• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.4 Penerapan Metode Belajar Aktif Dalam Pendidikan Pemakai

Sebelum menjelaskan tentang metode belajar aktif terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang metode. Metode pembelajaran adalah suatu cara bagi para pendidik untuk menyajikan materi pembelajaran yang masih bersifat umum agar mudah dipahami oleh peserta didik. Pendekatan belajar aktif merupakan istilah yang bermakna sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), belajar aktif bukan bukan disiplin ilmu (teori) melainkan sebuah strategi dalam pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan sesuatu dan berpikier mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan demikian esensi pembelajaran aktif sesungguhnya adalah belajar bagaimana caranya belajar. Beattie, S, (2005) dengan tegasmengungkapkan bahwa “ Learning is definitely not more imitation, not is it the ability to accumulate and regurgitate fixed knowledge. Learning is a constant process of discovery, a process without end”. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pembelajaran hendaknya berfokus pada peserta didik.

Belajar aktif telah menerima banyak perhatian pada beberapa tahun terakhir. belajar aktif juga telah menarik banyak pendukung dari berbagai pihak termasuk perpustakaan untuk metode library instruction yang lebih modern. Untuk lebih jelasnya ada beberapa defenisi dari para ahli tentang metode belajar aktif diantaranya adalah:

19

Menurut Dalyono (2005, 49) belajar aktif merupakan salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa semaksimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Usman (1992), belajar aktif adalah sistem pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, baik secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Defenisi lain mengenai metode belajar aktif dikemukakan oleh Prince (2004, 223) menyatakan bahwa active learning is generally defined as any instructional method that engages students in the learning process. In short, active learning requires student to do meaningful learning activities and think about what they are doing. Yaitu pembelajaran aktif secara umum didefinisikan sebagai metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Singkatnya, pembelajaran aktif mengharuskan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar aktif adalah sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa agar lebih aktif dan dilatih berfikir kritis. Siswa harus mampu mengembangkan bakat yang ada pada dirinya. Siswa merupakan pusat dari sebuah kegiatan belajar dan pembelajaran, sehingga dari kegiatan tersebut diharapkan siswa menjadi lebih kreatif.

20 2.4.2 Metode Belajar Aktif

Dalam pembelajaran aktif terdapat pendekatan motodologi, yaitu menyangkut cara mahasiswa mengadaptasi ide aktif yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya, sejalan dengan cara yang ditempuh dosen dalam menyajikan bahan pembelajaran tersebut.

Lebih lanjut, Suherman, E, dkk (2003) menyatakan bahwa metode adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum, misalnya dosen menyampaikan materi dengan menggunakan ceramah dan diselingi dengan tanya jawab. Metode ini memuat prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu para mahasiswa untuk mencapai tujuan atau untuk membantu mereka menginternalisasikan isi atau pesan.

Terdapat beberapa cara dalam pelaksanaan metode belajar aktif ini, diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Swaine (1997,5) berikut:

Student teams may be given standard worksheets and assigned specific resources to examine.The worksheets can ask for title of resource, type of information it contains, how it works andease of use, currency/frequency of updating, limitations, etc. Groups can be given a certainamount of time, perhaps 10 minutes, for this and can then report their findings to the whole class(5 minute limit per group, for example).

(Tim mahasiswa dapat diberikan lembar kerja standar dan ditugaskan sumber daya yang spesifik untuk latihan. Lembar kerja dapat berupa judul sumber daya, jenis informasi yang dikandungnya, cara kerjanya dan kemudahan penggunaan, mata uang / frekuensi update, keterbatasan, dll Setiap kelompok dapat diberi waktu tertentu mungkin 10 menit dan kemudian dapat melaporkan temuan mereka ke seluruh kelas (batas 5 menit per kelompok, misalnya)).

Lunde dalam Hosnan (2014, 208) mengemukakan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pembelajaran aktif di dalam kelas, yaitu think-pair-share, barinstorming, kerja kelompok kecil, bermain peran, deba siswa, studi kasus,

21

jurnal, concept mapping, kelompok belajar kolaboratif, one-minute-paper, permainan, demonstrasi, student-gen erated exam question, presentasi dan proyek, newsletter dan perburuan harta karun.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam belajar aktif adalah model pembelajran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya bebrapamavam tipe, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, investigasi kelompok (IK), pembelajaran kooperatif tipe Pendekatan Struktural (PS).

Dalam buku panduan pembelajaran aktif di perguruan tinggi (2010, 52) menjelaskan perbandingan empat tipe dalam pembelajaran kooperatif, seperti tabel berikut:

Tabel II. 1 Perbandingan empat tipe dalam pembelajaran kooperatif

Aspek STAD Jigsaw IK PS

Tujuan kognitif Informasi akadenik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana

Tujuan sosial Kerja

kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan social

Struktur tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 menggunakan Kelompok belajar dengan 5-6 orang anggota heterogen Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6

22

Aspek STAD Jigsaw IK PS

Pola kelompok “asal” dan kelompok “ahli” orang anggota heterogen Pemilihan topik pelajaran Biasanya dosen Biasanya dosen Biasanya mahasiswa Biasanya dosen Tugas utama Mahasiswa

dapat menggunkan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Mahasiswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu. Mahasiswa menyelesaikan inkuiri kompleks Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas keterampilan sosial dan kognitif

Penilaian Tes mingguan atau kuis setiap akhir pertemuan Bervariasi dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek & menulis laporan, menggunakan tes essai Bervariasi pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi lain.

Publikasi lain Lembar

pengakuan dan publikasi lain

Bervariasi

Sumber: buku panduan pembelajaran aktif untuk perguruan tinggi (2010)

Dari berbagai tipe pembelajaran tersebut, penulis hanya membahas dua tipe pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran tipe jigsaw dan pembelajaran tipe Pendekatan Struktural (PS). Tipe PS memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi mahasiswa. Terdapat dua macam sttruktur PS, yaitu Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered-Heads-Together (NHT).

23

Selanjutnya dalam buku panduan pembelajran aktif di perguruan tinggi (2010, 35-36) menjelaskan langkah kegiatan untuk model pembelajaran tipe TPS dan jigsaw. Seperti berikut:

Diskusi dengan model pembelajaran tipe TPS

1. Fasilitator menyampaikan topik bahasan yang akan didiskusiakan 2. Fasilitator selanjutnya meminta setiap peserta memikirkan masalah

yang mereka hadapi dan menyiapkan diri untuk berdiskusi tentang masalah yang dihadapi tersebut.

3. Fasilitator meminta setiap peserta mencari pasangan untuk membahas masalah tersebut dan penyelesaian yang mungkin ditempuh. Setiap peserta cukup diminta memilih pasangan peserta lain yang duduk berdekatan dengannya.

4. Fasilitator selanjutnya mengarahkan semua peserta berdiskusi secara bersama-sama dengan memulai dari satu peserta yang mengemukakan masalahnya.

5. Fasilitator meminta sejumlah perwakilan pasangan untuk menyajikan hasil diskusi mereka.

6. Fasilitator menyimpulkan dan member penjelasan tentang model pembelajaran yang baru saja disimulasikan.

Diskusi kelompok dengan model pembelajran tipe jigsaw.

1. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok awal yang beranggotakan 8 orang.

2. Fasilitator membagikan materi model0model pembelajran aktif (penjelasan tentang 8 model pembelajran aktif). Setiap anggota setiap kelompok diminta menangani satu model pembelajaran. 3. Fasilitator mengarahkan setiap peserta dengan model pembelajran

yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli dan mendiskusikan model yang mereka tangani.

4. Fasilitator meminta setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan hasil diskusi mereka selama berada di kelompok ahli. Fasilitator meminta anggota kelompok lain untuk tidak hanya mendengar penjelasana tersebut, tetapi juga membahasnya untuk mencapai pemahaman bersama yang tepat. 5. Fasilitator membagikan lembar kegiatan pada setiap peserta dalam

kelompok awal.

6. Fasilitator meminta beberapa kelompok awal untuk mempresentasikan hasil diskusi. Sebaiknya, satu kelompok diminta menjelaskan paling banyak dua model pembelajaran saja dan satu scenario (berupa langkah-langkah kegiatan inti pembelajaran) yang telah dikembangkan.

24

Teknik lain juga dikemukakan oleh Swaine (1997) yang menyatakan bahwa siswa dapat melakukan latihan untuk menyelesaikan tugas-tugas perpustakaan sederhana atau untuk menyelesai kan latihan dalam menemukan materi yang bersangkutan mengenai satu topik, yaitu sebagai berikut:

Tabel II. 2 Kegiatan pembelajaran aktif dalam kelas

Sample time frame for a class 75-minute upper-division class session:

Time Activity

10:00 come & handouts; give overview of the session and basic objectives 10:05 Introductory session; putting things in context; looking at the big

picture10:10. Initiate group formation with clear instructions on assignments

10:13 Groups begin (for example, 1 group using Yahoo to search the Internet, one group searching a cd-rom database, 2 groups searching different printedindexes and/or other important reference works) with librarian remaining in thearea for consultation

10:35 Groups return and begin presentations (5 groups x 4 minutes each, plus1 minute per presentation for the librarian to make further clarifications)

11:00 Librarian pulls it all together, possibly with a reminder of search strategy (on a handout), a brief trip to the reference area to show pertinent locations, orreminder of services such as interlibrary loan, reference assistance, availabilityof printed guides, etc. 11:15 Class dismissed

Sumber: Swaine (1997).

Berdasarkan uraian pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa untuk melaksanakan metode belajar aktif pada pendidikan pemakai waktu pembelajaran tidak harus lama, cukup dengan waktu yang singkat tetapi materi yang disampaikan dapat bermanfaat oleh para siswa.

25 2.4.3 Karakteristik Belajar Aktif

Teori belajar saat ini menjadi hal menarik bagi siswa dalam proses belajar dan ini sering disebut sebagai belajar aktif. Belajar aktif yang paling sederhana digambarkan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa lebih aktif.

Menurut Bonwell dan Eison (1991, 2) belajar aktif sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan hal-hal dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan. Mereka juga menyatakan ada beberapa karakteristik umum yang terkait dengan belajar aktif , yaitu sebagai berikut:

1. Students are involved in more than listening. ( Siswa terlibat lebih dari mendengarkan.)

2. Less emphasis is placed in transmitting information and more on developing students skills.

(Kurang menekankan pada penyampaian informasi dan lebih pada pengembangan keterampilan siswa.)

3. Students are involved in higher-order thinking (i.e.,analysis,synthesis and evaluation).

(Siswa terlibat dalam berpikir tingkat tinggi (yaitu, analisis, sintesis, dan evaluasi).

4. Students are engaged in activities (e.g.,reading,discuccing,writing). (Siswa terlibat dalam kegiatan (misalnya, membaca, berdiskusi, menulis)

5. Greater emphasis is placed on students exploration of their attitudes and values.

(Lebih menekankan pada siswa untuk mengeksplorasi sikap dan nilai-nilai mereka.)

Dari gambaran karakteristik tersebut dapat dinyatakan bahwa penerapan metode belajar aktif akan menciptakan pribadi siswa untuk lebih belajar kreatif dan lebih mengembangkan kemampuan siswa.

26 2.4.4 Strategi Metode Belajar Aktif

Penggunaan metode belajar aktif pada one-shoot perkuliahan memerlukan beberapa modifikasi dari teknik belajar aktif . Suherman, E, dkk (2003) menguraikan bahwa strategi pembelajran aktif adalah siasat atau kiat yang direncanakan oleh guru atau dosen dengan segenap persiapan pembelajran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Drueke (1992, 77) mendaftar 9 strategi untuk memungkinkan belajar aktif dapat diaplikasikan oleh pustakawan, yaitu:

1. Talking informally with students as they arrived for class. (Berbicara informal dengan siswa saat mereka tiba kelas)

2. Expecting that students would participate and acting accordingly. (Mengharapkan siswa akan berpartisipasi dan bertindak)

3. Arranging the classroom to encourage participation including putting chairs in a cluster or circle.

(Mengatur kelas untuk mendorong partisipasi siswa termasuk menempatkan kursi pada sebuah lingkaran)

4. Using small group discussion, questioning, and writing to allow for non-threatening methods of student participation.

(Menggunakan diskusi kelompok kecil, tanya jawab, dan menulis untuk memungkinkan metode)

5. Giving students time to give responses, do not rush them.

(Memberikan waktu siswa untuk memberikan tanggapan, jangan burui mereka)

6. Rewarding students for participating by praising them or paraphrasing what they say.

(Menghargai partisipasi siswa dengan memuji mereka atau mengutip apa yang mereka katakana)

7. Reducing anonymity by introducing yourself and asking the students for their names. Ask the class to relate previous library experiences as you do this.

(Mengurangi kerahasiaan identitas, yaitu dengan memperkenalkan diri dan meminta siswa untuk memperkenalkan nama mereka. Mintalah siswa untuk menceritakan pengalaman perpustakaan)

8. Drawing the students into discussions by showing the relevance of the library to their studies.

27

(Beri gambaran kepada siswa dalam diskusi dengan menunjukkan relevansi perpustakaan untuk studi mereka)

9. Allowing students time to ask questions at the end of class.

(Membiarkan waktu siswa untuk mengajukan pertanyaan di akhir kelas)

Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa pendekatan yang didaftar oleh Drueke identik dengan modifikasi untuk poin yang sederhana yang dibuat oleh para pendukung belajar aktif. Hal ini juga menunjukkan bahwa dengan sedikit usaha pembelajaran dapat berubah menjadi pengalaman belajar aktif bagi para siswa.

Pengaplikasian metode belajar aktif yang sederhana yaitu seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis, penggunaan kosakata yang baik (bolean logic) dalam proses penelusuran, dan menunjukkan database terakurat untuk sebuah kasus.

Pendapat lain tentang strategi metode belajar aktif dikemukakan oleh Allen (96-98). Allen telah meringkas enam kegiatan khusus untuk mendorong siswa dalam proses pembelajaran, yaitu : including the modified lecture, brainstorming, small-group work, cooperative projects, peer teaching and partnering, and writing. Dapat diartikan strategi metode belajar aktif termasuk kuliah dimodifikasi, metode brainstorming, kerja kelompok kecil, proyek kerja sama, mengajar rekan dan kemitraan, dan menulis.

Praktek metode belajar aktif dapat diartikan sebagai metode pembelajaran kolaboratif.

Collaborative learning theory is closely related to both constructivist theory and sociocultural theory (Smith 2004, 65-83; Wang 2007, 149-58).Collaborative learning emphasizes the social construction of knowledge and the importance of both teachers and learners taking an

28

active role in the education process (Whipple 1987, 4-6). As in constructivist learning environments, collaborative learning environments require the instructor to act as a facilitator who shares authority with his/her students and helps learning take place (MacGregor 1990, 19-30). (Teori pembelajaran kolaboratif berkaitan erat dengan teori konstruktivis dan teori sosial budaya (Smith 2004, 65-83; Wang 2007, 149- 58). Belajar kolaborativ menekankan konstruksi dan pentingnya pengetahuan sosial baik guru dan peserta didik mengambil peran aktif dalam proses pendidikan (Whipple 1987, 4-6). Seperti dalam lingkungan belajar konstruktivis, lingkungan belajar kolaboratif membutuhkan instruktur untuk bertindak sebagai fasilitator yang berbagi kekuasaan dengan siswa dan membantu belajar berlangsung (MacGregor 1990, 19-30)).

Hosnan (2014, 208) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam proses belajar aktif yaitu:

1. Everyone is a teacher here 2. Active debate

3. Index card match 4. Jigsaw learning 5. Role play

6. Writing in the here and now 7. Reading aloud

8. The power of two & four 9. Information search 10. Point-counterpoint 11. Reading guide 12. Debat berantai 13. Listening team

14. Small group discussion 15. Team quiz

16. Card short 17. Gallery walk

Dari pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa metode belajar aktif dapat di lakukan dengan pembelajaran kolaboratif, karena dengan pembelajaran kolaboratif dapat memberikan siswa kesempatan berdiskusi dan bertukar ilmu

29

sesama rekan mereka. Sehingga siswa akan lebih aktif dalam mencari informasi dari suatu kasus yang telah diberikan pemateri.

Pendidikan pemakai perpustakaan dianggap kurang memikat oleh banyak siswa. Siswa mungkin tidak menyadari bahwa perpustakaan sangat penting, baik untuk kebutuhan informasi mereka maupun akademis mereka. Maka sehubungan dengan hal tersebut pustakawan di tuntut harus mampu memberikan inovasi dalam penyampaian materi pendidikan pemakai perpustakaan.

Penggunaan teknologi di dalam kelas dianggap sebuah inovasi yang baik untuk penerapan metode belajar aktif ini karena teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan pemakai perpustakaan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Eva dan Nicholson (2011) berikut ini :

Technology can be a good way to connect with today’s students – it is the world they are familiar and comfortable with – and, as such, may make them more open to receiving the message being taught. Technology can make library instruction more engaging, more entertaining and more interactive. Dapat diartikan bahwa teknologi bisa menjadi cara yang baik untuk berhubungan dengan siswa saat ini. Hal tersebut merupakan dunia yang akrab dan nyaman untuk mereka. Dengan demikian, dapat membuat mereka lebih terbuka untuk menerima pesan yang diajarkan. Teknologi dapat membuat instruksi perpustakaan lebih menarik, lebih menghibur dan lebih interaktif.

Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa hal pertama yang dilakukan untuk melakukan pembelajaran aktif didalam kelas ini adalah bahwa peserta didik harus merasa nyaman terlebih dahulu dengan belajar aktif. Penerapan belajar aktif perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif (aman dan nyaman) bagi para peserta didik.

30 2.4.5 Keunggulan Belajar Aktif

Belajar aktif adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang baik bagi para siswa/mahasiswa. Munir (2008, 87) mengelompokkan keaktifan peserta didik menjadi beberapa aspek, antara lain:

1. Aktif secara jasmani seperti penginderaan, yaitu mendengar, melihat,mencium, merasa dan meraba.

2. Aktif berfikir melalui tanya jawab, mengolah dan mengemukakan ide, berfikir logis, sistematis dan sebagainya.

3. Aktif secara sosial seperti aktif berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.

Hosnan (2014,216-217) menyatakan bahwa keuntungan belajar aktif adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik lebih termotivasi 2. Mempunyai lingkungan yang aman 3. Partisipasi oleh seluruh kelompok

4. Setiap orang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri 5. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya

6. Reseptif meningkat

7. Pendapat induktif distimulasi

8. Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka 9. Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan 10.Memberi kesempatan untuk mengambil resiko

Berdasarkan pendapat di atas pengetahuan peserta didik terbentuk melalui proses persepsi dan tanggapan terhadap informasi yang diterimanya melalui penginderaan. Maka dengan demikian, tingkat keberhasilan belajar peserta didik akan berada pada level yang lebih tinggi karena pembelajaran melibatkan lebih banyak penginderaan.

Sehubungan dengan survey tersebut maka peneliti menganggap metode belajar aktif adalah sebuah metode yang pantas dilakukan untuk penyampaian materi pendidikan pemakai di perpustakaan. Karena metode tersebut lebih

31

melibatkan peserta didiknya untuk belajar aktif dan kreatif, sehingga akan meningkatkan kualitas diri peserta didik dalam hal mencari dan melakukan tugas/ penelitian.

Dokumen terkait