• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilengkapi dengan tinjauan pustaka atau penelitian relevan untuk mengetahuai keaslian karya ilmiah ini yaitu Fatimah (2011) meneliti “Variasi Diksi dalam Kolom „Asal-Usul‟ Koran Kompas Tulisan Harry Roesli”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang digunakan dalam kolom“Asal- usul” tulisan Harry Roesli di Koran Kompas variatif, yakni menggunakan kata atau istilah yang kurang familiar bagi masyarakat umum dan hanya mampu dipahami kaum terpelajar, kata bentukan baru yang dibuat melalui teknik afiksasi dan penggabungan kata sehingga terbentuk kata baru yang menimbulkan asosiasi jenaka, kata slang yang dibentuk atas dasar proses penggantian dan penghilangan fonem, penambahan suku kata, dan pembentukan akronim yang sewenang-wenang.

Penelitian Fatimah (2011) Penelitian yang peneliti lakukan adalah meneliti karangan siswa. Penelitian Fatimah dilakukan pada media cetak, yaitu koran. Kurniawati (2012) meneliti “Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada Majalah Nova Edisi Bulan September-Desember 2011”. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan: Terdapat perbedaan antara diksi dan gaya bahasa merupakan diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau klausa tertentu menghadapi situasi, Gaya bahasa bukan saja dipergunakan untuk menyatakan makna mana yang perlu dipakai untuk mengungkapkan suatu

gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya, Jadi kedua kalimat itu berbeda, gaya bahasa mengungkapkan suatu gagasan dan ungkapan-ungkapan diksi mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau klausa.

Penelitian Kurniawati (2012) dengan penelitian ini adalah mengenai diksi. Perbedaannya: penelitian Kurniawati difokuskan pada pengkajian diksi dan gaya bahasa, sedangkan penelitian ini fokus pada pengkajian diksi saja.

Puspitasari (2012) meneliti Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam Rubrik Zodiac pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktober 2011. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan: (1) jenis diksi pada wacana zodiac majalah Keren Beken! edisi Oktober 2011 dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pemakaian kata tutur, Pemakaian kata indria yaitu indria penglihatan dan indria perasa, Pemakaian istilah asing, dan Pemakaian makna yaitu makna konotasi dan makna denotasi, Jenis kalimat dalam rubrik zodiac pada majalah Keren Beken! edisi Oktober 2011 dikelompokkan sebagai berikut: Kalimat berita, Kalimat tanya, dan Kalimat perintah yang meliputi kalimat perintah ajakan, kalimat perintah larangan dan kalimat perintah biasa.

Maidatussalamiyah (2011) meneliti Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi siswa kelas X MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012. Melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi. Hasil penelitian yang diperolah menunjukkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh pengunaan kata ciptaan

sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata yang tidak baku dapat mempengaruhi pembaca.

Novita Rahayu meneliti analisis Diksi Pada Bab Nikah Tahun Buku Terjemahan Kitb Fat Al-Qarib melakukan penelitian ini ingin mengetahui ketepatan penerjemaah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Hasil didapati oleh peneliti adalah diksi yang digunakan oleh penerjemaah belum umum digunakan oleh masyarakat umum, sebagai diksi yang digunakan adalah penerjemahnya masih menggunakan bahasa sumbernya.

Persamaan dari penelitian tersebut mengkaji tentang karangan dan diksi. Perbedaannya terletak pada sumber data yang diperoleh, Penelitian tidak memfokuskan pada diksi saja, tetapi ia juga meneliti gaya bahasa yang terdapat pada objeknya, mengakaji mengenai diksi dan variasi kalimat,

2. Pengertian keterampilan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui lisan atau tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat yang santun dan beradab. Seseorang dikatakan santun atau tidak ditentukan oleh sikap berbahasanya meliputi nada dan makna yang disampaikan.

Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang mampu mengikatnya yaitu bahasa. Menurut Finocchiaro (1964:8) bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.

Pembeda utama manusia dengan hewan terletak pada dua hal yaitu kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa. Manusia mampu berpikir karena memiliki bahasa, tanpa bahasa manusia tidak akan dapat memikirkan berbagai hal terutama berpikir secara abstrak. Tanpa bahasa juga manusia tidak akan dapat mengomunikasikan gagasan dan pikirannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, jika ingin mengungkapkan berbagai pemikiran dengan baik, maka manusia harus menguasai bahasa dengan baik.

Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan linguistik, berbeda dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur yaitu logika. Unsur logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya, sedangkan unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat, fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara, serta ejaan untuk menulis.

Setiap orang memiliki kemampuan berpikir dengan baik, namun tidak semua orang memiliki kemampuan berbahasa dengan baik. Apa yang kita pikirkan belum tentu akan kita ucapkan dan lakukan, namun apa yang telah kita ucapkan itulah yang kita pikirkan dan lakukan. Bahasa dan berbahasa mampu mendefinisikan pola jati diri, pola karakter, dan pola berpikir seseorang.

Kemampuan seseorang dalam berpikir dan berbahasa sebenarnya bisa diberdayakan, yaitu dengan melakukan usaha/aktivitas atau keterampilan yaitu melatih diri kita untuk terampil. Kemampuan ialah kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins, 2000:46) sedangkan keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil

atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak salah dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, 1991:2). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah hasil akhir setelah adanya aktivitas atau usaha (keterampilan), sedangkan keterampilan adalah sebuah proses aktivitas atau usaha untuk menentukn hasil yang akan diperoleh (kemampuan).

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila telah melalui dan menyelesaikan sebuah proses, proses yang harus dilalui dalam bahasa dan berbahasa ialah empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek ini bukan hanya mendukung dalam ruang lingkup berbahasa saja melainkan dalam ruang lingkup kehidupan pun saling berhubungan erat.

3. Pengertian Diksi

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 2006:24). Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya (Rahardi, 2009:31). Diksi adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan.

Diksi yang baik berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar (Soedjiman, 2006:21). Diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau tulisan diksi membantu menciptakan nada dan gaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan makna dari sebuah gagasan kepada pembaca atau pendengar dengan menggunakan bahasa yang tepat, menghindari campuran jargon dan kosa kata baku atau campuran ungkapan formal dan informal.

Pemilihan kata, tentunya seseorang harus memiliki kosa kata yang luas. Kata merupakan alat penyalur bahasa yang mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Maka hal itu berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide, atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud gagasannya kepada pendengar atau pembaca.

Menurut Keraf dalam bukunya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa” (2010:24) berpendapat bahwa diksi dibagi menjadi beberapa poin, yaitu: a. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk

penggunaan ungkapan dan gaya bahasa yang baik dipakai dalam situasi tertentu.

b. Diksi adalah kemampuan dalam membedakan nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan sekaligus kemampuan untuk menemukan bentuk kata yang sesuai dengan situasi sehingga memiliki nilai rasa yang tinggi.

c. Diksi yang tepat dan sesuai mungkin hanya bisa digunakan oleh orang yang memiliki perbendaharaan kata yang luas.

Sedangkan menurut santosa dan jaruki dalam bukunya yang berjudul “Mahir Berbahasa Indonesia: Baik, Benar, dan Santun” bahwa penggunaan kata memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Ketepatan yaitu kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat eloh pembaca atau pendengar.

b. Kecermatan adalah kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.

c. Keserasian adalah hubungan makna dan kata yang satu dengan kata yang lain dan kelaziman penggunaannya perlu diperhatikan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud tertentu kepada lawan bicara atau lawan tutur. Penggunaan diksi dapat memberikan efek tertentu bagi pendengar atau pembaca.

4. Syarat Ketepatan Diksi

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau yang dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut.

Bahwa kata yang dipakai sudah tepat akan tampak dari reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal maupun berupa aksi non verbal dari pembaca atau pendengar. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Ketetapan pilihan kata yang harus diperhatikan oleh setiap orang yaitu:

a. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain, penulis harus menetapkan mana yang akan digunakan untuk mencapai maksudnya. Penulis harus memilih kata denotatif apabila ingin menyampaikan pengertian dasar. Sedangkan, penulis harus memilih kata konotatif apabila penulis menghendaki reaksi emosional tertentu.

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis harus berhati-hati memilih kata. Dalam menyampaikan maksud tertentu kepada pembaca, penulis harus memilih kata yang tepat agar tidak menimbulkan salah interpretasi dari pembaca.

c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Penulis harus mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya agar tidak menimbulkan salah pemahaman dari pembaca.

d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam lingkup masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama muncul dari bertambahnya kosa kata baru. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Dalam hal ini, penulis harus cermat dalam memakai kosa kata dalam menulis karangannya.

e. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing: favorable –favorit – idiom -idiomatik, progres – progresif, kultur – kultular, dan sebagainya.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis: ingat akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu.

g. Untuk menjamin ketetapan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.

h. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus. i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. 5. Macam-Macam Diksi

Diksi mempunyai peranan penting agar dapat diketahui oleh masyarakat. Penggunaan diksi yang baik adalah yang sesuai dengan konteksnya. Menurut Keraf (2010:27-39) bahwa macam-macam diksi terdiri atas:

a. Berdasarkan makna

1) Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotatif berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi. Pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Contoh: Bunga melati.

2) Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya. Contoh: Bunga desa.

b. Berdasarkan konteks

1) Konteks linguistik adalah hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks linguistik mencakup konteks hubungan antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat, hubungan antara frasa dalam sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antara kalimat dalam wacana. Sebaiknya, dalam konteks linguistik dapat muncul pengertian tertentu akibat perpaduan anatara dua buah kata, misalnya: rumah ayah mengandung pengertian “milik”, rumah batu mengandung pengertian dari atau bahannya dari, membelikan ayahmengandung pengertian untuk ataubeneaktif.

2) Konteks nonlinguistic relasi yang pertama erat hubungannya dengan konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik mencakup dua hal, yaitu hubungan antara

kata dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau disebut juga konteks sosial. Konteks sosial ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penggunaan kata atau bahasa. Penggunaan kata seperti istri kawan saya dan bini kawan saya, buaya darat itu telah melahap semua harta bendanya, dan orang itu telah melahap semua harta bendanya, kami mohon maaf dan kami mohon ampun, semuanya dilakukan berdasarkan konteks sosial, atau situasi yang dihadapi.

3) Berdasarkan leksikal

a. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh: pria dan laki-laki, pintar dan pandai.

b. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya berlawanan. Contoh: kaya dan miskin, jantan dan betina.

c. Homonim adalah suatu kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda. Contoh: rapat, bisa.

d. Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna dan ejaan yang berbeda dengan lafal yang sama. Contoh: bank, bang.

e. Homograf adalah suatu makna yang memiliki makna dan lafal yang berbeda namun ejaannya sama. Contoh: apel.

f. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian. Contoh: kepala sekolah, kepala surat, kepala sakit. Kata kepala mempunyai makna lebih dari satu.

g. Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Contoh: bunga, warna.

h. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata-kata hipernim. Contoh: mawar, melati, merah, kuning.

6. Pengertian Karangan

Karangan adalah karaya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Pengertian karangan adalah sebuah karya tulis yang mengungkapkan fikiran atau gagasan pengarang salam satu kesatuan yang utuh. Atau lebih singkatnya, karangan adalah rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Menulis atau mengarang adalah proses memaparkan suatu bahasa sehingga pesan yang diutarakan oleh penulis dapat dimengerti pembaca (Tarigan 1986).

Semua pendapat tersebut di atas sama-sama mengarah pada pengertian karangan adalah kegiatan menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi tuturan berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada pikiran penulis dinyatakan dengan menggunakan simbol-simbol bahasa yang telah diatur. Lewat simbol-simbol-simbol-simbol tersebut pembaca dapat mengerti apa yang disampaikan sang penulis.

Menyajikan gagasan secara tertulis atau mengarang bukanlah hal yang mudah. Di samping dituntut kekuatan berpikir yang layak, juga dituntut berbagai

aspek lainnya, misalnya seperti kemahiran materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat.

Guna menciptakan tulisan yang baik, setiap penulis harusnya memiliki tiga kecakapan dasar dalam menulis, yaitu kecakapan berbahasa, kecakapan penyajian, dan kecakapan pewajahan. Ketiga kecakapan ini harus saling menopang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu bagian saja dapat menimbulkan gangguan dalam mencurahkan ide secara tertulis (Semi 2003).

Komariah (2008:2) menyatakan bahwa mengarang adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengungkapkan ide pikiran atau gagasan dan menyampaikan melalui tulisan kepada pembaca untuk dipahami. Selain itu, mengarang juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengekspresikan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup yang disampaikan melalui tulisan yang jelas, sehingga dapat dinikmati dan dipahami orang lain.

Menurut Saddhono dan Slamet (2014:155) karangan merupakan suatu tulisan yang dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi tulisan atau karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Bahasa yang digunakan dalam karangan itu, apakah bahasa yang sulit, sederhana, mudah, dan lancar. Begitu pula apakah karangan itu menggunakan paragraf yang tepat, dan diksi yang tepat. Dari segi karangan, apakah karangan itu berupa fiksi atau nonfiksi, dan adakah kesesuaian antara judul dan isi. Dilihat dari segi bentuk dan cara penyajiannya, apakah karangan itu puisi atau prosa, jika prosa apakah penyajiannya itu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau deskripsi.

Dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah suatu kegiatan menuangakan dan mengekspresikan ide dan gagasan dalam suatu karya tulis. Kegiatan mengarang mengutamakan daya pikir untuk menghasilkansuatu bacaan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.

a. Komponen dalam Kegiatan Menulis Karangan

Terdapat tiga bagian atau komponen dalam aktivitas menulis yaitu:

1) Penguasaan bahasa tulis yang akan digunakan sebagai media tulisan, seperti: kosakata, diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan lain sebagainya; 2) Penguasaan isi karangan berdasarkan topik yang akan ditulis; dan

3) Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana menyusun isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga terbentuklah sebuah formasi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya. b. Tujuan

Tujuan utama mengarang atau menulis ialah sebagai sarana komunikasi secara tidak langsung. Sedangkan tujuan menulis secara umum adalah memberikan pedoman, menerangkan sesuatu, menceritakan peristiwa, meringkas, dan menyakinkan (Semi 2003).

Menurut Syafie‟ie (1988), tujuan penulisan dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Mengubah keyakinan pembaca,

2) menancapkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca, 3) menarik proses berpikir pembaca,

4) menghibur atau memuaskan pembaca, 5) memberikan informasi kepada pembaca, dan

6) memotivasi pembaca.

Selain itu, Hugo Harting dalam Tarigan (1994) juga mengelompokan tujuan penulisan, sebagai berikut:

1) Tujuan penugasan (assingnment purpose) 2) Tujuan altruistik (altruistic purpose) 3) Tujuan persuasi (persuasive purpose) 4) Tujuan penerangan (informational purpose) 5) Tujuan penyataan (self-expressive purpose) 6) Tujuan kreatif (creative purpose)

7) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)

Tujuan-tujuan itu biasanya berdiri sendiri, namun terkadang juga tujuan ini tidak berdiri sendiri tapi berupa gabungan dari dua atau lebih tujuan yang bersatu dalam suatu tulisan. Maka dari itu, tugas seorang penulis tidaklah sekadar memilih topik pembicaraan yang cocok atau serasi, namun juga harus memastikan tujuan yang jelas. Penentuan tujuan menulis sangat akrab dengan bentuk atau jenis-jenis tulisan atau karangan.

Tiap karangan disusun berdasarkan tema tertentu yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang. Tiap paragraf karangan saling berhubungan dan mengandung gagasan utama serta gagasan penjelas.

a. Jenis-jenis karangan

Hastuti, dkk (1993:107) karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Dibawah ini akan dipaparkan penjelasannya yakni sebagai berikut:

1) Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat naratif. Pada karangan narasi terdapat tahapan-tahapan peristiwa yang jelas, dimulai dari perkenalan, timbul masalah, konflik, penyelesaian dan ending. Sehingga unsur yang palling penting dalam narasi adalah unsur pembuatan dan tindakan. Narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa. Unsur tersebut memiliki kesamaan dengan karangan deskripsi. Akan tetapi, perlu diperhatikan masalah waktu. Jadi, pengertian narasi itu mencangkup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Narasi mengisahkan kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.

Ciri-ciri karangan narasi:

a. Menyajikan suatu cerita yang berupa berita, peristiwa, pengalaman yang menarik kepada pembaca.

b. Cerita-cerita tersebut disajikan dengan urutan kronologis yang jelas. c. Ada konflik dan tokoh yang menjadi inti dari sebuah karangan. d. Memiliki setting yang disampaikan dengan jelas.

e. Bertujuan untuk menghibur pembaca dengan cerita-cerita yang disampaikan.

2) Deskripsi adalah suatu karangan atau uraian yang berusaha menggambarkan suatu objek atau masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret.

Ciri-ciri karangan deskripsi

a. Melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca. b. Melibatkan observasi panca indera.

c. Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi penulis terhadap suatu objek.

3) Eksposisi adalah suatu karangan yang menjelaskan pokok masalah yang disertai dengan fakta-fakta. Tujuannya agar para pembaca memahami dan bertambah pengetahuannya terhadap masalah yang diungkapkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.Contoh karangan jenis ini adalah

Dokumen terkait