• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMPN 18 MAKASSAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMPN 18 MAKASSAR SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMPN 18 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : NURAENI 105331112416

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

MOTTO

Failure is not the falling down, but the staying down

Man Jadda Wa Jada, Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil Raihlah impian dengan usaha nyata

Kerja keras tidak akan pernah mengkhianati

Katakanlah : Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya

Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Az-Zumar: 53)

(10)

ABSTRAK

Nuraeni 2020. “ Penggunaan Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbing oleh Munirah dan Akram Budiman Yusuf.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Penggunaan Diksi dalam Karangan Siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Penggunaan Diksi dalam Karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Teknik analisis penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain: pengumpulan data, mengidentifikasi data, dan menganalisis data.

Hasil penelitian ini menunjukkan 30 data dari 28 karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar ditemukan syarat ketepatan diksi yang meliputi penggunaan kata yang hampir bersinonim 36,6%, penggunaan kata umum dan kata khusus 43,3%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 33,3%, kelangsungan pilihan kata 20%, dan penggunaan kata indria 16,6%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada beberapa syarat ketepatan diksi yang tidak ditemukan oleh peneliti, meliputi ungkapan idiomatik, penggunaan kata yang mirip ejaannya, penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan akhiran asing, dan perubahan makna kata yang sudah dikenal.

Kata kunci: Diksi, Karangan, Siswa.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis hantarkan kepada Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga proposal yang berjudul “ Penggunaan Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Proposal ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis tidak terlepas dari berbagai macam rintangan. Namun, berkat rahmat dan ridha sang penguasa jagat raya, semua rintangan dapat dilewati oleh penulis dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis patut bersujud dan bersyukur kepada-Nya. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Munirah, M. Pd Dan Muhammad Akram Budiman Yusuf, S.Pd., M. Pd. sebagai pembimbing I dan pembimbing II, yang begitu ikhlas dalam meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan proposal.

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.

(12)

sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang membina dan membimbing penulis sehingga berakhirnya proposal ini.

Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Junaedi dan ibunda tersayang Nia, yang tak hentinya memberi dukungan dalam menyalurkan kasih sayangnya, penulis tak mungkin hadir dan menghembuskan nafas di dalam jagat raya ini untuk melakukan berbagai macam aktivitas terutama pada perkuliahan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu mulai dari pengurusan judul hingga terselesaikannya proposal ini, yang turut memberikan motivasi dan selalu mendoakan selama proses pendidikan hingga penyusunan proposal ini.

Segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak semoga mendapatkan imbalan dari Allah Swt.

Akhir kata, penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi personalitas dan pembaca pada umumnya. Juga sebagai acuan untuk menjadi bahan perbandingan dengan karya ilmiah lainnya.

Makassar, 20 November 2020

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

HALAMAN PENGESAHAN --- ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING --- iii

KARTU KONTROL PEMBIMBIG I --- iv

KARTU KONTROL PEMBIMBING II --- v

SURAT PERNYATAAN --- vi

SURAT PERJANJIAN --- vii

MOTTO PERSEMBAHAN --- viii

ABSTRAK --- ix

KATA PENGANTAR --- x

DAFTAR ISI --- xii

BAB I PENDAHULUAN --- 1

Latar Belakang --- 1

Rumusan Masalah --- 5

Tujuan Penelitian --- 5

Manfaat Penelitian --- 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA --- 7

Kajian Teori --- 7

Penelitian yang Relevan --- 7

Pengertian Keterampilan Berbahasa --- 9

Pengertian Diksi --- 11

(14)

Syarat Ketepatan Diksi --- 14

Pengertian Karangan --- 18

Pengertian Menulis --- 25

Pengertian Mengarang --- 28

Kerangka Pikir --- 30

BAB III METODE PENELITIAN --- 33

Jenis Penelitian --- 33

Definisi Istilah --- 33

Tempat dan Waktu Penelitian --- 35

Jenis Data dan Sumber Data --- 35

Teknik Pengumpulan Data --- 36

Instrumen Penelitian --- 37

Teknik Analisis Data --- 37

BAB IV HASIL PENELITIAN --- 39

Hasil Penelitian --- 39 Pembahasan --- 54 BAB V PENUTUP --- 57 Simpulan --- 57 Saran --- 57 DAFTAR PUSTAKA --- 59 LAMPIRAN --- 62 xiii

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013, salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan di sekolah pada semua tingkatan pendidikan adalah mengarahkan peserta didik agar dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan mampu dan benar, secara lisan maupun tertulis. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran serta perasaan.

Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, peserta didik dilatih melalui keterampilan berbahasa yang meliputi: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa adalah: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berrbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writing skills) dan keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain (Taringan,2008: 257). Salah satu keterampilan yang penting dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah keterampilan menulis.

Kegiatan menulis merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh proses kegiatan belajar mengajar pada bidang studi bahasa dan sastra Indonesia. Para siswa dituntut dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk lisan

(16)

dan tulisan, mampu yang berkaitan dengan kebahasaan maupun kesastraan dengan harapan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas dan mendalam mengenai berbagai aspek.

Komunikasi digunakan seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maupun maksud keinginannya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk saling berinteraksi. Berbahasa yang baik harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya pilihan kata.

Masyarakat tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Komunikasi menggunakan bahasa merupakan alat yang sangat penting bagi masyarakat manusia. Komunikasi tidak hanya dilakukan saat bertatap muka, tetapi bisa lewat tulisan. Mereka yang terlibat dalam komunikasi perlu menguasai kosakata (perbendaharaan kata) dalam jumlah yang besar agar dapat menyampaikan keinginannya kepada anggota masyarakat yang lain.

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Arbitrer artinya mana suka. Artinya, mana suka dalam menentukan lambang yang dipakai untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Fungsinya sebagai alat komunikasi bahasa dituntut memiliki fungsi yang komunikatif.

Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya ada dua persoalan pokok. Pertama ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

(17)

pendengar. Persoalan pilihan kata menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang. Ketepatan makna kata mengharuskan kesadaran penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa dengan referensinya.

Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata-kata adalah kecocokan atau kesesuaian dalam menggunakan kata. Perbedaan ketepatan dan kecocokan kata mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. Perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau kompleksnya sebuah alenia, dan beberapa segi yang lain. Orang mengucapkan kalimat-kalimat untuk menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Seseorang harus menyusun kalimat yang baik agar dapat berbahasa dengan baik. Seseorang harus dapat memilih kata-kata yang akan digunakan dalam berbahasa agar orang dapat memahaminya.

Ketepatan menulis karangan dari segi bahasa menurut Nurgiyantoro (2014:441) meliputi ketepatan judul, keefektifan paragraf, pemilihan diksi, dan penerapan PUEBI, sedangkan kesulitan siswa pada penelitian ini ditemukan dari banyaknya ketidaktepatan struktur karangan narasi dan ketidaktepatan karangan narasi dari segi bahasa. Ketidaktepatan ini dapat dilihat dari tidak adanya salah satu struktur karangan narasi, baik orientasi, komplikasi, dan resolusi. Ketidaktepatan karangan narasi dari segi bahasa dapat dilihat ketidaktepatan judul, ketidaktepatan diksi, dan ketidaktepatan ejaan. Jadi, ketidaktepatan-ketidaktepatan pada karangan siswa itulah yangmenunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada bagian-bagian tersebut.

(18)

Diksi atau pilihan kata adalah persoalan yang sangat perlu dipelajari. Orang yang tidak mengerti diksi atau pilihan kata biasanya akan terjerumus dalam permasalahan berbahasa yang sangat fatal. Pertama, mereka tidak bisa mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasa. Kedua, mereka sangat boros dan mewah mengobral perbendaharaan kata.

Seseorang dapat mengungkapkan gagasan dan perasaannya melalui karangan. Maksud dan tujuan pengarang disalurkan lewat karyanya. Pilihan kata atau diksi perlu dipertimbangkan dalam merangkai kalimat-kalimat di dalamnya. Bahasa yang efektif dan komunikatif dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Pesan yang disampaikan penulis melalui karyanya dapat disampaikan kepada pembaca.

Peneliti akan meneliti mengenai diksi atau pilihan kata pada karangan siswa. Ketidaktepatan diksi akan membawa pengaruh buruk dalam bahasa mereka. Peneliti memilih meneliti karangan siswa karena karya mereka sudah mewakili bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti ingin meneliti seberapa jauh mereka dapat memilih kata-kata yang tepat digunakan dalam membuat kalimat.

Dalam suatu karya tulis, baik karya tulis ilmiah maupun nonilmiah, diksi memiliki peran penting. Dalam sebuah karya seorang penulis akan menuangkan gagasan dan pikirannya dengan pemilihan diksi atau pilihan kata yang tepat dan selaras penggunaannya. Sebuah karya tulis dikatakan menarik jika karya tulis tersebut memiliki beragam kata dan pembaca merasa

(19)

ikut terbawa dalam suasana yang ada di sebuah cerita. Pembaca bisa membayangkan sebuah kehidupan yang terjadi di suatu cerita melalui imajinasi dari sang penulis. Tentunya seorang penulis haruslah pandai merangkai sebuah cerita yang menarik minat para pembaca. Maka dari itu, kata sangatlah berperan penting. Kata merupakan ungkapan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa lisan maupun tulisan. Ketika penulis mampu merangkai kata menjadi kalimat yang tepat dan selaras, maka pembaca akan mudah memahami dan menagkap maksud dari penulis.

Latar belakang pilihan kata atau diksi merupakan alasan mengapa diksi tersebut digunakan. Penulis menganalisis latar belakang karena dalam data yang penulis peroleh terdapat alasan yang mendukung terjadinya pilihan kata atau diksi. Penulis berusaha menganalisis sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahan di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan diksi pada karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan penggunaan diksi pada karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

(20)

1. Manfaat teoretis

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang sintaksis. b. Menjadi tambahan referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya. c. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan tentang d. Pemilihan dan latar belakang penggunaan diksi.

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan mampu memberi sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kajian sintaksis, yaitu tentang diksi.

c. Pembaca dapat menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilengkapi dengan tinjauan pustaka atau penelitian relevan untuk mengetahuai keaslian karya ilmiah ini yaitu Fatimah (2011) meneliti “Variasi Diksi dalam Kolom „Asal-Usul‟ Koran Kompas Tulisan Harry Roesli”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang digunakan dalam kolom“Asal- usul” tulisan Harry Roesli di Koran Kompas variatif, yakni menggunakan kata atau istilah yang kurang familiar bagi masyarakat umum dan hanya mampu dipahami kaum terpelajar, kata bentukan baru yang dibuat melalui teknik afiksasi dan penggabungan kata sehingga terbentuk kata baru yang menimbulkan asosiasi jenaka, kata slang yang dibentuk atas dasar proses penggantian dan penghilangan fonem, penambahan suku kata, dan pembentukan akronim yang sewenang-wenang.

Penelitian Fatimah (2011) Penelitian yang peneliti lakukan adalah meneliti karangan siswa. Penelitian Fatimah dilakukan pada media cetak, yaitu koran. Kurniawati (2012) meneliti “Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada Majalah Nova Edisi Bulan September-Desember 2011”. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan: Terdapat perbedaan antara diksi dan gaya bahasa merupakan diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau klausa tertentu menghadapi situasi, Gaya bahasa bukan saja dipergunakan untuk menyatakan makna mana yang perlu dipakai untuk mengungkapkan suatu

(22)

gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya, Jadi kedua kalimat itu berbeda, gaya bahasa mengungkapkan suatu gagasan dan ungkapan-ungkapan diksi mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau klausa.

Penelitian Kurniawati (2012) dengan penelitian ini adalah mengenai diksi. Perbedaannya: penelitian Kurniawati difokuskan pada pengkajian diksi dan gaya bahasa, sedangkan penelitian ini fokus pada pengkajian diksi saja.

Puspitasari (2012) meneliti Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam Rubrik Zodiac pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktober 2011. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan: (1) jenis diksi pada wacana zodiac majalah Keren Beken! edisi Oktober 2011 dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pemakaian kata tutur, Pemakaian kata indria yaitu indria penglihatan dan indria perasa, Pemakaian istilah asing, dan Pemakaian makna yaitu makna konotasi dan makna denotasi, Jenis kalimat dalam rubrik zodiac pada majalah Keren Beken! edisi Oktober 2011 dikelompokkan sebagai berikut: Kalimat berita, Kalimat tanya, dan Kalimat perintah yang meliputi kalimat perintah ajakan, kalimat perintah larangan dan kalimat perintah biasa.

Maidatussalamiyah (2011) meneliti Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi siswa kelas X MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012. Melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi. Hasil penelitian yang diperolah menunjukkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh pengunaan kata ciptaan

(23)

sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata yang tidak baku dapat mempengaruhi pembaca.

Novita Rahayu meneliti analisis Diksi Pada Bab Nikah Tahun Buku Terjemahan Kitb Fat Al-Qarib melakukan penelitian ini ingin mengetahui ketepatan penerjemaah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Hasil didapati oleh peneliti adalah diksi yang digunakan oleh penerjemaah belum umum digunakan oleh masyarakat umum, sebagai diksi yang digunakan adalah penerjemahnya masih menggunakan bahasa sumbernya.

Persamaan dari penelitian tersebut mengkaji tentang karangan dan diksi. Perbedaannya terletak pada sumber data yang diperoleh, Penelitian tidak memfokuskan pada diksi saja, tetapi ia juga meneliti gaya bahasa yang terdapat pada objeknya, mengakaji mengenai diksi dan variasi kalimat,

2. Pengertian keterampilan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui lisan atau tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat yang santun dan beradab. Seseorang dikatakan santun atau tidak ditentukan oleh sikap berbahasanya meliputi nada dan makna yang disampaikan.

Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang mampu mengikatnya yaitu bahasa. Menurut Finocchiaro (1964:8) bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.

(24)

Pembeda utama manusia dengan hewan terletak pada dua hal yaitu kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa. Manusia mampu berpikir karena memiliki bahasa, tanpa bahasa manusia tidak akan dapat memikirkan berbagai hal terutama berpikir secara abstrak. Tanpa bahasa juga manusia tidak akan dapat mengomunikasikan gagasan dan pikirannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, jika ingin mengungkapkan berbagai pemikiran dengan baik, maka manusia harus menguasai bahasa dengan baik.

Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan linguistik, berbeda dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur yaitu logika. Unsur logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya, sedangkan unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat, fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara, serta ejaan untuk menulis.

Setiap orang memiliki kemampuan berpikir dengan baik, namun tidak semua orang memiliki kemampuan berbahasa dengan baik. Apa yang kita pikirkan belum tentu akan kita ucapkan dan lakukan, namun apa yang telah kita ucapkan itulah yang kita pikirkan dan lakukan. Bahasa dan berbahasa mampu mendefinisikan pola jati diri, pola karakter, dan pola berpikir seseorang.

Kemampuan seseorang dalam berpikir dan berbahasa sebenarnya bisa diberdayakan, yaitu dengan melakukan usaha/aktivitas atau keterampilan yaitu melatih diri kita untuk terampil. Kemampuan ialah kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins, 2000:46) sedangkan keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil

(25)

atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak salah dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, 1991:2). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah hasil akhir setelah adanya aktivitas atau usaha (keterampilan), sedangkan keterampilan adalah sebuah proses aktivitas atau usaha untuk menentukn hasil yang akan diperoleh (kemampuan).

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila telah melalui dan menyelesaikan sebuah proses, proses yang harus dilalui dalam bahasa dan berbahasa ialah empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek ini bukan hanya mendukung dalam ruang lingkup berbahasa saja melainkan dalam ruang lingkup kehidupan pun saling berhubungan erat.

3. Pengertian Diksi

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 2006:24). Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya (Rahardi, 2009:31). Diksi adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan.

(26)

Diksi yang baik berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar (Soedjiman, 2006:21). Diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau tulisan diksi membantu menciptakan nada dan gaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan makna dari sebuah gagasan kepada pembaca atau pendengar dengan menggunakan bahasa yang tepat, menghindari campuran jargon dan kosa kata baku atau campuran ungkapan formal dan informal.

Pemilihan kata, tentunya seseorang harus memiliki kosa kata yang luas. Kata merupakan alat penyalur bahasa yang mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Maka hal itu berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide, atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud gagasannya kepada pendengar atau pembaca.

Menurut Keraf dalam bukunya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa” (2010:24) berpendapat bahwa diksi dibagi menjadi beberapa poin, yaitu: a. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk

(27)

penggunaan ungkapan dan gaya bahasa yang baik dipakai dalam situasi tertentu.

b. Diksi adalah kemampuan dalam membedakan nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan sekaligus kemampuan untuk menemukan bentuk kata yang sesuai dengan situasi sehingga memiliki nilai rasa yang tinggi.

c. Diksi yang tepat dan sesuai mungkin hanya bisa digunakan oleh orang yang memiliki perbendaharaan kata yang luas.

Sedangkan menurut santosa dan jaruki dalam bukunya yang berjudul “Mahir Berbahasa Indonesia: Baik, Benar, dan Santun” bahwa penggunaan kata memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Ketepatan yaitu kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat eloh pembaca atau pendengar.

b. Kecermatan adalah kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.

c. Keserasian adalah hubungan makna dan kata yang satu dengan kata yang lain dan kelaziman penggunaannya perlu diperhatikan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud tertentu kepada lawan bicara atau lawan tutur. Penggunaan diksi dapat memberikan efek tertentu bagi pendengar atau pembaca.

(28)

4. Syarat Ketepatan Diksi

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau yang dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut.

Bahwa kata yang dipakai sudah tepat akan tampak dari reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal maupun berupa aksi non verbal dari pembaca atau pendengar. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Ketetapan pilihan kata yang harus diperhatikan oleh setiap orang yaitu:

a. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain, penulis harus menetapkan mana yang akan digunakan untuk mencapai maksudnya. Penulis harus memilih kata denotatif apabila ingin menyampaikan pengertian dasar. Sedangkan, penulis harus memilih kata konotatif apabila penulis menghendaki reaksi emosional tertentu.

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis harus berhati-hati memilih kata. Dalam menyampaikan maksud tertentu kepada pembaca, penulis harus memilih kata yang tepat agar tidak menimbulkan salah interpretasi dari pembaca.

c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Penulis harus mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya agar tidak menimbulkan salah pemahaman dari pembaca.

(29)

d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam lingkup masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama muncul dari bertambahnya kosa kata baru. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Dalam hal ini, penulis harus cermat dalam memakai kosa kata dalam menulis karangannya.

e. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing: favorable –favorit – idiom -idiomatik, progres – progresif, kultur – kultular, dan sebagainya.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis: ingat akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu.

g. Untuk menjamin ketetapan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.

h. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus. i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. 5. Macam-Macam Diksi

(30)

Diksi mempunyai peranan penting agar dapat diketahui oleh masyarakat. Penggunaan diksi yang baik adalah yang sesuai dengan konteksnya. Menurut Keraf (2010:27-39) bahwa macam-macam diksi terdiri atas:

a. Berdasarkan makna

1) Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotatif berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi. Pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Contoh: Bunga melati.

2) Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya. Contoh: Bunga desa.

b. Berdasarkan konteks

1) Konteks linguistik adalah hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks linguistik mencakup konteks hubungan antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat, hubungan antara frasa dalam sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antara kalimat dalam wacana. Sebaiknya, dalam konteks linguistik dapat muncul pengertian tertentu akibat perpaduan anatara dua buah kata, misalnya: rumah ayah mengandung pengertian “milik”, rumah batu mengandung pengertian dari atau bahannya dari, membelikan ayahmengandung pengertian untuk ataubeneaktif.

2) Konteks nonlinguistic relasi yang pertama erat hubungannya dengan konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik mencakup dua hal, yaitu hubungan antara

(31)

kata dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau disebut juga konteks sosial. Konteks sosial ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penggunaan kata atau bahasa. Penggunaan kata seperti istri kawan saya dan bini kawan saya, buaya darat itu telah melahap semua harta bendanya, dan orang itu telah melahap semua harta bendanya, kami mohon maaf dan kami mohon ampun, semuanya dilakukan berdasarkan konteks sosial, atau situasi yang dihadapi.

3) Berdasarkan leksikal

a. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh: pria dan laki-laki, pintar dan pandai.

b. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya berlawanan. Contoh: kaya dan miskin, jantan dan betina.

c. Homonim adalah suatu kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda. Contoh: rapat, bisa.

d. Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna dan ejaan yang berbeda dengan lafal yang sama. Contoh: bank, bang.

e. Homograf adalah suatu makna yang memiliki makna dan lafal yang berbeda namun ejaannya sama. Contoh: apel.

f. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian. Contoh: kepala sekolah, kepala surat, kepala sakit. Kata kepala mempunyai makna lebih dari satu.

(32)

g. Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Contoh: bunga, warna.

h. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata-kata hipernim. Contoh: mawar, melati, merah, kuning.

6. Pengertian Karangan

Karangan adalah karaya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Pengertian karangan adalah sebuah karya tulis yang mengungkapkan fikiran atau gagasan pengarang salam satu kesatuan yang utuh. Atau lebih singkatnya, karangan adalah rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Menulis atau mengarang adalah proses memaparkan suatu bahasa sehingga pesan yang diutarakan oleh penulis dapat dimengerti pembaca (Tarigan 1986).

Semua pendapat tersebut di atas sama-sama mengarah pada pengertian karangan adalah kegiatan menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi tuturan berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada pikiran penulis dinyatakan dengan menggunakan simbol-simbol bahasa yang telah diatur. Lewat simbol-simbol-simbol-simbol tersebut pembaca dapat mengerti apa yang disampaikan sang penulis.

Menyajikan gagasan secara tertulis atau mengarang bukanlah hal yang mudah. Di samping dituntut kekuatan berpikir yang layak, juga dituntut berbagai

(33)

aspek lainnya, misalnya seperti kemahiran materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat.

Guna menciptakan tulisan yang baik, setiap penulis harusnya memiliki tiga kecakapan dasar dalam menulis, yaitu kecakapan berbahasa, kecakapan penyajian, dan kecakapan pewajahan. Ketiga kecakapan ini harus saling menopang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu bagian saja dapat menimbulkan gangguan dalam mencurahkan ide secara tertulis (Semi 2003).

Komariah (2008:2) menyatakan bahwa mengarang adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengungkapkan ide pikiran atau gagasan dan menyampaikan melalui tulisan kepada pembaca untuk dipahami. Selain itu, mengarang juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengekspresikan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup yang disampaikan melalui tulisan yang jelas, sehingga dapat dinikmati dan dipahami orang lain.

Menurut Saddhono dan Slamet (2014:155) karangan merupakan suatu tulisan yang dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi tulisan atau karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Bahasa yang digunakan dalam karangan itu, apakah bahasa yang sulit, sederhana, mudah, dan lancar. Begitu pula apakah karangan itu menggunakan paragraf yang tepat, dan diksi yang tepat. Dari segi karangan, apakah karangan itu berupa fiksi atau nonfiksi, dan adakah kesesuaian antara judul dan isi. Dilihat dari segi bentuk dan cara penyajiannya, apakah karangan itu puisi atau prosa, jika prosa apakah penyajiannya itu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau deskripsi.

(34)

Dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah suatu kegiatan menuangakan dan mengekspresikan ide dan gagasan dalam suatu karya tulis. Kegiatan mengarang mengutamakan daya pikir untuk menghasilkansuatu bacaan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.

a. Komponen dalam Kegiatan Menulis Karangan

Terdapat tiga bagian atau komponen dalam aktivitas menulis yaitu:

1) Penguasaan bahasa tulis yang akan digunakan sebagai media tulisan, seperti: kosakata, diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan lain sebagainya; 2) Penguasaan isi karangan berdasarkan topik yang akan ditulis; dan

3) Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana menyusun isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga terbentuklah sebuah formasi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya. b. Tujuan

Tujuan utama mengarang atau menulis ialah sebagai sarana komunikasi secara tidak langsung. Sedangkan tujuan menulis secara umum adalah memberikan pedoman, menerangkan sesuatu, menceritakan peristiwa, meringkas, dan menyakinkan (Semi 2003).

Menurut Syafie‟ie (1988), tujuan penulisan dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Mengubah keyakinan pembaca,

2) menancapkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca, 3) menarik proses berpikir pembaca,

4) menghibur atau memuaskan pembaca, 5) memberikan informasi kepada pembaca, dan

(35)

6) memotivasi pembaca.

Selain itu, Hugo Harting dalam Tarigan (1994) juga mengelompokan tujuan penulisan, sebagai berikut:

1) Tujuan penugasan (assingnment purpose) 2) Tujuan altruistik (altruistic purpose) 3) Tujuan persuasi (persuasive purpose) 4) Tujuan penerangan (informational purpose) 5) Tujuan penyataan (self-expressive purpose) 6) Tujuan kreatif (creative purpose)

7) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)

Tujuan-tujuan itu biasanya berdiri sendiri, namun terkadang juga tujuan ini tidak berdiri sendiri tapi berupa gabungan dari dua atau lebih tujuan yang bersatu dalam suatu tulisan. Maka dari itu, tugas seorang penulis tidaklah sekadar memilih topik pembicaraan yang cocok atau serasi, namun juga harus memastikan tujuan yang jelas. Penentuan tujuan menulis sangat akrab dengan bentuk atau jenis-jenis tulisan atau karangan.

Tiap karangan disusun berdasarkan tema tertentu yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang. Tiap paragraf karangan saling berhubungan dan mengandung gagasan utama serta gagasan penjelas.

a. Jenis-jenis karangan

Hastuti, dkk (1993:107) karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Dibawah ini akan dipaparkan penjelasannya yakni sebagai berikut:

(36)

1) Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat naratif. Pada karangan narasi terdapat tahapan-tahapan peristiwa yang jelas, dimulai dari perkenalan, timbul masalah, konflik, penyelesaian dan ending. Sehingga unsur yang palling penting dalam narasi adalah unsur pembuatan dan tindakan. Narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa. Unsur tersebut memiliki kesamaan dengan karangan deskripsi. Akan tetapi, perlu diperhatikan masalah waktu. Jadi, pengertian narasi itu mencangkup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Narasi mengisahkan kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.

Ciri-ciri karangan narasi:

a. Menyajikan suatu cerita yang berupa berita, peristiwa, pengalaman yang menarik kepada pembaca.

b. Cerita-cerita tersebut disajikan dengan urutan kronologis yang jelas. c. Ada konflik dan tokoh yang menjadi inti dari sebuah karangan. d. Memiliki setting yang disampaikan dengan jelas.

e. Bertujuan untuk menghibur pembaca dengan cerita-cerita yang disampaikan.

(37)

2) Deskripsi adalah suatu karangan atau uraian yang berusaha menggambarkan suatu objek atau masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret.

Ciri-ciri karangan deskripsi

a. Melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca. b. Melibatkan observasi panca indera.

c. Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi penulis terhadap suatu objek.

3) Eksposisi adalah suatu karangan yang menjelaskan pokok masalah yang disertai dengan fakta-fakta. Tujuannya agar para pembaca memahami dan bertambah pengetahuannya terhadap masalah yang diungkapkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.Contoh karangan jenis ini adalah artikel-artikel dalam surat kabar atau majalah dan tulisan-tulisan ilmiah.

Ciri-ciri karangan eksposisi:

a. Menyajikan atau menyampaikan sebuah informasi kepada pembacanya. b. Informasi yang disajikan bersifat fakta atau benar-benar terjadi.

c. Tidak berusaha mempengaruhi pembaca.

d. Menjelaskan sebuah proses atau analisis suatu topik.

4) Argumentasi dalam suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan mengenai suatu hal dengan pembuktian-pembuktian untuk mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekam dan menyesuaikan dengan sikap penulis. Penulisan argumentatif harus yakin bahwa maksud suatu bagian

(38)

pendahuluan adalah tidak lain daripada menarik perhatian pembaca, memuaskan perhatian pembaca kepada arguman-arguman yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut.

Ciri-ciri argumentasi adalah mengandung kebenaran dan pembuktian yang kuat, menggunakan bahasa denotative, analisis rasional, alasan kuat dan bertujuan supaya pembaca menerima pendapatnya. Contoh jenis karangan ini adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.

Ciri-ciri karangan argumentasi:

a. Terdapat pendapat-pendapat penulis mengenai suatu topik yang sedang dibahas.

b. Pendapat-pendapat tersebut dilengkapi dengan pembuktian-pembuktian yang berupa fakta, data, contoh, maupun grafik.

c. Bertujuan untuk menyakinkan pembaca.

d. Pengarang menghindari keterlibatan emosi dalam menyampaikan pendapatnya.

5) Persuasi adalah jenis karangan yang berisi ajakan-ajakan kepada para pembacanya untuk melakukan atau mempercayai suatu hal. Karangan ini bertujuan untuk membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca agar mengakui apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain. Persuasif tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang

(39)

yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memerlukan juga upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang bisa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti.

Ciri-ciri karangan persuasi:

a. Karangan ini bersifat mengajak para pembacanya.

b. Memiliki alasan-alasan yang kuat berupa data, fakta, dan lain-lain untuk menyakinkan pembacanya.

c. Karangan ini berusaha menghindari konflik agar pembaca tidak kehilangan kepercayaan.

d. Karangan ini berusaha mendapatkan kesepakatan atau kepercayaan antara penulis dan pembaca.

6. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari siswa. Keterampilan ini tidak selalu mudah dilakukan. Diperlukan proses belajar dan latihan untuk mengasah bakat dan keterampilan menulis yag sudah ada. Dengan berdasar pada betapa pentingnya keterampilan menulis ini, para ahli banyak mencoba mendefinisikan keterampilan atau kegiatan menulis ini sesuai dengan pendapatnya masing-masing.

Kemampuan menulis karangan tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan pembinaan dan latihan terus menerus, berkesinambungan, dan dilakukan sebagai proses pengembangan. Agar tujuan menulis karangan argumentasi itu tercapai dengan baik, maka pengajaran menulis karangan argumentasi harus diupayakan untuk dilakukan secara bertahap dan berencana

(40)

(Munirah, 2015). Menurut Djuharie (2005: 120), menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ebo (2005:1), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan. Mengenai pengertian menuls, Pranoto (2004:9) berpendapat, bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, memalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.

Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan. Menulis sebagai suatu kegiatanprnyampain pesan mengandung makna bahwa menulis merukan salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atu lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam kamunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah:

a. Penulis sebagai penyampai pesan

b. Pasan atau isi tulisan

c. Saluran atau medium tulisan

(41)

Peryataan Akhadiah di atas, pada hakekatnya menyatakan bahwa menulis aalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapa menggambarkan suasana hati atau pikiran penulis. Sehingga dengan bahasa tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati dan pikiran.

Syafi‟ie (1988:45) menyatakan bahwa menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkan” kepada orang lain. Hal ini berarti menulis mengandung makna menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mengandung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang orang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang mengangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa it. Oleh karena itu, keterampilan menulis sangatlah penting.

Menulis pada hakekatnya adalah suatu proses berfikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri antara lian bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan

(42)

memenuhi kaidah gramatika. Kemamouan menukis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar.

Sementara itu, WJS Poerwadarminta (1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa menulis adaah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengaju pada pengetahuan konsptual tentang sistem dan kaidah kebahasaan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi.

Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses penggungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan, dan tata bahasa, organisasi/susunan tulisan, keutuhan(koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.

7. Pengertian Mengarang

Definisi mengarang menurut Finoza (2008: 228) adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Sedangkan definisi mengarang menurut The liang Gie (2007: 3) adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan

(43)

menyampaiakannya melalui bahasa tulisan kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.

Mengarang adalah kegiatan menuangkan ide, pikiran atau pendapat dengan menjabarkan secara luas dan teratur berdasarkan topik dan tema tertentu yang berguna untuk memberikan informasi. Mengarang merupakan salah satu media komunikasi tidak langsung yang terjadi antara penulis dan pembaca. Penulis harus dapat membuat dan menggambarkan sesuatu dengan sistematis dan sejelas mungkin. Hendaknya dalam membuat karangan, penulis harus memahami dengan baik bagaimana cara menuangkan dan mengekspresikan ide– ide yang ingin disampaikan, sehingga orang yang membacanya akan dengan mudah memehami dan menerima dengan baik maksud yang disampaikan oleh penulis.

Karangan menurut Finoza (2008: 228) adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau bahasa. Menurut Keraf (1993: 107) Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Berdasarkan pengertian tersebut penting untuk menentukan tema dalam suatu karangan. Dengan tema yang dimiliki, penulis akan menyampaikan amanat sesuai dengan tujuan dari tema karangannya. Penulis berpendapat bahwa tema harus disusun dengan baik dan sempurna.

Hal–hal yang harus diperhatikan untuk menyusun sebuah tema karangan menurut Keraf (1993: 122) adalah sebagai berikut:

a. Kejelasan merupakan hal yang sangat esensil bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat pertama–tama melalui gagasan.

(44)

b. Kesatuan pertama–tama dilihat dari adanya suatu gagasan sentral yang menjadi landasan seluruh karangan itu. Tiap rincian hanya menunjang satu gagasan sentral tadi.

c. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan setiap alenia dalam sebuah karangan. Perkembangan dapat dilihat dari dua sudut yaitu apakah gagasan yang lebih tinggi sudah diperinci secara maksimal dan apakah perincian – perincian tersebut juga sudah diurutkan secara logis dan teratur. d. Keaslian tema yang baik harus mengandung ukuran lain yaitu keaslia atau

originalitas. Keaslian dapat diukur dari beberapa sudut, pertama dari pilihan pokok persoalannya, dari sudut pandangannya, pendekatannya, dari rangkaian kalimat–kalimat dari pilihan kata, dan sebagainya.

e. Judul yang cocok syarat akhir dari sebuah tema yang baik, perlu dikemukakan suatu hal yang langsung mengenai topik pembahasan yaitu judul. Judul harus pula relevan provokatif, dan harus singkat.

f. Keaslian dalam pemilihan persoalan dan bagaimana merangkai setiap kalimat dalam karangan tersebut sehinggan bagaimana menentukan judul sesuai dengan isi cerita yang dapat mengungkapkan isi karangan tersebut tetapi tidak mengungkapkan keseluruhan isinya.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini mengkaji tentang jenis dan latar belakang pada penggunaan diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar. Kajian teori melihat tentang ketepatan memilih, cermat, serasi dalam memilih kata yang ingin dipakai.

(45)

Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan linguistik, berbeda dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur yaitu logika. Unsur logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya, sedangkan unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat, fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara, serta ejaan untuk menulis.

Menulis sebagai pusat pengaplikasian berbagai pengetahuan yang telah didapat dari aktivitas menyimak, membaca, dan berbicara kemudian mengalihkannya ke dalam rangkaian kata dan bahasa yang memiliki makna dan tujuan.

Diksi atau pilihan kata adalah persoalan yang sangat perlu dipelajari. Orang yang tidak mengerti diksi atau pilihan kata biasanya akan terjerumus kedalam permasalahan berbahasa yang sangat fatal. Pertama, mereka tidak bisa mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasa. Kedua, mereka sangat boros dan mewah mengobral perbendaharaan kata.

Mengarang adalah suatu kegiatan menuangakan dan mengekspresikan ide dan gagasan dalam suatu karya tulis. Kegiatan mengarang mengutamakan daya pikir untuk menghasilkansuatu bacaan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.

(46)

Berikut ini peneliti menyajikan kerangka pikir untuk memperjelas gambaran mengenai alur berfikir dalam penelitian ini melalui bentuk peta konsep.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa

Indonesia

Keterampilan Menulis

Karangan Siswa Kelas VIII SMPN 18 MAKASSAR

Diksi

Analisis

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif yang mendeskripsikan data menggunakan rangkaian kalimat. Metode kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang objek yang akan diamati. Jadi penggunaan metode ini tidak menghasilkan data berupa angka, tetapi data yang sifatnya deskriptif. Penelitian ini menggunakan data tulisan yaitu berupa karangan siswa.

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitaif karena dalam penelitian ini penulis menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Bentuk penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi dalam karangan siswa sebagai sumber belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara obyektif derdasarkan fakta nyata yang ditemukan kemudian memaparkan secara deskriptif, dengan cara menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar.

B. Definisi Istilah 1. Diksi

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Penggunaan ketepatan pilihan kata ini

(48)

dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. 2. Jenis-Jenis Diksi

Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan maknanya dan diksi berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:

a. Diksi Berdasarkan Maknanya

1) Makna Denotatif yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat.

2) Makna Konotatfi adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya.

b. Diksi Berdasarkan Leksikal

1) Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain. 2) Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. 3) Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun

artinya berbeda satu sama lain.

4) Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama.

5) Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama.

(49)

7) Hipernim dan Hiponim. Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan arti hiponim adalah kata yang dapat terwakili oleh kata hipernim.

3. Karangan

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing dari paragraf tersebut berisi pikiran utama dan diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas. Sebuah paragraf belum tentu dapat terwujud keselurahan karangan. Namun, sebuah paragraf sudah bisa memberikan suatu informasi kepada pembaca karena ada kalanya suatu karangan hanya berisi satu paragraf saja sehingga dalam karangan tersebut hanya berisi satu pikiran pokok.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ini yaitu di SMPN 18 Makassar yang terletak di Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate.

D. Data dan Sumber Data

Informasi atau data yang diamati dalam penelitian ini yaitu data dalam bentuk tulisan, berupa penggunaan. Data yang diperoleh akan diolah sehingga menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui analisis diksi dalam karangan siswa.

(50)

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari karangan siswa di kelas VIII SMPN 1 Makassar “Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian”(Bungin 2001 : 123).

E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan utama dalam penelitian kualitatif. Kegiatan mengumpulkan data pada dasarnya adalah aktifitas terjun langsung ke lapangan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2006:231) metode dokumentasi adalah metode yang mempelajari dan menganalisis sumber-sumber informasi berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena berusaha mengumpulkan data dari informasi tertulis, berupa diksi yang terdapat dalam karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan tes kepada siswa untuk membuat karangan. b. Mengumpulkan karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar

c. Membaca berulang-ulang karangan untuk mendapatkan data berupa diksi pada karangan. Menandai dan menggarisbawahi kata atau kalimat yang mengindikasikan diksi sesuai syarat ketepatan diksi yang ada pada karangan. d. Mencatat dan memberi kode kata atau kalimat yang mengindikasikan diksi. e. Mengklasifikasikan data sesuai syarat ketepatan diksi.

(51)

f. Menganalisis data sesuai syarat ketepatan diksi pada karangan narasi.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2009:59) mengatakan bahwa instrumen dalam penelitian kualitatif yaitu peneliti itu sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci yang berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian. Ilmu pengetahuan dari peneliti merupakan salah satu objek penting dalam mendeskripsikan fakta-fakta objek kajian di lapangan tentang syarat ketepatan diksi.

Berdasarkan pernyataan di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tunggal, yakni peneliti sendiri yang menggunakan beberapa instrumen yaitu alat tulis berupa buku dan pulpen yang berfungsi mencatat semua data yang ingin diperoleh, serta leptop sebagai alat menyimpan data.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengikuti konsep Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2009: 91) yaitu pertama reduksi data, kedua penyajian data, dan ketiga penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, selanjutnya diklasifikasikan menurut syarat ketepatan diksi yang terdapat dalam karangan narasi siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar. Hasil reduksi data selanjutnya akan dipilih kemudian dianalisis sesuai syarat ketepatan diksi.

(52)

2. Penyajian Data

Langkah berikutnya dalam kegiatan analisis data yaitu penyajian data. Kegiatan ini dilakukan dari semua data yang teridentifikasi dan terklasifikasi sebagaimana yang dilakukan dalam kegiatan reduksi data. Kegiatan selanjutnya adalah penyajian data contoh syarat ketepatan diksi dalam karangan siswa kelas SMPN 18 Makassar yang akan ditulis dalam laporan pada penelitian ini. Data yang disajikan yaitu mengenai syarat ketepatan diksi dalam menulis karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.

3. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan penarikan kesimpulan yaitu dengan mengaitkan antara pernyataan penelitian tentang syarat ketepatan diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data dimulai dari mengidentifikasi data atau mengumpulkan data dengan cara membaca karangan siswa secara perlahan dan berulang sampai mendapatkan data yang sesuai, kemudian akan dipindahkan dalam bentuk tulisan yang akan dibaca kembali. Setelah membaca perlahan dan berulang, maka akan ditandai bagian kata atau kalimat yang menggunakan diksi yang tidak tepat

Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca markah. Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ini adalah membaca kemudian menandai.

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu diksi pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Adapun diksi yang ditemukan sesuai syarat ketepatan diksi oleh keraf (2015) meliputi: 1) Kata-kata yang hampir bersinonim, 2) Penggunaan kata umum dan kata khusus, 3) Penggunaan kata konotatif dan denotatif, 4) Kelangsungan pilihan kata, 5) Penggunaan kata indra. Uraiannya dapat dilihat sebagai berikut.

1. Kata-Kata yang Hampir Bersinonim.

1) “Hari pertama saya bangun pagi pada jam 07.00 pagi. Setelah penguburan kami pun langsung pulang tepatnya jam 15.00”.

Kata jam memiliki sinonim pukul. Kesamaan dari kata tersebut adalah sama-sama menunjukan waktu. Tetapi kata pukul lebih tepat digunakan karena kata pukul menunjukkan waktu saat ini, sedangkan jam menunjukkan lama waktu atau jangka waktu. Penggunaan kata jam kurang tepat digunakan dalam suatu karya ilmiah.

2) “Sampah harus dipilah-pilah yaitu sampah organik dan on organik”.

Kata dipilah-pilah dalam kalimat tidak tepat penggunaannya. Kata yang bersinonim dengan kata yang dipilah-pilah adalah kata dikelompokkan. Hal ini, karena kata dikelompokkan lebih tepat digunakan pada kalimat.

3) “Akibat ketidaksadaran dari masyarakat yang membuang sampah disembarang tempat‟.

(54)

Kata ketidaksadaran dalam kalimat tidak tepat penggunaannya. Kata yang bersinonim dengan kata ketidaksadaran adalah kata kelalaian. Hal ini karena kelalaian lebih tepat digunakan pada kalimat.

4) “Mengajak masyarakat untuk mengolah limbah sampah menjadi kreasi yang dapat memanfaatkan”.

Kata mengajak dalam kalimat tidak tepat penggunaannya. Kata yaang bersinonim dengan kata mengajak adalah kata mengimbau. Kata mengimbau lebih tepat digunakan pada kalimat.

5) “Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi”.

Kata membikin pada kalimat diatas mempunyai sinonim membuat. Sekalipun kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaanya adalah keduanya terkait dengan “menyiapkan”. Penggunaan kata membikin tidak tepat karena kata tersebut merupakan dialek.

6) “Karena tidak ada umpan, pekerja disana memberi tau saya kalau ikan di Empang itu suka makan daun jadi saya mencobanya”.

Kata Di Empang pada kalimat bersinonim di kolam dan di tambak. Kata Di Empang memiliki makna tempat menahan air, di kolam memiliki makna bak tempat air. Kata di tambak memiliki makna di tepi laut untuk memelihara ikan Bandeng. Masing-masing mempunyai kesamaan makna yakni “tempat

(55)

memelihara ikan”. Namun kata di tambak lebih menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar tempat memelihara ikan.

7) “Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya, ”Nak apakah benda itam itu.”

Kata menuding pada kalimat bersinonim menunjuk, sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata memiliki tujuan makna yang sama yakni “memperlihatkan ke arah” Kata keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa yang berbeda. Menunjuk memiliki makna memperlihatkan diri, sedangkan menuding memiliki makna memiringkan arah ke bawah. Jadi penulis menggunakan kata menuding dengan tepat.

8) “Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek. Tapi sayang, dua tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek, sosok nenek tidak tanpak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah Swt”.

Kata sosok pada kalimat memiliki sinonim wujud. Sekalipun kata-kata itu tidak memiliki nuansa makna yang percis sama, namun kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni “ Wajah seseorang”. Kata keduanya

tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Sosok memiliki makna bentuk dari pada wujud atau rupa. Sedangkan kata wujud memiliki makna dapat dilihat. Penggunaan kata sosok pada kalimat tersebut sudah tepat, karena mrupakan bentuk wajah.

(56)

9) “Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian”.

Kata gaduh pada kalima memiliki sinonim ribut. Sekalipun kata kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama yakni “ huru hara”. Kedunya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna berbeda, gaduh memiliki makna gempar karena perkelahian. Ribut memiliki makna berisik. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang hampir sama , namun kata ribut lebih menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar telah terjadi ketidaknyamanan.

10) “Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singga sana”.

Kata kualunkan pada kalimat memiliki sinonim kulangkahkan. Kata Keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda, kualunkan berarti langkah perlahan-lahan, sedangkan kulangkahkan berarti gerakan kaki menuju maju mundur. Meskipun memiliki nuansa makna yang berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni” mengayunkan kaki untuk berjalan menuju tujuan”.

11) “Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak berkunjung kedesa kelahiranya”.

Kata kemaren pada kalimat memiliki campur kode kemarin. Kata-kata itu memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki makna “ setelah hari ini.” Penggunaan kata kemaren pada kalimat tersebut kurang tepat seharusnya kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah betawi.

(57)

2. Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus

Diksi atau pilihan kata yang menggunakan kata umum dan kata khusus pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar dapat dilihat dari paparan berikut ini :

1) “Air yang tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit, air yang terlalu lama tergenang dapat meransang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak”.

Kata penyakit dalam kalimat merupakan kata umum, karena kata-kata ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal (soedjito,1988). Kata khususnya adalah demam berdarah.

2) “Sungai pun menjadi dangkal sehingga waktu musim hujan air sungai tidak bisa tertampung dengan semana mestinya”.

Kata musim dalam kalimat merupakan kata umum, karena kata-kata ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal. Kata khususnya adala hujan.

3) “Tempat minuman, makanan bahkan sandang dan pangan juga berkontruksi untuk menambah lengkapnya pembungan sampah”.

Kata minuman dan makanan dalam kalimat meupakan kata umum, karena kata-kata ialah yan luas ruang lingkupnya. Kata khususnya adalah air putih dan nasi. 4) “Beberapa hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, keluargaku sangat sibuk

menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kegiatan”.

Penggunaan kata Idul Fitri pada kalimat sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan smartphone terhadap aktivitas belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 3 Palu, maka dalam

Dilanjutkan pernyataan dari Ru (T.6) yang menyatakan ketidaksetujuannya dengan n tingkah laku s Dhani yang mengejek presiden maupun gubernur. Kemudian Ra tidak

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konstruksi fisik sumur gali masyarakat Desa Sei Rotan, kandungan Pb air sumur gali masyarakat Desa Sei

Pengukuran diameter pada kedua cabang di bawah ketentuan tinggi DBH diikuti dengan metode penomeran jenis dimana kedua cabang diasumsikan batang yang berbeda serta

Dengan kebijakan ini, akan tercapai suatu kondisi di mana laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan dan hak-hak yang sama sebagai manusia dalam bidang

Rencana Kerja dan Anggaran adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi Program dan Kegiatan yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pedoman informasi serta mengembangkan pengetahuan perusahaan segi faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Penelitian