DALAM REHABILITASI HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK UNTUK MENDUKUNG TERBENTUKNYA KPHL MANGROVE
B. Penentuan Faktor dan Indikator
Pemilihan faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi partisipasi masyarakat sekitar hutan menggunakan dasar berpikir deduktif yang mana dimulai dari teori-teori yang sudah ada kemudian melihat kenyataan di lapangan (berawal dari aras teoritik ke aras
empirik). Oleh karena itu, pemilihan faktor yang diperkirakan mempengaruhi didasarkan pada kajian dari beberapa literatur dan teori yang membahas tentang partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan pada umumnya dan program rehabilitasi hutan dan konservasi tanah. Selanjutnya faktor-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal berdasarkan pada pendapat Indrawati dkk., (2003) bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi ada yang bersifat internal dan eksternal. Faktor Internal, adalah apa yang ada dalam diri individu yang akan mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi. Sedangkan Faktor Eksternal, adalah faktor stimulus dari luar masyarakat dan faktor lingkungan dimana kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat itu berlangsung.
Tabel 1. Faktor, Sub Kelompok, Kelompok dan Indikator yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Sekitar Hutan dalam Rehabilitasi Hutan Lindung Mangrove Angke Kapuk Kelompok Sub
Kelompok Faktor Indikator
Faktor Internal
Sosial Ekonomi Masyarakat
Jenis kelamin
Mayoritas masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan.
Umur
Mayoritas masyarakat yang berada dalam rentang usia muda (produktif ) berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan
Lama tinggal
Mayoritas masyarakat dengan kategori lama tinggal lebih dari 5 tahun berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi
Tingkat pendidikan
Mayoritas masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dari SD berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan
Jenis pekerjaan atau mata pencaharian
Mayoritas masyarakat yang memiliki jenis mata pencaharian tertentu seperti nelayan yang mempunyai kepentingan dengan keberadaan hutan mangrove berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan
Tingkat penghasilan
Mayoritas masyarakat dengan tingkat penghasilan yang lebih tinggi berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan
Faktor Internal Lain
Tingkat Pengetahuan manfaat kegiatan rehabilitasi
Mayoritas masyarakat dengan tingkat pengetahuan manfaat rehabilitasi yang baik berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan
Aspek
komunikasi Tipe ajakan
Mayoritas masyarakat dengan tipe ajakan tertentu (tokoh masyarakat/ pihak kehutanan/kelompok) berpartisipasi dalam rehabilitasi
Aspek Perencanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan memiliki makna dalam rencana final
Mayoritas urutan rangking atau peringkat yang diberikan oleh masyarakat
Faktor Eksternal Aspek Ekonomi dan
Pemberdayaan Masyarakat
Penyuluhan dan percontohan
Adanya dukungan dari pihak luar (LSM & Universitas)
Pelibatan kelompok masyarakat setempat sebagai mitra proyek Insentif untuk mendorong partisipasi
Kelompok Sub
Kelompok Faktor Indikator
Penggunaan usaha yang dimiliki
masyarakat sekitar dalam kegiatan rehabilitasi
Penggunaan spesies yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat dan penting untuk mata pencaharian penduduk
Keberlajutan proyek rehabilitasi hutan dan menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan
Sumber:: Hasil kajian 2009 C. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis data kualitatif dengan teknik analisis data dari
model Miles dan Huberman (1984) yang dimuat dalam Sugiyono (2007) yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Data Collection Data Display Data Reduction Conclusion: Drawing/Verifying
Gambar 1. Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1984)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali pengamatan/penelitian lapangan. Tahapan penelitian yang pertama dilakukan pada tanggal 16 Oktober sampai dengan 16 Nopember 2009 dan tahap penelitian kedua dilakukan pada tanggal 11–25 Januari 2010. Penelitian tahap pertama, analisis data diterapkan untuk menganalisis hasil jawaban dari kuesioner yang dibagikan kepada keempat kelompok responden yang telah ditentukan. Sedangkan tahap penelitian kedua adalah menguji kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tahap pertama dengan melakukan trianggulasi dengan cara melakukan wawancara dan observasi kembali dan membandingkan dengan berbagai literatur yang mendukung sehingga dapat menghasilkan kesimpulan final yang valid. III. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa mayoritas masyarakat sekitar hutan
terlibat dalam kegiatan perencanaan dan penanaman (36%) dan sebagian kecil yang terlibat dari tahap perancanaan, penanaman, pemeliharaan sampai pengawasan(14,04%). Sebanyak 53% masyarakat tersebut terlibat dalam kegiatan perencanaan. Adapun bentuk partispasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan, umumnya didominasi dalam bentuk kegiatan penentuan lokasi penanaman (53,33%). Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam rehabilitasi hutan hampir sama banyaknya (47% : 53%). Mayoritas masyarakat tersebut berumur antara 30-45 tahun (52,63%) dan mempunyai lama tinggal lebih dari 10 tahun (56,14%). Mayoritas masyarakat yang berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan berpendidikan SD (84,21%) dan bermata pencaharian sebagai nelayan (49,12%). Mayoritas masyarakat tersebut berpenghasilan
rendah yaitu rata-rata tingkat penghasilan dibawah Rp 900.000,- sebulan (82,46%) dan tingkat pengetahuan manfaat rehabilitasi yang mereka miliki termasuk kategori baik (87,72%). Masyarakat umumnya ikut rehabilitasi hutan karena diajak oleh tokoh masyarakat(47,37%). Adapun urutan peringkat faktor- faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan adalah sebagai berikut:
1. Faktor Penggunaan Usaha Yang Dimiliki oleh Masyarakat Setempat. Diwujudkan dengan adanya penggunaan bibit dan acir dari masyarakat setempat dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Diketahui bahwa rata-rata dalam satu bulan, penyelenggara kegiatan rehabilitasi hutan mengeluarkan dana antara Rp 3.500.000 s/d Rp 10.500.000,- untuk membeli bibit dan acir dari masyarakat sekitar hutan. Dana tersebut terbukti memberikan multiplier effect (efek untuk mengerakkan ekonomi setempat) dalam konteks penyediaan bibit.
2. Faktor Adanya Insentif, merupakan faktor yang mendorong karena memberikan manfaat ekonomi.
3. Faktor Pelibatan Kelompok Masyarakat Setempat Sebagai Mitra Proyek oleh Dinas kehutanan membuat masyarakat merasa senang dan dihargai, diakui keberadaannya dan sejajar dengan stakeholder lain. Pendekatan ini mengakomodir unsur lokalitas sebagai salah satu strategi pemberdayaan masyarakat.
4. Faktor Partisipasi masyarakat setempat bermakna dalam rencana final yaitu didengarkannya pendapat masyarakat tentang jenis tanaman, pengaturan lokasi penanaman dan kesanggupan jumlah bibit yang mampu disediakan oleh masyarakat membuat masyarakat menjadi lebih mempercayai proyek rehabilitasi, lebih mengetahui tentang proyek tersebut sehingga mendorong rasa memiliki terhadap keberhasilan proyek rehabilitasi tersebut.
5. Faktor Keberlanjutan Manfaat Ekonomi Proyek membuat masyarakat menilai bahwa kegiatan rehabilitasi merupakan proyek yang berkelanjutan dan secara ekonomis menguntungkan mereka.
Masyarakat meminta peran serta mereka dapat berlanjut dalam kegiatan di hutan lindung.
IV. KESIMPULAN
¾ Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam rehabilitasi hutan lindung Angke Kapuk adalah faktor usia produktif (usia 20-45 tahun), faktor lama tinggal lebih dari 5 tahun, faktor jenis pekerjaan sebagai nelayan, faktor tingkat penghasilan yang rendah, faktor tingkat pengetahuan manfaat rehabilitasi hutan yang baik dan faktor tipe ajakan dari tokoh masyarakat. ¾ Urutan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat sekitar hutan adalah:
1. Penggunaan usaha yang dimiliki masyarakat sekitar dalam kegiatan rehabilitasi
2. Adanya Insentif
3. Pelibatan kelompok masyarakat setempat sebagai mitra proyek
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan memiliki makna dalam rencana final
5. Adanya keberlanjutan proyek rehabilitasi hutan dan menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan ¾ Jika dianalisis, kelima faktor tersebut
diatas menggambarkan adanya penerapan (1) prinsip lokalitas melalui pelibatan kelompok masyarakat lokal sebagai mitra proyek dan pelibatan mereka dalam kegiatan perencanaan. (2) prinsip pemberdayaan masyarakat melalui penggunaan usaha masyarakat setempat yang memberikan peningkatan produksi dan ekonomi rakyat.
V. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK MENDUKUNG KPHL MANGROVE.
Pelibatan masyarakat sekitar hutan dalam kegiatan rehabilitasi di hutan lindung Angke Kapuk dilakukan sebagai upaya untuk tercapainya keberhasilan proyek rehabilitasi dan terwujudnya pemeliharaan dan perlindungan kawasan hutan. Pelibatan masyarakat sekitar hutan ini merupakan
salah satu strategi pemberdayaan masyarakat yang dapat dijadikan modal bagi upaya pembentukan KPHL mangrove baik di hutan lindung Angke Kapuk maupun di kawasan hutan lindung mangrove lainnya. Belajar dari berbagai faktor yang diketahui telah mampu mendorong partisipasi masyarakat lokal seperti diuraikan diatas maka beberapa hal perlu diimplementasikan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat guna mendukung KPHL mangrove :
1. Peran serta masyarakat dalam tahap perencanaan kegiatan rehabilitasi yaitu dengan terlibatnya mereka dalam penentuan jenis tanaman dan lokasi penanaman menunjukkan adanya proses bottom upplanning dan terbukti mampu mendorong mereka untuk lebih berpartisipasi karena adanya rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Adanya partnership ditunjukkan dengan pemberian kesempatan oleh Dinas Kehutanan bagi masyarakat lokal untuk terlibat dalam pengadaan bibit dan peralatan lain yang digunakan dalam kegiatan rehabilitasi. Untuk tahap selanjutnya diperlukan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi dan ilmu dari pusat bibit sehingga bibit yang dihasilkan oleh masyarakat dapat lebih berkualitas (bersertifikat) dan kemampuan masyarakat memproduksi bibit dapat terus meningkat.
2. Untuk menjaga kontinuitas partisipasi masyarakat sekitar hutan sebaiknya dilaksanakan kegiatan yang mendukung peningkatan kapasitas masyarakat lokal yang berorientasi kepada pertumbuhan kondisi dimana masyarakat tersebut dapat belajar sambil bekerja untuk dirinya sendiri yang dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan, studi banding dan lain-lain.
3. Penerapan prinsip – prinsip pemberdayaan masyarakat dan prinsip lokalitas yang dapat memberi kesempatan masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui kegiatan yang mempunyai efek langsung pada peningkatan produksi dan ekonomi masyarakat sekitar hutan
harus terus dilaksanakan. Antara lain
dengan tetap menggunakan usaha- usaha yang dimiliki oleh masyarakat setempat dalam penyediaan kebutuhan kegiatan rehabilitasi.
VI. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa mayoritas masyarakat sekitar hutan terlibat dalam kegiatan perencanaan dan penanaman (36%) dan sebagian kecil yang terlibat dari tahap perancanaan, penanaman, pemeliharaan sampai pengawasan(14,04%). Sebanyak 53% masyarakat tersebut terlibat dalam kegiatan perencanaan. Adapun bentuk partispasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan, umumnya didominasi dalam bentuk kegiatan penentuan lokasi penanaman (53,33%). Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam rehabilitasi hutan hampir sama banyaknya (47% : 53%). Mayoritas masyarakat tersebut berumur antara 30-45 tahun (52,63%) dan mempunyai lama tinggal lebih dari 10 tahun (56,14%). Mayoritas masyarakat yang berpartisipasi dalam rehabilitasi hutan berpendidikan SD (84,21%) dan bermata pencaharian sebagai nelayan (49,12%). Mayoritas masyarakat tersebut berpenghasilan rendah yaitu rata-rata tingkat penghasilan dibawah Rp 900.000,- sebulan (82,46%) dan tingkat pengetahuan manfaat rehabilitasi yang mereka miliki termasuk kategori baik (87,72%). Masyarakat umumnya ikut rehabilitasi hutan karena diajak oleh tokoh masyarakat(47,37%). Adapun urutan peringkat faktor- faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan adalah sebagai berikut:
1. Faktor Penggunaan Usaha Yang Dimiliki oleh Masyarakat Setempat. Diwujudkan dengan adanya penggunaan bibit dan acir dari masyarakat setempat dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Diketahui bahwa rata-rata dalam satu bulan, penyelenggara kegiatan rehabilitasi hutan mengeluarkan dana antara Rp 3.500.000 s/d Rp 10.500.000,- untuk membeli bibit dan acir dari masyarakat sekitar hutan. Dana tersebut terbukti memberikan multiplier effect (efek untuk mengerakkan ekonomi setempat) dalam konteks penyediaan bibit.
2. Faktor Adanya Insentif, merupakan faktor yang mendorong karena memberikan manfaat ekonomi.
3. Faktor Pelibatan Kelompok Masyarakat Setempat Sebagai Mitra Proyek oleh Dinas kehutanan membuat masyarakat merasa senang dan dihargai, diakui keberadaannya dan sejajar dengan stakeholder lain. Pendekatan ini mengakomodir unsur lokalitas sebagai salah satu strategi pemberdayaan masyarakat.
4. Faktor Partisipasi masyarakat setempat bermakna dalam rencana final yaitu didengarkannya pendapat masyarakat tentang jenis tanaman, pengaturan lokasi penanaman dan kesanggupan jumlah bibit yang mampu disediakan oleh masyarakat membuat masyarakat menjadi lebih mempercayai proyek rehabilitasi, lebih mengetahui tentang proyek tersebut sehingga mendorong rasa memiliki terhadap keberhasilan proyek rehabilitasi tersebut.
5. Faktor Keberlanjutan Manfaat Ekonomi Proyek membuat masyarakat menilai bahwa kegiatan rehabilitasi merupakan proyek yang berkelanjutan dan secara ekonomis menguntungkan mereka. Masyarakat meminta peran serta mereka dapat berlanjut dalam kegiatan di hutan lindung.
VII. KESIMPULAN
¾ Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam rehabilitasi hutan lindung Angke Kapuk adalah faktor usia produktif (usia 20-45 tahun), faktor lama tinggal lebih dari 5 tahun, faktor jenis pekerjaan sebagai nelayan, faktor tingkat penghasilan yang rendah, faktor tingkat pengetahuan manfaat rehabilitasi hutan yang baik dan faktor tipe ajakan dari tokoh masyarakat. ¾ Urutan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat sekitar hutan adalah:
1. Penggunaan usaha yang dimiliki masyarakat sekitar dalam kegiatan rehabilitasi
2. Adanya Insentif
3. Pelibatan kelompok masyarakat setempat sebagai mitra proyek
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan memiliki makna dalam rencana final
5. Adanya keberlanjutan proyek rehabilitasi hutan dan menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan
¾ Jika dianalisis, kelima faktor tersebut diatas menggambarkan adanya penerapan (1) prinsip lokalitas melalui pelibatan kelompok masyarakat lokal sebagai mitra proyek dan pelibatan mereka dalam kegiatan perencanaan. (2) prinsip pemberdayaan masyarakat melalui penggunaan usaha masyarakat setempat yang memberikan peningkatan produksi dan ekonomi rakyat.
VIII. STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK