oleh ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya, seperti ketrampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengeijakan tugas-tugas, dan lain sebagainya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya.

2) Faktor-faktor lingkungan

Prestasi atau keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun

sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.” (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:163)

a) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada pada keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sampai dengan prestasi belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah.

Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota-anggota keluarganya gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif teihadap perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan tidak senang membaca kurang atau tidak bisa mendorong anak-anaknya untuk senang membaca.

b) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan dan prestasi belajar para siswa. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti

lingkungan kampus, sarana prasarana belajar yang ada, sumber- sumber belajar, media belajar, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman- temannya, guru serta staf sekolah yang lain. Lingkungan juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kurikuler, dan lain sebagainya.

Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memilki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar para siswanya,

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terhadap lembaga- lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat, perkembangan dan prestasi belajar generasi mudanya.

2. P mdidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Untuk memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para

ahli. Secara makna atau pendapat para ahli Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai berikut:

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapt menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.(Zakiah Daradjat,1989: 87). Pendapat senada juga disampaikan oleh Mansyur (1985: 1), Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam meyakini, memahami, mengahayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan.

Menurut Zuhairini (1983: 27), Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir (1994: 8), Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam,

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses transfer nilai pengetahuan dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai- nilai atau akhlak Islam. Kedua adalah mendidik siswa untuk

mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.(Diknas, 2002: 3)

Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Udang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab, (Undang-undang RI Nomor 20,2003:8)

Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, toleransi, kerja keras, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh

karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan.

Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekeija keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global. Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang penting yang diajarkan disekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik.

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Adapun dasar atau landasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya adalah aspek normatif, aspek psikologis, aspek historis, dan aspek yuridis (Chabib Thoha,1998:32).

1) Aspek Normatif

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang secara langsung atau tidak langsung mewajibkan umat Islam melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan Agama. Itulah yang dimaksud dasar

normatif pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Adapun kewajiban melaksanakan Pendidikan Agama Islam itu ditujukan kepada : a) Kewajiban bagi orang tua mendidik anaknya. Sebagaimana

Firman Allah SWT QS. at-Tahriim ayat 6 :

i-lS T ijb' f

1 3 51 j Zi ; 4 5

^ ^ / J l » X ^ ^ / / > x s V

Abl l^llp S jU tJ-lj

i Oj>>_ ^

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan ” (Departemen Agama RI, 1994: 951).

b) Kewajiban bagi setiap muslim untuk belajar agama. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. At-Taubah ayat 122 :

<33? y » y u

'bfjli

4i l ^ = Ij jJlSJ ( j j

(f

C j $ \ \ i } • -'l, * . ? * ^ ' A * ' * **

' 3 pr-?

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah

kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya

(Departemen Agama RI,1994: 301).

c) Kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. Ali Imran ayat 104 :

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang m a'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah

orang-orang yang beruntung”(Departemen Agama RI,1994: 93).

2) Aspek Psikologis

Menurut ilmu jiwa agama, agama merupakan fenomena kehidupa manusia, karena agama mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup manusia pada umumnya (Thoha,1998:39).

Apek kejiwaan dari agama tidaklah lengkap kalau tidak merujuk pada ilmu jiwa dari sudut pandang Al-Qur’an, Al-Qur’an menyatakan bahwa dorongan beragama merupakan dorongan yang alamiah. Sebagaimana firman Allah QS. Ar-Rum ayat 30 :

c. y

^ l l l i j j j \ j k j J jj d

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui ” (Departemen Agama RI, 1994: 645).

Dalam ayat ini Allah mengemukakan bahwa dalam fitrah manusia, yakni dalam penciptaan dan tabiat dirinya terdapat

kesiapan alamiah untuk memahami keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai bukti tentang adanya Allah dan keesaan- Nya (Najati, 1985:40).

1) Aspek Historis

Berdasarkan sejarah, agama Islam tumbuh dan berkembang bersamaan dengan datangnya Islam, hal ini terjadi sejak Nabi Muhammad SAW mendakwahkan ajaran agama Islam kepada masyarakat di sekitarnya yang dilaksanakan secara bertahap, mulai dari keluarganya, sahabatnya, kemudian masyarakat sekitarnya.

Ajaran dakwah Nabi tidak terlepas dari pendidikan Islam, karena tugas utama Nabi ialah dakwah (menyeru) manusia agar mau masuk Islam, sebagaimana tersebut dalam firman Allah QS. Saba’ ayat 28:

Artinya : “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada

Mengetahui” (Departemen Agama RI, 1994: 688).

Untuk tugas dakwah ajaran-ajaran Islam harus disampaikan, agar difahami, dihayati dan selanjutnya dapat diamalkan. Proses dari penyampaian ajaran sampai pemahaman, penghayatan dan pengamalan, itulah yang disebut pendidikan Islam. Dalam

rentangan sejarah yang panjang, di mana dunia Islam semakin luas terjadilah proses Islamisasi dan sekaligus pendidikan Islam bagi bangsa-bangsa non Arab hingga sampai ke Indonesia.

2) Aspek Yuridis

Aspek yuridis merupakan kekuatan hukum dalam pelaksanaan pendidikan agama. Karena Indonesia adalah negara hukum, maka seluruh aspek kehidupan manusia termasuk kegiatan pendidikan agama harus didasarkan pada hukum (undang-undang) yang berlaku. Untuk itu perlu ditinjau hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang melandasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini ada dua landasan yaitu landasan idiil dan landasan operasional (Thoha,1998:59).

a) Landasan Idiil

Terwujudnya kehidupan beragama bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi suatu cita-cita (Idiil) para pendiri Republik. Cita-cita itu dituangkan dalam UUD 1945, sehingga dapat disebut sebagai landasan idiil, yang mengandung nilai-nilai dasar.

Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan idiil dan konstitusional bagi kehidupan beragama. Karena pancasila merupakan sumber segala sumber hukum dan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang baru merupakan aturan-aturan pokok, maka untuk operasionalnya diperlukan aturan-aturan

penyelenggaraan dari aturan pokok tersebut, yang selanjutnya disebut landasan operasional,

b) Landasan Operasional

Landasan operasional merupakan dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga- lembaga pendidikan formal maupun non formal yang ada di Indonesia. Adapun undang-undang terbaru yang memuat tentang pendidikan agama yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tentang tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari para pendapat tokoh-tokoh pendidikan muslim. Misalnya saja dari tujuan pendidikan Islam Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani salah seorang ahli pendidikan Islam memberikan ciri dan prinsip-prinsip umum yang dijadikan landasan dasar untuk mencapai tujuan utama cita-cita pendidikan Islam, maka pendidikan harus mampu melahirkan kekuatan tiga dimensi yang saling terkait dengan yang lainnya, dimensi tersebut adalah:

1) Dimensi Imanitas yang dapat mendudukan harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah yang tertinggi di dunia serta punya daya tahan terhadap ujian hidup dan berpijak pada kebenaran. 2) Dimensi jiwa dan pandangan hidup Islam yang membawa cita

rahmatal lil ’alamiin.

3) Dimensi kemajuan yang akan memanjatkan manusia tangguh terhadap apa yang dititahkan oleh Allah dan terhadap segala kejadian suatu perubahan yang ada. (Khoiron Rosyadi, 2004: 161)

Pandangan tentang tujuan Pendidikan Agama Islam lain juga dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrasyi, beliau menyatakan bahwa ujuan pokok dari pada dasarnya adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa peserta didik, sedanghkan Naquib al-Attas yang dikutip oleh Hasan Langgulung tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan manusia melalui pendekatan spiritual dengan melakukan berbagai aktifitas ibadah. (Hasan Langgulung, 1988: 307)

Sedangkan dalam konsep Al-Qur’an disebut ulul al-bab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman. (Tim Depag, 2004: 35) Salah satu tujuan pengajaran Agama

Dokumen terkait