BAB II TINJAUAN LITERATUR
E. Penerapan Literasi Informasi Dosen dalam Proses
Dalam salah satu pilar pendidikan yang disarankan oleh UNESCO dinyatakan bahwa proses pembelajaran harus mempu mengajarkan pada para peserta didik “Learning How to Learn” (belajar bagaimana cara untuk belajar). Belajar bagaimana cara untuk belajar, yaitu mengajarkan cara belajar yang mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi (metode inquiry) dengan cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal para peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam. Dengan konsep tersebut maka peserta didik akan lebih menjadi aktif belajar untuk mencari dan menggali informasi dari berbagai sumber termasuk salah satunya ialah di perpustakaan.
Pengajaran merupakan salah satu tindakan yang bertujuan untuk membawa perubahan dari segi kepercayaan, nilai, dan makna. Beliau juga berpendapat bahwa pengajaran merupakan salah satu kegiatan intelektual yang melibatkan pemikiran, perasaan, dan penilaian. Misalnya, interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Pembelajaran pula adalah proses mendapatkan pengetahuan serta pembentukan sikap yang lebih baik. Proses pembelajaran berlaku sepanjang hayat bagi setiap manusia. Perilaku pembelajaran bertempat dimana saja dan sepanjang masa. Pembelajaran akan membawa kepada perubahan seseorang.
Pada proses perkuliahan, hubungan yang erat antara dosen dan mahasiswa merupakan hal yang sentral. Kemampuan untuk belajar dan meneliti sendiri secara mandiri adalah kunci
19
Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999)., h. 33
pertumbuhan perorangan yang akan terus berlanjut, maka kemampuan ini akan muncul setelah terjadi interaksi beberapa waktu dengan dosen.
Pengertian dasar pembelajaran adalah proses di mana seseorang berubah sesuai dengan caranya tanpa dipengaruhi oleh keturunannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada sebagian atau semua indra manusia, dimensi-dimensi pikiran, perasaan, keinginan, atau tindakan.20
Dimensi instrumental pendidikan merujuk pada fungsi pendidikan sebagai instrumen kehidupan yang selalu bergerak maju secara sangat cepat. Dalam kaitan ini, hasil belajar yang salah satu sisinya ditampilkan dalam penguasaan bahan ajar, pada sisi lain dituntut memiliki kepribadian yang tanggap terhadap perubahan dan perkembangan iptek21. Manakala representasi penguasaan bahan ajar secara individual, ditampilkan dalam bentuk adanya kemampuan menjadi pendidik bangsa memiliki orientasi hidup ke masa yang akan datang, responsif terhadap gagasan pembaharuan serta ketakwaan pada Allah Yang Maha Esa dan kecintaan pada orang tua, rakyat dan negara.22
Indikator dari hasil belajar dari sisi kepribadian sebagaimana diungkapkan di atas, pada dasarnya sejalan dan merupakan esensi tujuan pendidikan nasional bagi pendidikan keguruan. Pada keluasan identitas manusia berkualitas hasil didikan tersebut, dalam penelitian ini hasil belajar mahasiswa akan difokuskan pada ciri-ciri yang berkaitan dengan kreatifitas, penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial (social adjustment) dan rasa percaya diri.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 Tentang Dosen, disebutkan guna mencerahkan masyarakat para pengajar harus mentransfer ilmu pengetahuan pada masyarakat. Tugas utama dosen tersebut adalah melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 (dua belas) sks dan paling
20
Sudiyono., Strategi pembelajaran partisipatori di Perguruan Tinggi. (Uin-Malang Press, 2006), h. 21
21
Sanusi uwes., Manajemen Pengembangan Mutu dosen. (jakarta, logos wacana ilmu, 1999) h. 60
22
ibid., h.63
banyak 15 (enam belas) sks pada setiap semester sesuai dengan kualifikasi akademiknya dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Melaksanakan perkuliahan atau tutorial dan menguji serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dilaboratorium, praktik keguruan, praktik bengkel, studi kebun percobaan, teknologi pengajaran.
2. Membimbing seminar mahasiswa.
3. Memimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN), praktik kerja nyata (PKN), praktik kerja lapangan (PKL).
4. Membimbing tugas akhir penelitian mahasiswa termasuk membimbing, pembuatan laporan hasil penelitian tugas akhir.
5. Penguji pada ujian akhir.
6. Membina kegiatan mahasiswa dibidang akademik dan kemahasiswaan. 7. Mengembangkan program perkuliahan.
8. Mengembangkan bahan pengajaran. 9. Menyampaikan orasi ilmiah.
10. Membina kegiatan mahasiswa dibidang akademik dan kemanusiaan.
Tugas melakukan penelitian merupakan tugas di bidang penelitian dan pengembangan karya ilmiah dapat berupa:
1. Menghasilkan karya penelitian.
2. Menterjemahkan atau menyadur buku ilmiah. 3. Mengedit atau menyunting karya ilmiah. 4. Membuat rancangan dan karya teknologi. 5. Membuat rancangan karya seni.
1. Menduduki jabatan pimpinan dalam lembaga pemerintahan atau pejabat negara sehingga harus dibebaskan dari jabatan organiknya.
2. Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat.
3. Memberi latihan, penyuluhan, serta penataran pada masyarakat.
4. Memberi pelayanan pada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan.
5. Membuat atau menulis karya pengabdian pada masyarakat.23
Berdasarkan dari pemaparan diatas adalah bahwa setiap pengajar harus dapat berusaha melaksanakan kewajibannya yakni, mengajar berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan disamping melakukan tugas penelitiannya.
Desain perkuliahan merupakan semua bentuk rancangan atau persiapan tertulis yang dibutuhkan bagi pelaksanaan perkuliahan. Perkuliahan seperti halnya kurikulum meliputi tiga komponen, yaitu desain atau rancangan, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi. Desain perkuliahan merupakan bentuk mikro dari desain kurikulum. Kalau desain kurikulum mencakup rancangan, implementasi mencakup semua jenis dan bentuk perkuliahan, hanya berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran kurikuler, dan korikuler (jika ada). Evaluasi kurikulum mencakup semua evaluasi semua komponen kurikulum: desain, implementasi, faktor penunjang dan hasil semua matakuliah, sedangkan evaluasi perkuliahan hanya mengevaluasi proses dan hasil perkuliahan masing-masing mata kuliah. Di perguruan tinggi sejak lama telah digunakan model silabi perkuliahan mulai tahun 1975 untuk rincian desain yang disebut Satuan Acara Perkuliahan (SAP).
Silabus merupakan salah satu bentuk kurikulum, boleh disebut kurikulum mikro, jabaran dari kurikulum lengkap yang bersifat makro. Secara umum silabus berisi rumusan
23
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010)., h. 5-6
tentang komponen-komponen tujuan, bahan, proses pembelajaran termasuk penggunaan media-sumber, tugas-latihan, dan evaluasi pembelajaran. Silabus menggunakan bentuk format desain susunan komponen-komponen pembelajaran tersebut vertikal berurutan kebawah. Isi silabus mulai dari identitas matakuliah, tujuan, bahan ajar, proses perkuliahan yang terdiri atas pendekatan dan metode pembelajaran, media, dan sumber belajar, tugas- tugas dan latihan, serta penilaian hasil belajar. Silabus merupakan desain pembelajaran untuk satu matakuliah dalam kurun waktu satu semester.24
Mahasiswa adalah subjek dan pelaku dari kegiatan perkuliahan. Melalui kegiatan belajar ini potensi-potensi, kecakapan dan karakteristik mahasiswa dikembangkan. Kemampuan mahasiswa merupakan hal-hal yang kompleks, selain terkait dengan jenis dan variasi tingkatan kemampuan yang dimiliki para mahasiswa, tetapi juga dengan tahap perkembangan, status, pengalaman belajar, serta berbagai faktor seperti teknologi yang melatarbelakanginya. Agar para mahasiswa dapat mengembangkan semua potensi, kecakapan dan karakteristiknya secara optimal, dibutuhkan pendekatan, model, dan metode perkuliahan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan mahasiswa tersebut.
Tugas utama dari perguruan tinggi ialah mempromosikan penggunaan teknologi informasi guna meningkatkan information literacy masyarakat. Istilah information literacy sering dikaitkan dengan information competency, yaitu seseorang dalam mendayagunakan informasi yang diperolehnya untuk meningkatkan kinerja aktivitas sehari-hari. Lalu pada kenyataannya, keberhasilan pemerintah dalam keberhasilan mengakselerasi pertumbuhan ekonominya tidak terlepas dari usaha segenap praktisi industri dan akademisi dalam meningkatkan information literacy dari masyarakat negara terkait. Oleh karena itu ketika teknologi informasi dan komunikasi diperkenalkan maka kemampuan dalam menggunakan perangkat teknologi dikenal sebagai e-literacy. Indonesia adalah salah satu negara yang
24
Dr. Nana Syaodih., kurikulum & pembelajaran kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama)., h. 87-88
masih dianggap memiliki permasalahan digital divide (kesenjangan digital) terancam semakin diasingkan dan ditinggalkan oleh negara lainnya jika tingkat e-literacy-nya masih rendah. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan strategi jitu paling tidak untuk meningkatkan e-literacy masyarakatnya.25