• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL DALAM

D. Penerapan Doktrin Piercing The Corporate Veil pada

Perseroan Terbatas

Penerapann dalam hukum perseroan, doktrin piercing the cor- porate veil ini berarti bahwa hukum tidak memberlakukan prinsip keterpisahan tanggung jawab dan harta kekayaan badan hukum dengan pemegang sahamnya, walaupun secara de jure seluruh persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu perseroan untuk dapat menjadi suatu badan hukum telah sempurna dilakukan.Ca- dar yang membatasi badan hukum dengan pemegang sahamnya dapat dikoyak. Dengan demikian ada kemungkinan pemegang saham dalam hal-hal tertentu ikut bertanggungjawab sampai ke- pada harta pribadinya atas tindakan yang dilakukan oleh dan atas nama perseroan itu sendiri.

I.G. Rai Widjajamengatakan bahwa “tanggung jawab terbatas dari pemegang saham bisa hapus atau hilang dalam hal-hal ter- tentu”. Hal-hal tertentu tersebut maksudnya antara lain apabila terbukti “terjadi pembauran harta kekayaan pribadi pemegang saham dengan harta kekayaan perseroan, sehingga perusahaan didirikan semata- mata sebagai alat yang dipergunakan oleh pe- megang saham untuk memenuhi tujuan pribadinya”. 100

Menurut Chatamarrasjid:

“Apabila terbukti bahwa terjadi pembauran harta ke- kayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan, sehingga perseroan didirikan semata-mata sebagai alat yang dipergunakan pemegang saham un- tuk memenuhi tujuan pribadinya, maka dalam keadaan demikian para pemegang saham, direksi dan komisaris yang telah melakukan perbuatan tersebut, berdasarkan 100 IG Ray Widjaja, Op-Cit, hal. 145.

prinsip piercing the corporate veil harus bertanggungjawab dengan harta pribadinya dan atau bertanggungjawab pribadinya sendiri, baik pidana maupun perdata.”101 Menurut I.G. Rai Widjaja, terjadinya piercing the corporate veil

atau lifting the veil adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.

2. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung mau- pun tidak langsung dengan itikad buruk (tekwaadetrouw atau bad faith) memanfaatkan perseroan semata-mata un- tuk kepentingan pribadi.

3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam per- buatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, atau

4. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum meng- gunakan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan (Pasal 3 ayat (2) UUPT 2007). 102 Dengan demikian pemegang saham “dalam keadaan terten- tu” bisa saja kehilangan “kekebalan” atas tanggung jawab terba- tasnya, atau dengan kata lain ia harus bertanggungjawab penuh secara pribadi. Beberapa hal yang terhadapnya dapat diterapkan doktrin piercing the corporate veiladalah :

1. Permodalan yang tidak layak;

2. Penggunaan dana perusahaan secara pribadi; 3. Ketiadaan formalitas eksistensi perusahaan;

4. Adanya unsur-unsur penipuan dengan cara menyalahgu- nakan badan hukum.103

Hubungannya dengan tanggung jawab perusahaan holding (holding company), doktrin piercing the corporate veil melihat tang- gung jawab perusahaan holding tersebut dari 2 (dua) sisi yaitu:

101 Ais Chatamarrasjid, Op-Cit, hal. 40. 102 IG Ray Widjaja, Op-Cit, hal. 35. 103 Munir Fuady, Op-Cit, hal. 61-62.

1. Tanggung jawab perusahaan pengontrol sebagai induk perusahaan dalam suatu kelompok usaha; dan

2. Tanggung jawab perusahaan holding sebagai pemegang saham.104

Dengan menerapkan doktrin piercing the corporate veil, tang- gung jawab perusahaan holding sebagai induk perusahaan dalam suatu kelompok usaha, dapat terjadi terhadap 3 (tiga) hal yaitu jika terdapat fakta-fakta yang menyesatkan, jika terjadi penipuan/ ketidakadilan, dan jika bertujuan untuk melindungi pemegang sa- ham minoritas.

1. Fakta-fakta yang menyesatkan

Perusahaan holding akan bertanggungjawab terhadap anak perusahaan jika terdapat fakta-fakta yang menyesatkan pihak lain. Fakta-fakta menyesatkan ini berupa kegagalan dalam memisahkan secara nyata apakah suatu peristiwa itu disebabkan oleh tindakan anak perusahaan atau induk pe- rusahaan.Misalnya apabila ada percampuran antara usaha bisnis, pegawai atau asset perusahaan holding dengan anak perusahaan.

2. Penipuan atau ketidakadilan

Jika terdapat penipuan atau ketidakadilan dalam hubu- ngan dengan peran perusahaan holding, maka doktrin pier- cing the corporate veil selayaknya diberlakukan, sehingga peru- sahaan holding harus mempertanggung-jawabkan perbuatan yang menguntungkannya yang dilakukan secara tidak layak oleh anak perusahaannya.

3. Perlindungan pemegang saham minoritas

Untuk melindungi pemegang saham minoritas dari ke- sewenangan para pemegang saham mayoritas, doktrin pier- cing the corporate veil dalam hal-hal tertentu layak diberlaku- kan. Misalnya jika terjadi transfer keuntungan yang diperoleh anak perusahaan kepada perusahaan holding atau kepada anak perusahaan lainnya.105

104 Ibid, hal. 83. 105 Ibid, hal. 64.

Doktrin piercing the corporate veil, selain diterapkan khusus ter- hadap perusahaan holding, diterapkan juga terhadap setiap para pemegang saham dari suatu perusahaan, apakah pemegang sa- ham tersebut merupakan suatu badan hukum atau bukan. Tetapi penerapannya terhadap pemegang saham seperti itu sulit diber- lakukan jika pemegang sahamnya adalah investor publik pada suatu perusahaan publik. Satu dan lain hal mengingat status dari pemegang saham publik hanya sebagai investor semata-mata. Jadi bukan sebagai pemilik perusahaan dalam arti yang sebenarnya. Dengan demikian hubungan antara pemegang saham publik de- ngan perusahaan tersebut relatif renggang.

Penerapan doktrin piercing the corporate veil terhadap para pe- megang saham setidak-tidaknya dapat dilakukan dalam 4 (empat) hal, yaitu ”jika tidak diikutinya formalitas tertentu, jika badan-

badan hukum terpisah hanya secara artifisial, jika ada hubungan

kontraktual, dan jika ada perbuatan melawan hukum atau tindak pidana”.106

1. Piercing the corporate veil tidak mengikuti formalitas tertentu Dimaksudkan adalah tidak mengikuti formalitas tertentu yang seharusnya dilakukan sebagai suatu perusahaan dimana sasaran dari doktrin piercing the corporate veil bukan hanya me- lindungi para pihak atau pihak ketiga, tetapi lebih merupakan sanksi agar formalitas tertentu dari perusahaan diikuti dalam praktek. Konsekuensi yuridisnya adalah bahwa untuk dapat menerapkan doktrin piercing the corporate veil dalam kasus seperti ini, tidak diperlukan pembuktian tentang ada atau tidaknya misleading atau kebingungan terhadap pembuktian pihak ketiga

Di antara formalitas dalam perusahaan yang tidak dite- rapkan doktrin piercing the corporate veil adalah:

a. Tidak tuntasnya formalitas dalam proses pendirian usaha; b. Tidak melaksanakan pemilihan board, rapat-rapat dan se-

bagainya;

c. Gagal dalam pengkontribusian modal/pengisian saham; 106 Ibid.

d. Pemegang saham terlalu banyak mencampuri bisnis peru- sahaan/pengambilan keputusan bisnis;

e. Kegiatan pribadi dengan kegiatan perusahaan di campur aduk seperti adanya pinjaman (loan) yang informal.107

2. Piercing the corporate veil terhadap badan-badan hukum yang

terpisah secara artifisial

Keadaan yang sebenarnya terjadi adalah terdapatnya suatu business entity tunggal, tetapi dapat dibagi-bagi ke da-

lam beberapa badan hukum yang terpisah secara artifisial.

Misalnya walaupun terdapat beberapa perusahaan yang sa- ling berhubungan, tetapi bisnis dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga tidak ubahnya seperti dilakukan oleh satu unit perusahaan saja. Dalam kasus seperti ini pemberlakuan prin- sip piercing thecorporate veil akan cenderung membebankan tanggung jawab hukum kepada seluruh business entity terse- but, bukan terhadap pemegang saham secara pribadi.

3. Piercing the corporate veil berdasarkan hubungan kontrak Apabila suatu perusahaan terlibat secara kontraktual de- ngan pihak ketiga, doktrin piercing the corporate veil dapat diterapkan, yaitu dalam hal terjadinya “keadaan tidak lazim”

dari aktifitas suatu perusahaan sehingga tanggung jawab

yuridisnya seharusnya dibebankan kepada para pemegang saham. Tanpa kehadiran elemen “keadaan tidak lazim”, maka akan sulit bagi pihak ketiga untuk menarik pihak pemegang saham untuk bertanggungjawab yuridis secara pribadi ber- landaskan prinsip piercing the corporate veil. Hal ini disebabkan pihak ketiga yang mempunyai hubungan kontraktual tersebut dapat dianggap telah “mengasumsi resiko” ketika melakukan transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan.

Keadaan tidak lazim dimaksud dapat terjadi dalam hal- hal sebagai berikut:

a. Diperdaya untuk bertransaksi dengan pihak ketiga; b. Tindakan bisnis pemegang saham membingungkan, yaitu

tentang/atau atas nama pribadi apakah sektor keuangan- nya dilakukan untuk danatau perusahaan. Misalnya tran- saksi perusahaan selalu dibayar dengan cek pribadi; c. Permodalan perusahaan tidak dinyatakan dengan benar; d. Adanya jaminan pribadi dari pemegang saham;

e. Perusahaan dioperasikan tidak dengan cara-cara normal, misalnya sama sekali tidak pernah membuat untung se- bagaimana mestinya, atau semua dana perusahaan disedot oleh pemegang saham tanpa melihat kepentingan perusahaan.108

4. Piercing the corporate veil atas dasar perbuatan melawan hu- kum atau tindak pidana

Jika perbuatan melawan hukum (tort) terjadi, walaupun dilakukan oleh pemegang saham seharusnya tetap perusa- haan, sampai batas-batas tertentu bertanggungjawab ber- dasarkan doktrin piercing the corporate veil. Hal ini dapat terjadi misalnya dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Jika perusahaan berbisnis dengan skala besar sementara modalnya sangat kecil;

b. Jika perusahaan dibentuk khusus untuk melakukan hal- hal yang berbahaya, misalnya untuk melakukan ledakan- ledakan tertentu.109

5. Piercing the corporate veil dalam hubungan holding company dan anak perusahaan.

Beberapa kasus di Amerika, untuk dapat menerapkan doktrin piercingthe corporate veil, sehingga terhadap suatu pe- rusahaan atau seseorang dapat dimintakan tanggungjawab-

108 Ibid, hal. 66. 109 Ibid.

nya dengan menerapkan prinsip Instrumentality Rule, yaitu apabila terdapat salah satu di antara unsur-unsur sebagai berikut:

a. Express Agency, atau

b. Estoppel, atau

c. Direct Tort, atau

d. Dapat dibuktikan adanya 3 (tiga) unsur berikut:

- Pengontrolan anak perusahaan oleh perusahaan induk;

- Penggunaan kontrol oleh perusahaan untuk melaku- kan kecurangan (fraud), ketidakjujuran, dan tindakan tidak fair lainnya;

- Adanya kerugian yang disebabkan (proximate causa- tion) oleh breachof duty dari perusahaan pengontrol.110 Masih dalam hubungan dengan grup perusahaan, pene- rapan piercing thecorporate veil menurut Munir Fuady dapat dilakukan misalnya, dalam kasus-kasus sebagai berikut:111 a. Adanya fakta-fakta yang menyesatkan

Jika terdapat fakta-fakta yang menyesatkan yang ada hubungannya dengan perusahaan holding dengan anak perusahaannya, maka walaupun suatu perbuatan hukum dilakukan oleh anak perusahaan, ada kemungkinan peru- sahaan holdingnya ikut dimintakan tanggung jawabnya secara hukum berdasarkan teori piercing the corporate veil. Fakta yang menyesatkan adalah ketidaktegasan antara kegiatan yang dilakukan oleh induk perusahaan dengan kegiatan yang dilakukan dengan anak perusahaan. Con- toh dari tindakan/fakta hal adanya percampuradukan antara usaha bisnis, pegawai atau asset dari perusahaan holding dengan anak perusahaan.

110 Ibid.

b. Terjadinya penipuan dan ketidakadilan

Jika terjadi penipuan atau ketidakadilan yang dilaku- kan oleh anak perusahaan maka perusahaan holding juga dapat dimintakan tanggung jawabnya berdasarkan dok- trin piercing thecorporate veil. sehingga menguntungkan perusahaan holding,

c. Untuk melindungi pemegang saham minoritas

Jika Hubungan dengan perusahaan holding, sangat mungkin dilakukan tindakan-tindakan yang berakibat timbulnya kerugian bagi pemegang saham minoritas. Untuk pihak pemegang saham minoritas perlu diberikan perlindungan hukum, yang dalam hal ini dilakukan de- ngan menerapkan teori piercing the corporate veil, yaitu de- ngan memintakan juga pertanggungjawaban dari pihak perusahaan holding. Misalnya tindakan yang dari pihak merugikan pihak pemegang saham minoritas adalah jika terjadi transfer keuntungan yang diperoleh anak perusa- haan kepada perusahaan holding atau kepada anak peru- sahaan lainnya.

Selain 3 (tiga) hal tersebut diatas, beberapa fakta yang dapat dicurigai sehingga dapat menyebabkan pember- lakukan teori piercing the corporateveil terhadap perusa- haan holding, adalah sebagai berikut :

1.) Perusahaan holding dan anak perusahaan mempu- nyai pengurus, komisaris dan pegawai yang sama; 2.) Anak perusahaan mempunyai modal yang sangat ke-

cil;

3.) Perusahaan holding membayar gaji, upah, kerugian dan pengeluaran lainnya dari anak perusahaan; 4.) Perusahaan holding memiliki seluruh atau hampir

seluruh saham anak perusahaan;

5.) Perusahaan holding membiayai anak perusahaan; 6.) Anak perusahaan mempunyai bisnis hanya dengan

7.) Anak perusahaan tidak mempunyai asset lain kecuali asset yang dialihkan dari perusahaan holding;

8.) Perusahaan holding menggunakan asset anak perusa- haan seperti assetnya sendiri;

Pihak eksekutif anak perusahaan lebih memperhatikan ke- pentingan perusahaan holding daripada kepentingan anak peru- sahaan terhadap perusahaan holding atas perbuatan yang dilaku- kan oleh anak perusahaannya