• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PROTOBAHASA KABOLA, HAMAP, DAN KLON DI PULAU ALOR

7.3 Rekonstruksi Leksikal PKbHp

7.4.1 Penemuan dan Pembuktian Protofonem PKbHpKl

7.4.1.3 Penemuan dan Pembuktian Protofonem Konsonan PKbHpKl

Penemuan dan pembuktian protofonem konsonan PKbHpKl : *b, *p, *m, *n, *l, *g, *k, *h, dan *t merupakan protofonem KbHpKl yang terdapat pada posisi awal kata, tengah kata, dan akhir kata, dapat dipaparkan sebagai berikut.

1) PKbHpKl *b (b- -b- -b) ˃ PKbHp, Kl b Posisi awal kata

PKbHp PKb Kl Glos

*boi *boi /boi/ ‟babi

*buh *buh /buh/ ‟belukar‟ *bat *bat /bat/ ‟jagung‟

*beh *beh beh/ ‟pukul‟ Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /b/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, letup, bilabial, dan bersuara pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *b. Fonem PKbHpKl *b tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */b/ # -

Posisi tengah kata

PKbHp PKb Kl Glos

*babail *babail /babail/ ‟belalang‟

*gibir *gibir /gibir/ ‟demam‟

*kebakmi *kebakmi /kebakmi/ ‟di sebelah‟

*gotabak *gotabak /gotabak/ ‟gertak‟

*foi baŋ *foi baŋ /foi baŋ/ ‟rumah batu‟

*tei baŋ *tei baŋ /tei baŋ/ ‟rumah kayu‟

*ala buliŋ *ala buliŋ /ala buliŋ/ ‟tangkai padi‟ *tabak *tabak /tabak/ ’tembakau’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /b/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, letup, bilabial, dan bersuara pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *b. Fonem PKbHpKl *b tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara

sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */b/- # -

Posisi akhir kata

PKbHp PKb Kl Glos

*uwereb *uwereb /uwereb/ ‟dengar‟

*lub *lub /lub/ ‟domba‟ *kib *kib /kib/ ‟kambing‟ *endob *endob /endob/ ‟benar‟ *boŋheb *boŋheb /boŋheb/ ‟muda‟

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /b/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, letup, bilabial, dan bersuara pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *b. Fonem PKbHpKl *b tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */b/- #

2) PKbHpKl *p (p- -p- -p) ˃ PKbHp, Kl p Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*pol ai *pol ai /pol ai/ ’ palu‟ *po’ * po’ /po’/ ‟payudara‟ Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /p/ sebagai bunyi distingtif

yang bercirikan konsonan letup, bilabial, dan tidak bersuara pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *p.

Fonem PKbHpKl *p tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */p/ #-

Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*gopot *gopot /gopot/ „paha‟ *sapad *sapad /sapad/ ‟parang‟ *tupiŋ *tupiŋ /tupiŋ/ ‟pinjam‟ *tapaŋ *tapaŋ /tapaŋ/ ’tumbuk’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /p/ sebagai bunyi distingtif

yang bercirikan konsonan letup, bilabial, dan tidak bersuara pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *p. Fonem PKbHpKl *p tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */p/ -#-

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*mahip *mahip /mahip/ ‟sepat (rasa)‟ *ap * ap /ap/ ’kapas’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /p/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan letup, bilabial, dan tidak bersuara pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *p.

Fonem PKbHpKl *p tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */p/- # 3) PKbHpKl *m (m- -m- -m) ˃ PKbHp, Kl m

Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*masaŋ *masaŋ /masaŋ/ ‟menembak‟ *midial *midial /midial/ ‟gerhana matahari‟ *midioŋ *midioŋ /midioŋ/ ‟hari ini‟

*mukun *mukun /mukun/ ‟gemuk‟ *mud *mud /mud/ ‟jeruk‟ *ma *ma /ma/ ‟kucing‟ *mogoi *mogoi /mogoi/ ‟mangga‟ *mar *mar /mar/ ‟marah‟

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /m/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *m. Fonem PKbHpKl *m tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */m/ #- Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*nemaŋ fah *nemaŋ fah /nemaŋ fah/ ‟kulit kerang‟ *gominok *gominok /gominok/ ‟setia‟

*kumuke *kumuke /kumuke/ ‟bodoh‟

*namalak *namalak /namalak/ ‟burung merpati‟ *gumuni *gumuni /gumuni/ ‟ciuman‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /m/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *m. Fonem PKbHpKl *m tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */m/ -#-

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos *wom *wom /wom/ ’adat’

*lam *lam /lam/ ‟pergi‟

*daom *daom /daom/ ‟kemenakan‟ Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /m/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *m. Fonem PKbHpKl *m tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */m/ -# 4) PKbHpKl *n (n- -n- -n) ˃ PKbHp, Kl n

Posisi awal kata

PKbHpKl KbHp Kl Glos

*nome *nome /nome/ ‟dandang‟

*namalak *namalak /namalak/ ‟burung merpati‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /n/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, apikodental, dan bersuara pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *n. Fonem PKbHpKl *n tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */n/ #-

Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*munok *munok /munok/ ‟bagus‟

*gominok *gominok /gominok/ ‟setia‟ *inimiŋ *inimiŋ /inimiŋ/ ‟benih‟ *tinaak *tinaak /tinaak/ ‟menipu‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /n/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, apikodental, dan bersuara pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *n. Fonem PKbHpKl *n tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */n/ -#-

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*arahain *arahain /arahain/ ’memaki’ *hiu taoin *hiu taoin /hiu taoin/ ‟potong ayam‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /n/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, apikodental, dan bersuara pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan Klon berasal dari PKbHpKl *n. Fonem PKbHpKl *n tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */n/ -#. 5) PKbHpKl *l (l- -l- -l) ˃ PKbHp, Kl l

Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*lote *lote /lote/ ‟laki-laki‟

*lal *lal /lal/ ‟bubur sagu‟

*leki *leki /leki/ ‟kerang‟

*laataŋ *laataŋ /laataŋ/ ‟keranjang‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /l/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan sampingan, bersuara, dan apikodental pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *l. Fonem PKbHpKl *l tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */l/ #-.

Posisi tengah kata

*pelaŋ ei *pelaŋ ei /pelaŋ ei/ ‟kapal dagang‟

*lafat *lafat /lafat/ ‟kegadisan‟ *malihiŋ *malihiŋ /malihiŋ/ ‟lapar‟

*keleleŋ *keleleŋ /keleleŋ/ ‟laba-laba‟

*malimuŋ *malimuŋ /malimuŋ/ ‟belimbing‟

*salak *salak /salak/ ‟gelagah‟ *malei *malei /malei/ ‟air liur‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /l/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan sampingan, bersuara, dan apikodental pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *l. Fonem PKbHpKl *l tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */l/ -#-.

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos *afail *afail /afail/ ‟kayu api‟ *fadol *fadol /fadol/ ‟kelambu‟

*dul *dul /dul/ ‟lagu‟

*waikul *waikul /waikul/ ‟danau‟

*ul *ul /ul/ ‟bulan‟

*babail *babail /babail/ ‟belanga‟

*lal *lal /lal/ ‟bubur‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /l/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan sampingan, bersuara, dan apikodental pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *l. Fonem PKbHpKl *l tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara

sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */l/ -#.

6) PKbHpKl *g (g- -g- -g) ˃ PKbHp, Kl g Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*gominok *gominok /gominok/ ‟setia‟ *gariaŋ *gariaŋ /gariaŋ/ ‟asuh‟

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /g/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, bersuara, dan dorsovelar pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *g. Fonem PKbHpKl *g tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */g/ #-. Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*bagai *bagai /bagai/ ‟buaya‟

*mogoi *mogoi /mogoi/ ‟mangga‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /g/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, bersuara, dan dorsovelar pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *g. Fonem PKbHpKl *g tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis

seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */g/ -#-.

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*utaŋ tofag *utaŋ tofag /utaŋ tofag/ ‟kacang-kacangan‟

*lakiag *lakiag /lakiag/ ‟tupai‟

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /g/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, bersuara, dan dorsovelar pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *g. Fonem PKbHpKl *g tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */g/ -#.

7) PKbHpKl *k (k- -k- -k) ˃ PKbHp, Kl k Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*kadefaŋ *kadefaŋ /kadefaŋ/ ‟kantong/saku‟

*kadere *kadere /kadere/ ‟bangku‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /k/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, tidak bersuara, dan dorsovelar pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *k. Fonem PKbHpKl *k tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara

sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */k/ #-.

Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*kumuke *kumuke /kumuke/ ‟bodoh‟ *deko *deko /deko/ ‟celana‟ *duke *duke /duke/ ’cungkil’ *parekaŋ *parekaŋ /parekaŋ/ ’giat‟

*biŋku *biŋku /biŋku/ ‟pacul‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /k/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, tidak bersuara, dan dorsovelar pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *k. Fonem PKbHpKl *k tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */k/-#-.

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*salak *salak /salak/ ‟gelang‟

*kik *kik /kik/ ‟gambir‟

*gotabak *gotabak /gotabak/ ‟gertak‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /k/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, tidak bersuara, dan dorsovelar pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *k. Fonem PKbHpKl *k tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi

bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */k/-#.

8) PKbHpKl *h (h- -h- -h) ˃ KbHp, Kl h Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*haomi *haomi /haomi/ ‟di sini‟

*hul ana *hul ana /hul ana/ ‟huruf‟

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /h/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan geseran, tidak bersuara, dan faringal pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *h. Fonem PKbHpKl *h tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */h/#-. Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos

*sahoir *sahoir /sahoir/ ‟mengeluh‟

*uahan *uahan /uahan/ ‟mencuci (alat makanan)‟ Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /h/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan geseran, tidak bersuara, dan faringal pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *h. Fonem PKbHpKl *h tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara

sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */h/-#-.

Posisi akhir kata

PKbHp PKbHp Kl Glos

*tuku mih *tuku mih /tuku mih/ ‟berjumpa dengan‟ *bah *bah /bah/ ‟luka‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /h/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan geseran, tidak bersuara, dan faringal pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *h. Fonem PKbHpKl *h tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */h/-#.

9) PKbHpKl *t (t- -t- -t) ˃ KbHp, Kl t Posisi awal kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos *taŋ *taŋ /taŋ/ ‟laut‟

*tan yah *tan yah /tan yah/ ‟badai‟ *tikor *tikor /tikor/ ’barat‟

*taka *taka /taka/ ‟curi‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /t/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, apikoalveolar, dan tidak bersuara pada posisi awal kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *t. Fonem PKbHpKl *t tetap bertahan pada awal kata dan mengalami retensi bersama

pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */t/ # -

Posisi tengah kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos *watas *watas /watas/ ‟batas‟ *tatarlam *tatarlam /tatarlam/ ‟bercerai‟

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /t/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, apikodental, dan tidak bersuara pada posisi tengah kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl *t. Fonem PKbHpKl *t tetap bertahan pada tengah kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem tersebut direkonstruksi sebagai PKbHpKl */t/ -#-.

Posisi akhir kata

PKbHpKl PKbHp Kl Glos *dat *dat /dat/ ‟cucu‟

*awit *awit /awit/ ‟hamil‟ *tut *tut /tut/ ‟hangat‟

*pet *pet /pet/ ‟jambu‟

*gemen takat *gemen takat /gemen takat ‟haus‟

Data di atas memperlihatkan, bahwa fonem konsonan /t/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat, apikoalveolar, dan tidak bersuara pada posisi akhir kata dalam bahasa Kabola, bahasa Hamap, dan bahasa Klon berasal dari PKbHpKl

*t. Fonem PKbHpKl *t tetap bertahan pada akhir kata dan mengalami retensi bersama pada bahasa Kabola, Hamap, dan Klon. Hal itu, dapat dijelaskan secara sistematis seperti pembuktian di atas. Fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksikan sebagai PKbHpKl */t/ - #.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa fonem *b, *p, *m, *n, *l, *g, *k, *h, dan *t merupakan protofonem KbHpKl yang terdapat pada posisi awal kata, tengah kata, dan akhir kata.

7.4.1.4 Penemuan dan Pembuktian Protofonem Deret Konsonan PKbHpKl Penemuan dan pembuktian prorofonem deret konsonan pada PKbHpKl dapat dipaparkan sebagai berikut.

(1) *gohbi „buruk‟ (2) *sadelba „busung dada‟ (3) *dilbut „kebun‟ (4) *nouwbo „pohon aren‟

Data (1), (2), (3), dan (4) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /h/, /l/, dan /w/ dengan b. Konsonan /h/ sebagai bunyi distingtif bercirikan geseran, laringal dan tidak bersuara. Konsonan /l/ bercirikan sampingan, apikoalveolar dan bersuara. Konsonan /w/ bercirikan semi vokal, labiodental, dan bersuara serta konsonan /b/ bercirikan hambat, bilabial, dan bersuara.

(5) *fetmara ‟kolong rumah‟ (6) *minmale ‟kematian‟

Data (5) dan (6) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /t/ dan /n/ dengan /m/. Konsonan /t/ sebagai bunyi distingtif bercirikan hambat, apikoalveolar. Konsonan /n/ bercirikan nasal, apikodental dan bersuara serta konsonan /m/ bercirikan nasal, bilabial, dan bersuara. (7) *fainsai ‟madu‟

(8) *apsah ‟kapas‟

Data (7) dan (8) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /n/ dan /p/ dengan /s/. Konsonan /n/ sebagai bunyi distingtif bercirikan nasal, apikodental dan bersuara. Konsonan /p/ bercirikan hambat, bilabial, dan tidak bersuara serta konsonan /s/ bercirikan geseran, apikoalveolar, dan tidak bersuara.

(9) *behta ‟berdaun (10) *lahtal ‟allah‟

Data (9) dan (10) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /h/ dan /t/. Konsonan /h/ sebagai bunyi distingtif bercirikan hambat, laringal dan tidak bersuara serta konsonan /t/ bercirikan hambat, apikodental, dan tidak bersuara.

(11) *belfalefaŋ ‟beruang‟ (12) *narfah ‟dagu‟

(13 ) *fitfan ‟menggendong‟ (14) *taŋfal ‟utusan‟

Data (11), (12), (13), dan (14) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /l/, /r/, /t/, dan /ŋ/ dengan /f/. Konsonan /l/ sebagai bunyi distingtif bercirikan sampingan, apikoalveolar dan

bersuara. Konsonan /r/ bercirikan getar, apikoalveolar, dan bersuara. Konsonan /t/ bercirikan hambat, apikodental, dan tidak bersuara. Konsonan /ŋ/ bercirikan nasal, dorsovelar, dan bersuara serta konsonan /f/ bercirikan geseran, labiodental, dan tidak bersuara.

(15) *fedhomi ‟kini‟

Data (15) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /d/ dengan /h/. Konsonan /d/ sebagai bunyi distingtif bercirikan hambat, apikodental dan bersuara. Konsonan /h/ bercirikan geseran, laringal, dan tidak bersuara.

(16) *lollap ‟menuai‟ (17) *horlap ‟pungut‟

Data (16) dan (17) di atas menunjukkan adanya deret konsonan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /l/ dan /r/ dengan /l/. Konsonan /l/ sebagai bunyi distingtif bercirikan sampingan, apikoalveolar dan bersuara. Konsonan /r/ bercirikan getar, apikodental, dan bersuara.

(18) *kedehpol ‟botak‟

Data (18) di atas menunjukkan adanya deret konsoan terjadi di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /h/ dengan /p/. Konsonan /h/ sebagai bunyi distingtif bercirikan geseran, laringal, dan tidak bersuara. Konsonan /p/ bercirikan hambat, bilabial, dan tidak bersuara.

(19) *arakmai ‟makan nasi‟ (20) *tokna ‟minum tuak‟

Data (19) dan (20) di atas menunjukkan adanya deret konsonan di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /k/ dengan /m/ dan /n/. Konsonan /k/ sebagai bunyi distingtif bercirikan hambat, dorsovelar, dan tidak bersuara. Konsonan /m/ bercirikan nasal, bilabial, dan bersuara serta konsonan /n/ bercirikan nasal, apikodental, dan bersuara.

(21) *kurwak ‟mencret‟

Data (21) di atas menunjukkan adanya deret konsonan di tengah kata. Deret konsonan tersebut adalah /r/ dengan /w/. Konsonan /r/ sebagai bunyi distingtif bercirikan getar, apikodental, dan bersuara. Konsonan /w/ bercirikan semi vokal, labiodental, dan bersuara.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan deret konsonan PKbHpKl adalah *-hb-, *-lb-, *-wb-, *-tm-, *-nm-, *-ns-, *-ps-, *-ht-, *-lf-, *-rf-, *-tf-, *-ŋf-, *-dh-, *-ll-,*-rl-, *-hp-,*-km-.*-kn-, dan *-rw-.

7.4.1.5 Penemuan dan Pembuktian Protofonem Gugus Konsonan (Kluster)