• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Literasi Informasi Dosen Menelusur Informasi Untuk Menunjang Kompetensi Dalam Pengajaran Di STIE Bina Bangsa Serang-Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Literasi Informasi Dosen Menelusur Informasi Untuk Menunjang Kompetensi Dalam Pengajaran Di STIE Bina Bangsa Serang-Banten"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI DOSEN MENELUSUR INFORMASI UNTUK MENUNJANG KOMPETENSI DALAM PENGAJARAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BINA BANGSA SERANG-BANTEN

oleh:

ALDRI SULAIMAN LATIEF

NIM : 1110025000077

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Nama : Aldri Sulaiman Latief NIM : 1110025000077

Judul Skripsi : Kemampuan Literasi Informasi Dosen Menelusur Informasi Untuk Menunjang Kompetensi Dalam Pengajaran Di STIE Bina Bangsa Serang-Banten

Ujian Skripsi : 01 Juli 2016

Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 01 Juli 2016

Tanda Tangan Tanggal

1. Ketua Sidang : Pungki Purnomo, MLIS ... ... 19641215 199903 1 005

2. Seketaris Sidang : Mukmin Suprayogi, M.Si ... ... 19620301 199903 1 001

3. Pembimbing : Alfida, MLIS ... ... 19710215 199903 2 001

4. Penguji I : Muh. Azwar Muin, M.Hum ... ...

5. Penguji II : Erika , M.Hum ... ...

(6)

ABSTRAK

Aldri Sulaiman Latief (1110025000077). Kemampuan Literasi Informasi Dosen Menelusur Informasi Untuk Menunjang Kompetensi Dalam Pengajaran Di STIE Bina Bangsa Serang-Banten. Di bawah bimbingan Alfida, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui literasi informasi dosen di STIE Bina Bangsa dalam kemampuan menelusur informasi, (2) untuk mengetahui penerapan literasi informasi pada proses pengajaran oleh dosen STIE Bina Bangsa dalam menunjang kompetensi profesionalismenya. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan kajian pustaka. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa literasi informasi dosen harus terus dikembangkan. Dari aspek kesadaran akan kebutuhan informasi dosen STIE Bina Bangsa sudah baik. Hal ini dikarenakan mereka menyesuaikan antara peran yang mereka jalani sebagai dosen dan terus mengembangakan diri dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Dari segi penelusuran informasi, kemampuan informan masih dalam tahap pengembangan. Perkembangan teknologi informasi menuntut kemampuan yang lebih dalam melakukan penelusuran informasi. Selain itu pemanfaatan perpustakaan juga harus lebih ditingkatkan bukan hanya mengandalkan pencarian melalui internet. Dari segi pemanfaatan informasi, dosen sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat bagaimana dosen membuat modul perkuliahan, silabus, dll. Secara keseluruhan literasi informasi yang dimiliki dosen STIE Bina Bangsa sudah baik dan hanya perlu beberapa pengembangan dari segi fasilitas. Kolaborasi antara seluruh komunitas kampus perlu ditingkatkan secara baik karena dari penelitian ini dosen dan pustakawan sudah mampu bekerjasama dalam membangun generasi yang melek informasi.

Kata kunci: Literasi informasi dosen, melek informasi

(7)

Aldri Sulaiman Latief (1110025000077). Searching the ability Information Literacy Lecturer of Information to Support Competence In Teaching In STIE Bina Bangsa Serang, Banten. Under the guidance of Alfida, MLIS. Library Science Program, Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2016.

The aim of this study are: (1) to assess information literacy lecturer at STIE Bina Bangsa in information searching capabilities, (2) to determine the application of information literacy in the process of teaching by lecturers STIE Bina Bangsa in supporting competency professionalism. The method used in this thesis is descriptive method with qualitative research approach. The data in this study were obtained through observation, interviews and a literature review. From the results of this research is that information literacy teachers should continue to be developed. From the aspect of awareness of the needs of lecturers STIE Bina Bangsa information is already good. This is because they match the role in which they live as a lecturer and continue to develop the self in order to improve professionalism. In terms of information retrieval, the ability of informants is still in the development stage. The development of information technologies require a greater ability to surf the information. Besides the use of libraries also must be improved not just rely on a search through the internet. In terms of utilization of information, the lecturer is good enough, it can be seen how the lecturer makes the course modules, syllabi, etc. Overall literacy information held by the lecturers STIE Bina Bangsa is good and just need some development in terms of facilities. Collaboration between the entire campus community needs to be improved as well because of the research faculty and librarians have been able to work together in building a literate generation information.

Keywords : Lecturer information literacy, information literate

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah (Skripsi) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya dengan judul “Literasi Informasi Dosen: Studi Kasus STIE Bina Bangsa”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Pada proses penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi penulis namun itu semua merupakan proses pembelajaran. Tersusunnya penulisan skripsi tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS dan selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.

3. Alfida, MLIS, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan serta bersedia meluangkan waktunya hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis. 5. Kedua orang tuaku, keluarga, dan para sahabat, terimakasih untuk setiap

untaian doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa

(9)

dorongan semangat dari kalian skripsi ini tidak akan pernah ada. 6. Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Aip Rochadi, S.IP, seluruh staff Perpustakaan STIE Bina Bangsa, dan para dosen STIE Bina Bangsa yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian di STIE Bina Bangsa, Banten-Serang.

8. Seluruh teman-teman, terima kasih atas segala kebersamaan, kekompakkan dan kenangan yang telah menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita, saat ini dan yang akan datang. Tetap jaga rasa kekeluargaan di Jurusan Ilmu Perpustakaan. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berusaha semampu dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk menyusun penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan partisipasi semua pihak untuk memberikan kontribusi baik kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 10 April 2016

Aldri Sulaiman Latief

(10)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKKRIPSI... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Penelitian Terdahulu...9

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Sejarah Literasi Informasi ... 11

B. Definisi Literasi Informasi ... 12

C. Standar Model Literasi Informasi ... 15

D. Literasi Informasi dalam Menunjang Kompetensi Dosen ... 19

E. Penerapan Literasi Informasi Dosen dalam Proses Perkuliahan...24

F. Kendala dan Hambatan dalam Meningkatkan Literasi Informasi...29

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...34

B. Sumber Data...34

C. Informan...35

D. Instrumen Penelitian yang Digunakan...36

E. Teknik Pengumpulan Data...37

F. Teknik Analisis Data...38

G. Teknik Pengujian Keabsahan Data...39

H. Lokasi dan Waktu Penelitian...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil STIE Bangsa...42

1. Sejarah Berdirinya STIE Bina Bangsa... 42

2. Visi dan Misi STIE Bina Bangsa... 44

3. Sumber Daya Manusia STIE Bina Bangsa... 45

4. Lokasi STIE Bina Bangsa... 46

5. Fasilitas STIE Bina Bangsa... 47

6. Koleksi Perpustakaan STIE Bina Bangsa... 50

7. Program Literasi Informasi... 50

(12)

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan...52

1. Literasi Informasi Dosen STIE Bina Bangsa dalam Kemampuan Menelusur Informasi...53

a. Menentukan Kebutuhan Informasi... . 53

1) Identifikasi Kebutuhan Informasi... . 55

2) Penelusuran Informasi... 58

b. Pemanfaatan Informasi... 64

c. Evaluasi Informasi... 67

1) Evaluasi Perkuliahan... 67

2) Merencanakan Perkuliahan... 69

2. Penerapan Literasi Informasi Pada Proses Pengajaran oleh Dosen STIE Bina Bangsa...70

a. Penerapan Literasi Informasi dalam Proses Perkuliahan...70

b. Peran Perpustakaan STIE Bina Bangsa...75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...79

B. Saran ...80

DAFTAR PUSTAKA……….………....………....82

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Struktur Organisasi………...47 Tabel 2 Fasilitas STIE BB...48 Tabel 3 Koleksi Perpustakaan STIE BB...51

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Zaman dengan teknologi dan informasi yang berkembang pesat saat ini memberikan banyak dampak positif disatu sisi. Akan tetapi kekurangannya juga tidaklah sedikit. Banyak hal-hal yang negatif sering terjadi juga di dunia maya ini, bahkan anggapan segelintir orang kejahatan lebih mudah dilakukan di dunia maya ketimbang dunia nyata. Berbagai jenis macam kriminal sering terjadi seperti hacking, penipuan, pornografi, informasi yang semu dan banyak lagi hal-hal lainnya yang sering terjadi pada umumnya. Permasalahan internet juga menimpa pendidikan. Di lain sisi dari kemudahan serta kecepatan dalam mengakses, informasi yang begitu banyaknya disediakan melalui media ini menyebabkan terjadinya information overlad sehingga menyebabkan para akademisi sulit sekali mengabaikan peran penting dalam mengakses internet1. Informasi berkembang diikuti oleh perkembangan teknologi komputer serta telekomunikasi. Informasi yang ada saat ini tidak hanya dalam bentuk tercetak seperti koran, majalah, buku tetapi juga dalam bentuk elektronik seperti jaringan internet, pangkalan data yang memuat koleksi buku-buku elektronik, jurnal-jurnal online, serta selebihnya diaplikasikan dalam bentuk ajang rekreasi ataupun penambahan relasi dalam

1

Muh. Azwar Muin. Information literacy skills : strategi penelusuran informasi online. (Makasar, Alaudin University Press) h.3

(15)

bentuk kerja sama sepeti inter library loan melalui media sosial (facebook, twitter, dan sebagainya).

Dari sekian informasi yang beredar di kalangan masyarakat luas, tidak semuanya informasi yang ada kita butuhkan ataupun kita serap. Maka dari itu, dengan adanya informasi yang semakin bertambah hingga mencapai kompleks pada saat ini dan masyarakat memiliki potensial terjebak di dalamnya. Agar mencegah hal itu terjadi, maka setiap orang harus mampu untuk mencari, menggunakan, dan mengevaluasi segala informasi yang dibutuhkan dengan efektif serta efisien hingga dapat mengembangkannya menjadi pengetahuan yang baru. Kemampuan ini dikenal dengan istilah information literacy yang di dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai literasi informasi atau melek informasi. Maka itu sangatlah dibutuhkan pembelajaran agar dapat mengembangkan kemampuan ini pada seluruh lapisan masyarakat, baik rumah, tempat kerja, instansi pendidikan seperti perguruan tinggi tidak terkecuali sekolah.

(16)

Pendidikan merupakan suatu faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta taraf kehidupan bangsa. Pada Pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya, keluarga, masyarakat, dan negara.

Tujuan penting dari pendidikan ialah mewujudkan pemberdayaan terhadap informasi. Pendidikan harus memberdayakan masyarakat untuk mengubah informasi menjadi suatu pengetahuan baru. Tantangan bagi pendidik ialah membantu peserta didik mampu memahami dan mengenali istilah information overload. Untuk menjawab tantangan tersebut maka pendidik harus memiliki kompetensi literasi informasi yang baik2.

Dosen merupakan salah satu komponen esensial dalam dunia pendidikan. Peran, tugas, dan tanggung -jawab dosen sangat bermakna untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk melaksanakan peran, tugas, dan fungsi dari kedudukan yang strategis tersebut, diperlukan pendidik yang profesional, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen3. Dengan semakin meningkatnya tuntutan profesionalisme dalam dunia pendidikan, dosen harus dapat menguasainya dengan

2

Ernest L Boyer. New Technologies and the Public Interest. (Princeton, NJ: Carneige Foundation for the Advancement of Teaching) h. 137-142

3

(17)

baik. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional artinya suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan langsung di dalam dan teknologi pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian diimplementasikan dalam keadaan yang bermanfaat.

Setiap perpustakaan perguruan tinggi setidaknya harus mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, sesuai dengan ketetapan Undang-Undang No 43 Tahun 2007 pasal 24 tentang Perpustakaan4. Maka dari itu untuk mendukung para akademisi melakukan tugas-tugas perkuliahan ataupun melaksanakan tugas akhir mereka perpustakaan STIE Bina Bangsa menjadi sentral utama sebagai sarana kebutuhan pemakai dalam mengakses kebutuhan informasi mereka yang berorientasi pada pengenalan literasi informasi. Pengenalan tersebut berupa pelatihan, menggunakan, dan menerapkan informasi secara efektif dan efisien untuk para mahasiswa, terutama khususnya bagi para peserta didik baru. Adapun juga sudah mulai dikenalkan pada para dosen namun masih bersifat informal, karena mengingat peran dosen sebagai pengajar di universitas tersebut, bukanlah hal yang lazim bagi pustakawan untuk memberikan pendidikan pemakai untuk para dosen karena tentunya mereka sendiri haruslah sudah tahu bagaimana selayaknya cara mengakses dan menggunakan informasi secara relevan guna diterapkan dalam mengemban dan memenuhi tugas mereka sehari-hari.

Perpustakaan Perguruan Tinggi ialah suatu lembaga unit kerja di lingkungan perguruan tinggi yang memberikan fasilitas layanan yang pada umumnya bersifat edukatif, informatif, rekreatif, dan riset atau penelitian. Perguruan tinggi di

4

(18)

Indonesia ini mencakup semua jenis, baik yang dikelola di bawah Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) maupun di bawah departemen dan lembaga lain yang non-departemen. Sesuai dengan tingkat penalaran warga belajar di perguruan tinggi memang lebih tinggi dari masyarakat belajar dari tingkat sekolah menengah umum (SMU), maka segala informasi bidang ilmunya pung tingkatannya harus lebih tinggi pula. Mulai dari bahan-bahan berupa buku teks dasar hingga kepada karya-karya hasil penelitian yang lebih rumit serta lebih kompleks.5

Pengelolaan Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STIE Bina Bangsa Banten dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta sikap mental yang dapat menggali, meraih dan menciptakan peluang, sehingga tidak hanya menjadi objek, tetapi menjadi subyek pembangunan guna meraih masa depan yang lebih baik. (STIE) Bina Bangsa merupakan universitas yang telah mengintegrasikan literasi informasi dalam kurikulumnya walaupun tidak secara eksplisit disebutkan.

STIE Bina Bangsa menargetkan peserta didiknya agar mampu bersaing di era globalisasi. STIE Bina Bangsa memiliki visi: Menjadi Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia yang menghasilkan sumber daya manusia unggul, berdaya saing tinggi, berwawasan global menuju “ENTREPRENEUR UNIVERSITY” tahun 2025. Sesuai dengan visi dari perguruan tinggi tersebut dalam rangka menunjang penyelenggaraaan pendidikan dalam bidang ilmu ekonomi berbasis kompetensi secara continue yang efektif, efisien dan terprogram untuk mengembangkan

5

Pawit M. Yusup. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Information Retrieval. (Jakarta:Kencana, 2010) h.13

(19)

potensi diri menjadi lulusan yang berdaya guna dan memiliki jiwa Entrepreneurship.

Dalam kegiatan perkuliahan di STIE Bina Bangsa, menerapkan sistem moving class pada setiap mata kuliah yang ditempuh. Dengan adanya moving class, dosen bertanggung jawab pada setiap kelas yang dikelolanya. Setiap kelas diberikan fasilitas yang menunjang seperti sinyal wifii yang terintegrasikan oleh internet. Hal ini diadakan mengingat STIE Bina Bangsa sudah menerapkan kegiatan belajar-mengajar berbasis teknologi informasi.

Dosen dalam kegiatannya sehari-hari adalah sebagai pembimbing serta pendidik para mahasiswa dalam perkuliahan di dalam atau pun di luar kelas. Untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang baik tentunya perlu ada persiapan dalam pembekalan materi yang akan dosen sampaikan kepada mahasiswa mereka sebagai tuntutan profesi guna menunjang kompetensi profesionalisme mereka. Dosen sendiri tidak akan mampu mempersiapkan para mahasiswanya untuk menjadi pribadi yang literate terhadap informasi jika mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana mencari, memilah, dan menggunakan informasi. Maka untuk itu, sudah sewajarnya dosen dituntut harus melek terhadap informasi. Perubahan dan perkembangan informasi yang cepat menuntut dosen untuk selalu meningkatkan kemampuan dirinya dari waktu ke waktu, sehingga pada hakikatnya dosen dituntut dapat mengembangkan long life education.

(20)

yang berfokus pada pembahasan literasi informasi itu sendiri. Namun, pada kenyataannya bagaimanakah kemampuan literasi informasi dosen STIE Bina Bangsa dalam kemampuan menelusur informasi? Dan bagaimana mereka menerapkan literasi informasi dalam mengajar dalam menunjang kompetensi mereka?

B.

Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang penulis ambil, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada upaya dosen STIE Bina Bangsa dalam meningkatkan kemampuan Literasi Informasi dalam kemampuan menelusur informasi dan pengajaran.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana literasi informasi dosen STIE Bina Bangsa dalam kemampuan menelusur informasi?

b. Bagaimana penerapan literasi informasi pada proses pengajaran oleh dosen STIE Bina Bangsa?

C.

Tujuan & Manfaat Penelitian

(21)

Tujuan dari penelitan ini diantaranya adalah:

a. Mengetahui literasi informasi dosen di STIE Bina Bangsa dalam kemampuan menelusur informasi.

b. Mengetahui penerapan literasi informasi pada proses pengajaran oleh dosen STIE Bina Bangsa dalam menunjang kompetensi profesionalismenya .

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini akan terbagi menjadi dua, diantaranya ialah : a. Teoritis

Bagi akademisi, penelitian ini sebagai inspirasi kajian mereka, guna melakukan penelitian-penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengembangan literasi informasi.

b. Praktik

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan, dapat memberikan masukan bagi:

1) STIE Bina Bangsa sebagai lembaga pendidikan perguruan tinggi swasta yang sudah mulai mengintegrasikan literasi informasi kedalam kurikulumnya, agar dapat mengembangkan dan melihat literasi informasi dosen sebagai salah satu komunitas perguruan yang banyak berinteraksi dengan mahasiswanya dalam rangka menunjang kompetensi profesionalismenya.

(22)

a. Observasi adalah penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.6

Kajian kepustakaan adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan sebagainya)7

D.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang memiliki tema serupa dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. berikut beberapa penelitian dalam bentuk skripsi yang memiliki tema serupa :

1. Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi, penelitian ini diajukan oleh Nurul Sofa mahasiswi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi penerapan literasi Informasi pada Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi serta membahas tentang proses penelitian yang dikaitkan berbagai aspek literasi informasi seperti pemanfaatan perpustakaannya, hubungannya dengan Permendiknas, standar literasi informasi, dll. Tujuan dari penelitian ini menunjukan bahwa langkah-langkah dalam penulisan proyek penelitian hampir sama dengan model literasi yang ada, hanya sedikit perbedaan.

2.

Literasi Informasi Pemustaka : Studi Kasus di Perpustakaan Umum

Daerah Provinsi DKI Jakarta, penelitian ini diajukan oleh Mega Apriyanti mahasiswi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI). Skripsi ini membahas kemampuan literasi pemustaka di Perpumda DKI

6

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 63

7

Ibid., h. 65

(23)
(24)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Pada bab 2 ini akan dibahas tentang teori yang berkaitan dan berdekatan dengan literasi informasi, seperti sejarah, definisi, model, standar dan juga literasi yang menunjang dosen dalam meningkatan kompetensi belajar mengajarnya serta pengaplikasian literasi informasi dalam studi kasus penelitian. Ini digunakan sebagai penunjang dan acuan ketika melakukan penelitian kemudian dibandingkan dengan keadaan apakah kenyataan yang di lapangan sesuai atau tidak.

A. Sejarah Literasi Informasi

Seseorang berkebangsaan Amerika yang bernama Paul Zurkowski adalah pencetus lahirnya istilah “Literasi Informasi”. Tulisan tersebut telah disampaikannya kepada U.S National Commisonon Libraries and Information Science (NCLIS) pada tahun 1974. Menurut Zurkowski, yang dikutip pada buku Literasi Informasi (information literacy) pengantar untuk perpustakaan sekolah seseorang dapat disebut literat informasi apabila dapat menggunakan sumber informasi lalu di terapkan pada bidang pekerjaannya1. Lalu dua tahun kemudian dalam symposium perpustakaan Texas A & M University, Burchinal menyatakan, agar dapat literat dalam literasi informasi harus memiliki seperangkat kemampuan seperti

1

Blasius Sudarsono. Literasi Informasi (information literacy) pengantar untu perpustakaan sekolah. (Jakarta perpustakaan nasional RI 2009) et al

(25)

mencari, menggunakan informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan secara efektif serta efisien.2

Setelah muncul beragam tulisan yang membahas perihal seperti ini, makin banyak pula yang menyadari akan pentingnya literasi informasi bagi masyarakat luas. Terlebih lagi dengan di dukung oleh pesatnya kemajuan teknologi pada era globalisasi yang menitik-beratkan sarana pada tiap perangkat lunak sehingga memudahkan user/pengguna dalam pelayanan jasa yang disajikan sehingga menuntut kemampuan ini mutlak untuk dimiliki oleh setiap orang.

B. Definisi Literasi Informasi

Definisi tentang melek informasi memperlihatkan tiap-tiap elemen yang sama, tetapi ada yang memperluas dan ada juga yang mempersempitnya. Contohnya Doyle menentukan seseorang yang melek informasi, sebagai berikut :

1. Menyadari akan kebutuhan informasi

2. Menyadari informasi yang akurat dan lengkap merupakan satu dasar membuat keputusan yang tepat

3. Mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi 4. Membangun strategi pencarian yang tepat

5. Mengakses sumber-sumber informasi, termasuk dasar teknologi lainnya 6. Mengevaluasi informasi

7. Mengorganisasikan informasi untuk mengaplikasikan/mempraktekkan

8. Mengintegrasikan kemampuan literasi yang baru dengan yang sudah di miliki (pengetahuan lama), dan

2

Eissenberg, Michael B., & Lowe, Carry A. Information Literacy : esential skill for the information age. London libraries unlimited (2004) et al

(26)

9. Menggunakan informasi dengan kritis untuk menyelesaikan suatu masalah.3

The Prague Declaration menyatakan bahwa literasi informasi adalah bagian dari kebutuhan kebutuhan informasi seseorang dan merupakan suatu kemampuan dalam mengidentifikasi, menempatkan, mengevaluasi, mengorganisasi, dan mengefektifkan informasi yang ada guna menyelesaikan masalah, dan diperlukan kembali untuk berpatisipasi secara efektif dalam masyarakat informasi, dan juga merupakan bagian dasar dari hak asasi manusia dalam long life education yang harus terus dikembangkan.

Menurut Verzosa, literasi informasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengakses dan mengevaluasi kemampuan informasi secara efektif untuk memecahkan masalah dalam membuat keputusan. Karena seseorang yang mengetahui literasi informasi adalah orang yang mengetahui bagaimana belajar untuk belajar (learning how to learn) sebab mereka mengetahui bagaimana informasi itu dikelola, cara menemukannya, dan menggunakan informasi sesuai dengan etika yang berlaku.4

Sementara Kuhlthau dalam Jesus Lau berpendapat bahwa literasi informasi mencakup kemampuan perpustakaan dan strategi dalam penggunaan informasi yang kompleks dari berbagai sumber yang dapat menemukan solusi dalam pemecahan masalah. Lalu pendapat yang sama dikemukakan oleh U.S National Commisonon Libraries and Information Science dalam Hanna Latuputty bahwa literasi informasi seperangkat keterampilan dan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, menyusun, dan secara efektif

3

Christina Doyle, outcome measure with information literacy within the national education goals of 1990 : final report of the National Forum on Information Literacy. (Washington: Summary of findings 1992) h.1

4

Fe Angela Veroza. User Education and Information Literacy : current practice and innovative strategies. (Washington: 2010). h.1

(27)

menciptakan pengetahuan baru, lalu memanfaatkannya, serta mengkomunikasikannya dalam rangkaian pemecahan masalah yang sedang di hadapinya.5

Bundy dalam Achmad, menyatakan bahwa literasi informasi merupakan seperangkat keterampilan untuk mencari, menelusur, menganalisa, dan memanfaatkan informasi. Mencari informasi dapat dilakukan dimana saja seperti di perpustakaan, di toko buku, pusat-pusat pangkalan data, internet, dan sebagainya. Sedangkan menelusur informasi adalah upaya untuk menemukan kembali informasi yang disimpan. Jika menelusur informasi di perpustakaan akan di perlukan alat telusur berupa katalog, baik yang menggunakan kartu katalog maupun OPAC (Online Public Access Catalog). Namun jika mencari informasi menggunakan internet digunakan alat telusur yang disebut mesin pencari.6

Sebagai perbandingan agar karakteristik kebutuhan informasi ini jelas, misalnya profesional yang sama seperti dokter gigi namun perannya sebagai praktisi atau penyedia jasa dengan tugas perawatan pasien, kebutuhan informasinya berbeda pada saat dokter gigi berperan sebagai peneliti. Bila peran praktisi membutuhkan tekhnik-tekhnik baru bidang dokter gigi, produk-produk dan perlengkapan/peralatan serta obat-obatan baru untuk melengkapi perawatan pasien7. Dari penjelasan diatas bahwa karakteristik kebutuhan informasi seorang profesional dapat diidentifikasi dari peran yang dijalani dan tugas yang sedang diemban-nya8.

Menurut Voigt dalam Purnowati, terdapat tiga macam kebutuhan yang berbeda bagi ilmuwan atau peneliti yaitu: (1) untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh ilmuwan

5

Jesus Lau. Guidlines on Information Literacy for lifelong learning. IFLA (Washington: 5 Maret 2010). h.1

6

Achmad. Literasi Informasi : ketrampilan penting di era global. Makalah ini disampaikan pada seminar perpustakaan sekolah : Literasi Informasi dan Aplikasi Library Sorftware. (Surabaya 5 maret 2010). h.1

7

Lecky G.J. Modelling the Information Seeking of Professional: a General Model derived from Research on Engineers, Healthcare Professional, and Lawyers Library Quartely. (1996). h.161-193

8

Budiyanto. Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi Peneliti Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (Depok 2000) h.16

(28)

lain, agar tetap dapat mengetahui perkembangan terbaru pada bidangnya, (2) kebutuhan yang ditimbulkan oleh pekerjanya, yaitu kebutuhan informasi khusus yang berhubungan langsung dengan peneliti atau masalah yang dihadapi, (3) kebutuhan untuk memenuhi atau memeriksa informasi yang relevan dengan suatu subyek tertentu. Salah satu pendapat tersebut menyebutkan, bahwa peneliti membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaannya, yaitu penelitian.9

Menurut Kalarensi Naibaho, semua definisi di atas terangkum dalam definisi yang diberikan oleh American Library Association (ALA). Menurut ALA, information literacy merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki oleh setiap individu dan yang berkontribusi dalam pembelajaran seumur hidup. Literasi informasi sangat diperlukan dalam setiap aspek kehidupan manusia, dan itu akan terus berlangsung seumur hidup.10

Berdasarkan semua definisi tentang literasi informasi yang telah dipaparkan di atas, maka definisi tentang literasi informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangkaian kemampuan yang harus mutlak dimiliki seseorang guna memecahkan suatu masalah sehingga ia dapat mengambil keputusan secara tepat. Individu tersebut dapat mengetahui kapan informasi itu dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi yang sudah ia dapat dari berbagai sumber secara efektif, lalu dapat ia gunakan untuk mendukung pembelajaran seumur hidup (life long learning) dan dapat digunakan sesuai dengan etika.

C. Standar Model Literasi Informasi

Agar dapat dikatakan melek informasi, telah banyak ahli yang membuat suatu strategi pencarian informasi serta model pencarian informasi. Ada banyak model literasi informasi

9

Sri Purnomowati. Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi Tenaga Penelitian dan Pengembangan Dikalangan Industri Strategi Laporan Penelitian. (Jakarta PDII-LIPI 1995) h.6

10

Kalarensi Naibaho. Menciptakan generasi literat melalui perpustakaan. (Jakarta Visipustaka 2007). h.3

(29)

atau juga disebut sebagai pendekatan dalam pengajaran keterampilan information literacy yang sudah berkembang saat ini. Namun pada penelitian kali ini peneliti memfokuskan pada standar literasi informasi yang dikaji oleh komite standar ACRL dan disetujui oleh dewan direksi Association of College and Research Library pada 18 januari tahun 2000 tentang standar kompetensi literasi informasi untuk Pendidikan Tinggi. Standar tersebut terdiri dari 5 standar, kelima standar tersebut adalah:

1. Menentukan jenis karakteristik dan ruang lingkup informasi yang diperlukan. 2. Mengakses informasi yang diperlukan secara efektif dan efisien.

3. Mengevaluasi informasi beserta sumbernya secara kritis dan menyertakan informasi terpilih ke dalam dasar pengetahuan dan sistem nilai pada diri siswa.

4. Baik secara individu maupun sebagai anggota dari sebuah kelompok, menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

5. Memahami berbagai masalah ekonomi, hukum dan sosial terkait dengan penggunaan informasi, serta mengakses dan menggunakan informasi secara legal dan berdasarkan etika.

ACRL yang telah mengeluarkan lima standar literasi informasi tersebut dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 22 indikator. Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini pun terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan dan staff lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut.

Standar indiakator literasi informasi ACRL tersebut yaitu:

(30)

a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya.

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang dibutuhkan. 2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara efektif dan

efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif.

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan.

e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya.

3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasic dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru.

(31)

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan.

f. Mahasisiwa yang information literate menyetujui pemahaman dan penafsiran orang lain atau para ahli mengenai informasi dengan cara berdiskusi.

g. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil.

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara

etis dan hukum.

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi hukum dan aspek sosial mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi.

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi.11

Walaupun dalam penelitian ini standar beserta indikatornya untuk menentukan kemampuan mahasiswa memahami informasi. Namun dalam penelitian ini

indikator-11

Association of College & Research Libraries (ACRL). 2000. Information Literacy Competency Standards for Higher Education.Diakses tanggal 12 Maret, 2012. Dari,

(32)

indikator tersebut juga dapat berlaku dan dapat diterapkan pada siapa saja, termasuk untuk mengukur kemampuan dosen.

D. Literasi Informasi dalam Menunjang Kompetensi Dosen

Efektivitas dan efisiensi belajar individu di perguruan tinggi sangat bergantung pada peran dosen. Secara konteks guru berbeda dengan dosen, karena guru adalah pembimbing kegiatan belajar mengajar disekolah, sedangkan dosen ialah pembimbing pengganti peran guru pada kegiatan belajar mengajar pada universitas / perguruan tinggi. Namun yang mengaitkan antara dosen dan guru pada skripsi ini ialah undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menitik beratkan bahwasanya mereka sama-sama tenaga pendidik profesional yang mengabdikan diri pada masyarakat.12

Dosen adalah salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di perguruan tinggi. Peran, tugas, dan tanggung jawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional. Sumber daya manusia dosen memiliki posisi yang vital dalam membentuk image mutu lulusan maupun mutu lembaga secara umum. Posisi itu diperkuat dengan fakta bahwa dosen memiliki otoritas tinggi dalam proses akademik, dan bahkan lebih tinggi daripada profesi serupa di lembaga pendidikan di bawahnya (guru sekolah contohnya).

Tuntutan masyarakat akan jumlah dan mutu output yang dihasilkan oleh universitas / fakultas / jurusan makin besar. Meskipun jumlah lulusan yang dihasilkan universitas jauh lebih banyak dari yang sudah-sudah tetapi untuk bidang-bidang tertentu dan terlebih mutunya dirasakan masih belum memenuhi harapan. Makin maju peradaban, makin keras persaingan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang iptek, apalagi dengan adanya

12

(33)

globalisasi.Perguruan tinggi menjadi tumpuan masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi.

Pemberdayaan dosen merupakan suatu keharusan bagi universitas karena merupakan kunci keberhasilan jurusan / fakultas / universitas dengan 60% mutu perguruan tinggi terletak pada dosen. Apapun kebijakan peningkatan mutu pendidikan yang dirancang pada akhirnya dosen yang melaksanakannya dalam kegiatan belajar mengajar. Mutu kegiatan belajar mengajar sangat tergantung pada kompetensi dan komitmen dosen.

Pemberdayaan dosen Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Sementara itu, profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

(34)

dievaluasi dan dilaporkan secara periodik sebagai bentuk akuntabilitas kinerja dosen kepada para pemangku kepentingan.13

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dosen adalah pengajar pada perguruan tinggi; tamu tenaga pengajar dari perguruan tinggi lain yang diundang oleh suatu perguruan tinggi untuk mengajar dalam jangka waktu tertentu. 14

Sedangkan dalam buku Manajemen Perguruan Tinggi, dosen adalah semua tenaga akademik edukatif, termasuk asisten. Istilah asisten dosen sesungguhnya tidak ada; yang ada ialah istilah asisten. Asisten adalah jenjang kepangkatan dari tenaga akademik.15

Dalam hal tugas pendidikan dosen yang bermutu adalah dosen yang melaksanakan tanggung jawab pengajaran, bimbingan dan latihan keterampilan bagi mahasiswanya. Dalam buku Manajemen Pengembangan Mutu Dosen oleh Sanusi Uwes, memperinci tiga faktor yakni mahasiswa, profesi, dan institusi.16

1. Tugas dosen yang berkaitan dengan mahasiswa :

a. Melaksanakan tugas mengajar dengan memakai perencanaan bahan kuliah, persiapan perkuliahan, hadir di kelas sesuai jadwal, mengemukakan syarat-syarat perkuliahan secara jelas, serta memberi nilai dengan objektif sesuai dengan ketentuan lembaga.

b. Menyadari bahwa mahasiswa sebagai individu harus dihormati dan memiliki hak-hak yang harus dilindungi. Seperti halnya masalah-masalah akademik dan pribadi yang dihadapi mahasiswa.

c. Menyadari bahwasanya dosen adalah teladan bagi mahasiswa dan berpengaruh pada pembentukan sikap dan pemikiran mahasiswa.

13

Pedoman Beban Kerja Dosen 2010

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka)., 2007), h. 275

15

Taliziduhu Ndraha Manajemen Perguruan Tinggi. (Jakarta : Bina Aksara, 1988)., h. 182

16

(35)

d. Menyadari bahwa dosen tidak dibenarkan menggunakan kedudukan dan pengaruhnya di kelas (perkuliahan) untuk menyampaikan materi dan masalah yang di luar lingkup mata kuliah dan di luar kompetensi profesinya.

2. Tugas dosen dalam hal tanggung jawab profesi :

1) Tanggung jawab untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin akademiknya.

2) Selalu berusaha meningkatkan keefektifan mengajar, mencari cara baru dalan menyampaikan materi kuliah, memotivasi mahasiswa dan memperbaiki metode evaluasi prestasi mahasiswa.

3) Bertanggung jawab untuk ikut serta mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang studi ilmunya melalui penelitian, analisis dan penulisan secara kreatif serta menyajikan makalah pada kesempatan diskusi atau seminar.

4) Bertanggung jawab dalam membantu kolega dosen dan membantu lembaga dalam kegiatan pengembangan kurikulum, kegiatan ilmiah jurusan, Fakultas dan Universitas serta berpartisipasi didalamnya, serta kegiatan kepanitian yang diselenggarakan oleh Jurusan, Fakultas, dan sebagainya.

5) Bertanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan gengsi akademik profesi dosen.

6) Bertanggung jawab untuk memberi contoh menghormati hak orang lain dalam perbedaan pendapat.

3. Tugas dosen terkait dengan institusional :

1) Selalu melaksanakan tugas kelembagaan dengan baik.

(36)

3) Selalu berusaha sesuai dengan kemampuan profesi dan kemampuan pribadinya untuk mencegah terjadinya kerugian finansial atau hal lain yang merugikan nama baik lembaga baik secara legal maupun sosial.

4) Mencegah terjadinya penggunaan sumber dana dan daya untuk keuntungan dan kepentingan pribadi, seperti dalam proyek penelitian, proyek konsultasi, kecuali dengan izin khusus.

5) Memberikan dukungan yang baik pada kegiatan-kegiatan lembaga dengan berpartisipasi aktif di dalamnya.

6) Mempunyai komitmen yang mantap dalam pengembangan perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.

7) Dalam menyampaikan ide pribadinya terhadap masyarakat tidak mesti mengatas-namakan lembaga, tapi secara tegas harus menyatakan sebagai cendekiawan atau warga Negara. 17

Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi dan keterampilan teknis dalam proses perkuliahan merupakan dua hal mutlak yang harus ada pada dosen. Melalui penguasaan materi dan keterampilan teknis mengajar pada dosen, pelaksanaan pengajaran dapat terlaksana dengan baik.

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.18

Untuk mendukung terjadinya proses belajar yang baik, maka seorang dosen harus memiliki lima kemampuan, yaitu : (a) merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran; (b) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar; (c) merencanakan pengelolaan kelas;

17

Pedoman Beban Kerja Dosen 2010

18

(37)

(d) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (e) merencanakan penilaian prestasi mahasiswa untuk kepentingan pengajaran.19

E. Penerapan Literasi Informasi Dosen dalam Proses Perkuliahan

Dalam salah satu pilar pendidikan yang disarankan oleh UNESCO dinyatakan bahwa proses pembelajaran harus mempu mengajarkan pada para peserta didik “Learning How to Learn” (belajar bagaimana cara untuk belajar). Belajar bagaimana cara untuk belajar, yaitu mengajarkan cara belajar yang mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi (metode inquiry) dengan cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal para peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam. Dengan konsep tersebut maka peserta didik akan lebih menjadi aktif belajar untuk mencari dan menggali informasi dari berbagai sumber termasuk salah satunya ialah di perpustakaan.

Pengajaran merupakan salah satu tindakan yang bertujuan untuk membawa perubahan dari segi kepercayaan, nilai, dan makna. Beliau juga berpendapat bahwa pengajaran merupakan salah satu kegiatan intelektual yang melibatkan pemikiran, perasaan, dan penilaian. Misalnya, interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Pembelajaran pula adalah proses mendapatkan pengetahuan serta pembentukan sikap yang lebih baik. Proses pembelajaran berlaku sepanjang hayat bagi setiap manusia. Perilaku pembelajaran bertempat dimana saja dan sepanjang masa. Pembelajaran akan membawa kepada perubahan seseorang.

Pada proses perkuliahan, hubungan yang erat antara dosen dan mahasiswa merupakan hal yang sentral. Kemampuan untuk belajar dan meneliti sendiri secara mandiri adalah kunci

19

(38)

pertumbuhan perorangan yang akan terus berlanjut, maka kemampuan ini akan muncul setelah terjadi interaksi beberapa waktu dengan dosen.

Pengertian dasar pembelajaran adalah proses di mana seseorang berubah sesuai dengan caranya tanpa dipengaruhi oleh keturunannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada sebagian atau semua indra manusia, dimensi-dimensi pikiran, perasaan, keinginan, atau tindakan.20

Dimensi instrumental pendidikan merujuk pada fungsi pendidikan sebagai instrumen kehidupan yang selalu bergerak maju secara sangat cepat. Dalam kaitan ini, hasil belajar yang salah satu sisinya ditampilkan dalam penguasaan bahan ajar, pada sisi lain dituntut memiliki kepribadian yang tanggap terhadap perubahan dan perkembangan iptek21. Manakala representasi penguasaan bahan ajar secara individual, ditampilkan dalam bentuk adanya kemampuan menjadi pendidik bangsa memiliki orientasi hidup ke masa yang akan datang, responsif terhadap gagasan pembaharuan serta ketakwaan pada Allah Yang Maha Esa dan kecintaan pada orang tua, rakyat dan negara.22

Indikator dari hasil belajar dari sisi kepribadian sebagaimana diungkapkan di atas, pada dasarnya sejalan dan merupakan esensi tujuan pendidikan nasional bagi pendidikan keguruan. Pada keluasan identitas manusia berkualitas hasil didikan tersebut, dalam penelitian ini hasil belajar mahasiswa akan difokuskan pada ciri-ciri yang berkaitan dengan kreatifitas, penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial (social adjustment) dan rasa percaya diri.

Sebagaimana diamanatkan dalam UUD No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 Tentang Dosen, disebutkan guna mencerahkan masyarakat para pengajar harus mentransfer ilmu pengetahuan pada masyarakat. Tugas utama dosen tersebut adalah melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 (dua belas) sks dan paling

20

Sudiyono., Strategi pembelajaran partisipatori di Perguruan Tinggi. (Uin-Malang Press, 2006), h. 21

21

Sanusi uwes., Manajemen Pengembangan Mutu dosen. (jakarta, logos wacana ilmu, 1999) h. 60

22

ibid., h.63

(39)

banyak 15 (enam belas) sks pada setiap semester sesuai dengan kualifikasi akademiknya dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Melaksanakan perkuliahan atau tutorial dan menguji serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dilaboratorium, praktik keguruan, praktik bengkel, studi kebun percobaan, teknologi pengajaran.

2. Membimbing seminar mahasiswa.

3. Memimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN), praktik kerja nyata (PKN), praktik kerja lapangan (PKL).

4. Membimbing tugas akhir penelitian mahasiswa termasuk membimbing, pembuatan laporan hasil penelitian tugas akhir.

5. Penguji pada ujian akhir.

6. Membina kegiatan mahasiswa dibidang akademik dan kemahasiswaan. 7. Mengembangkan program perkuliahan.

8. Mengembangkan bahan pengajaran. 9. Menyampaikan orasi ilmiah.

10. Membina kegiatan mahasiswa dibidang akademik dan kemanusiaan.

Tugas melakukan penelitian merupakan tugas di bidang penelitian dan pengembangan karya ilmiah dapat berupa:

1. Menghasilkan karya penelitian.

2. Menterjemahkan atau menyadur buku ilmiah. 3. Mengedit atau menyunting karya ilmiah. 4. Membuat rancangan dan karya teknologi. 5. Membuat rancangan karya seni.

(40)

1. Menduduki jabatan pimpinan dalam lembaga pemerintahan atau pejabat negara sehingga harus dibebaskan dari jabatan organiknya.

2. Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat.

3. Memberi latihan, penyuluhan, serta penataran pada masyarakat.

4. Memberi pelayanan pada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan.

5. Membuat atau menulis karya pengabdian pada masyarakat.23

Berdasarkan dari pemaparan diatas adalah bahwa setiap pengajar harus dapat berusaha melaksanakan kewajibannya yakni, mengajar berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan disamping melakukan tugas penelitiannya.

Desain perkuliahan merupakan semua bentuk rancangan atau persiapan tertulis yang dibutuhkan bagi pelaksanaan perkuliahan. Perkuliahan seperti halnya kurikulum meliputi tiga komponen, yaitu desain atau rancangan, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi. Desain perkuliahan merupakan bentuk mikro dari desain kurikulum. Kalau desain kurikulum mencakup rancangan, implementasi mencakup semua jenis dan bentuk perkuliahan, hanya berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran kurikuler, dan korikuler (jika ada). Evaluasi kurikulum mencakup semua evaluasi semua komponen kurikulum: desain, implementasi, faktor penunjang dan hasil semua matakuliah, sedangkan evaluasi perkuliahan hanya mengevaluasi proses dan hasil perkuliahan masing-masing mata kuliah. Di perguruan tinggi sejak lama telah digunakan model silabi perkuliahan mulai tahun 1975 untuk rincian desain yang disebut Satuan Acara Perkuliahan (SAP).

Silabus merupakan salah satu bentuk kurikulum, boleh disebut kurikulum mikro, jabaran dari kurikulum lengkap yang bersifat makro. Secara umum silabus berisi rumusan

23

Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010)., h. 5-6

(41)

tentang komponen-komponen tujuan, bahan, proses pembelajaran termasuk penggunaan media-sumber, tugas-latihan, dan evaluasi pembelajaran. Silabus menggunakan bentuk format desain susunan komponen-komponen pembelajaran tersebut vertikal berurutan kebawah. Isi silabus mulai dari identitas matakuliah, tujuan, bahan ajar, proses perkuliahan yang terdiri atas pendekatan dan metode pembelajaran, media, dan sumber belajar, tugas-tugas dan latihan, serta penilaian hasil belajar. Silabus merupakan desain pembelajaran untuk satu matakuliah dalam kurun waktu satu semester.24

Mahasiswa adalah subjek dan pelaku dari kegiatan perkuliahan. Melalui kegiatan belajar ini potensi-potensi, kecakapan dan karakteristik mahasiswa dikembangkan. Kemampuan mahasiswa merupakan hal-hal yang kompleks, selain terkait dengan jenis dan variasi tingkatan kemampuan yang dimiliki para mahasiswa, tetapi juga dengan tahap perkembangan, status, pengalaman belajar, serta berbagai faktor seperti teknologi yang melatarbelakanginya. Agar para mahasiswa dapat mengembangkan semua potensi, kecakapan dan karakteristiknya secara optimal, dibutuhkan pendekatan, model, dan metode perkuliahan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan mahasiswa tersebut.

Tugas utama dari perguruan tinggi ialah mempromosikan penggunaan teknologi informasi guna meningkatkan information literacy masyarakat. Istilah information literacy sering dikaitkan dengan information competency, yaitu seseorang dalam mendayagunakan informasi yang diperolehnya untuk meningkatkan kinerja aktivitas sehari-hari. Lalu pada kenyataannya, keberhasilan pemerintah dalam keberhasilan mengakselerasi pertumbuhan ekonominya tidak terlepas dari usaha segenap praktisi industri dan akademisi dalam meningkatkan information literacy dari masyarakat negara terkait. Oleh karena itu ketika teknologi informasi dan komunikasi diperkenalkan maka kemampuan dalam menggunakan perangkat teknologi dikenal sebagai e-literacy. Indonesia adalah salah satu negara yang

24

(42)

masih dianggap memiliki permasalahan digital divide (kesenjangan digital) terancam semakin diasingkan dan ditinggalkan oleh negara lainnya jika tingkat e-literacy-nya masih rendah. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan strategi jitu paling tidak untuk meningkatkan e-literacy masyarakatnya.25

F. Kendala dan Hambatan dalam Meningkatkan Literasi Informasi

Jika kita perhatikan dari zaman ke zaman yang namanya informasi tak mungkin dapat dihindarkan keberadaannya karena sifat dari informasi tersebut tercipta secara aktif, kemudian agar menghindarkan kesalah-pahaman tentang apa yang dimaksudkan dengan informasi itu ada baiknya di tela-ah terlebih dahulu.

Lalu informasi juga tak akan pernah lepas dari pada sumber-sumbernya. Sumber informasi adalah masukan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti kegiatan operasional, gagasan atau pendapat dari masyarakat umum, data yang diperoleh dari kegiatan penelitian, data ilmiah berupa teori dalil hipotesa, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan penemuan-penemuan baru.26

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang pasti akan membutuhkan informasi, apapun jenis pekerjaannya. Kebutuhan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupan dan penunjang kegiatan. Juga pemenuhan kebutuhan informasi dibutuhkan karena dapat berfungsi banyak untuk kehidupan masyarakat umum. Maka kebutuhan adalah keadaan dimana manusia merasakan sesuatu kekurangan dan berupaya untuk memenuhi kekurangan tersebut27. Sedangkan informasi yang pada bahasa latinnya “infomare” adalah membuat berbentuk, membentuk melalui pendidikan pesan, dan keterangan selain itu informasi,

25

Richardus Eko Indrajit, Manajemen Perguruan Tinggi Modern (Yogyakarta: ANDI, 2006)., h. 310-311

26

Soejono Trimo, pengantar Ilmu Dokumentasi (Bandung: Remadja Karya, 1987), h. 11

27

(43)

(inggris) dewasa ini juga diartikan penambahan dipihak penerima informasi dan merupakan makhluk hidup maupun mesin.28

Kecepatan dan perkembangan teknologi telah memberikan tekanan pada perguruan tinggi dalam berbagai hal seperti fasilitas, struktur, serta sumber daya manusia. Dalam sumber daya manusia termasuk kedalam-nya staf dosen, manajemen, teknis, dan tata usaha. Perguruan tinggi tak hanya membutuhkan penambahan personil namun yang paling utama adalah meningkatkan pengembangan profesionalitas. Idealnya setiap perguruan tinggi memiliki program yang komprehensif untuk meningkatkan kompetensi keprofesionalan dosen (university teachers) atau manajemen pengembangan mutu dosen29. Namun, karena globalisasi tak hanya menyangkut dan berdampak pada bidang ekonomi, tetapi hampir pada tiap elemen kehidupan manusia, maka globalisasi pun berdampak pada pendidikan tinggi juga perguruan tinggi. Secara formal, globalisasi memang belum menyentuh perguruan tinggi, namun tampaknya tak lama lagi kekuatan dan gejalanya tak dapat dibendung lagi. Pergerakan dari ilmu pengetahuan yang terjun bebas di sokong oleh derasnya teknologi merupakan salah satu aspek yang paling dominan dalam globalisasi tentu pasti akan menyentuh pula bidang pendidikan, khususnya perguruan tinggi.30

Globalisasi juga ternyata mengubah cara belajar-mengajar, dari bertatap muka dan melalui hubungan personal antara mahasiswa dan dosen menjadi hubungan maya nonpersonal, melalui internet, dan video jarak jauh. Namun, proses belajar mengajar masih tetap diperlukan dan berkembang bersamaan dengan cara baru melalui berbagai alat teknologi informasi. Proses belajar mengajar seperti sekarang ini secara tatap muka tetap berlangsung di gedung perguruan tinggi.

Globalisasi sering kali menghadirkan pengetahuan dan informasi yang berlebihan yang tidak dapat ditangkap oleh orang yang kebanyakan pula tidak mampu mencerna tantangan

28

Ibid., h. 1446

29

Sanusi uwes., Manajemen Pengembangan Mutu dosen (jakarta, logos wacana ilmu, 1999). h. 39

30

(44)

yang menyertainya, sehingga hidup dalam globalisasi merupakan resiko dan mengubah identitas seseorang, tempat tinggal dan kehidupan di masa yang akan datang. Globalisasi yang tidak lengkap atau sempurna namun tetap berjalan terus, justru meningkatkan perbedaan antarnegara dan menambah ketidakseimbangan dalam segala bidang : politik, ekonomi, budaya, agama, dan juga sosial. Globalisasi yang tidak terkendali membawa ancaman dan ketakutan yang memang dapat dimengerti dari banyak hal. kita perlu mengakui bahwa globalisasi dapat menularkan nilai-nilai positif, tetapi berpotensi menawarkan nilai-nilai negatif. Nilai positif yang dimaksud misalnya etos kerja, manajemen produksi, displin kerja, demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan termasuk politik, penghormatan pada hak-hak asasi manusia, kehidupan masyarakat sipil, dan sebagainya kemudian nilai negatif misalnya, konsumerisme, hedonisme, individualisme, sekularisme, dan sebagainya.

(45)
(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Umumnya pendekatan kualitatif, antara lain bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu, membangun atau menemukan teori baru, menguji atau memperkuat teori yang sudah ada, mengadakan penilaian terhadap produk atau proses merumuskan kebijakan1. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.2

Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengkaji realita yang ada dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data tertentu agar mendapatkan kondisi lapangan yang lebih jelas mengenai Literasi Informasi Dosen dalam kebutuhan mencari dan menggunakan informasi sebaik mungkin dalam mengemban tugas profesionalnya.

B. Sumber Data

1. Data Primer, yaitu data yang berasal dari narasumber yang ditemui langsung di lapangan (lokasi penelitian) yakni dosen yang mengajar di STIE Bina

1

Komarudin Sastradipoera, Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 103.

2

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 2004), h. 60.

(47)

Bangsa serta kepala Perpustakaan institusi tersebut.

2. Data Sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.

C. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian3. Yaitu sumber data penelitian yang diperoleh melalui narasumber yang bersangkutan, dalam hal ini adalah dosen tetap yang mengajar di Perguruan Tinggi tersebut. Untuk pemilihan informan sendiri penulis mendapakan secara random dari petugas akademik STIE Bina Bangsa disesuaikan dengan jadwal waktu luang para dosen diluar jam mengajar mereka pada saat peneliti mengobservasi tempat penelitian tanpa adanya pertimbangan tertentu.

Dalam penelitian ini akan diambil lima (5) orang informan dari 125 dosen yang akan memaparkan informasi mengenai situasi dan kondisi latar penelitian. Dari lima orang yang dipilih dianggap paling tahu tentang informasi yang penulis butuhkan dan dipilih oleh bagian pihak akademik ditempat penulis mengajukan penelitian serta waktu disesuaikan juga dengan jam-jam luang di luar waktu mereka mengajar. Peneliti memang hanya diberikan kesempatan untuk mewawancarai maksimal lima orang dosen sebagai kebijakan yang mereka terapkan pada saat peneliti meminta izin observasi.

3

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.132

(48)

Contoh Penulisan Nama Samaran Informan Penelitian :

No. Nama

Samaran Informan

Jabatan Bagian

1. Rina Pustakawan Pelaksana Pengadaan

2. Tina Pustakawan Muda Pengolahan

Pada penelitian kualitatif, peneliti harus menggunakan alias atau nama samaran

untuk informan atau tempat penelitian, untuk melindungi identitas informan.4

No. Nama Samaran

Kelima informan dari staf dosen tersebut adalah:

1. Ahmad Munawir, S.Kom., M.Kom sebagai, dosen mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi & Komunikasi.

2. Andi Hasryningsih Asfar, S.Pt., S.Pd., M.Si sebagai, dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran dan Dosen mata kuliah Ekonomi Internasional. 3. Angrian Permana, S.Pd., MM sebagai, dosen mata kuliah Pengantar

Bisnis.

4

John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitave, and Mix Methods Approaches. (Los Angele: SAGE, 2014) h.99

(49)

4. Dr.H.Sobri, S.Kom., MM sebagai, dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.

5. Drs. Maulana, S.SAM., M.Si sebagai dosen mata kuliah Ilmu Budaya & Sosial Dasar.

D. Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan alat bantu untuk merekam atau mencatat informasi dari wawancara yang dilakukan kepada para informan. Maka dari itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.5

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas–aktifitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal–hal yang diamati secara lengkap dengan

5

Ibid., h.222

(50)

keterangan tanggal dan waktu. 2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi langsung dari informan. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara mendalam. Wawancara mendalam yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Dalam melakukan wawancara peneliti menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan dan mengajukan butir-butir pertanyaan yang diajukan mengenai strategi pemasaran yang dilakukan oleh Dosen STIE Bina Bangsa Banten.

3. Kajian Pustaka

Kajian kepustakaan adalah sebuah analisa terhadap berbagai sumber informasi yang digunakan dalam penelitian ini seperti buku, artikel jurnal, dokumen tercetak maupun elektronik, dan sebagainya. Kajian pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai hal-hal yang tidak diperoleh melalui wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Hyauberman sebagaimana dikutip oleh Emzir, terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi data

(51)

mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan6

. Pengumpulan data mentah yang dilakukan penulis melalui observasi, wawancara dan kajian pustaka.

Observasi dilakukan penulis guna melihat keadaan yang terjadi di tempat penelitian. Kemudian wawancara dilakukan dengan peralatan pendukung untuk merekam selama proses wawancara terjadi. Kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya melalui media massa dan data yang diberikan oleh STIE Bina Bangsa Banten.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk transkip apa adanya. Data yang telah diubah kedalam bentuk transkip dicermati ulang kemudian diorganisir secara sistematis, sehingga dapat memunculkan gambaran mengenai topik yang sedang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan akan diambil setelah data-data yang ada sudah dirasa cukup. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah7.

G. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Triangulasi)

Menurut Wiliam Wiersma, Triagulasi adalah menyilangkan validasi hasil kualitatif, memberikan penilaian dari data-data yang telah dikumpulkan lalu disesuaikan dengan memusatkan beberapa sumber data dari data yang masih dalam proses untuk dikumpulkan. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini

6

Krisyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: 1994) h. 129-130.

7

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif . (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 99.

(52)

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilatas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh kebawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari tiga sumber tersebut tidak dapat dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

(53)

yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan, dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka secara berulang-ulang sampai ditemukan kepastian datanya.8

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di STIE Bina Bangsa kota Serang-Banten, berlangsung selama kurang lebih 1 (satu) bulan, dari bulan Februari hingga Maret 2015 dan melakukan kunjungan sebanyak 5 kali dan pada tiap pertemuan hanya menemui seorang informan.

8

Ibid., h.273-274

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini penulis mendeskripsikan hasil penelitian terkait kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Perpustakaan STIE Bina Bangsa. Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung dan diakhiri dengan wawancara kepada pelaksana kegiatan pemasaran di Perpustakaan STIE Bina Bangsa.

Adapun dalam penelitian ini peneliti hanya diberikan izin mewawancarai 5 orang informan. Di antaranya adalah; Ahmun sebagai, dosen mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi & Komunikasi; lalu Anhas sebagai dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran dan Dosen mata kuliah Ekonomi Internasional; lalu Anper, sebagai dosen mata kuliah Pengantar Bisnis; lalu Sorbi, sebagai dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen; lalu Maul sebagai dosen mata kuliah Ilmu Budaya & Sosial Dasar.

A. Profil Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Bangsa

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Bangsa

Sekolah tinggi Ilmu ekonomi bina bangsa banten didirikan Sejak tahun 2006, dengan izin Status SK. Mendiknas RI No. 125/D/O/2006, Jo SK Mendiknas RI No. 08/D/O/2006, dengan tujuan menyiapkan dan membentuk peserta didik menjadi Sarjana (S1) yang memiliki kemampuan Intelektual, Leadership, Enterpreneurship, Interpersonal, dan Personal Power Improvement.

Gambar

Tabel 3 Koleksi Perpustakaan STIE BB...................................................51
Tabel 1.   Ketua Pengurus
       Tabel 2.
Tabel 3 Hasil Penyiangan 2014
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, diperoleh hasil bahwa integrasi pakan sapi dengan tanaman kelapa sawit pada lokasi plasma tidak mungkin dilakukan seperti di kebun

Pengaruh jumlah nata de coco-CTAB dipelajari mulai dari 1 sampai 6 lembar yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi tembaga (I) tiosulfat.. Proses ekstraksi tembaga

Pada penelitian ini, akan dikaji model yang terbaik dari metode pola musiman Auto SSA (Singular Spectrum Analysis), Metode Auto SSA merupakan metode yang

Karya tulis ilmiah berupa skripsi ini dengan judul “Analisis Radionuklida Cs-137 Pada Sampel Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi Kota Palembang Dengan Spektrometer Gamma”

Puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wata'aala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir yang berjudul “Pengaruh

They are one of the major water courses of the eastern side of the Adriatic, and therefore, the reconstruction of the environments which characterized this area (and their

Telah dilakukan penelitian mengenai Drugs Related Problems (DRPs) pada terapi pasien preeklamsia dan eklamsia yang menjalani rawat inap di Rumkital Dr.. Penelitian

B ł o ń ski was the translator and the editor of the selection of philo- sophical-critical texts of Gaston Bachelard and George Poulet (i.a.). Especially the last one made a signifi