• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruseffendi (1994) menyatakan, bahwa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, antara lain jenis atau macam penelitian, hipotesis, jumlah variabel yang dipelajari, pentingnya hasil penelitian, cara pengumpulan data, tingkat ketepatan hasilnya, dan faktor lainnya (waktu, tenaga, dan biaya).

Singarimbun (1995) menyatakan, sebuah metoda pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti

2. Dapat menentukan presisi dengan menentukan simpangan baku 3. Sederhana dan mudah dilaksanakan

4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya

E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Tahapan pengujian validitas alat ukur (kuesioner) adalah mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur, melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden, mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment (Singarimbun, 1995).

14 N (∑XY) - (∑X ∑Y)

( [N∑X2 - (∑X)2] [N∑Y2 - (∑Y)2] )1/2 

   K K - 1

∑σb2

σt2

Teknik korelasi product momment tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

r =

Keterangan : N = Jumlah responden X = Skor pertanyaan nomor 1 Y = Skor total

Reliabilitas didefinisikan oleh Singarimbun (1995) sebagai derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha, dengan rumus :

r11 = [ ] [ 1 - ]

Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen K = Banyak butir pertanyaan σt2 = Varians total

∑σb2 = Jumlah varians butir Rumus varians yang digunakan adalah :

σ =

Keterangan : n = Jumlah responden

X = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari pertanyaan).

∑X2 - (∑X)2 n  n

F. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Sihol (2000) melakukan penelitian mengenai strategi rekrutmen dan seleksi tenaga kerja level supervisor (sales supervisor) dengan studi kasus di PT Texmaco Group, Jakarta, dimana penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kebijakan penarikan tenaga kerja supervisor penjualan dan menyusun strategi penarikan tenaga kerja supervisor penjualan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan data primer yang diperoleh dengan wawancara dan pemberian kuesioner.

Temuan penelitian yang dihasilkan oleh Sihol (2000) adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan strategi rekrutmen dan seleksi karyawan level supervisor adalah sumberdaya perusahaan, prasyarat jabatan, tujuan perusahaan, dan kondisi lingkungan eksternal. Aktor yang terlibat dalam penentuan strategi rekrutmen tenaga kerja supervisor adalah Manajer Pemasaran, Kepala Unit, dan Personalia pusat. Pada penentuan metode rekrutmen perusahaan mengutamakan persediaan keahlian dengan tujuan mengoptimalkan sumberdaya perusahaan. Profil kompetensi utama adalah kelompok kompetensi prestasi dan tindakan dengan faktor penentu utama pemenuhan kebutuhan perusahaan. Metode dan teknik seleksi yang diprioritaskan perusahaan adalah metode konvensional dengan pertimbangan utama adalah sumberdaya perusahaan yang mendukung. Dalam pemilihan sumber rekrutmen perusahaan lebih memprioritaskan sumber internal dengan pertimbangan efesiensi biaya, lebih mendukung terciptanya lingkungan kerja kondusif, dan meningkatkan motivasi kerja karyawan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurtanio (2006) dengan judul

”Analisis Proses Rekrutmen dan Seleksi Tenaga Kerja pada Perusahaan Kontraktor di Surabaya”, menunjukkan bahwa bahwa 81,67 % perusahaan kontraktor di Surabaya tidak mempunyai bagian personalia. Sumber rekrutmen yang cukup sering digunakan baik untuk tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja terampil adalah surat lamaran dari tenaga kerja yang mencari pekerjaan. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa sertifikat keahlian bukan metode seleksi yang paling efektif dibandingkan wawancara yang dinilai

16 efektif dan digunakan oleh sebagian besar perusahaan kontraktor. Dari hasil uji-t-test, dari 80 sub variabel yang ada terdapat perbedaan rata-rata antara kontraktor besar dan kontraktor menengah pada 9 sub variabel. Dari 9 sub variabel tersebut hanya terdapat satu sub variabel yang membedakan secara signifikan menurut model diskriminan yaitu frekuensi surat lamaran dari tenaga kerja yang mencari pekerjaan sebagai sumber rekrutmen untuk tenaga kerja ahli.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Proses rekrutmen yang kemudian lazimnya diikuti dengan proses seleksi calon-calon untuk kemudian dilakukan penerimaan calon yang lolos tahap seleksi yang dilakukan. Proses rekrutmen dan seleksi tenaga kerja yang digunakan oleh PT Unilever, Tbk dapat dilihat pada Lampiran 1.

Permasalahan yang muncul pada mekanisme penerimaan karyawan adalah masa adaptasi yang lama pada karyawan yang diperoleh melalui mekanisme rekrutmen dan seleksi normal dan tingkat kemampuan teknik, kinerja, dan softskill yang masih kurang.

Gambar 2 menunjukkan kerangka pemikiran dari penelitian ini.

Penelitian ini mengacu pada pola pikir penentuan tingkat efektivitas suatu metode penerimaan karyawan adalah melalui pencapaian tingkat kepuasan user (supervisor) terhadap beberapa variabel harapan yang harus dimiliki oleh lulusan LATKER yang ada di area kerjanya. Selain itu, data sekunder yang meunjukkan persentase penerusan hubungan kerja lulusan LATKER akan menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan tingkat efektivitas program LATKER sebagai metode penerimaan karyawan. Gabungan kedua hal tersebut menjadi dasar dalam penentuan efektivitas program LATKER. Hal ini didukung dengan pernyataan Siagian (2006), bahwa para user memegang peranan penting dalam proses seleksi dan penerimaan tenaga kerja, bahkan referensinya menentukan pemilihan tenaga kerja yang lolos seleksi penerimaan karyawan. Hal ini karena para user itu yang akan mempekerjakan tenaga kerja baru tersebut.

Berdasarkan teori tersebut, maka pendekatan yang dilakukan untuk mengukur tingkat efektivitas program LATKER pada PT Unilever, Tbk akan ditentukan dengan mengukur tingkat kepuasan user (dalam kasus ini adalah supervisor) terhadap atribut-atribut skill LATKER di area kerjanya. Atribut-atribut kepuasan supervisor terhadap LATKER meliputi beberapa variabel terukur, meliputi : (1) kemampuan teknis yang dimiliki lulusan LATKER, (2) perilaku kerja lulusan LATKER di area kerja, (3) kinerja yang dimiliki lulusan

18 LATKER, (4) softskill penunjang kerja yang dimiliki oleh lulusan LATKER, (5) tingkat kelayakan pengangkatan lulusan LATKER menjadi karyawan.

Variabel-variabel ini nantinya akan dianalisis untuk menentukan apakah program LATKER berpengaruh nyata pada pencapaian atribut-atribut kepuasan supervisor terhadap lulusan LATKER.

Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat bagi penentuan perbaikan desain program LATKER yang sesuai dengan kebutuhan area, pengembangan SDM pada perusahaan, rencana-rencana perusahaan terhadap LATKER.

Gambar 2 menunjukkan kerangka pemikiran yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini.

B. TATA LAKSANA

Menurut Suryabrata (2003), penelitian merupakan suatu proses yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan penyelesaian terhadap suatu masalah atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, sehingga penelitian yang dilakukan mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan.

Penelitian ini dilakukan di PT Unilever, Tbk., Indonesia (Cikarang factory) dengan melalui beberapa langkah kerja, antara lain penentuan judul dan tujuan penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, studi literatur/pustaka, identifikasi variabel penelitian, identifikasi alat dan teknik pengumpulan data, penentuan sampel dan subyek penelitian, perumusan hipotesa, pembuatan dan pengujian kuesioner, penyebaran kuesioner, pengumpulan dan pengolahan data, interpretasi hasil, dan diakhiri dengan penulisan laporan. Gambar 3 menunjukkan tahapan-tahapan penelitian tersebut.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penerusan Hubungan Kerja  Data Persentase  pengangkatan lulusan 

LATKER Æ karyawan  PT Unilever

Efektivitas  Program LATKER  Pencapaian kepuasan supervisor 

atas lulusan LATKER di area kerja  Kemampuan teknis 

lulusan LATKER 

Tingkah laku lulusan  LATKER 

Kinerja yang dimiliki  lulusan LATKER 

Softskill penunjang  kerja yang dimiliki 

lulusan LATKER 

Tingkat Kelayakan  pengangkatan lulusan 

LATKER 

20

Ya

Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Penelitian Identifikasi dan perumusan

masalah

Telaah pustaka

Identifikasi variabel  penelitian 

Tidak Identifikasi alat dan teknik 

pengumpulan data 

Penentuan sampel dan  subyek penelitian 

Perumusan hipotesa

Pembuatan dan pengujian  kuesioner 

OK

Penyebaran Kuesioner 

Hasil analisa

Pengumpulan dan  Pengolahan Data  

Mulai

Selesai

1. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Salah satu aspek yang ikut menjaga kelangsungan suatu perusahaan adalah proses rekrutmen dan seleksi yang continue dalam melakukan penerimaan karyawan. Dalam prakteknya di PT Unilever, Tbk., Indonesia proses penerimaan karyawan dengan job class 4 terdapat tiga jalur utama, yaitu : (1) regular/normal, (2) LATKER, (3) COMBANTRA. Gambar 4 secara jelas menunjukkan jalur penerimaan karyawan level bottom line pada PT Unilever, Tbk., Indonesia.

Dari ketiga jalur tersebut jalur normal mempunyai persentase terkecil dalam penerimaan karyawan untuk job class 4. Hal ini menurut Technical Staff Training and Recruitment (wawancara) dikarenakan lamanya proses adaptasi karyawan jalur normal terhadap budaya kerja perusahaan dan minimnya kemampuan teknis yang dikuasai oleh karyawan tersebut. Jalur ini tetap dipertahankan karena kebutuhan area yang mendesak dan harus cepat diisi. Dengan program LATKER diharapkan mampu menutupi kelemahan dari jalur normal, sedangkan jalur COMBANTRA lebih ditujukan untuk memberikan kesempatan berlatih bagi lulusan baru sekolah menengah atas/kejuruan atau masih dalam proses pendidikan mendapatkan pengalaman kerja di PT Unilever, Tbk., Indonesia (social responbilities).

Untuk mendukung penerapan program LATKER yang efektif dalam mencapai tujuan diatas adalah dengan mengkaji efektivitas program LATKER yang sudah berjalan di PT Unilever, Tbk. Dengan mengetahui tingkat efektivitas program LATKER tersebut, perusahaan dapat melakukan perbaikan atau penyempurnaan program LATKER atau bahkan penghapusan program LATKER jika dihasilkan suatu kesimpulan program LATKER tidak mampu mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan.

2. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai penelitian yang dilakukan. Hal ini akan membantu dalam membangun

22 rancangan penelitian dan memperoleh rujukan-rujukan mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian secara ilmiah.

Studi pustaka yang dilakukan meliputi pencarian literatur mengenai rekrutmen, manajemen sumberdaya manusia, seleksi, metode penelitian survei, penentuan sampel, uji validitas dan realibililas pertanyaan kuesioner.

3. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah atau tahap lanjutan setelah studi pustaka dilakukan. Identifikasi variabel penelitian ini mutlak dilakukan agar konsep-konsep yang disusun dapat diteliti secara empiris. Setelah variabel dapat diidentifikasi, maka variabel-variabel tersebut perlu didefenisikan secara operasional. Definisi operasional menurut Safira (2004) adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Penyusunan definisi operasional ini perlu dilakukan untuk mendapatkan alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.

Berdasarkan wawancara dengan Technical Staff Training and Recruitment, dapat ditentukan variabel-variabel bebas (tidak terikat) atau independent variable antara lain : (1) kemampuan teknis lulusan LATKER, (2) perilaku kerja lulusan LATKER di area kerja, (3) kinerja yang dimiliki lulusan LATKER, (4) softskill penunjang kerja yang harus dimiliki oleh lulusan LATKER, dan (5) tingkat kelayakan pengangkatan lulusan LATKER.

Berikut ini adalah definisi operasional dari setiap variabel yang diukur, yaitu :

a. Kemampuan teknis lulusan LATKER adalah sejumlah atribut teknis yang dimiliki oleh peserta LATKER dalam menjalankan tanggung jawabnya di area kerja, yang meliputi kemampuan teknis (penggunaan alat-alat ukur sederhana, penggunaan alat-alat ukur rumit, pengetahuan mengenai mesin yang ditanganinya, pengetahuan mengenai ulir, dll), kemampuan dalam melakukan analisa terhadap trouble yang terjadi

pada mesin, dan pengetahuan mengenai proses kerja mesin. Parameter-parameter teknis ini lebih didasarkan pada kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh karyawan pada job class 4.

b. Perilaku kerja lulusan LATKER di area kerjanya adalah bentuk perilaku yang dimiliki peserta LATKER dalam aktivitas kerjanya. Atribut perilaku ini sangat berpengaruh pada penerimaan supervisor (user) terhadap calon karyawan. Atribut-atribut perilaku kerja ini meliputi tingkah laku LATKER di area kerja dalam sudut pandang supervisor dan tingkat kepatuhan latker terhadap peraturan kerja pabrik (jam datang, jam pulang, tingkat absensi, dll).

c. Kinerja yang dimiliki oleh lulusan LATKER adalah seperangkat kerja yang harus dimiliki oleh LATKER di area kerjanya yang meliputi, kemampuan untuk menjalankan perintah pengawas/atasan, etos kerja yang dimiliki oleh peserta LATKER, pemahaman terhadap tata kerja aman (safety), dan pemahaman LATKER terhadap tanggung jawab jabatan yang diembannya.

d. Softskill penunjang kerja yang harus dimiliki oleh lulusan LATKER adalah atribut penunjang yang seharusnya dimiliki oleh peserta LATKER untuk menjalankan tugasnya antara lain meliputi kemampuan komunikasi dan kemampuan teamwork .

e. Tingkat kelayakan pengangkatan lulusan LATKER menjadi karyawan adalah atribut penilaian yang didasarkan pada penilaian pribadi supervisor atas peserta LATKER. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana penerimaan supervisor terhadap peserta LATKER yang ada di area kerjanya.

4. Identifikasi Alat dan Teknik pengumpulan data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari data primer yang dikumpulkan secara langsung melalui mekanisme wawancara dan penyebaran kuesioner kepada narasumber. Selain data primer juga akan digunakan data sekunder yang merupakan hasil dari data-data rekrutmen dan seleksi dengan program LATKER oleh perusahaan, data mengenai

24 pengangkatan karyawan melalui jalur atau metode LATKER, analisis jabatan, metode penjaringan calon awal, perencanaan dan peramalan pekerjaan, metode tes pelamar, latar belakang pendidikan calon, teknik wawancara yang digunakan, metode penilaian yang digunakan, identifikasi pelatihan. Data sekunder ini diperoleh dari administrasi perusahaan, studi literatur, dan data-data referensi lain yang dapat menunjang penelitian.

Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil program LATKER. Wawancara yang dilakukan adalah tipe depth interview dengan pihak yang menangani secara langsung program LATKER dan beberapa peserta LATKER. Dari hasil wawancara ini ditujukan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan program LATKER dan penentuan tujuan atau harapan diadakannya program LATKER.

Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner dibuat dengan 12 butir pertanyaan tertutup hasil koreksi manajer departemen human resource (HR) atas butir-butir pertanyaan yang diajukan dan 1 butir pertanyaan terbuka untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan program LATKER menurut sudut pandang responden.

5. Penentuan Sampel dan Subyek Penelitian

Sampling adalah proses pemilihan suatu jumlah elemen yang cukup dari populasi, sehingga suatu penelitian sampel dan suatu pemahaman propertinya atau karakteristik akan membuat kita mampu untuk menggeneralkan properti atau karakteristik itu terhadap elemen populasi (Sekaran, 2001).

Dalam menentukan penggunaan metode sampling yang dilakukan perlu diperhatikan kepentingan sampel yang diinginkan. Sampling acak sederhana adalah desain sampling terbaik ketika generalisabilitas penemuan terhadap keseluruhan populasi adalah tujuan utama dari penelitian (Sekaran, 2001). Karena generalisabilitas diutamakan dalam penelitian ini, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan desain simple random sampling atau sampling acak sederhana.

Menurut Sekaran (2001) suatu sampel adalah suatu subset populasi.

Itu membandingkan beberapa anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain tidak semua elemen populasi akan dijadikan sampel. Jika 200 anggota ditarik dari populasi yang berjumlah 1000 pekerja, untuk 200 anggota ini yang akan menjadi sampel untuk penelitian. Berdasarkan hal itu, populasi dari penelitian ini adalah peserta LATKER terbaru yang belum mendapatkan kontrak permanen karyawan PT Unilever, Tbk (peserta LATKER batch 9, 10, dan 11) yang berjumlah 76 orang (N = 76).

Jumlah minimum sampel yang harus diambil dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

N n =

1 + Ne2 Dimana : N = Ukuran populasi n = Jumlah Sampel

e = error untuk penelitian sosial (10 %)

Dengan jumlah populasi sebesar 76 orang, maka minimum ukuran sampel adalah 43 orang. Ukuran sampel yang diambil berjumlah 66 orang sehingga sudah memenuhi persyaratan minimum ukuran sampel.

Responden pada penelitian ini adalah para supervisor yang mempunyai karyawan lulusan LATKER di area kerjanya. Jumlah responden diperkirakan berjumlah sekitar 21 orang yang terletak di 6 pabrik PT Unilever, Cikarang Factory.

6. Perumusan Hipotesa

a. Program LATKER mampu mencapai pemenuhan kebutuhan kemampuan teknik yang harus dimiliki oleh calon karyawan PT Unilever, Tbk.

b. Program LATKER mampu memenuhi pencapaian kesesuaian perilaku kerja yang harus dimiliki calon karyawan dengan harapan supervisor PT Unilever, Tbk.

26 c. Program LATKER mampu memenuhi pencapaian kesesuaian kinerja

yang dimiliki peserta LATKER terhadap harapan supervisor PT Unilever, Tbk.

d. Program LATKER mampu memenuhi harapan supervisor terhadap kemampuan softskill penunjang kerja yang harus dimiliki oleh peserta LATKER sebagai calon karyawan PT Unilever, Tbk.

e. Program LATKER mampu memenuhi tuntutan tingkat kelayakan pengangkatan peserta LATKER menjadi karyawan PT Unilever, Tbk.

7. Pembuatan dan Pengujian Kuesioner

Menurut Arikunto (1998), langkah-langkah dalam perancangan kuesioner antara lain : (1) perencanaan, (2) penulisan butir soal, (3) penyuntingan, (4) uji coba kuesioner, (5) analisa hasil, dan (6) revisi kuesioner jika diperlukan. Berdasarkan teori tersebut, pembuatan kuesioner direncanakan untuk mengukur tingkat kepuasan supervisor terhadap kinerja peserta LATKER.

Pertanyaan yang disusun dalam kuesioner ini sebanyak 12 butir pertanyaan tertutup yang mengharuskan responden untuk memilih salah satu diantara lima alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala pengukuran yang digunakan mengacu pada aturan Likert yang dimodifikasi, yaitu pemberian kategori nilai antara 0 – 4. Nilai 0 untuk pilihan jawaban tidak tahu maksud pertanyaannya, 1 untuk pilihan jawaban jelek, 2 (kurang), 3 (cukup), dan 4 (exellent atau istimewa). Untuk memperjelas maksud jawaban, maka pada setiap pilihan jawaban pertanyaan ditentukan kriteria penilaian (dasar penentuan nilai) secara verbal. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bias yang muncul akibat responden ragu-ragu dalam menentukan pilihan jawaban. Penentuan 12 butir pertanyaan ini dilakukan berdasarkan persetujuan manajer departemen sumberdaya manusia agar tidak memberikan pertanyaan yang terlalu banyak dan merepotkan supervisor, tetapi dapat mencakup parameter yang ingin diukur. Selain pertanyaan tertutup diberikan satu

N (∑XY) - (∑X ∑Y) ( [N∑X2 - (∑X)2] [N∑Y2 - (∑Y)2] )1/2

pertanyaan terbuka untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan program LATKER sesuai dengan sudut pandang responden

Setelah kuesioner selesai disusun, maka dilakukan pengujian kuesioner sehingga akan didapatkan pertanyaan-pertanyaan yang valid dan reliabel. Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Tahapan pengujian validitas alat ukur (kuesioner) adalah mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur, melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden, mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yaitu (Singarimbun, 1995) :

r =

Keterangan : N = Jumlah responden X = Skor pertanyaan nomor 1 Y = Skor total

Reliabilitas didefinisikan oleh Singarimbun (1995) sebagai derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach, dengan rumus :

r11 = [ ] [ 1 - ]

Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen K = Banyak butir pertanyaan σt2 = Varians total

∑σb2 = Jumlah varians butir K

K - 1

∑σb2

σt2

28

∑X2 ‐  n 

(∑X)2 n

Rumus varians yang digunakan adalah :

σ =

Keterangan : n = Jumlah responden

X = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor- nomor butir pertanyaan)

8. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan ke 5 pabrik PT Unilever, Tbk yang terletak di kompleks industri Jababeka I. Enam pabrik tersebut antara lain : (1) pabrik Walls, (2) pabrik SCC&C, (3) pabrik TBB, (4) Pabrik NSD, (5) pabrik HPC Liquid. Penyebaran kuesioner ditujukan untuk supervisor yang memiliki bawahan yang merupakan lulusan LATKER 3 batch terakhir yang masih belum diangkat menjadi karyawan tetap PT Unilever, Tbk., Indonesia.

9. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui mekanisme penyebaran kuesioner, wawancara, dan pengambilan data-data sekunder. Setelah data terkumpul tahap selanjutnya adalah pengolahan data, yang meliputi (1) pemberian skor pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden, (2) tabulasi skor jawaban sebagai data, (3) penghitungan matematis, (4) analisa data.

Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS version 11.5. Analisis data yang dihasilkan dilakukan untuk menentukan tingkat pengaruh program LATKER terhadap variabel-variabel penelitian yang disusun.

Menurut Sekaran (2001), analisis data dengan bantuan analisis komputer menggunakan SPSS version 11.5 untuk Windows terdapat beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu : (1) penentuan Cronbach Alpha

untuk pengukur, (2) distribusi frekuensi variabel-variabel, (3) deskripsi statistik seperti rataan (mean) dan standar deviasi, (4) matrix korelasi Rank Spearman, dan (5) hasil pengujian hipotesis.

Analisis faktor-faktor atau parameter penentu efektivitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik dengan metode Korelasi Ranking Spearman. Berikut persamaan yang digunakan :

rs = 1 –

Karena banyaknya rangking yang sama dalam pengolahan data kuesioner, maka perlu dilakukan koreksi terhadap persamaan diatas menjadi :

rs = Σx2 + Σy2 – Σdi2 2 (Σx2 Σy2)1/2 Σx2 = n3 – n - ΣTx

12 Σy2 = n3 – n - ΣTy

12 T = t3 – t 12 keterangan :

rs = Koefesien korelasi Ranking Spearman,

x = Faktor-faktor atau parameter yang menentukan efektivitas program LATKER (variabel bebas),

y = Reaksi peserta LATKER (variabel terikat),

di = Selisih ranking kedua variabel yang dicari korelasinya, n = Jumlah responden,

t = Banyaknya observasi yang skornya sama pada suatu ranking tertentu

T = Faktor koreksi.

6 Σ di2 n (n2 – 1) 

30 Menurut Sembiring (1999), untuk menentukan batasan kuat lemahnya korelasi digunakan batasan J Champion, antara lain :

1. 0,00–0,25 : Menunjukkan tidak adanya hubungan antara variable bebas dengan variabel terikat.

2. 0,26–0,50 : Menunjukkan adanya hubungan antara variable bebas dengan variabel terikat.

3. 0,51–0,75 : Menunjukkan hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat agak kuat.

4. 0,76–1,00   : Menunjukkan hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat kuat.

Uji hipotesa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Nilai t hitung didapat dengan menggunakan rumus hitung :

t-hitung = rs

Jika t-hitung > t-tabel, maka tolak H0. Jika t-hitung < t-tabel, maka terima H0.

n – 2 ½ 1 - rs 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SAMPEL

Pada penelitian mengenai analisis efektivitas program LATKER sebagai metode metode penerimaan karyawan di PT Unilever, Tbk., Indonesia, supervisor memegang peranan penting dalam menentukan tingkat efektivitas program LATKER. Hal ini dikarenakan supervisor merupakan pihak yang terkait langsung dengan karyawan job level 4, yaitu berkenaan dengan rekomendasi pengambilan karyawan. Kesesuaian antara harapan supervisor dengan kemampuan yang dimiliki oleh lulusan LATKER menjadi dasar penentuan tingkat efektivitas program LATKER. Hal ini sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Siagian (2006), bahwa para user (supervisor) memegang peranan penting dalam proses seleksi dan penerimaan tenaga kerja, bahkan masukkannya menentukan pemilihan tenaga kerja yang lolos seleksi penerimaan karyawan.

Responden pada penelitian ini adalah para supervisor yang memiliki bawahan peserta LATKER batch 9, 10, dan 11 yang masih belum diangkat menjadi karyawan tetap PT Unilever, Tbk. Alasan pengambilan supervisor sebagai responden adalah untuk mencapai obyektifitas penilaian dan melihat sejauh mana tingkat penerimaan supervisor terhadap parameter-parameter yang diajukan. Pengisian identitas pribadi responden tidak dicantumkan dikarenakan untuk menonjolkan sisi obyektifitas penilaian. Terkadang

Responden pada penelitian ini adalah para supervisor yang memiliki bawahan peserta LATKER batch 9, 10, dan 11 yang masih belum diangkat menjadi karyawan tetap PT Unilever, Tbk. Alasan pengambilan supervisor sebagai responden adalah untuk mencapai obyektifitas penilaian dan melihat sejauh mana tingkat penerimaan supervisor terhadap parameter-parameter yang diajukan. Pengisian identitas pribadi responden tidak dicantumkan dikarenakan untuk menonjolkan sisi obyektifitas penilaian. Terkadang

Dokumen terkait