• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.4 Penentuan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : data primer dan data sekunder. Tengah S: 08°33’6,65’’ E:115°09’3,28’’ Hulu. S: 08°24’2,87’’ E:115°11’5,43’’ Wilayah I Wilayah II Hilir S: 08°37’0,78’’ E:115°06’7,78’’

4.4.1. Data Aktivitas Manusia di Wilayah I dan Wilayah II a. Data primer

Data primer ini diperoleh dari pengumpulan data dari informan dilakukan dengan wawancara mendalam mengenai jenis kegiatan dan aktifitas yang terjadi sepanjang tukad yeh sungi. Data yang diperoleh dari informan dituangkan dalam tabel aktifitas sumber pencemar (Tabel 4.2). Selain itu, pengumpulan data primer juga dilakukan melalui pengamatan (observasi).

Data primer yang dikumpulkan terdiri dari : 1. Faktor penyebab penurunan kualitas air.

2. Hubungan-hubungan antar berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air

b. Data sekunder

Data sekunder bersumber dari instansi terkait yang menangani masalah DAS, buku, situs internet, jurnal - jurnal, skripsi dan tesis serta laporan penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian perubahan kualitas air sungai Data sekunder yang dikumpulkan:

1. Gambaran umum DAS dan profil masyarakat desa.

2. Hasil penelitian atau artikel pada jurnal mengenai pencemaran yang terjadi pada DAS.

4.4.2 Data Kualitas Air a. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran di lapangan (in-situ) dan analisis laboratorium (ex-situ). Analisis secara ex-situ dilakukan pada

Laboratorium Dinas PU Provinsi Bali dan Laboratorium Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan.

b. Data Sekunder

Data sekunder bersumber dari instansi terkait yang menangani masalah DAS, buku, situs internet, jurnal-jurnal, skripsi dan tesis serta laporan penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian perubahan kualitas air sungai. 4.5 Variabel Penelitian.

4.5.1 Variabel Kualitas Air

1. Fisika : debit air, suhu, kekeruhan, TDS dan TSS, daya hantar listrik. 2. Kimia : pH, DO, BOD, COD, dan Total Fosfat.

3. Biologi : faecal coliform dan total coliform.

Pengambilan parameter di atas karena karakteristik daerahnya didominasi oleh aktivitas pertanian dan pemukiman yang disertai dengan peternakan dan beberapa kegiatan/usaha antara lain bengkel, laundry, pencucian mobil dll.

Parameter pengukuran secara in situ dan ex situ ditentukan dengan cara seperti yang tercantum pada Tabel 4.1.

4.5.2 Variabel Aktivitas Manusia.

Pengumpulan data untuk mengidentifikasi sumber-sumber limbah yang masuk ke perairan sungai dilakukan dengan wawancara dan dari data sekunder. Metode survei digunakan untuk mengetahui peran serta masyarakat dalam penurunan kualitas air di sungai tersebut. Hal–hal yang diamati adalah (1) jenis kegiatan/usaha yang ada, (2) jumlah kegiatan/usaha dan (3) lokasi. Variabel aktivitas manusia ditampilkan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1

Parameter Kualitas Air yang Diukur, Metode Analisis dan Alat-alat Pengukuran

Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan

I. Fisika

Suhu 000C Pemuaian Thermometer

TSS TDS mg/l Gravimetri Potensiometri Timbangan analitik TDS Meter

Daya Hantar Listrik µs Potensiometri Conductovitymeter

Kekeruhan NTU Turbidimetri Turbidimeter

II. Kimia

pH - Potensiometri pH meter

DO mg/l Titrimetri winkler Peralatan titrasi

BOD5 mg/l Titrimetrik Peralatan titrasi

COD mg/l Spektrofotometrik Spektrofotometer

Total Phosfat mg/l Spektrofotometrik Spektrofotometer III. Mikrobiologi

Fecal coliform MPN/100 ml Metode MPN Tabel MPN, filter Total coliform MPN/100 ml Metode MPN Tabel MPN, filter

Sumber : Alaerts dan Santika (1994)

Tabel 4 .2

Aktivitas Sumber Pencemar

No Jenis Kegiatan Jumlah Lokasi 1 Pemukiman 2 Laundry 3 Pertanian 4 Hotel/Villa

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian terdiri dari : seperangkat alat pengambilan sampel kualitas air, meteran, stop watch dan bola pingpong, GPS, alat dokumentasi, komputer, peta sungai, wadah sampel air, dan bahan pengawet,

4.7. Prosedur Penelitian 4.7.1.Parameter Fisika a. Suhu

Alat yang dipergunakan adalah termometer gelas air raksa, pengukuran suhu dilakukan dengan tujuan mengetahui suhu air dan suhu lingkungan.

Cara Kerja :

Termometer yang dipergunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan termometer presisi atau dengan percobaan titik beku dan titik didih air. Pengukuran sampel air sungai dilakukan secara in situ. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mengukur sampel air adalah dengan mencatat suhu udara sekitar. Termometer gelas air raksa dicelupkankan ke dalam perairan, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya. Pengukuran temperatur pada kedalaman tertentu adalah dengan memasang termometer pada water sampler.

b. Total Suspended Solid (TSS)

Pengukuran TSS dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berat atau jumlah zat-zat yang tersuspensi di dalam 1000 ml air sampel yaitu dengan cara menimbang berat zat-zat tersuspensi dalam air yang tertinggal pada kertas saring.

Metode :yang dipergunakan adalah Gravimetri dan cara kerjanya adalah : (1) ditimbang dan dicatat berat kertas saring bersih yang dipakai (A gram), (2) Sebanyak 500 ml sampel air disaring dan disisihkan air yang telah disaring di dalam gelas piala, (3) kertas saring yang telah dipakai tadi dikeringkan dengan didiamkan pada suhu kamar, (4) selanjutnya kertas saring beserta padatannya ditimbang (B gram) dan dihitung padatan tersuspensi air sampel tersebut.

Perhitungan : 1000 x (B – A)

Volume sampel (ml) = …………. gram/Liter...(1)

Keterangan :

A = berat kertas saring bersih yang akan dipakai. B = berat kertas saring beserta padatannya.

c. Total Dissolved Solid (TDS)

Pengukuran TDS dilakukan untuk mengukur banyaknya zat padat total dalam contoh uji dalam satuan mg/l. Alat yang digunakan untuk mengukur TDS adalah TDS meter. Metode yang dipergunakan adalah Potensiometri.

Cara kerja:

Alat dihidupkan dengan menekan tombol mode, kemudian set ditekan untuk mencari analisis TDS lalu ditunggu hingga pada layar tertera nilai ppm, kemudian dimasukkan elektrode alat pada sampel yang diukur lalu ditunggu hingga nilai yang tertera pada layar menunjukkan nilai yang stabil / tidak berubah-ubah dalam satuan ppm. Nilai yang tertera pada alat merupakan nilai TDS yang terkandung di dalam sampel yang diukur. Setelah selesai pengukuran eletroda TDS meter

diangkat dan dibilas dengan air suling / aquades lalu dikeringkan dengan tisue. Kemudian alat matikan dengan menekan tombol mode hingga pada layar tidak muncul nilai.

d. Kekeruhan

Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-bahan terlarut di dalam air, misalnya lumpur, alga (ganggang), detritus dan bahan-bahan kotoran lainnya. Sungai yang keruh menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke permukaan air berkurang mengakibatkan menurunnya proses fotosinstesis oleh tumbuhan air sehingga suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan dari proses fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air juga menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air berkurang. Pengukuran kekeruhan air sungai diukur dengan turbidity meter. Pengukuran ini dapat langsung dilakukan di lapangan dan secara otomatis nilai kekeruhannya dapat diketahui dalam satuan NTU (Nephlometer Turbidity Units). Metode yang digunakan adalah visual dengan turbidimeter Hellige. Cara uji adalah dengan membandingkan intensitas cahaya yang melalui contoh air dengan intensitas cahaya yang melalui larutan baku silika. Langkah-langkah pengukuran kekeruhan adalah :

a. Alat turbidimeter dikalibrasi dengan tujuan untuk menjamin tingkat ketelitian dalam pengukuran.

b. Cara pengoperasian alat

1. Ditekan tombol on/off untuk menghidupkan alat, ditunggu hingga layar menyala dan tertera “Rd”.

2. Sampel dimasukkan ke dalam botol sampel kemudian ditutup lalu read ditekan dan ditunggu hingga muncul nilai pada layar, nilai tersebut merupakan nilai kekeruhan sampel.

e. Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk menghantarkan listrik. Daya hantar listrik menunjukkan adanya bahan kimia terlarut seperti NaCl. Konduktivitas air dapat meningkat dengan adanya ion-ion logam berat yang dilepaskan oleh bahan-bahan polutan. Daya hantar listrik dinyatakan sebagai umhos/cm adalah konduktan dari suatu konduktor dengan panjang 1 cm dan mempunyai penampang 1 cm2. Peralatan yang dipergunakan adalah konduktometer. Konduktometer yang digunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara alat dihidupkan kemudian tombol ditekan. Cara kerja untuk pengukuran daya hantar listrik adalah :

a. Kalibrasi alat untu menjamin tingkat ketelitian hasil pengukuran. b. Cara penggunaan

1. Electrode dicelupkan ke dalam wadah yang berisi sampel lalu dilihat pada nilai yang tertera pada alat, ditunggu hingga nilai pada layar stabil.

2. Nilai yang tertera pada layar merupakan nilai sampel. 4.7.2 Parameter Kimia

a. pH

Besarnya angka pH dalam air dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan unsur hara yang bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatis. Kondisi pH air mempunyai peran penting bagi kehidupan

organisme yang ada di dalamnya (Odum, 1996). Alat yang dipergunakan adalah pH meter

Cara Kerja :

Alat dihidupkan dengan menekan tombol on/off, kemudian ditekan Cal hingga muncul insert pH pada layar monitor, selanjutnya elektroda dimasukkan ke larutan buffer pH 7, setelah itu Cal ditekan sampai muncul nilai 7 pada layar monitor. Eletroda diangkat dibilas menggunakan akuades. Langkah selanjutnya Cal ditekan sampai muncul insert buffer pH 4 pada layar monitor, lalu eletroda pH dimasukkan ke dalam larutan buffer pH 4 sampai muncul nilai pH 4 pada layar monitor. Setelah selesai dikalibrasi, alat dapat digunakan dengan cara sebagai berikut : (1) elektroda dimasukkan ke dalam sampel yang akan di ukur (2) kemudian tombol read pada alat ditekan, ditunggu hingga nilai pada alat stabil. Angka yang stabil tersebut merupakan nilai pH pada sampel yang diukur.

b. DO (Dissolved Oxygen)

Pengukuran DO dilakukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam mendegradasi bahan buangan organik secara aerob (Fardiaz, 1992). Metode yang dipergunakan untuk analisis oksigen terlarut di lapangan dan di laboratorium adalah metode titrasi.

Alat dan bahan yang dipergunakan adalah :

- Botol Winkler, pipet tetes, perangkat titrasi, pipet volume

- Iodida alkali (perekasi Winkler), H2SO4pekat, larutan Mangan sulfat/ MnSO4 48 %.Natrium tiosulfat 0,025 N , Indikator amylum 1 %

a. Sebanyak 1 ml MnSO4ditambahkan ke dalam sampel di dalam botol Winkler, lalu dikocok dan ditunggu hingga terbentuk endapan.

b. Sebanyak 1 ml larutan alkali iodida azide ditambahkan. Setiap penambahan pereaksi dihindarkan terjadinya gelembung udara, kemudian dikocok dengan membalik-balikkan botol beberapa kali sampai terbentuk endapan. Jika proses pengendapan sudah sempurna (endapan terjadi kira-kira ½ bagian botol) kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat, yang dialirkan melalui dinding bagian dalam dari leher botol, kemudian ditutup kembali. Selanjutnya dikocok hingga endapan larut. Sebanyak 100 ml sampel tersebut diambil, lalu dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,025 N sampai berwarna coklat muda. Ditambahkan indikator amilum (biru) 1 ml (timbul warna biru). Dititrasi kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru sampai menjadi bening. Dicatat berapa ml Natrium tiosulfat yang dipakai.

Perhitungan :

Kadar oksigen terlarut (DO) dengan titrasi

ml. titran x N thiosulfat x 8000 (ml contoh)

DO (mg/L) = ………..(2)

c. ` BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Pengukuran BOD dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik yang ada dalam air secara aerob, pengukuran BOD dilakukan selama lima hari. Nilai BOD tinggi berarti jumlah bahan buangan yang ada dalam air tinggi (Wardhana, 1995).

Alat : Botol Winkler, pipet tetes, pipet volumetric, Erlenmeyer, buret dan statif Bahan yang dipergunakan dapat dilihat pada pemeriksaan O2(DO)

Cara kerja :

Sebanyak 100 ml sampel air disaring dari lumpur, kemudian diambil 75 ml sampel air yang telah disaring, diencerkan dengan aquadest 100X dan dimasukkan ke dalam 2 botol Winkler. Disimpan dalam keadaan gelap (dibungkus dengan kertas karbon atau plastik hitam) dan ditempat yang gelap. Dicatat suhu air dan jam penyimpanan. Dihitung kadar O2 nya setelah 5 hari kemudian. Terhadap sampel juga dihitung kadar O2 sesaat. Kemudian dicatat kadarnya.

Perhitungan : Kadar BOD (mg/l) = (DO sesaat – DO5) x pengenceran ...(3) d. COD (Chemical Oxygen Demand)

Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui jumlah bahan buangan dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia dengan menggunakan larutan K2Cr2O7. Angka COD biasanya lebih tinggi dari angka BOD karena lebih banyak bahan buangan organik yang dapat dioksidasi secara kimia, selain itu waktu untuk pengukuran COD lebih singkat, hanya 15 menit (Fardiaz, 1992).

Bahan yang diperlukan untuk Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand) adalah sebagai berikut :

Air suling, Larutan pencerna / digestion solution (K2Cr2O7, H2SO4 pekat, HgSO4), pereaksi asam sulfat (Ag2SO4, H2SO4 pekat), asam sulfamat (NH2SO3H), dan larutan standar KHP/Kalium Hidrogen Phtalat (HOOCC6H4COOK).

Pengukuran COD dilakukan dengan menghomogenkan contoh uji, Sebanyak 2,5 ml volume contoh uji dipipet ke dalam tabung yang telah berisi larutan pencerna (1,5 ml) dan larutan pereaksi asam sulfat (3,5 ml), tabung ditutup dan dikocok perlahan sampai homogen, tabung diletakkan pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150oC, dilakukan refluks selama 2 jam. Contoh yang sudah direfluks didinginkan perlahan – lahan sampai suhu ruang, suspensi dibiarkan mengendap dan dipastikan bagian yang diukur benar – benar jernih, contoh diukur pada panjang gelombang 600 nm dengan spektrofotometer DR 2010, absorbansi blanko yang tidak direfluks yang mengandung dikromat diukur, dengan pereaksi air sebagai contoh uji, lalu dilakukan analisis yang sama untuk larutan standar (pembuatan larutan standar menggunakan Kalium Hidrogen Phtalat (KHP) dengan berbagai konsentrasi). Pengukuran COD dilakukan dengan menggunakan larutan blangko dan ferroammoniumsulfat (Alaerts dan Santika, 1994).

4.7.3 Parameter Biologi

Penghitungan Bakteri Golongan Koli (Total coliform) dan Bakteri koli Tinja (Faecal coliform)

Tujuan analisis bakteri golongan koli dan bakteri golongan koli tinja adalah untuk mengetahui adanya pencemaran dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas pada sungai, saluran air minum, tempat pemandian dan sumur. Bakteri golongan koli tinja digunakan sebagai indikator adanya pencemaran air karena bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan manusia atau hewan, dan sisa – sisa pembusukan tumbuhan sehingga apabila diketemukan dalam jumlah

besar memberi petunjuk bahwa air telah mengalami pencemaran, disamping itu karena bakteri golongan koli tinja paling tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan, sehingga apabila bakteri lain sudah mati, bakteri golongan koli tinja masih bertahan hidup. Penggunaan bakteri golongan koli sebagai indikator pencemaran masih perlu dilengkapi dengan analisis bakteri golongan koli tinja, karena sebagian dari spesies golongan koli mempunyai habitat pada tanah sehingga dengan dilakukannya analisis golongan koli tinja dapat menjamin kemantapan hasil analisis.

A. Bakteri Total coliform

Penghitungan jumlah bakteri koliform mengikuti prosedur tabung ganda dilakukan dalam beberapa tingkatan yaitu : pengujian perkiraan, pengujian penegasan dan pengujian lengkap. Pengujian perkiraan merupakan uji pendahuluan untuk menduga apakah di dalam air terdapat bakteri golongan koli. Pengujian perkiraan dinyatakan positif jika terbentuk gas pada tabung peragian, tetapi yang positif pada pengujian ini belum tentu merupakan bakteri golongan koli sebab banyak bakteri lain yang dapat meragikan laktose dengan menghasilkan gas sehingga perlu pengujian lanjutan. Pengujian penegasan dilakukan dengan cara meneruskan pengujian perkiraan yang positif ke dalam media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB), jika dalam media cair ini terbentuk gas berarti dinyatakan positif. Pengujian Lengkap dilakukan dengan tujuan untuk untuk meyakinkan terhadap hasil dari pengujian penegasan. Hasil pengujian tersebut kemudian dapat dilihat pada penentuan MPN (Most Probable Number) (APHA, 1989).

Bahan untuk pemeriksaan bakteri koliform dalam air:

Komposisi medium fermentasi laktosa cair (3 g ekstrak daging, 5 g pepton, 5 g laktosa, NaCl), komposisi medium BGLBB (Brilliant Green Lactose Bille Broth) , 10 g pepton, 3,5 g K2HPO4, 5 g laktosa.

Cara Kerja :

Sebelum pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan pembuatan medium fermentasi laktosa cair dengan mencampur bubuk laktosa dan akuades sampai homogen lalu dipanaskan sampai larut dengan sempurna. Kemudian dilakukan tes pH, setelah itu baru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang di dalamnya berisi tabung durham, sebelum digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit. Medium BGLBB (Brilliant Green Lactose Bile Broth) dibuat dengan mencampur bubuk BGLBB dengan akuades sampai homogen lalu, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit sebelum digunakan (Fardiaz, 1992). a. Tes Pendugaan

Tahapan tes pendugaan dilakukan sebagai berikut:

1. Sampel dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi yang telah diisi media laktose dengan pipet yang steril.

2. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya contoh air dengan media bercampur rata.

3. Diinkubasi pada temperatur 35 º C ± 0,5 º C selama 24 jam. Pengamatan dilakukan terhadap gas yang terbentuk di dalam tabung Durham. Tabung yang

mengandung gas dilanjutkan dengan tes penegasan. Tabung yang tidak mengandung gas dilanjutkan selama 24 jam.

4. Sesudah 24 jam kemudian diamati gas yang dihasilkan. Apabila dalam tabung tidak dihasilkan gas, sampel tersebut dibuang, sedangkan tabung yang menghasilkan gas dilanjutkan dengan tes penegasan.

b. Tes Penegasan

Sampel yang mengandung gas, baik dalam jangka waktu 24 jam maupun dalam jangka waktu 48 jam dilanjutkan dengan tes penegasan, dimana jumlah tabung yang digunakan sesuai dengan jumlah tabung yang menghasilkan gas dalam tes pendugaan. Tahap – tahap tes penegasan sebagai berikut:

1. Tabung yang menghasilkan gas pada tes pendugaan diambil sampelnya sebanyak 2 tetes pipet steril.

2. Sampel ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi media Briilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)

3. Selanjutnya diinkubasi pada tabung reaksi pada temperatur 35º C ± 0,5 ºC selama 24 jam dan dilakukan pengamatan gas yang di dalam tabung Durham. Tabung yang mengandung bakteri golongan koli, untuk monitoring kualitas air cukup dilakukan analisis sampai tes penegasan.

c. Tes Lengkap

Pada tes komplit ini digunakan media padat dan menggunakan cawan petri. 1. Sampel yang diragukan Confirmed Tes diambil dengan loop wire dan

digoreskan ke media agar Endo-C pada cawan Petri.

3. Koloni yang terbentuk setelah 48 jam inkubasi diamati.

4. Bila bentuk yang diamati dengan koloni counter memberikan warna merah jambu berbentuk apaque, pinggir mucoid, tidak berinti, maka hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut adalah positif.

5. Bila masih gagal ( ragu ) dipindahkan sekali lagi ke media Lauril Triptose Broth, diinkubasi lagi pada temperatur 35º C + 0,5 º C selama 48 jam.

6. Pembentukan gas diamati dalam 24 jam bila ada menunjukkan hasil positif. Bila dalam 48 jam baru menghasilkan gas, pemeriksaan diteruskan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram.

d. Perhitungan

Cara penghitungan untuk bakteri golongan koli dan bakteri koli tinja adalah sama. Jumlah tabung yang positif dari pengujian perkiraan, penegasan dan pengujian lengkap pada pengujian bakteri golongan koli prosedur tabung ganda merupakan suatu kombinasi dan dinyatakan dengan istilah MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat ). Apabila sampel diencerkan dalam beberapa desimal, maka perhitungan jumlah golongan bakteri coli sebagai berikut :

10

Volume sampel yang terbesar di tes Tabel JPT x

=

JPT/100 ml ...(4)

Pengenceran yang dilakukan lebih dari 3 seri pengenceran maka perhitungan hasil adalah sebagai berikut :

Jumlah tabung yang positif =

JPT/100 ml ... (5)

ml. sampel dalam tabung yang negatif x ml contoh seluruh tabung

B. Bakteri Faecal coliform

Pemeriksaan dilakukan dengan menaikkan temperratur inkubasi untuk memisahkan bakteri golongan koli tinja (berasal dari usus hewan berdarah panas) dengan bakteri golongan koli yang tidak berasal dari tinja. Cara ini dapat dipakai secara langsung untuk memisahkan bakteri golongan koli dalam air, tetapi harus melalui pengujian perkiraan terlebih dahulu. Pengujian bakteri golongan koli tinja ini dapat digunakan untuk mengetahui pencemaran sungai, sistim pengolahan air buangan, air laut dan air pemandian serta untuk monitoring kualitas air pada umumnya.

Pelaksanaan uji meliputi pengujian perkiraan dan pengujian penegasan yang prosedurnya sama dengan uji jumlah bakteri golongan koli. Terdapat sedikit perbedaan suhu yang dipergunakan pada saat dilakukan pengujian penegasan yaitu temperaturnya tidak 35ºC + 0,5ºC akan tetapi 44ºC + 0,5ºC.

4.7.4 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Data sekunder didapatkan dengan meminta informasi dari intansi terkait seperti : BLH Provinsi Bali, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan, Bappeda Kabupaten Tabanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tabanan.

2. Data primer didapatkan dari observasi lapangan antara lain dengan pengukuran debit pengambilan air sungai, dan kualitas air sungai.

3. Penentuan titik pengambilan kualitas air sungai didasarkan pada pertimbangan kemudahan akses, biaya dan waktu akan tetapi masih tetap dapat mewakili (representatif) yaitu masih mempunyai semua sifat yang sama dengan lokasi penelitian.

Dokumen terkait