• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng pada BPKAD Kabupaten Bantaeng

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penyjian Data (Hasil Penelitian)

1. Penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng pada BPKAD Kabupaten Bantaeng

Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeeng saat ini telah menerapkan transaksi non tunai. Sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 910/1867/SJ tentang implementasi transaksi non tunai.

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota menghimbau semua Bupati/Walikota diseluruh Indonesia untuk menerapkan transaksi non tunai. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh bapak Rahman Kasir selaku Bendahara

Pengeluaran Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng.

“Dalam transaksi non tunai kita menindaklanjuti intruksi presiden nomor 10 tahun 2016 tentang aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dimana juga sesuai dengan intruksi mendagri tentang implementasi transaksi non tunai”.

Penjelasan dari bapak Rahman Kasir diatas diperkuat oleh bapak Fandi selaku Staff Bagian Akuntansi. Dalam wawancaranya, bahwa :

“transaksi non tunai ini diterapkan sejak desember 2017, sesuai dengan peraturan bupati nomor 900/665/BPKD/XII.2017 dan ditandatangani oleh bapak bupati pada tanggal 5 Desember 2017 sehingga intruksi tersebut diberlakukan pada awal januari 2018”

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan sehingga dapat diungkapkan oleh informan tersebut, maka secara jelas dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng menerapkan transaksi non tunnai sejak awal tahun 2018. Penerapan transaksi non ini berjalan sesuai dengan instruksi presiden terkait pencegahan terjadinya tindak korupsi serta surat edaran Mendagri terkait implementasi transaksi non tunai. Transaksi non tunai yang diterapkan oleh Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng tergolong cukup baik, karena penerapan transaksi non tunai bukanlah tanpa sebab, pemerintah daerah juga berpendapat bahwa dengan diterapkannya transaksi non tunai akan membuat pemerintahan yang akuntabilitas dan transaparansi serta mempercepat peredaran uang. Hal ini sejalan dengan sebagai Bapak Rahman Kasir selaku Bendahara Pengeluaran Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bantaeng, menyatakan bahwa;

“tujuan/ alasannya yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi transaksi pada BPKD. Karena dengan berlakunya transaksi non tunai ini maka pengelolaan keuangan daerah mampu meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi”

Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten bantaeng menerapkan transaksi non tunai sebab bertujuan untuk mendorong Transaparansi dan Akuntabilitas serta memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan transaksi non tunai. Dalam proses penerapan transaksi non tunai badan pengelolaan keuangan daerah mengacu pada Intruksi Bupati Nomor 900/ 665/ BPKD/ XII/ 2017. Sesuai dengan pernyataan Bapak Rahman Kasir selaku Bendahara Pengeluaran Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng, yang menyatakan :

“Jadi Proses penerapan Transaksi non tunai ini kita mengacu pada Instruksi Bupati Nomor 900/ 665 / BPKD / XII / 2017 yang didalam intsruksi tersebut terdapat point-point tentang bagaimana penerapan transaksi non tunai.”

Penjelasan yang diberikan oleh Abdul Rahman selaku bendahara pengeluaran terkait Instruksi Bupati mengenai penerapan transaksi non tunai yang dimana point- pointnya itu menjelaskan sebagai berikut :

1. Meminimalkan penggunaan uang tunai dalam pelaksanaan transaksi penerimaan dan pembayaran pada masing-masing SKPD/Unit Kerja dengan ketentuan.

a. Semua penrimaan daerah wajib menggunakan non tunai, kecuali :

1) Penerima Pajak Bumi dan Bangunan 2) Penerima Retribusi Pelayanan Kesehatan

3) Penerima Retribusi Pelakyanan Persampahan/Kebersihan 4) Retribusi Pasar

5) Retribusi Parkir 6) Retribusi Terminal

7) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 8) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 9) Retribusi Rumah Potong Hewan

10) Retribusi Pengujian Kendaraan Baermotor

b. Semua pembayaran Belanja Tidak Langsung wajib menggunakan mekanisme non tunai, kecuali pembayaran dibawah nilai RP.5.000.000

c. Semua pembayaran belanja pegawai dan belanja barang/jasa yang pembayarannya ditujukan kepada PNS dan Non PNS wajib menggunakan mekanisme non tunai, kecuali Biaya Operasional Bupati/Wakil Bupati dan Ketua/Wakil Ketua DPRD.

d. Semua pembayaran belanja barang dan jasa yang nilainya minimal Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) pertransaksi wajib menggunakan mekanisme non tunai, kecuali Belanja Transportasi, Belanja Bahan Bakar/Pelumas dan Gas dan Belanja Perjalanan Dinas.

e. Semua pembayaran Belanja Modal wajib menggunakan mekanisme non tunai kecuali yang ditujukan untuk pembayaran biaya administrasi perlakuannya disamakan dengan ketentuan sebagaimana tersebut pada huruf c dan huruf d

2. Untuk pelaksanaan transfert oleh bendahara pengeluaran/

bendahara pengeluaran pembantu, menggunakan format permintaan transfer sebagaimana terlampir.

3. Untuk menjamin terlaksananya transaksi non tunai sebagaimana tersebut pada dictum KESATU diatas, Kepala BAdan Pengelolaan Keuangan Daerah, melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

 Senantiasa melakukan koordinasi dengan lembaga keuangan

bank, terutama dengan Bank Sulselbar Cabang Bantaeng selaku bank tempat rekening Kas Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

 Melakukan monitoring dan evaluasi atas implementasi transaksi

non tunai pada SKPD/Unit Kerja Lingkup Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

 Melaporkan perkembangan pelaksanaan implementasi transaksi

non tunai kepada Bupati Bantaeng melalui Sekretaris Daerah.

4. Melaksanakan Intruksi Bupati ini dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab.

Transaksi non tunai dalam penerapannya memberikan dampak pada transaksi penerimaan dan pengeluaran sesuai yang dikatakan oleh Bapak Rahman Kasir selaku bendahara pengeluaran Badan Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengatakan bahwa:

“Yang menerima dampaknya yaitu pada pelaksanaan transaksi penerimaan daerah diwajibkan menggunakan mekanisme non tunai dan pengeluaran diatas Rp.5.000.000 wajib menggunakan mekanisme non tunai.”

Dari hasil wawancara diatas, maka dapat kita ketahui bahwa dalam penerapan transaksi non tunai memberikan dampak atas transaksi pengeluaran dan penerimaan dimana penerimaan dalam hal ini yaitu Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan, Penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pasar, Retribusi Parkir, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. Dan untuk pengeluaran dalam hal ini yaitu pengeluaran diatas Rp.5.000.000 wajib menggunakan mekanisme non tunai. Penerapan transaksi non tunai terdapat perubahan yang dialami oleh masing-masing bendahara SKPD. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari bapak Rahman Kasir selaku Bendahara Pengeluaran Badan Pengelolaan keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng yang menyatakan :

“Sejak diterapkannya transaksi non tunai kita mengalami perubahan, yang awalnya kita transaksi menggunakan uang tunai beralih ke secara non tunai. Dampak yang dirasakan cukup baik karena bendahara SKPD tidak lagi sulit dalam pembayaran karna sudah melalui aplikasi. Sebelum menggunakan non tunai biasanya bendahara menarik cash uang untuk honor lalu membayar ke penerima, tetapi setelah pengunaan aplikasi non tunai bendahara tinggal mengimput data/nama untuk penerima setelah itu masuk ke rekening masing-masing penerima”

Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa dalam penerapan tranasksi non tunai berdampak sangat baik bagi masing-masing bendahara SKPD, hal ini memudahkan bendahara sehingga dalam pembayaran honor/gaji bendahara tidak lagi melakukan secara tunai.

Pembayaran malalui aplikasi juga sangat baik sehingga dalam pencatatan transaksinya secara real time. Dalam melaksanakan transaksi

non tunai BPKAD juga sangat selektif dalam proses penyusunan belanja pemerintah terkhusus pada belanja barang. Hal ini sejalan dengan peryataan bapak Fandi selaku staff bagian akuntansi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng, yang mengatakan;

“Setiap tahun pemerintah menyusun APBD dengan baik dan sesuai dengan mekanismenya. Prosesnya itu yang pertama setiap SKPD menyusun anggaran sesuai RKBU, kemudian dimasukkan kedalam APBD dan disetujui oleh tim anggaran eksekutif, setelah itu barulah pembelian belanja barang dilakukan”

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan dalam sistem perencanaan untuk pembelian aset/barang milik daerah yang paling berperan penting yaitu SKPD hal ini karena SKPD mengetahui jumlah kebutuhan masing-masing aset/barang. Setelah proses penyusunan belanja barang dilakukanlan proses pengimputan hal ini sejalan dengan pernyataan bapak Fandi selaku Staff bagian Akuntansi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng, yang menyatakan;

“Untuk pengimputan belanja barang ke dalam realisasi anggaran jumlah yang dilaporankan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.”

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi realisasi anggaran untuk belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya.

Kelebihan yang dimiliki transaksi non tunai dibandingkan transaksi tunai yang dilakukan secara konvensional, salah satunya yaitu

proses pelaporannya dapat dilakukan dengan cepat, dan transaksi bisa dilakukan dengan lebih efisisen. Serta mampu membuat pemerintahan yang bersih dari perbuatan korupsi. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh bapak Yohanis sebagai sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam wawancaranya mengatakan bahwa :

“Iya, karna dengan adanya transaksi non tunai maka sistem pelaporan keuangan lebih cepat dan tidak menumpuk, ditambah lagi dengan adanya aplikasi SIMDA SP2D akan mempermudah semuanya.SIMDA SP2D itu begitu kita terbitkan maka langsung terkoneksi dengan baik.”

Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwaPemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng telah difasilitasi dengan aplikasi SIMDA dan dengan adanya aplikasi yang mendukung maka membuat laporan tersebut lebih cepat dan akurat dalam pelaporannya. pengelolaan keuangan daerah memang perlu menerapkan transaksi non tunai dikarenakan dengan adanya transaksi non tunai, maka pelaporan yang dibuat oleh bendahara akan lebih cepat dan tidak menumpuk.

Salah satu siklus pengelolaan barang daerah adalah perencanaan kebutuhan dan penganggaran. Terkait hal tersebut, perlu adanya pengelolaan kebutuhan barang setiap SKPD, sehingga perlu disusun Rancangan Umum Pengadaan (RUP) di setiap SKPD. Untuk SOP pengadaan belanja barang sebagai berikut:

Tabel 4.1 SOP Pengadaan Barang SKPD SOP Pengadaan Barang pada

SKPD

SOP Pengadaan Barang pada

SKPD BPKAD Kabupaten Bantaeng Ket

Mengentry RUP (Rancangan Umum Pengadaan)

Barang/Jasa Berdasarkan SKPD oleh admin SKPD

SKPD menyusun rancangan

pengadaan barang Sesuai Membuat spesifikasi barang/

jasa Membuat daftar barang oleh PA Sesuai Mengambil dokumen isian

kualifikasi dan dokumen

Mengambil dokumen pengadaan barang atau HPS oleh pejabat pengadaan barang

Sesuai Memasukan dokumen isian

kualifikasi

Memasukan dokumen pengadaan

barang oleh penyediaan barang Sesuai Memeriksa dokumen

prakualifikasi penyediaan barang atau jasa

Memeriksa isian dokumen barang

oleh penyediaan barang Sesuai Menjelaskan pekerjaan oleh

penyediaan barang Sesuai Usulan penetapan

pengguna anggaran Menetapkan penyediaan barang sesuai Mendatangani SPK oleh

pengguna anggaran

Penandatanganan dokumen oleh

penyediaan barang dan PA sesuai Melaksanakan pekerjaan oleh

penyediaan barang dan jasa

Melakukan pekerjaan oleh

penyediaan barang sesuai Mendatangani berita acara

pemeriksaan dan penerimaan pekerjaan oleh pelaksana

Mendatangani BAP dan

penerimaan pekerjaan sesuai Barang dan jasa tersedia Barang tersedia sesuai

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam SOP Pengadaan Barang BPKD Kabupaten Bantaeng telah mengikuti prosedur yang ada, sehingga alur pengadaan barang dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.2 Alur Belanja Barang Non Tunai

Adapun Proses Sistem pengeluaran non-tunai belanja barang pada SKPD Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pertama-tama SKPD/UPTD menyusun RKBU lalu diserahkan ke kepala kantor.

2. Setelah itu, kepala kantor meminta pertimbangan teknis ke kasi/kepala kabid. Kemudian dikembalikan ke kepala kantor.

3. Setelah dikembalikan, kepala kantor menyurat ke tim anggaran yang diketuai oleh sekda untuk diminta harga pasar barang yang dibutuhkan. setelah itu, surat dikembalikan ke kepala kantor.

4. kemudian surat dikembalikan ke skpd untuk menyutujui pengadaan barang

5. Setelah dikembalikan ke skpd kemudian diberikan ke vendor untuk diberikan penawaran harga, lalu vendor melakukan pemasukan barang.

6. Setelah itu dibuat pencatatan tentang penerimaan barang yang ditembuskan kepada tim anggran kepala seksi, bidang akuntansi untuk dilakukan penjurnalan.

Secara umum prosedur penerapan transaksi non tunai dalam pelaksanaan belanja barang pada SKPD BPKAD Kabupaten Bantaeng sesuasi dengan prinsip sistem akuntansi yang dilengkapi dokumen dan sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI Nomor:

910/1867/SJ tentang implementasi transaksi non tunai.

Kelebihan yang dimiliki transaksi non tunai dibandingkan transaksi tunai yang dilakukan secara konvensional, salah satunya yaitu proses pelaporannya dapat dilakukan dengan cepat, dan transaksi bisa dilakukan dengan lebih efisisen. Serta mampu membuat pemerintahan yang bersih dari perbuatan korupsi. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Fandi selaku staff bagian akuntansi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam wawancaranya mengatakan bahwa :

“Iya, karna dengan adanya transaksi non tunai maka sistem pelaporan keuangan lebih cepat dan tidak menumpuk, ditambah lagi dengan adanya aplikasi SIMDA SP2D akan mempermudah semuanya.SIMDA SP2D itu begitu kita terbitkan maka langsung terkoneksi dengan baik.”

Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwaPemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng telah difasilitasi dengan aplikasi SIMDA dan dengan adanya aplikasi yang mendukung maka membuat laporan tersebut lebih cepat dan akurat dalam pelaporannya. pengelolaan keuangan daerah memang perlu menerapkan transaksi non tunai dikarenakan dengan adanya transaksi non tunai, maka pelaporan yang dibuat oleh bendahara akan lebih cepat dan tidak

menumpuk. Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) dibuat oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ialah merupakan suatu aplikasi informasi yang dikembangkan, dibangun dan digunakan untuk melaksanakan prosedur penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Mariska dan Dewi., 2018). Dengan adanya aplikasi SIMDA ini benar-benar mendukung dalam penerapan transaksi non tunai.

Jurnal Pencatatan Belanja Non-Tunia pada saat pembelajaan barang dilaksanakan tetapi belum terealisasi pembayannya:

Tabel 4.2 Jurnal Pencatatn Belanja Non Tunai

Kegiatan Jurnal Debet Kredit

Penerimaan barang Berita cara Penerimaan Barang Pemeriksaan Barang

Telah dilaksanakan

Belanja Barang Rp XXXXX Hutang Belanja

Belanja Barang Rp XXXXX

2. Pengungkapan Laporan Keuangan Belanja Barang Non Tunai

Dokumen terkait