• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Waktu Solat Assalamualaikum wr wb

Habib Munzir menjawab

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,

hal itu bukan ada‘an, tapi jama taqdim, anda mesti niat jama taqdim saat shalat dhuhur, boleh saat takbiratul ihram, atau selambat2nya anda niat akan jamak taqdim dhuhur dg asar itu sebelum salam pada shalat dhuhur.

maka anda dhuhur tetap 4 rakaat dan lanjutkan dg asar 2 rakaat (qashr).

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

1. Penentuan Waktu Solat Assalamualaikum wr wb.

Salawat dan salam selalu tercurah kepada Junjungan Kita semua Yaitu Mahluq yang paling Agung dan Mulia Dunia dan Akherat. Muhammad Rasulullah SAW.

Semoga Habib Munzir dalam Perlindungan dan Inayah ALLAH SWT. Habib Saya Mau Bertanya

* Bagaimana menentuka waktu2 Sholat lima waktu tanpa adanya Jam seperti sekarang ini. Dulu jaman Rasulullah dan Sahabat , kemudian Tabiin belum dikenal adanya Jam seperti sekarang, Seperti Sholat Zuhur jam 12 siang, begitu juga solat yg lain. jadi bagaimana mentukan bahwa waktu sudah masuk sholat Subuh dan seterusnya. * Pertanyaan kedua:

Saya Mohon Saran dan petunjuk dari Habib, saya sekarang berumur 38 tahun. saya tidak pernah masuk madrasah atau pesantern .tapi sewaktu saya kuliah di Peguruan tinggi Umum.saya sering ikut Da‘wah Majelis Tabligh dan sering menyampaikan Da‘wah dimasjid masjid. padahal Pemahamna dan kemampuan saya terhadap ajaran islam sanagat terbatas, tapi semangat dan gairah dan kecintaan saya dengan Agama dan Da‘wah Rasulullah sangat tinggi, pada saat ini saya merasa malu dan tidak pantas kalau

disuruh menyampiakan Da;wah atau ceramah. dan saya niat untuk belajar lebih mendalam ttg Risalah Rasulullah, maunya masuk Pesantern tapi kendala saya punya tangung jawab untuknafkah anak dan istri jadi saya masih terikat dengan pekerjaan saya. Bagaimana menurt habib? dan kepada siapan di jakarta ini yg saya harus belajar dengan kondisi seperti ini,saya hobi dan senang menbaca buku agama, tapi sya ingin harus

mempunyai guru.

* Sya ingin belajar mendalami bahasa Arab dan Alquran (Tajwid yang Benar) dimana dan kepadas siapa saya harus belajar.di jakarta ini (saya tinggal di daerah Mampang) Mudah2han petunjuk dan saran dari Habib bisa meberikan kekuatan kepada saya untuk belajar. dan Hasrat dihati saya untuk mendalami Agama bisa terslurkan.

Wasalam

Habib Munzir menjawab

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi hari hari anda dg kebahagiaan, Saudaraku yg kumuliakan,

shalat subuh diketahui dg : terbitnya diakhir malam cahaya lurus vertikal lurus kelangit, namun itu bukan tanda subuh, itu hanya tanda subuh sudah dekat, karena cahaya yg lurus vertikal itu akan sirna, dan akan kembali gelap gulita, kemudian akan muncul garis horizontal yg datar, itulah masuk waktu subuh. shalat dhuhur diketahui dg tergelincirnya matahari dari zawal, zawal adalah titik nol pertengahan siang hari, jika anda menaruh sebuah kayu lurus, lalu bayangan matahari semakin kecil sampai bayangan hilang, jika anda di katulistiwa, jika anda bukan di katulistiwa maka yg jelas bayangan yg terkecil dari timur, nah.. itu disebut zawal, maka ketika mulai muncul bayangan ke barat maka itu tanda masuk waktu dhuhur, waktu dhuhur berlanjut sampai bayangan seseorang atau sesuatu menjadi dua kali lipat, misalnya kayu sepanjang 50cm tegak lurus, maka bayangannya menjadi 100cm, maka itu tanda masuk waktu asar, dan berlanjut hingga matahari hampir terbenam, jika matahari hilang dan muncullah cahaya merah violet dan matahari sdh tiada, itulah waktu magrib, berlanjut tidak lama cahaya muali sirna, itulah akhir waktu magrib. jika sudah gelap gulita sama sekali maka itulah awal waktu isya. jika awan, maka dg perkiraan, jika terbukti salah maka qadha. saran saya anda belajar prifat dg seorang guru yg shalih dan cukup mendalam dalam syariah, maka anda bisa sambil bekerja, prifat seminggu sekali, seminggu dua kali, siang atau malam, anda dapat membantunya dengan sedikit hadiah jasa, dan anda berpengetahuan semakin mendalam Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

1. 97. najis hukmi dan was was assalamualaikum ya habibana..

saya dengar kabar bahwa habibana sedang sakit samapai dirawat di RS?

Ya Allah berikanlah kesembuhan dan kekuatan pada guru kami habib Munzir agar ia senantaiasa dalam keadaan sehat wal afiat dan dapat melanjutkan dakwah dijalanMu ya Rabb.. Bib, saya punya pertanyaan lagi masih seputar najis..

1. Jika najis yang ainnya sudah tidak ada lagi, baik warna, bau dan rasaya sudah tidak ada maka ia kan dihukumi najis hukmi.. nah najis hukmi ini jika terdapat dilanatai, maka apakah ia harus dialirkan air agar suci?

akan sangat merepotkan bib jika kita harus mengalirkan air ke lantai yang saluran pembuangan (lubang pembuangan air) berada agak jauh.. yang ada saya malah akan menambah genangan air yang membanjiri seluruh lantai..

maka selama ini saya berusaha mensucikan lantai yang terkena darah (misalnya), dengan mengelap darah tersebut sampai hilang 3 indikatornya, mengelap dengan lap basah (dengan sumber air mutlak), mengerinkannya lalu mengelap lagi dengan lap basah yang sudah dibilas dengan air mutlak lagi..

apakah sudah benar cara thaharah saya tersebut?

yang jadi pertanyaan saya sebetulnya maksud ―mengalirkan‖ air itu bagaimana? dikucurkan, atau dibasuh/digosok?

2. jika air yang telah dipakai mensucikan najis ain, tentulah mutannajis.. namun jika dipakai untuk mensucikan najis hukmi, yang sama sekalai tidak ada 3 indikator najisnya, lalu air tersebut beberapa tetesannya terciprat pada pakaian kita, apakah termasuk najis yang dimaafkan?

3. Apakah najis hukmi dimaafkan dalam shalat? karena saya pernah membaca, didalam mazhab kita najis yang dima‘fu adalah najis yang tidak terlihat oleh mata kita.. 4. Apakah najis hukmi bisa menular? misalnya lantai yang terkena setetes air mutannajis yang tidak memiliki 3 indikator najis, telah mengering lalu terinjak kaki yang basah? lalu kaki tersebut menginjak sajadah..

apakah sajadah tersebut duhukumi najis??

saat ini saya sedang dilanda rasa was2 yang disebabkan oleh kedangkalan ilmu fikih saya bib..

sungguh, niat saya adalah setulus2nya untuk menjalankan syar‘i yang benar agar amal ibadah saya diridhai Allah..

namun akhir2 ini perasaan was2 ini semakin menghantui saya..

mohon bimbingannya bib..

jazzakullah Wass

Habib Munzir menjawab

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi hari hari anda dg kebahagiaan, Saudaraku yg kumuliakan,

1. caranya, guyurkan air pada tempat tsb maka ia telah suci, dan disapukan air itu kearah pembuangan air sebisanya, maka telah suci dan sisa sisa air itu ma‘fu (dimaafkan). 2. tidak menjadi najis jika tidak diyakini adanya najis, misalnya begini, ada air najis dan ada air suci didepan kita, lalu ada banyak lalat hinggap pada keduanya, dan salah satu lalat menempel ditubuh atau dibaju anda, dan terasa lalat itu basah, maka hukumnya tetap suci selama tidak ada satu dari 3 sifat najis. 3. najis jika diyakini adanya, jika tidak yakin maka ma;fu. 4. jika kering maka tidak menjadi mutanajis, sebagaimana kaidah fiqih Aljaaf bil Jaaf, tohir bilaa khilaaf, yaitu kering bersentuhan dg kering, suci tanpa ada khilaf lagi, misalnya najis kering, bersentuhan dg anggota tubuh atau apapun yg kering pula, maka tidak berpindah najis tsb, dan yg tersentuh tetap suci.

kecuali jika salah satunya basah, maka yg menyentuhnya menjadi mutanajis Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

1.jadi sebaiknya saya menyiram seluruh lantai lalu menyerok/mendorong airnya sampai keluar rumah? karena jika selama ini saya salah dalam cara mengepel lantai rumah, maka saat ini lantai rumah saya pastinya dihukumi mutannajis.. begitukah bib?

Apakah tidak ada cara lain yang lebih ringan bib? seperti menyiram, lalu mengeringkan dengan lap kering samapai airnya terserap lalu mengeringkan lantainya dengan kipas angin? 2.Apakah dalam mazhab kita ada najis yang dimaafkan dalam shalat? seperti najis yang sangat sedikit (darah nyamuk,bisul/jerawat dll), kalau tidak salah dalam ihya ulumuddin Imam Ghazali bahkan meringankan beberapa jenis najis yang sulit dihindari.. fatwa mufti kesultanan Brunei yang bermazhab syafi‘i bahkan meringankan percikan air kencing yang sulit dihindari. Bagaimana ini bib? Sepertinya permasalahan hukum air dan najasah (bab Thaharah), hanya mazhab kita yang paling ketat.. yang saya ketahui, dalam mazhab hanafi bahkan untuk najis basah dimaafkan sampai ukuran setelapak tangan.. sedangkan najis yang mengering

dipakaian sebesar dirham.

ketika saya membaca bab thaharah dalam al majmu syarah al muhadzdzab, saya jadi merasa amat sangat sulit memenuhi kriteria thaharah yang benar dalam mazhab syafi‘i.. padahal saya sangat mencintai syar‘i dalam mazhab ini..

Imam Nawawi bahkan menjelaskan bahwa imam Syafi‘i tidak menganggap sah shalat yang wudhunya membuat ia ragu, bahkan jika diperlukan maka orang yang ragu tersebut harus mandi setiap kali mau melaksanakan shalat sampai ia yakin ia suci. hampir setiap kali buang air kecil saya menjadi paranoid, hati2 sekali dalam beristinja.. namun kadang2 sulit sekali untuk menghindari percikan air istinja yang menetes kedalam toilet lalu terciprat mengenai kaki kita.

sebelum saya mengetahui tentang air tergenang, saya akan dengan tenang menyiram kaki yang terkena percikan sisa istinja itu dan lalu berwudhu..

namun setelah saya membaca dan membaca, ternyata jika setetes percikan dikaki saya itu mutannajis (walaupun warna,bau dan rasanya tidak berubah), maka jika ia menetes kepada genangan air dilantai, maka seluruh lantai yang tergenang air menjadi najis pula.. lalu air untuk wudhu saya yang dari pipa ledeng itu mengalir terus kelantai lalu terciprat kesana kemari, tidak dapat dihindari jika ada yang mengenai tubuh atau pakaian saya.. lalu jika meliat hukum air tergenang, maka akhirnya saya harus mengganti baju dan mandi karena saya tidak dapat memastikan letak yang terkena najis dari tubuh dan pakaian saya (kaidah harus mencuci seluruhnya jika yakin pakaian terkena najis namun tidak jelas letak terkenanya). Karena tidak mungkin saya sholat dengan mencuci baju tersebut (yang sebelumnya saya pakai) karena pastinya masih basah kuyup.

inilah yang sering terjadi pada saya sehingga saya bisa sampai 3 kali ganti baju dalam satu hari hanya karena percikan air mutannajis.

lalu air yang tergenang dilantai itu bib, apa memang sudah benar pendapat saya seperti diatas?

lalu kaidah: kering bertemu kering = tidak tertular najis, basah bertemu basah = tertular najis.. jika lembab bagaimana bib? karena sering sekali kaki saya sudah saya keset dengan handuk, namun untuk menjadi benar2 kering agak sulit. lalu kaki saya itu menginjak lantai yang terdapat najis hukmi yang sudah kering (dari tetesan air mencuci pakaian yang terkena najis, namun warna, bau dan rasanya tidak berubah dari air mutlak). apakah kaki saya menjadi mutanajis? itulah sekelumit keadaan saya dari yang saya pusingkan setiap hari.. saya merasa kehilangan kekhusyukan dalam sholat2 saya akhir2 ini, padahal pada awalnya niat saya adalah menuju kepada kesempurnaan shalat. Namun pada akhirnya hakikatnya tidak tercapai, malah saya semakin was-was.

saya sudah mengamalkan pengusir was-was dari syaitan dari hadits riwayat imam bukhary, berta‘awuz lalu meniup kekiri 3x, berdzikir dengan asma ya hayyul ya qayyum..

namun saya merasa ini asalnya bukan dari syaitan lagi, melainkan kecetekan saya dalam ilmu fiqh.. Wallahu alam..

lalu mengenai najis hukmi bib, bolehkah saya ambil pendapat para ulama yang menyatakan air yang dipakai untuk mensucikan najis hukmi dihukumi musta‘mal saja, bukan mutannajis? karena dengan begitu saya dapat

lebih mudah dalam perihal bersuci.

saya sering menangis karena hal2 ini bib..

saya ingin dekat dengan Allah Azza Wa jalla.. saya ingin memperbanyak ibadah..

saya tidak ingin kebodohan saya dalam fiqh thaharah menghambat saya dalam beramal.. mohon maaf kalau saya malah jadi curhat..

mohon jawaban penenangan jiwa dari habib..

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,

1. lantai rumah anda sudah suci, diguyur saja lalu disingkirkan airnya dan selesai, tidak usah terlalu was was saudaraku, berbuatlah semampunya, sisanya mohon maaflah pada Allah swt. 2. dalam shalat najis dimaafkan, jika mengalir darah sekalipun tetap shalat tidak batal, asal jangan berpindah/menetes ke anggota tubuh lain, misal darah di kepala, lalu mengalir terus sampai ke kaki, tetap shalatnya tidak batal, yg membatalkan shalat adalah jika darahnya berpindah, misalnya dari wajah ke dagu, lalu menetes ketangan, maka batal shalatnya, jika mengalir tanpa menetes maka tidak membatalkan shalat.

jika darah itu belum sebesar uang dirham maka dimaafkan, demikian dalam madzhab syafii, justru saudaraku madzhab syafii adalah madzhab yg paling ringan, sebagaimana madzhab hanafi harus berwudhu dari air yg memancur, tidak sah wudhu dari bak sebagaimana madzhab syafii.

saudaraku, yg dimaksud di majmu. nawawi itu adalah jika ia ragu sudah wudhu atau belum?, maka wajib wudhu, namun jika ia sudah wudhu dan ragu apakah sudah batal atau belum maka tidak batal wudhunya. anda tak perlu was was dengan air itu, air yg tidak jelas apakah ada najisnya atau tidak maka hukumnya suci, jika ternyata ada najisnya maka ma‘fu, kecuali anda temukan sifat satu dari 3 sifat najis tsb, maka baru hukumnya mutanajis.

jika lembab saja tanpa basah maka tetap suci. saudaraku, Rasul saw bersabda : Agama ini mudah, siapa yg mempersulitnya maka ia akan dipersulit oleh

agamanya sendiri. (Shahih Bukhari).

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

alhamdulillah.. saya jadi sedikit tenang membaca jawaban habibana..

jadi tetesan air yang telah mengalir diatas najis pun harus diyakini dulu kemutanajisannya (dalam artian benar2 tercampur dengan najis / berubah 3 sifatnya), baru dapat dihukumi mutanajis? jika benar, maka was2 saya hilang seketika..

lalu 1 pertanyaan lagi bib, jika satu tetes air yang kita yakini sebagai air mutananjis (walaupun tidak ada 3 sifat kenajisannya), lalu menetes ke ember yang berisi air sedikit (kurang dari 2 qullah) maka seluruh air di ember tersebut mutlak tertular kenajisannya?

lalu apakah ember tersebut harus dibilas dengan air mengalir dari kran/ledeng? atau cukup disiram dengan gayung, lalu menggosok2nya?

itulah bib, saya ini seorang hamba Allah SWT yang fakir, cetek ilmu, namun senantiasa ingin berada diatas sunnah Rasulullah SAW..

hanya modal membaca buku, masih sangat perlu bimbingan dari seorang guru yang fasih seperti habibana Munzir Almusawa..

Terimakasih banyak Bib.. Sungguh banyak sekali ilmu yang saya dapat langsung dari jawaban2 habib.. Semoga Allah SWT membalas segala amal baik Habib, melimpahkan rahmat dan kasih sayangNya pada Habib dan keluarga.

Jazzakullah.. Wass

Habib Munzir menjawab

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi hari hari anda dg kebahagiaan, Saudaraku yg kumuliakan,

was was adalah dosa, tinggalkanlah was was anda, Yang Maha Mengampuni tak akan menyusahkan hamba Nya, saudaraku saran saya mundurlah dari segala keraguan tsb, ada hal hal besar pada diri kita yg menanti untuk pembenahan, seperti khusyu nya shalat, sempurnanya puasa, maka tenanglah dan sejuklah saudaraku

dari kerisauan anda.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

1. 98. shalat dan khutbah hari raya Assalam‘alaikum wrwb.

Semoga habib munzir dan keluarga selalu dalam keadaan sehat. Saya ingin menanyakan ttg hukum ttg shalah hari raya, walau idul adha baru saja lewat. 1. Apa saja syarat dan rukun khutbah hari raya menurut madzab syafii. Dibandingkan dgn shalat dan khutbah jum‘at, apa bedanya? Misal harus takbir sekian kali, dsb. 2. Apakah khutbah hari raya termasuk rukun ibadah, sebagaimana jumat. Dan apakah juga harus 2 (dua) kali

sebagaimana Jumat?

3. Apakah takbir (7 kali dan 5 kali) di dalam shalat hari termasuk rukun? Demikian juga takbir di dalam

khutbah, apakah rukun juga.

4. Di hari raya kemarin, ada info seorang khotib khutbah hanya sekali (tidak ada duduk di antara dua khutbah), dan tidak (atau jarang) mengumandangkan takbir. Bagaimanakah ini, batalkah khutbahnya? Sempurnakah

Terima kasih habib. Mohon dijelaskan, syukur2 ada rujukan kitabnya. Saya kira ada org2 yg tak tahu mengenai hal ini, termasuk saya yg fakir ilmu ini. Semoga habib munzir selalu dalam keadaan sehat, sukses dalam berdakwah. Semoga dakwah majelis rasulullah selalu dijayakan Allah swt sampai akhir zaman. Amien. Salam rindu yaa habibana.. doakan kami agar cepat pulang. Amien.

Habib Munzir menjawab

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Anugerah dan Cahaya Rahmat Nya semoga selalu menerangi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,

1. mengenai khutbah ied, rukunnya adalah rukun khutbah jumat, mengenai takbirnya adalah sunnah, demikian

dalam madzhab syafii.

2. shalat idul adha hukumnya sunnah muakkadah, demikian pendapat terkuat dalam madzhab syafii

mengenai khutbah Ied dan Khutbah Jumat, telah disepakati seluruh madzhab mestilah dua khutbah, dan itu merujuk pada hadits shahih riwayat Imam Bukhari dll. 3. keduanya adalah sunnah, dan jika ditinggalkan tidak disunnahkan sujud sahwi 4. Takbir sunnah saja, namun khutbahnya tidak sah, namun shalat iednya sah rujukan dari segenap kitab madzhab syafii diantaranya Syarah Baijuri, Yaqutunnafis, AL Majmu‘ dll. salam rindu tuk anda di Thailand,

semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

1. 99. sholat tobat assaalamualaikum wr wb

habib muzir yg saya hormati gmn hukum sholat tobat setiap hari?

karna ana merasa tiap hari ada aza kesalahan

terima kasih sebelum nya wassalamualaiku wr wb

Habib Munzir menjawab

Anugerah dan Cahaya Rahmat Nya semoga selalu menerangi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,

hal itu diperbolehkan, dan sangat mulia, sebagaimana Rasul saw bertobat pada Allah lebih dari 70X, dan ada para shalihin yg berdoa pada Allah agar Allah jadikan setiap nafasnya adalah tobat,

maka tidak menjadi larangan, bahkan baik jika melakukan shalat taubat setiap hari.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a‘lam

Related Po

diambil dari:

http://farid.zainalfuadi.net/99-tanya-jawab-dengan-habib-munzir-seputar-sholat/