• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PRODUKTIF BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PRODUKTIF BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS

TERAPAN (DIPLOMA IV)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

OLEH :

ADINDA NUR RAMADHEANI A04140002

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN AKUNTANSI 2018

(2)

PERSETliJUAN SKRIPSI

J覇遷

:

ハ面曖議‐扇

LM鑢

emen轟1戴

kO Pembiay額ュ恥od畿職fB卜

=Syttah O由雲奪Btti=mtti線

N鋼籠

aM轟

ぉiswa: AdinttNtt R触摯曲oa減

IIi、 : 、■壽二:二

`1)()])1

Ba■iarmぉit 16 Juli 2018

Menyetu[ul,

Po理■blmbing

H.M.xttsir Fahmi=旦 。Pd.I=塁SI lヽこ][P198204122009121002 Mengtthui, Jl磨stt Akmtaュsi 2001122002 NIP l ″だ

(3)

Dengan ini dinyatakan laporan skripsi dengan data sebagai berikut :

Nama

NIM

Progranl Studi Judlll Adinda Nw Ramadheani A04140002

D4AkⅢ

血 nsi Lembaga Kellangan Sya五 山

ANALISIS MAN規

IEN RISIKO PEMBIAYAAN

PRODUKTIF BNISYARIAH CABANG BANJARIvl[ASIN

Telah diujikan dan dinyatakan lulus dengan predikat :

Banjannasin, Juli 2018

Ketua Penguji Anggota Penguji

腸ι

/イ

Lusiana Handavani.SE.CIFP.AK.CA lヽこIP 198901252015042003 Nl.AG ii l

(4)

iv

Telp : 085845382171

Email : a04140002@akuntansipoliban.ac.id

Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 18 Februari 1996

Agama : Islam

Alamat : Komp. Banjar Indah Permai JL. Kayu Kuku JL. Utan Kayu RT

15 NO 67

Kode Pos : 70248

Nama Orang Tua (Ayah) (Ibu)

: Adi Irawan : Ratna Faujiah

Riwayat Pendidikan : SD Kartika V-7 (2002-2008) MTSN Banjar Selatan (2008-2011) SMKN 3 Banjarmasin (2011-2014) Pengalaman Kerja : 1. PKL di Amalia Tour & Travel (2012)

2. PKL di Arjuna Tour & Travel (2013)

(5)

v MOTTO

“ ALLAH has already planned your life, if something goes

wrong, it went wrong for a reason ”

(6)

bahwa skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah saya lahrkan. Segala kutipan

dan bantuan dari berbagai sumber telah diungkapkan sebagaimana mestinya.

Skripsi ini belum pernah dipublikasikan untuk keperluan lain oleh siapapun juga, skrisi

ini

merupakan hasil tulisan saya dan dapat saya pertanggungjawabkan

otentikasinya atau bukan hasil dari aktivitas plagiat. Saya juga menyatakan bahwa

objek dan data yang saya ambil dalam penelitian ini bukan merupakan objek dan data

fiktif'

Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi hukum dari ketidakbenaran pernyataan tersebut. Saya bersedia dicabut titel akademik serta hak yang melekat padanya politeknik Negeri

Banjarmasin, apabila saya terbukli melanggar pernyataan yang telah saya sampaikan

diatas.

Banjarmasin, Agustus 2018

Yang membuat pernyataan

Adinda Nur Ramadheani

V1

(7)

vii

rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Produktif BNI Syariah Cabang Banjarmasin”.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SST (Sarjana Sains Terapan) pada Diploma IV Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah pada jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Banjarmasin (POLIBAN).

Pembuatan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan, maupun bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak H. Edi Yohanes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin, 2. Ibu Andriani, SE, MM, M.SC selaku ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri

Banjarmasin,

3. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku ketua Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS),

4. Bapak Moch Arif Budiman, S.Ag, MEI selaku wali kelas,

5. Bapak H. M. Yassir Fahmi,S.Pd.I, MSI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak saran, masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini,

(8)

viii

telah menjadi narasumber dalam penulisan skripsi ini,

8. Bapak Akhmad Nafarin bagian Processing BNI Syariah Cabang Banjarmasin yang telah menjadi narasumber dalam penulisan skripsi ini,

9. Seluruh staff pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,

10. Bapak dan Ibu dosen pada Jurusan Akuntansi khususnya Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS)

11. Bapak, Ibu serta seluruh keluarga penulis yang menjadi motivasi dan senantiasa mendidik dengan penuh kesabaran, tulus dalam mendoakan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi,

12. Teman-teman seangkatan DIV Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS) angkatan 2014,

13. Member of Bayi Wonderwoman (Yaya, Adzka, Mase dan Maida) yang selalu memberikan dukungan dan selalu menjadi penghibur kepada penulis,

14. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran skripsi ini.

(9)

ix

Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Banjarmasin, Juli 2018

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... iv

MOTTO ……….. v

SURAT PERNYATAAN ………... vi

KATA PENGANTAR ………... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ……… x

HALAMAN DAFTAR TABEL ……… xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ………... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi

ABSTRAK ,..………... xvii ABSTRACK ………... xviii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1 B. Permasalahan………... 6 C. Batasan Masalah ……… 6 D. Tujuan Penelitian ……… 7

(11)

xi

E. Kegunaan Penelitian …………... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ………... 8

1. Pembiayaan Bermasalah ………... 8

2. Manajemen risiko ………... 21

3. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan …. 28 B. Hasil Penelitian Terdahulu ………... 36

BAB III : METODE PENELITIAN A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel ………. 39

B. Jenis Penelitian ………. 39

C. Jenis Data dan Sumber Data ………. 40

D. Teknik Pengumpulan Data ………... 41

E. Teknik Analisis Data ……….... 41

F. Kerangka Pemikiran ……….... 43

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ………. 44

1. Sejarah Singkat Berdirinya BNI Syariah Cabang Banjarmasin ……….... 44

(12)

xii

2. Visi dan Misi BNI Syariah Cabang Banjarmasin ... 46 3. Struktur Organisasi BNI Syariah Cabang

Banjarmasin ………... 47 4. Job Describtion ……….. 48 5. Produk-Produk dan Layanan BNI Syariah …….... 53 6. Syarat Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan

Produktif di BNI Syariah ………... 66 7. Kualitas Pembiayaan ………... 66 8. Faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan

Produktif ………... 68 B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Risiko Pembiayaan Produktif ………... 72 2. Kesesuaian Penerapan Manajemen Risiko

Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa

Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 serta

penyelesaian yang dilakukan BNI Syariah Cabang Banjarmasin pada pembiayaan produktif …………. 85 BAB V : SIMPULAN dan SARAN

A. Simpulan ……….. 96

B. Saran ………...

(13)

xiii DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

Tabel 1 : Hasil Penelitian Terdahulu ………. 36

Tabel 2 : Visi dan Misi ……….. 46

Tabel 3 : Penetapan kolektabilitas Pembiayaan Produktif ……... 67 Tabel 4 : Tingkat NPF 3 (tiga) akad (mudharabah, musyarakah

dan murabahah) ……….. 76

Tabel 5 : Kebijakan, Prosedur dan Penerapan Limit di BNI Syariah

Cabang Banjarmasin ………... 85

Tabel 6 : Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian

(15)

xv

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penelitian ……….. 42

Gambar 2 : Struktur Organisasi BNI Syariah Cabang Banjarmasin …….. 47 Gambar 3 : Produk dan Akad yang digunakan BNI Syariah ………. 55

(16)

xvi

Lampiran 2 Surat Selesai Riset BNI Syariah Cabang Banjarmasin Lampiran 3 Denah/Peta Perusahaan

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Penelitian di PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 6 Lembar Hasil Wawancara

Lampiran 7 Brosur Produk Pembiayaan Produktif Lampiran 8 Lembar Bimbingan Skripsi

(17)

Cabang I〕iattarm器

h

Tllluan pcnclitiall llli adalah llnttlk IIlcngetalllli dari 3 akad yallg dillliliki Olch pelllbiayaan pI・ Odllktit akad l■ana yallg akan l■ ellllliki risiko tinggi ulltllk

penlbiayaan nlacct di BNI Syariah Cabang Bantiarl■ asin sc■ al■ cllgctahui kesestlalall inanale■ len riSikO pCl■biayaan l■entlrlit Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan iNb11lor

65/pOJK.03/20]6 1llall彎 Crllcll risiko pclllbiay′aall bcrdasarkall Pcraturan C)10risasi

.Tasa lKetlangan Nt)1■ Or 65/POJI:く¨03/2016 Serta penyelesaiall yang dilakllkan 3卜 こI Syaria11(〕aballg BalUarntas:1l pada peI1lbiayaan prOduktif

Jenis pcnclitian illi adalah dekriptif kllalitatii Sulllbcr data yallg digunal、 al] adalall data prinlcr dall scktinder.Pcnclitiall lni l■ lenggunakall tcknik pcllgulnpulan

data dengan sttldi kcplista]kaan,dokulllol■ asi dall、va、vancara.

I)ari hasil pcnclitiall diketalllli bah、 va akad ″′″″αみαttα力 lah yallg lncnliliki

NPF yallg tCrtinggi darlpada kcdlla akad lainnyaゥ karcna 809Z6 nasaball lebill banyak

inenggunakan akad l■uraballall dala111 11lcnJalankall tisahanya.Penerapan lllanaJel■ en fisiko BNI SVariall lllaSill belulll scsuai dengan POJK NO.65/POJK.03/2016 dari aSpよ kebtaktt fiSkO dalatt hal penetttall penilattt perinttat riSik9々

Kata Kunci : fuIan*jeuten Risrki:, R.isik* Penrbia;.'aarr" Pembiayaau Prociriktif, Peraturan Otr-rrisasi Jasa Keuan gat tdclmor 6 S,'POJK. 0 -1 17 C I 6

(18)

B轟armaSin Branch

The ptFpOsc Of illis rcsじ arcll is lo fllld ttllt Of tilc s cOntracts that al・ oO、vlled l〕y pl‐OduCtiVe final]Cing, lVlliCh C● lltraCt `Vi11 1laVe a higll FiSk fOr bad PCifOrinin暮

illanCing at BNI Syariall BattarmaSin Branc1l allξ l illd out tte suitabiliw Offinanci.g

riSk ln_allaきCl■enf aCCordittg to tilc Financial Serviccs Adtllorizalion Regu[ation

N■貧lber 65/年》(DJll.03/2016 1114■ ageinent flnallcillg risk based ●1l thc Fil121lclal

Services AlltLOriZttion Rettulatioll Num_ber 65/′ POfKI)3氾011_6 an_d the settiemcllt

Carl・ied Out by BNi Syぽ lah Ba可arl■a3m Braldl on pI・oductive fhancing.

Tllis type Of rescarcll is qllalitative dcscrlpi:ve, Sotllces Of data lised al'喘 pri11lar}′ and secondary data、 ・FhiE stildy use3 data collectiOn tec:11liqlles、 vith library stidics,docunlentatiOn and interviews.

Frolll the resuits of the study it is k■ o、vn tllat llltlraballah colltract llas the highcst N:PF tllan the Other t■l′O cOntracts,bccausc 8o,′16。f cllstolncrs uSC lllLirabahall

COntraCtS l■OrC in running dlClI・ buSineSS.・I`he iinplclllentation of 13「 NI Syariah l・ isk lnallagelnent iS Still l101 11l aCCordancc witll POJK NO.65/POJK.03/2016貴 olll the

aSpeCt°friSk p°liCy m tettS°f deterlllintt riSk・tting aSSeSSmeリ

カ・

Kevr.vords: Risk lr{anagement. Risk of Financing, R'oductive Financing. Regulatron

of Financiai Servtces Aurhorization Number 65,1POJK.03 2016

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. (Indroes, 2008)

Bank syariah merupakan lembaga keuangan berlandaskan syariah yang fungsinya sendiri untuk mengumpulkan, mengelola dana dari masyarakat yang mempercayakan keuangannya kepada bank syariah dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang mengajukan pinjaman kepada masyarakat yang mengajukan pinjaman melalui pembiayaan.

Sebagai lembaga intermediary (perantara antara penghimpun dana dan penyalur dana) dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang perkembangannya sangat pesat, bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat komplektasi yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.

Bank yang berbasis konvensional maupun syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai macam jenis bentuk risiko dengan kompleksitas beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian yang sangat potensial, baik dapat

(20)

diperkirakan (anticiped) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipad) yang berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan bank (Karim, 2013).

Situasi eksternal dan internal mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga dilakukan penerapan manajemen risiko yang matang. Penerapan manajemen risiko akan memberikan manfaat baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan perbankan. Manajemen risiko diperlukan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengendalikan berbagai macam risiko (Veitzal dan Arifin, 2010).

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian tak diinginkan yang kejadiannya tanpa bisa kita duga, sehingga ketidakpastian tersebut dapat menimbulkan adanya suatu risiko atau menyebabkan tumbuhnya risiko yang akan berdampak pada perusahaan itu sendiri. Risiko yang terjadi dapat dikendalikan dengan menerapkan manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan kegiatan atau proses manajemen yang terarah dan bersifat proaktif untuk mengakomodasi kemungkinan gagal dari sebuah transaksi atau instrument Tampubolon(2004:34).

Untuk mencegah atau meminimalisir suatu risiko yang terjadi, pihak bank selalu berhati-hati dan teliti dalam menyeleksi pemberiaan pembiayaan kepada calon debitur yang mengajukan suatu pembiayaan, dengan cara melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap pembiayaan atau pembiayaan

(21)

yang akan disalurkan. Hal tersebut perlu dilakukan oleh pihak bank agar tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan kerugian untuk bank, seperti adanya debitur yang tidak mampu membayar kembali kewajibannya atau biasa disebut dengan pembiayaan macet.

Bank memperoleh pendapatannya dari menerima dan mengelola risiko nasabah untuk memperoleh suatu laba. Risiko merupakan alasan hal yang harus ditanggung bank dalam melakukan usaha. Struktur tata kelola dan sistem manajemen risiko bank yang kuat menjadi dasar evaluasi keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian untuk penghasilan pendapatan yang berkesinambungan, mengurangi fluktasi pendapatan serta meningkatkan nilai bagi pemegang saham.

Penerapan manajemen risiko perbankan menjadi salah satu upaya bank dalam mengendalikan risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan kejadian dimana kemungkinan debitur tidak membayar pembiayaan yang telah diberikan oleh pihak bank. Sebelum pemberian pembiayaan sebaiknya pihak bank memperhitungkan dan merencanakan pengendalian risiko pembiayaan sehingga dapat meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan.

Dalam rangka penerapan manajemen risiko, BNI Syariah senantiasa melakukan penyempurnaan diberbagai bidang, antara lain peningkatan risk awareness dan penyempurnaan metodologi serta infrastruktur manajemen risiko. BNI Syariah memandang kedua hal tersebut merupakan hal penting

(22)

dalam menerapkan manajemen risiko yang mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

Pihak manajemen dalam pengambilan keputusan harus menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini dikarenakan dana yang dikelola oleh BNI Syariah cabang Banjarmasin merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat yang berwujud tabungan dan deposito. Pengelolaan dana yang dilakukan bank

pada umumnya adalah dengan penghimpunan dana kemudian

menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan berupa pembiayaan modal kerja, investasi, serta pembiayaan konsumtif.

BNI Syariah cabang Banjarmasin menyalurkan fasilitas pembiayaan produktif yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan investasi) yang tidak bertentangan dengan syariah dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. berlandaskan akad mudharabah, musyarakah dan murabahah pada pembiayaan produktif yang diberikan untuk pertumbuhan usaha produktif yang feasible.

Pembiayaan produktif di BNI Syariah terbagi menjadi 5 (lima), antara lain pembiayaan tunas, wirausaha, unit usaha kecil, unit usaha besar dan linkage program. Pembiayaan tunas plafon yang diberikan sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah), untuk wirausaha plafon yang diberikan sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah), unit usaha kecil plafon yang diberikan sampai dengan Rp. 35.000.000.000 (tiga puluh lima

(23)

miliar rupiah), unit usaha besar plafon yang diberikan diatas Rp. 35.000.000.000 (tiga puluh lima miliar rupiah).

Pembiayaan produktif di BNI Syariah yang menggunakan akad mudharabah, musyarakah dan murabahah memiliki risiko, risiko yang dimaksud pada setiap akad bermacam-macam diantaranya adalah risiko pembiayaan. Pada tahun 2015 tingkat NPF pembiayaan produktif 21,50%, ditahun 2016 turun menjadi 11,02% dan tahun 2017 pembiayaan yang disalurkan BNI Syariah cabang Banjarmasin pada pembiayaan produktif adalah Rp. 148.168.876.414 (seratus empat puluh delapan miliar seratus enam puluh delapan juta delapan ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus empat belas rupiah) dengan tingkat NPF yang dimiliki turun menjadi sebesar 6,33% dengan jumlah uang Rp. 9.375.996.900 (Sembilan miliar tiga ratus tujuh puluh lima juta sembilan ratus sembilan puluh enam ribu Sembilan ratus rupiah).

Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor. 15/POJK.03/2017 tentang adanya penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank umum, tingkat NPF bank yang dikatakan baik apabila berada kurang dari 5%. Dikarenakan tingkat NPF pembiayaan produktif pada BNI Syariah cukup tinggi yaitu 6,33%. Oleh karena itu, agar NPF pembiayaan produktif di BNI Syariah Cabang Banjarmasin berkurang, maka pentingnya manajemen risiko itu menggunakan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016.

(24)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai analisis manajemen risiko dalam pembiayaan produktif pada BNI Syariah cabang Banjarmasin. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk melihat bagaimana kelemahan yang dimiliki dengan peraturan OJK, Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut. Penelitian dengan judul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PRODUKTIF BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN” B. Permasalahan

1. Dari tiga akad yang dimiliki oleh pembiayaan produktif, akad mana yang akan memiliki risiko tinggi untuk pembiayaan macet di BNI Syariah Cabang Banjarmasin?

2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 serta penyelesaian yang dilakukan BNI Syariah Cabang Banjarmasin pada pembiayaan produktif ?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah hanya pada akad mana yang akan memiliki risiko tinggi untuk pembiayaan macet dari pembiayaan produktif tahun 2015, 2016 dan 2017 pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Adapun dasar penelitian ini adalah Peraturan Otorisasi Jasa Keuanga Nomor 65/POJK.03/2016.

(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dari tiga akad yang dimiliki oleh pembiayaan produktif, akad mana yang akan memiliki risiko tinggi untuk pembiayaan macet di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

2. Untuk mengetahui kesesuaian manajemen risiko pembiayaan

berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor

65/POJK.03/2016 serta penyelesaian yang dilakukan pada pembiayaan produktif di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

E. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai manajemen risiko pembiayaan dalam pembiayaan produktif pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

2. Bahan referensi bagi peneliti berikutnya secara kritis dan mendalam lagi tentang hal-hal yang sama dari sudut pandang yang berbeda.

(26)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI 1. Pembiayaan Bermasalah

a. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Menurut peraturan OJK NO.42/POJK.03/2017 BAB 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah 2) Transaksi menyewa dalam bentuk ijarah atau

sewa-menyewa dalam bentuk ijarah muntahiya bitamlik

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard, dan 5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa,

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

(27)

imbalan ujrah. Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Pembiayaan berdasarkan Pasal 1 butir 12 UU No.10 Tahun 1998. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Djamil, 2012)

b. Prinsip dan Penilaian Pembiayaan

Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan, bank harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C dan 7P pembiayaan, yang tercantum dalam buku (kasmir, 2014) adalah sebagai berikut :

(28)

1) Analisis 5 C a) Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

b) Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

c) Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas,

(29)

rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

d) Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah keridit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e) Condition

Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relative kecil.

Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, selain melakukan analisis 5 C bank juga harus menggunakan anlisis 7 P.

(30)

2) Analisis 7 P a) Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-sehari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b) Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c) Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diingankan nasabah. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.

d) Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai propek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu

(31)

fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

e) Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakian baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugikan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

f) Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya.

g) Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

3) Penetapan golongan kualitas pembiayaan. (kasmir, 2014)

Untuk menetapkan golongan kualitas pembiayaan, pada masing-masing komponen ditetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk masing-masing kelompok produk pembiayaan. Untuk

(32)

menentukan berkualitas atau tidaknya suatu pembiayaan perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas pembiayaan menurut ketentuan sebagai berikut:

a) Lancar

Suatu pembiayaan dapat dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu, pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu, memiliki mutase rekening yang aktif atau bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

b) Dalam Perhatian Khusus (special mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari, kadang-kadang terjadi cerukan, jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, mutasi rekening akif atau didukung dengan pinjaman baru.

c) Kurang Lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria seperti terdapat tunggakkan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari, sering terjadi cerukan, terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari, frekuensi mutase rekening reklatif rendah, terdapat

(33)

indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur atau dokumen pinjaman yang lemah.

d) Diragukan (doubtfull)

Dikatakan meragukan apabila memenuhi kriteria seperti adanya terdapat tunggakkan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari, terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, terjadi kapitalisasi bunga dan dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian pembiayaan maupun peningkatan jaminan.

e) Macet (loss)

Dikatakan macet apabila terdapat tunggakkan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 120 hari, kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru dan dari segi hukum dan kondisi pasar serta jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

c. Sebab-Sebab Pembiayaan Bermasalah

Dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun dalam penjelasan Pasal 37 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah antara lain dinyatakan bahwa pembiayaan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung

(34)

risiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perpembiayaanan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat.

Apabila bank tidak memperhatikan asas-asas pembiayaan yang sehat dalam menyalurkan pembiayaan, maka akan timbul berbagai risiko yang harus ditanggung oleh bank antara lain berupa:

a) Utang/kewajiban pokok pembiayaan tidak dibayar; b) Margin/bagi hasil/fee tidak dibayar;

c) Membengkaknya biaya yang dikeluarkan;

d) Turunnya kesehatan pembiayaan (finance soundness).

Risiko-risiko tersebut dapat mengakibatkan timbulnya pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) yang disebabkan oleh faktor intern bank. Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, dan

(35)

permodalan yang tidak cukup. Faktor eksten adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dan lain-lain.

d. Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah/Macet 1) Upaya-upaya untuk mengantisipasi risiko pembiayaan

bermasalah/macet.

Secara garis besar, penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melaui upaya-upaya yang bersifat preventif dan upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif. Upaya-upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin kepentingan bank, sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan yang diberikan.

Sedangkan upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif adalah upaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPFs).

(36)

2) Penyelamatan pembiayaan bermasalah

a) Pengertian penyelamatan pembiayaan bermasalah

Pengertian penyelamatan pembiayaan adalah istilah tekni yang biasa dipergunakan dikalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan bank dalam usaha mengatasi permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau kewajiban-kewajiban lainnya, agar debitur dapat memenuhi kembali kewajibannya. (Djamil, 2012).

Di Indonesia di kenal dua golongan pembiayaan bank, yaitu pembiayaan lancar dan pembiayaan bermasalah. Dimana pembiayaan bermasalah digolongkan menjadi tiga, yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet. Yang sangat dikhawatirkan oleh setiap bank adalah pembiayaan macet, karena akan mengakibatkan terganggunya kondisi keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan berhenti kegiatan usaha. Penyelamatan pembiayaan macet antara lain sebagai berikut :

(1) Reschedulling

Suatu kegiatan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu pembiayaan atau jangka waktu angsuran.

(37)

Dalam hal ini, debitur memberikan keringanan dalam

masalah jangka waktu pembiayaan pembayaran

pembiayaan, misalnya perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini

jangka angsuran pembiayaannya diperpanjang

pembayarannya. Misalkan dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

(2) Reconditioning

Bank mengubah berbagai persyaratan yang ada Restructiring.

(3) Restructiring

Tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak.

(4) Kombinasi merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas.

(38)

(5) Penyitaan Jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutang. (Rifangga C.T Tengor, 2015)

b) Analisis dan Penyelesaian pembiayaan bermasalah

1) Analisa penyebab terjadinya kemacetan Analisis sebab-sebab kemacetan pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal:

a) Aspek Internal

Kelemahan dalam analisis pembiayaan

(1) Analisis pembiayaan tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah;

(2) Informasi pembiayaan tidak lengkap atau kuantitas data rendah;

(3) Pembiayaan terlalu sedikit; (4) Pembiayaan terlalu banyak; (5) Analisis tidak cermat;

(6) Jangka waktu pembiayaan terlalu lama; (7) Jangka waktu pembiayaan terlalu pendek; (8) Kurangnya akuntabilitas putusan pembiayaan

(39)

2. Manajemen Risiko

a. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan Bank. Risiko yang dapat diperkirakan maupun risiko yang tidak dapat diperkirakan berupa risiko-risiko yang biasa terjadi dalam perbankan sesuai dengan peraturan OJK. Sedangkan risiko yang tidak dapat diperkirakan merupakan risiko yang baru muncul dan belum ada teori untuk meminimalisir risiko tersebut sehingga sangat mudah merugikan bank. Risiko tersebut hanya dapat dikelola dan dikendalikan tidak dapat dihindari. (Karim, 2007).

Risiko menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 BAB I Pasal I adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keungan Nomor 65/POJK.03/2016 BAB I Pasal I pengertian manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. b. Jenis-Jenis Risiko

Dalam dunia perbankan terdapat berbagai jenis risiko, Mengacu pada ketentuan Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) Nomor

(40)

65/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Terdapat sepuluh jenis risiko yang dihadapi bank Islam, adalah risiko pembiayaan, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil dan risiko investasi. Delapan risiko pertama adalah risiko umum yang juga dihadapi oleh bank konvensional.

Menurut POJK Nomor 65/POJK.03/2016 Jenis-jenis risiko adalah sebagai berikut:

1) Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati, termasuk risiko pembiayaan akibat kegagalan debitur, risiko konsentrasi pembiayaan counterparty credit risk, dan settlement risk.

Counterparty credit risk merupakan risiko yang timbul akibat terjadinya kegagalan pihak lawan dalam memenuhi kewajibannya dan timbul dari jenis transaksi yang memiliki karakteristik tertentu, misalnya transaksi yang dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar.

Settlement risk merupakan risiko yang timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan/atau instrument keuangan pada tanggal

(41)

penyelesaian (settlement date) yang telah disepakati dari transaksi penjualan dan/atau pembelian instrumen keuangan.

Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh bank Islam sangat terkait dengan bentuk akad pembiayaan. Pada akad murabahah dan istishna’. Risiko pembiayaan terjadi karena kegagalan debitur mengirim barang (komoditas) tepat waktu atau gagal menyerahkan barang sesuai spesifikasi sebagaimana dinyatakan dalam kontrak. Sedangkan pada investasi murabahah, resiko pembiayaan terkait kemampuan menghasilkan keuntungan dari debitur atau masalah keagenan yang muncul akibat adanya ketidaksimetrisan informasi. Bank Islam sebagai pemilik (principal) dan debitur (mudharib) sebagai agen. (Wahyudi, 2013).

2) Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan nilai dari asset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.

3) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari asset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

(42)

Ada kemungkinan deposan atau pemberi pinjaman sewaktu-waktu kmenarik dananya. Dua sumber potensial untuk deposit yang terkait dengan likuiditas akan ditinjau dalam bagian ini. Pertama, mungkin suatu bank mampu menarik dana lebih banyak, karena tingkat tingkat bunga yang ditawarkan cukup tinggi dibandingkan bank pesaingan. Kedua, bila bank meminjam dana dari suatu perusahaan broker dengan bunga yang tinggi. (Darmawi, 2011). 4) Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko keuangan yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian ekternal yang mempengaruhi operasional bank.

Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan menimbulkan potensi kesempatan yang hilang untuk memperoleh keuntungan. (IBI, 2015).

5) Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukuman dan/atau kelemahan aspek yuridis. Penyebab risiko hukum antara lain, peraturan perundang-undangan yang mendukung tidak tersedia, kelalaian bank dalam proses pengikatan agunan sehingga perikatan

(43)

seperi syarat keabsahan kontrak tidak kuat, pengikat agunan pembiayaan yang tidak sempurna. (IBI, 2015).

6) Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari pesepsi negarif terhadap bank.

7) Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 8) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta prinsip syariah.

9) Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk)

Risiko imbal hasil adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.

(44)

10)Risiko Investasi (Equity Investment Risko)

Risiko Investasi adalah risikoakibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasus bagi hasil baik yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil bank yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss sharing.

c. Proses Manajemen Risiko

Proses dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu :

1) Perencanaan (Planing)

Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumber daya yang memenuhi.

2) Pengorganisasian (Organization)

Meyakini bahwa semua pihak/unit organisasi dalam perusahaan/bank terlibat secara aktif sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing sehingga dapat menjamin bahwa semua pihak akan berkontribusi dengan optimal.

(45)

3) Penilaian (Assesment)

Terdiri atas proses-proses teknis yang memilki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja/performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

a) Identifikasi (Identifying)

Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi sehingga jika kita ingin mengelola risiko dengan baik maka risiko harus bisa diidentifikasi, dipelajari karakteristinya, dan kemudian diukur. Pengukuran tersebut ingin melihat indikator tinggi rendahnya risiko, dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. b) Analisis (analyzing)

Merupakan proses menggali informasi/deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi yang dilanjutkan dengan mengukur risiko, yang terdiri atas:

(1) Kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek;

(2) Penyebab risiko;

(3) Keterkaitan antar risiko; (4) Saat terjadinya risiko; (5) Sensivitas terhadap waktu;

(46)

(6) Mengukur risiko

Setiap risiko mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga pengukuran risikonya juga berbeda.

c) Penanganan (Hadling)

Merupakan proses identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.

d) Pemantauan/Monitoring Risiko

Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

3. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan

a. Menurut peraturan OJK No.65/POJK.03/2016 mengenai Penerapan Manajemen Risiko, sebagai berikut:

1) Pengawasan Aktif Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah

(47)

Bank wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko, yaitu:

a) Wewenang dan tanggung jawab Direksi, yaitu:

(1) menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif;

(2) bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan;

(3) mengevaluasi dan memutuskan transksi yang memerlukan persetujuan direksi;

(4) mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi;

(5) memastikan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang terkait dengan manajemen risiko;

(6) memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen; dan

(7) melaksanakan kaji ulang secara bekala untuk memastikan:

(a) keakuratan metodologi penilaian risiko;

(b) kecukupan implementasi sistem informasi manajemen risiko; dan

(48)

(c) ketepatan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko.

b) Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

(1) menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko; dan

(2) mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko.

c) Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah (1) mengevaluasi kebijakan manajemen risiko yang terkait

dengan pemenuhan prinsip syariah; dan

(2) mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.

2) Kecakupan, Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko Serta Penetapan Limit Risiko

a) Kebijakan Manajemen Risiko

(1) penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan;

(2) penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko;

(3) penentuan limit dan penetapan toleransi risiko; (4) penetapan penilaian peringkat risiko;

(49)

(5) penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam kondisi terburuk (worst case scenario); dan

(6) penetapan sistem pengendalian intern dalam penetapan manajemen risiko.

b) Prosedur Manajemen Risiko dan Penetapan Limit Risiko Prosedur manajemen risiko dan penetapan limit risiko wajib disesuaikan dengan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) terhadap risiko bank paling sedikit memuat: (1) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang

jelas;

(2) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur manajemen risiko dan penetapan limit risiko secara berkala; dan (3) Dokumentasi prosedur manajemen risiko dan penetapan

limit risiko secara memadai.

Penetapan imit yang dimaksud yaitu mencakup: (a) Limit secara keseluruhan;

(b) Limit per jenis risiko; dan

(c) Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko.

(50)

3) Kecakupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko a) Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian risiko wajib didukung oleh sistem informasi manajemen yang tepat waktu dan laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan, kinerja aktivitas fungsional, dan eksposur Risiko Bank.

(1) Dalam rangka melaksanakan proses identifikasi risiko, bank wajib melakukan analisis paling sedikit terhadap: (a) karakteristik risiko yang melekat pada bank; dan (b) risiko dari produk dan kegiatan usaha bank.

(2) Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko, bank wajib paling sedikit melakukan:

(a) evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko; dan

(b) penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko dalam hal terdapat perubahan kegiatan usaha bank, produk, transaksi, dan faktor risiko, yang bersifat material yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan bank.

(51)

(3) Dalam rangka melaksanakan pemantauan risiko, bank wajib paling sedikit melakukan:

(a) evaluasi terhadap eksposur risiko, dan

(b) penyempurnaan proses pelaporan dalam hal terdapat perubahan kegiatan uaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi manajemen risiko bank yang bersifat material. (4) Bank wajib melaksanakan proses pengendalian risiko

untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.

(5) Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus sesuai dengan prinsip syariah.

(a) Sistem informasi manajemen risiko paling sedikit mencakup laporan atau informasi mengenai:

(1) eksposur risiko;

(2) kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko; dan

(3) realisasi dengan target yang ditetapkan. 4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

a) Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko paling sedikit mencakup:

(52)

(1) kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank;

(2) penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan dan prosedur manajemen risiko, serta penetapan limit risiko;

(3) penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan kerja operasional terhadap satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian;

(4) struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha bank;

(5) pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu;

(6) kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(7) kaji ulang yang efektif, independen, dan obyektif terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional Bank;

(8) pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi Manajemen Risiko;

(53)

(9) dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur operasional, cakupan dan temuan audit, serta tanggapan pengurus Bank berdasarkan hasil audit; dan (10) verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan

berkesinambungan terhadap penanganan kelemahan-kelemahan Bank yang bersifat material dan tindakan pengurus Bank untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

b) Penilaian terhadap sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko wajib dilakukan oleh satuan kerja audit intern.

(54)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun 2 (dua) hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: Tabel 1

Perbandingan Penelitian Identitas

Penulis

Aspek

Muhammad Iqbal Fasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ris Serly Agnesia Rosa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Judul Manajemen Resiko

Perbankan Syariah Di Indonesia

Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah

Perusahaan Yang diteliti

Bank Syariah Bank BNI Syariah Cabang

Kusumanegara

Permasalahan Implementasi

manajemen risiko

perbankan syariah di Indonesia

Seperti apa konsep

manajemen risiko

pembiayaan di BNI Syariah

(55)

Penelitian implementasi

manajemen risiko

perbankan syariah di Indonesia

apa konsep manajemen risiko pembiayaan di BNI Syariah

Metode Penelitian

Jenis dan sumber `data

yang digunakan

merupakan data primer berupa kepustakaan dan literature

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif dengan

menggunakan metode

wawancara, observasi dan dokumentasi.

Menurut Muhammad Iqbal Fasa (2016) dalam skripsinya bahwa Manajemen resiko pada perbankan syariah mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-bank yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank Islam dan bank konvensional bukan terletak bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure).

Ris Serly Agnesia Rosa (2017) disimpulkan bahwa Bank BNI Syariah khususnya di BNI Syariah cabang Kusumanegara Yogyakarta dikatakan bank yang sehat karena dilihat dari manajemen risiko pembiayaan di Bank BNI

(56)

Syariah, untuk pengelolaan risiko secara umum telah dilakukan dengan baik karena sudah sesuai dengan penerapan konsep Enterprise Risk Manajemen yang alah satunya menerapkan manajemen risiko.

(57)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini adalah pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet. Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat adanya kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati, termasuk risiko pembiayaan akibat kegagalan debitur, Risiko konsentrasi pembiayaan, counterparty credit risk, dan settlement risk.

Subjek yang diteliti adalah Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Banjarmasin.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian dengan metode deskriptif kualitatif terhadap manajemen risiko pembiayaan produktif pada BNI Syariah cabang Banjarmasin. Metode deskriptif, yaitu menjelajah appearance yang meliputi suatu bidang, seluas-luasnya, pada suatu ketika atau masa lalu. (Andi Prastowo, 2014). Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia secara

(58)

“apa adanya” pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan responden. Didalamnya tidak terdapat perlakuan atau manipulasi terhadap objek penelitian lainnya, seperti metode survei, metode studi kasus, metode studi perkembangan, dan sebagainya. C. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti yaitu data kualitatif adalah serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta variabel, atau berupa keterangan-keterangan saja.

2. Sumber Data

1) Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung antara peneliti dengan dengan pihak Bank BNI Syariah cabang Banjarmasin.

2) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, literature, dan artikel yang didapat dari website atau data yang berasal dari orang kedua atau bukan data yang datang secara langsung, namun data-data ini berupa laporan internal instansi terkait yang tidak di publish dan dokumentasi atas NPF (Non Performing Finance) pembiayaan produktif di tahun 2015,2016 dan 2017 yang mendukung pembahasan dari penelitian. Untuk itu beberapa sumber buku atau data yang akan membantu

(59)

mengkaji diantaranya yang berkaitan dengan tema penelitian, data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum perusahaan. D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Metode yang digunakan dalam wawancara ini yaitu dengan metode pertanyaaan yang telah terstructure. Penanya melksanakan tanya jawab kepada pihak di BNI Syariah cabang Banjarmasin secara langsung yaitu pada unit SME (Small Medium Enterprise). Teknik ini digunakan untuk Analisi Manajemen Risiko Pembiayaan Produktif yang muncul akibat ketidak transparannya nasabah kepada pihak bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi didalam penelitian ini sebagai upaya dalam memperoleh data dan informasi yang relevan berupa catatan tertulis yang tersimpun berkaitan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi ini berupaya untuk memahami persoalan yang diteliti secara komprehensif. 3. Kepustakaan

Peneliti ini dilakukan dengan mengumpulkan literature yang relevan dan studi pustaka yang berkaitan terhadap masalah yang diteliti yang berkaitan dengan manajemen risiko pembiayaan produktif.

(60)

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penulis akan menganalisis serta menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen risiko pembiayaan produktif. Langkah-langkah teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi data dengan menyesuaikan antara penerapan manajemen risiko pembiayaan yang ada di BNI Syariah Cabang Banjarmasin dengan teori yang ada berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

2. Mengklasifikasi data yang didapat dari fakta berdasarkan proses wawancara dengan bagian SME (Small Medium Enterprise) menjelaskan tentang gambaran analalisa awal pembiayaan produktif dan penerapan manajemen risiko kredit dan Bagian Recovery & Remedial menjelaskan bagaimana teknik bagaiamana proses penyelamatan risiko pembiayaan. 3. Menuangkan data yang terkumpul ke dalam salinan tertulis.

4. Membuat simpulan dari hasil analisis penelitian terhadap manajemen risiko pembiayaan produktif di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

(61)

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Sumber: Dibuat oleh penulis Bank BNI Syariah

Manajemen Risiko pembiayaan pada

pembiayaan produktif

Meminimalisir nilai NPF pada pembiayaan produktif

di BNI Syariah cabang Banjarmasin Menurut POJK NPF bank syariah disarankan dibawah 5% maka dikategorikan sehat. Tingkat NPF Pembiayaan Produktif tahun 2017 sebesar 6,33%

(62)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya BNI Syariah Cabang Banjarmasin

BNI Syariah cabang Banjarmasin berdiri pada tahun 1946, Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia. BNI mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeng Republik Indonesia pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukkannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 15 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Tiga pilar dari prinsip syariah adalah adil, transparan dan mashlahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang adil. Dengan berlandaskan Undang-Undang No. 1o tahun 1998 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 (lima) kantor cabang di Yogyakarta, malang, pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28

(63)

Disamping lain nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di kantor cabang BNI Konvensional (office channeling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Berdasarkan keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga

(64)

semakin meningkat. Pada buan juni 2014 jumlah kantor cabang BNI syariah mencapai 65 kantor cabang, 161 kantor cabang pembantu, 17 kantor kas, 22 mobil layanan gerak dan 20 payment point II.

2. Visi dan Misi BNI Syariah Cabang Banjarmasin Tabel 2

Visi dan Misi

Visi Misi

Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja.

1. Memberikan kontribusi

positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.

2. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah. 3. Memberikan nilai investasi

yang optimal bagi investor.

4. Menciptakan Wahana

terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah. 5. Menjadi acuan tata kelola

(65)

3. Struktur Organisai BNI Syariah Cabang Banjarmasin Gambar 2

(66)

4. Job Description

Job description adalah gambaran dari tugas dan wewenang pihak yang terkait dalam suatu jenis pekerjaan pada sebuah instansi/perusahaan. Adapun job description dari pihak yang ada di BNI Syariah cabang Banjarmasin sebagai berikut :

1) Pimpinan Kantor Cabang (Branch Manager)

a) Memimpin dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas kantor cabang syariah dan kantor pembantu syariah terutama dalam hal meningkatkan kualitas assets dan liabilities,

b) Bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan fungsi manajemen secara optimal melalui pembentukan komite-komite yang melibatkan kantor cabang syariah dan kantor cabang pembantu syariah secara berkesinambungan sehingga berjalan dan berfungsi secara efektif.

c) Memimpin dan berperan aktif terhadap perkembangan implementasi Office Channeling produk BNI Syariah pada kantor cabang Konvensional di bawah kelolanya.

d) Memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) atau Know Your Costumer (KYC) sesuai ketentuan yang berlaku.

(67)

2) Pemimpin Bidang Operasional (Operational Manager)

a) Menyelia kegiatan pelayanan administrasi di back office dengan mengupayakan pelayanan yang optimal.

b) Memeriksa dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas harian operasional front officer dalam rangka memberikan pelayanan dan peningkatan bisnis untuk memaksimalkan kontribusi laba terhadap BNI secara keseluruhan.

c) Mengembangkan perencanaan standar pelayanan bersama unsur pemimpin untuk mencapai standar pelayanan.

d) Memberikan masukan kepada pemimpin kantor cabang mengenai pengelolaan dan pengalokasia sumber daya (manusia,fasilitas) dan aktivitas pegawai.

3) Penyelia Pembiayaan Produktif (Small Medium Enterprise (SME))

a) Memasarkan produk pembiayaan produktif ritel b) Memproses permohonan pembiayaan produktif ritel

c) Mengelola pemantauan nasabah pembiayaan produktif ritel, kolektabiliti 1 dan 2.

d) Melakukan kerja sama dengan institusi/aliansi bisnis dalam rangka pemasaran produk pembiayaan.

(68)

e) Melakukan kegiatan cross selling untuk produk-produk Bank BNI Syariah lainnya.

f) Melakukan penelitian potensi ekonomi daerah dan menyusun peta bisnis.

4) Penyelia Pemasaran (Consumer Sales)

a) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan memasarkan produk dan jasa perbankan kepada nasabah/calon nasabah.

b) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengelola permohonan pembiayaan.

5) Penyelia Operasional (Operational)

a) Melaksanakan dan berperan aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan administrasi pembiayaan. b) Melaksankan dan berperan aktif mengelola portopel

pembiayaan.

c) Berpartisipasi aktif dalam gugus tugas khusus dalam komite yang dibentuk oleh pemimpin kantor cabang syariah dan kantor cabang pembantu syariah.

d) Berpartisipasi aktif dalam hal penyelesaian temuan audit. 6) Penyelia Umum (Back Office)

a) Mengelola sistem otomasi di kantor cabang dan kantor layanan.

(69)

b) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan mengelola transaksi dan administrasi kliring (termasuk KU/Inkaso-DN).

c) Mengelola kebenaran dan sistem transaksi keuangan kantor cabang syariah dan kantor cabang pembantu syariah. d) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam

mengelola kebutuhan logistik, akomodasi, kelengkapan kantor dan transportasi.

e) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengelola administrasi umum dan kearsipan.

f) Melaksanakan dan berperan aktif dalam mengelola masalah kepegawaian.

7) Penyelia Proses (Consumer Processing)

a) Melakukan verifikasi data-data pada aplikasi dan kelengkapan dokumen penunjang pembiayaan konsumer. b) Melakukan verifikasi on site untuk calon nasabah segmen

non-fixed income pembiayaan consumer

c) Mengkoordinasikan seluruh proses yang berkaitan dengan penilaian agunan (taksasi/hertaksasi) pembiayaan konsumer-skoring sehingga memperoleh nilai wajar dan tepat waktu.

Referensi

Dokumen terkait

Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada preeklampsia berat

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Investasi teknologi terhadap kinerja perusahaan dengan melihat apakah perusahaan yang

PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT TENTANG TERORISME ISLAM MELALUI MEDIA FILM (Analisis Isi pada Film Zero Dark Thirty, Karya Kathryn Bigelow).. Adalah bukan karya tulis ilmiah orang

Penelitian lanjutan terdiri dari empat tahap yaitu (1) membuat tempe dengan metoda terpilih dari penelitian pendahuluan dan membuat bubur kacang hijau dengan metode Lilian

Remaja yang memiliki ibu bekerja menunjukkan sikap yang mandiri dengan ciri-ciri sebagai berikut : memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa pengaruh dari orang lain,

Dalam pelaksanaan perjanjian, perusahaan ternyata banyak membuat aturan secara sepihak yang merugikan kepentingan pengemudi sehingga ada yang berpendapat bahwa perjanjian yang

Adapun teknik yang digunakan dalam metode padan adalah teknik dasar pilah unsur penentu dengan daya pilah referensial digunakan untuk menganalisis aspek bunyi, diksi

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana rentang nilai 95% CI (1,296-2,601) tidak mencakup angka 1, sehingga variabel dukungan teman sebaya merupakan faktor