BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
3. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan
Otorisasi Jasa Keuangan
a. Menurut peraturan OJK No.65/POJK.03/2016 mengenai Penerapan
Manajemen Risiko, sebagai berikut:
1) Pengawasan Aktif Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan
Bank wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko, yaitu:
a) Wewenang dan tanggung jawab Direksi, yaitu:
(1) menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif;
(2) bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan
manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan;
(3) mengevaluasi dan memutuskan transksi yang
memerlukan persetujuan direksi;
(4) mengembangkan budaya manajemen risiko pada
seluruh jenjang organisasi;
(5) memastikan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia yang terkait dengan manajemen risiko;
(6) memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah
beroperasi secara independen; dan
(7) melaksanakan kaji ulang secara bekala untuk
memastikan:
(a) keakuratan metodologi penilaian risiko;
(b) kecukupan implementasi sistem informasi
(c) ketepatan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko.
b) Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
(1) menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen
risiko; dan
(2) mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko.
c) Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
(1) mengevaluasi kebijakan manajemen risiko yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah; dan
(2) mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
2) Kecakupan, Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko Serta Penetapan Limit Risiko
a) Kebijakan Manajemen Risiko
(1) penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan;
(2) penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko;
(3) penentuan limit dan penetapan toleransi risiko; (4) penetapan penilaian peringkat risiko;
(5) penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam kondisi terburuk (worst case scenario); dan
(6) penetapan sistem pengendalian intern dalam penetapan manajemen risiko.
b) Prosedur Manajemen Risiko dan Penetapan Limit Risiko
Prosedur manajemen risiko dan penetapan limit risiko wajib disesuaikan dengan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) terhadap risiko bank paling sedikit memuat: (1) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang
jelas;
(2) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur manajemen risiko dan penetapan limit risiko secara berkala; dan
(3) Dokumentasi prosedur manajemen risiko dan penetapan
limit risiko secara memadai.
Penetapan imit yang dimaksud yaitu mencakup: (a) Limit secara keseluruhan;
(b) Limit per jenis risiko; dan
(c) Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko.
3) Kecakupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko
a) Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko wajib didukung oleh sistem informasi manajemen yang tepat waktu dan laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan, kinerja aktivitas fungsional, dan eksposur Risiko Bank.
(1) Dalam rangka melaksanakan proses identifikasi risiko, bank wajib melakukan analisis paling sedikit terhadap: (a) karakteristik risiko yang melekat pada bank; dan (b) risiko dari produk dan kegiatan usaha bank.
(2) Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko, bank wajib paling sedikit melakukan:
(a) evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko; dan
(b) penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko dalam hal terdapat perubahan kegiatan usaha bank, produk, transaksi, dan faktor risiko, yang bersifat
material yang dapat mempengaruhi kondisi
(3) Dalam rangka melaksanakan pemantauan risiko, bank wajib paling sedikit melakukan:
(a) evaluasi terhadap eksposur risiko, dan
(b) penyempurnaan proses pelaporan dalam hal
terdapat perubahan kegiatan uaha, produk,
transaksi, faktor risiko, teknologi informasi manajemen risiko bank yang bersifat material. (4) Bank wajib melaksanakan proses pengendalian risiko
untuk mengelola risiko tertentu yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha bank.
(5) Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus sesuai dengan prinsip syariah.
(a) Sistem informasi manajemen risiko paling sedikit mencakup laporan atau informasi mengenai:
(1) eksposur risiko;
(2) kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur
manajemen risiko serta penetapan limit risiko; dan
(3) realisasi dengan target yang ditetapkan.
4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
a) Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen
(1) kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank;
(2) penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk
pemantauan kepatuhan kebijakan dan prosedur manajemen risiko, serta penetapan limit risiko;
(3) penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan kerja operasional terhadap satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian;
(4) struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha bank;
(5) pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu;
(6) kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan
Bank terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(7) kaji ulang yang efektif, independen, dan obyektif terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional Bank;
(8) pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap
(9) dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur operasional, cakupan dan temuan audit, serta tanggapan pengurus Bank berdasarkan hasil audit; dan
(10) verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan
berkesinambungan terhadap penanganan kelemahan-kelemahan Bank yang bersifat material dan tindakan pengurus Bank untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
b) Penilaian terhadap sistem pengendalian intern dalam
penerapan manajemen risiko wajib dilakukan oleh satuan kerja audit intern.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun 2 (dua) hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: Tabel 1
Perbandingan Penelitian Identitas
Penulis
Aspek
Muhammad Iqbal Fasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ris Serly Agnesia Rosa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Judul Manajemen Resiko
Perbankan Syariah Di Indonesia
Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah Perusahaan
Yang diteliti
Bank Syariah Bank BNI Syariah Cabang
Kusumanegara
Permasalahan Implementasi
manajemen risiko
perbankan syariah di Indonesia
Seperti apa konsep
manajemen risiko
pembiayaan di BNI Syariah
Penelitian implementasi
manajemen risiko
perbankan syariah di Indonesia
apa konsep manajemen
risiko pembiayaan di BNI Syariah
Metode Penelitian
Jenis dan sumber `data
yang digunakan
merupakan data primer
berupa kepustakaan
dan literature
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan
menggunakan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Menurut Muhammad Iqbal Fasa (2016) dalam skripsinya bahwa Manajemen resiko pada perbankan syariah mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-bank yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank Islam dan bank konvensional bukan terletak bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure).
Ris Serly Agnesia Rosa (2017) disimpulkan bahwa Bank BNI Syariah khususnya di BNI Syariah cabang Kusumanegara Yogyakarta dikatakan bank yang sehat karena dilihat dari manajemen risiko pembiayaan di Bank BNI
Syariah, untuk pengelolaan risiko secara umum telah dilakukan dengan baik karena sudah sesuai dengan penerapan konsep Enterprise Risk Manajemen yang alah satunya menerapkan manajemen risiko.
39