• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN SISTEM PEMBELANJAAN BARANG NON TUNAI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN SISTEM PEMBELANJAAN BARANG NON TUNAI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MIFTAHUL JANNAH NIM 105731118317

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN:

TINJAUAN SISTEM PEMBELANJAAN BARANG NON TUNAI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BADAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTAENG

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Oleh:

MIFTAHUL JANNAH NIM: 105731118317

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2021

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jika kamu benar-benar menginginkan sesuatu, lambat laun kamu pasti akan segera menemukan caranya. Namun, jika tak benar-benar

serius, kamu hanya akan mendapati banyaknya alasan kegagalan.

PERSEMBAHAN

“Puji syukur kepada Allah SWT ata Ridho-Nya serta Karunia sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.”

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtua terkasih dan keluarga yang selalu menyemangati saya serta orang-orang yang

saya sayangi dan almamaterku

PESAN

“jangan malas dalam mengerjakan sesuatu, orang bilang skripsi yang baik itu skripsi yang cepat selesai”

KESAN

Kuliah itu asik, yang tidak asik teman-temannya yang tidak asik.

Barakallah untuk teman-teman yang sedang menyususn skripsi

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

ABSTRAK

MIFTAHUL JANNAH, 2021. TINJAUAN SISTEM PEMBELANJAAN NON TUNAI BELANJA BARANG PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTAENG, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing Dr. Muh Rum dan Pembimbng II Ismail Rasulong.

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng, serta mengetahui bagaimana pengungkapan dalam laporan keuangan.

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem pengeluaran non tunai terhadap belajan barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng. Serta mengetahui bagaimana pengungkapan dalam laporan keuangan maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeksripsikan data yang peneliti peroleh sebagai hasil suatu penelitian. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan (mendeskripsikan) suatu sistem pembelanjaan barang non-tunai, kemudian membandingankan dengan prinsip sistem akuntansi yang memadai seperti keterlibatan semua fungsi, pembagian tugas, penempatan karyawan berdasarkan kompetensinya, dan kelengkapan dokumen transaksi, kemudian ditunjukkan dalam pencatatan dan pengungkapan laporan keuangan. Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan proposal ini adalah Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng yang berlokasi di Lamalaka, Kec.

Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan tahun 2021.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng telah dilaksanakan berdasarkan sistem akuntansi yang memadai, dengan melibatkan semua fungsi, yang disertai dengan dokumen yang cukup untuk melakukan pencatatan akuntansi pada SIMAK Akuntansi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng. Pengungkapan Belanja Non Tunai dalam Laporan Keuangan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng telah tercatat dalam Neraca sampai penutupan aplikasi SIMAK tahun buku 2020.

Kata Kunci: Sistem Pengeluaran Non Tunai Terhadap Belanja Barang.

(8)

viii

ABSTRACT

MIFTAHUL JANNAH, 2021. REVIEW OF THE NON-CASH SPENDING SYSTEM OF GOODS SPENDING ON THE REGIONAL TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT OF THE REGIONAL FINANCIAL AND ASSET MANAGEMENT AGENCY OF BANTAENG REGENCY, Thesis of the Faculty of Economics and Business department of Accounting, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised Advisior I by Dr. Muh Rum and Advisior II Ismail Rasulong

The main purpose of this study is to find out how the implementation of the non-cash disbursement system for goods expenditure at BPKAD Bantaeng Regency, and find out how the disclosure in the financial statements. In accordance with the problems that are the focus of this research, namely knowing how to implement a non-cash disbursement system for goods Procurement at BPKAD Bantaeng Regency. As well as knowing how the disclosures in the financial statements, the researchers used a qualitative approach by describing the data that the researchers obtained as a result of a study. The type of research in this thesis is field research with a qualitative descriptive method, that describes a non- cash Procurement system, then compares it with the principles of an adequate accounting system such as involvement of all functions, division of tasks, placement of employees based on their competencies, and the completeness of the transaction documents, then shown in the recording and disclosure of financial statements. The research location used as the object of study in Regional Financial Management Agency of Bantaeng Regency which is located in Lamalaka District.

Bantaeng Regency, South Sulawesi in 2020. The results of this study indicate that.

The implementation of the non-cash disbursement system for goods expenditures at the BPKAD of Bantaeng Regency has been carried out based on an adequate accounting system, involving all functions, accompanied by sufficient documents to carry out accounting records at the Accounting SIMAK of the Regional Financial Management Agency of Bantaeng Regency. Disclosure of Non- Cash Expenditures in the Financial Statements of the Regional Financial Management Agency of Bantaeng Regency has been recorded in the Balance Sheet until the closing of the SIMAK application for the 2020 financial year.

Keywords: Non-Cash Expenditure System for Goods Procurement

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa saya kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Sistem Pembelanjaan Barang Non Tunai Pada Unit Pelaksana Teknis Daerah Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Bantaeng”.

Berbagai kesulitan telah dilewati dalam rangka penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak terkhusus Ibundaku tercinta Hasmawati dan Ayahandaku M. Umar dan kedua Saudara ku, sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai. Pada kesempatan ini izinkanlah peneliti menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar;

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar;

3. Ibu Mira, SE,.M.Ak.,Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar;

4. Bapak Dr. Muh Rum., SE.,M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga Skripsi selesai dengan baik,

5. Bapak Ismail Rasulong, SE.,M.Si, selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

(10)

x

6. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada saya selama perkuliahan.

7. Sahabat yang selalu memberikan dukungan dan doa Muh Ikhzan Araz.

8. Para sahabatku yang selalu memberikan support Nurhayaningsih Putri, Evi Sulfianti, Andi Tenrioji Yandang dan Rian Purnawan terima kasih atas doa bantuannya selama dalam proses penyusunan skripsi penulis,

9. Teman seperjuangan sejak semester awal (Hikmah, Yusril, Ani, Ainul, Ari, Billy, Aldi, Nanna dan Baim).

10. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2017 terkhisis kelas Ak17E dan ASP 2 yang selalu belajar bersama dan tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi.

Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang Bendahara Pengeluaraniman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini. Mudah- mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 24 November 2021

Miftahul Jannah

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teori ... 6

1. Sistem Informasi Akuntansi ... 6

2. Sistem Keuangan Daerah ... 9

3. Pengelolaan Keuangan Daerah ... 10

4. Sistem Pengakuan Pendapatan dan Beban ... 11

a) Pengakuan Pendapatan ... 11

b) Beban ... 16

B. Tinjauan Empiris ... 17

C. Kerangka Konsep ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Fokus Penelitian ... 25

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian ... 25

D. Sumber Data ... 26

(12)

xii

E. Pengumpulan Data ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 27

G. Teknis Analisis data ... 27

IV. Hasi Penelitian ... 29

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 29

1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng ... 29

2. Gambaran Umum BPKAD Kabupaten Bantaeng ... 32

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ... 41

1. Penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang BPKAD Kabupaten Bantaeng ... 41

2. Pengungkapan laporan keuangan belanja barang BPKAD Kabupaten Bantaeng ... 52

C. Pembahasan ... 55

V. Kesimpulan dan Saran ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 DAFTAR LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL NOMOR

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 4.1 SOP Pengadaan Barang SKPD ... 49

Tabel 4.2 Jurnal Pencatatan Belanja Non Tunai ... 52

Tabel 4.2 Laporan Neraca BPKAD Kabupaten Bantaeng ... 53

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL NOMOR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 23 Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPKAD Kabupaten Bantaeng ... 34 Gambar 4.2 Alur Belanja Barang Non Tunai ... 50

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem keuangan Daerah di Indonesia telah menerapkan prinsip tata kelola keuangan yang baik dan penerapan good governance dalam pengelolaan keuangan daerah. Dimana pemerintah daerah menerapkan prinsip akuntabilitas, transparansi, efektivitas dan efisiensi. Dalam meningkatkan sistem pengelolaan keuangan daerah yang realistis, maka pemerintah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri Nomor 910/1866/SJ Tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada tanggal 17 april 2017 (Kemendagri, 2017). Adapun dalam surat edaran tersebut yang sesuai dengan Ketentuan Pasal 283 Ayat (2) Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, yang memercayakan bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efesiensi, efektif, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat masyarakat yang sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi. Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu dari beberapa kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan yang menerapkan transaksi non tunai.

Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah menerapkan sistem transaksi non tunai untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pemerintahan sejak tahun 2018. Dalam proses penerapan transaksi non

(16)

tunai di Kabupaten Bantaeng mengacu pada Instruksi Bupati Nomor 900/ 665/

BPKD/ XII/ 2017. Penerapan sistem transaksi non tunai dilakukan pada pengeluaran dan penerimaan daerah. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantaeng merupakan badan yang menerapkan transaksi non tunai di Pemerintahan Kabupaten Bantaeng. Sehingga pemerintah Kabupaten Bantaeng perlu lebih intens mengawasi perihal belanja barang non tunai.

Perkembangan kemajuan dalam teknologi mampu mengubah kondisi sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi, sehingga bisa mempercepat pelaporan dan menyajikan laporan keuangan yang tepat sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. Menurut Husain., (2018:6). transaksi ekonomi pada saat ini tidak hanya difasilitasi dengan uang tunai saja akan tetapi telah difasilitasi dengan menggunakan transaksi non tunai yang lebih efektif dan juga ekonomis. Penerapan sistem transaksi non tunai dilakukan pada penerimaan dan pengeluaran. Karena pentingnya hal tersebut, maka perlu dilakukannya tinjauan pada sistem transaksi non tunai terkhusus pengeluaran belanja barang.

Penggunaan teknologi saat ini dalam pengelolaan keuangan daerah memperkecil resiko terjadinya penyalahgunaan keuangaan. Pemerintah Kota Bantaeng mengimplementasikan pembayaran transaksi non tunai melalui aplikasi SIMDA kesda atau CMS (cash management system) yang bekerja sama dengan Bank Sulselbar cabang Bantaeng. Dilansir dari laman website BPKD (bpkd.go.id), Cash Management System ini adalah aplikasi SP2D Online yang merupakan aplikasi layanan perbankan untuk memperlancar proses pencairan SP2D dari Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ke

(17)

rekening tujuan (rekening SKPD dan pihak ketiga) di Bank dengan konsep Real-Time Online. Cash Management system mempercepat proses pembuatan ID Billing Pajak dan Penyetoran Pajak ke Kas Negara untuk mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) untuk mempermudah Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran dengan mekanisme Transaksi Non Tunai. Dengan adanya sistem ini bendahara dapat melakukan transaksi secara online dan tidak perlu lagi membawa cek giro untuk mengambil uang tunai.

Penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah belanja non tunai dalam hal pengelolaan anggaran, pelaporan, dan pengimputan dalam sistem keuangan daerah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan harapan mengetahui terkait bagaimana pelaksanaan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD di Kabupaten Bantaeng. Serta, bagaimana pengungkapan dalam laporan keuangan.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Adam Al Kautsar dkk. (2021).

menyatakan bahwa penerapan transaksi non tunai dapat meminimalisir praktik pungli ataupun korupsi pada kegiatan belanja langsung. Sejalan dengan Hartono dkk.,(2020). menyatakan bahwa penerapan sistem transaksi non tunai dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pada BPKD pemerintah daerah Kabupaten Landak. Sejalan dengan Linda Dian Kurnia.,(2020). menyatakan dalam penerapan transaksi non pada sekretariat kota metro memberikan bantak manfaat transaksi menjadi sangat efisien dan juga efektif sehingga lebih akuntabel. Sejalan menurut elmizar &

kasmadi.,(2020). menyatakan bahwa dalam pelaksanaan transaksi non tunai oleh pemkab Kampar 75% baik. Namun masih adanya kendala dalam

(18)

pelaksanaannya. Sejalan dengan Angelina dkk.,(2018) menyatakan bahwa pada dinas lingkungan hidup kota bitung dalam penerapan transaksi non tunai dilakukan secara bertahap pada APBD. Namun masih terjadi kendala dalam penerapannya. Sejalan dengan Selly et al.,(2019). Menyatakan bahwa dalam pelaksanaan transaksi non tunai pada BPKAD Provinsi Jawa Barat dapat mewujudkan good governance dan meminimalisir terjadinya ungli atau korupsi pada belanja langsung. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Sistem Pengeluaran Non Tunai Belanja Barang di SKPD BPKAD Kabupaten Bantaeng”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat yaitu:

1. Bagaimana penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng?

2. Bagaimana pengungkapan Belanja Non Tunai dalam Laporan Keuangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng, serta mengetahui bagaimana pengungkapan dalam laporan keuangan.

D. MANFAAT PENELITIAN

(19)

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng. Adapun manfaat yang dapat di kontribusikan oleh peneliti yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk memperluas wawasan dan mengembangkan pengetahuan seputar Akuntansi Sektor Publik, terkhusus tentang sistem pengeluaran non tunai belanja barang di BPKAD Kaupaten Bantaeng.

2. Manfaat Kebijakan

Sebagai bahan informasi sekaligus bahan evaluasi bagi pemerintah dalam menerapkan sistem non tunai belanja barang pada UPTD Pemerintahan Kabupaten Bantaeng terkhusus pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

3. Manfaat Metodologi

Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Tinjauan Sistem non tunai dalam belanja barang pada UPTD Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantaeng.

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Sistem Informasi Akuntansi adalah metode atau prosedur untuk mencatat dan melaporkan informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau suatu organisasi bisnis. Menurut Nugroho Widjajanto (2001), sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai formulir, catatan, peralatan termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi dan tenaga pelaksananya, serta laporan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen. Dengan adanya SIA maka laporan keuangan di setiap akhir periode akan jauh lebih mudah untuk dilakukan. Selain itu, ketepatan dalam pembuatan laporan keuangan menjadi lebih efektif dan efisien.

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat kuputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan didalam perusahaan, organisasi non-profit dan lembaga pemerintah. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran). Input suatu sistem adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir, outputnya adalah laporan keuangan. Sistem

(21)

akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan pelaporan keuangan. Adapun unsur-unseur sistem informasi akuntansi, yaitu:

a. Manusia

Manusia adalah pihak/ orang yang merupakan salah satu unsur yang berperan dalam melaksanakan tugasnya atau dikenal juga sebagai karyawan.

b. Peralatan Yaitu semua alat yang membantu dalam pelaksanaan sistem informasi akuntansi. Beberapa alat yang digunakan, contohnya: komputer, mesin ketik dan alat lain yang berguna untuk mentransfer data.

c. Buku dan Catatan Yaitu buku yang digunakan untuk pencatatan atau hasil yang bersumber dari formulir. Buku dan catatan transaksi dari dokumen dasar, buku tersebut dapat berupa kartu-kartu atau dalam bentuk buku yang sebenarnya. Buku-buku tersebut meliputi jurnal maupun buku besar. Ada beberapa jenis catatan, diantaranya:

 Buku Jurnal Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama

yang diselenggarakan dalam proses akuntansi.

 Buku Besar Buku Besar merupakan kumpulan rekening-

rekening yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal.

d. Formulir merupakan unsur penting dalam sistem informasi akuntansi karena digunakan sebagai suatu dokumen dasar. Formulir juga merupakan secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi yang terdiri

(22)

dari kolom-kolom. Formulir merupakan salah satu unsur dari sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi dan juga merupakan bukti tertulis dengan transaksi.

e. Kegiatan dan prosedur merupakan serangkaian kegiatan klerikal, termasuk pengolahan data elektronik yang harus dilaksanakan dalam melakukan pencatatan berbagai informasi pada formulir, buku, jurnal, buku besar dan dalam penyusunan laporan atau pernyataan.

Prosedur merupakan pedoman yang dijadikan landasan dalam melakukan kegiatan transaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi disusun berdasarkan input yang berupa data akuntansi. Sedangkan proses yang mengubah data akuntansi menjadi informasi akuntansi adalah proses akuntansi.

f. Laporan atau pernyataan merupakan Laporan merupakan hasil akhir dari suatu sistem dan merupakan alat yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan hasil akhir dari suatu tugas, dapat disajikan dalam bentuk; neraca, laporan laba rugi, 17 laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan

Dari unsur-unsur di atas daoat diambil kesimpulan bahwa sebuah sistem informasi akuntansi akan dapat berjalan dengan baik jika unsur- unsur diatas dapat terpenuhi karena setiap unsur saling berhubungan.

2. SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan keuangan tiap daerah biasanya menggunakan Sistem Keuangan Daerah. Sistem informasi keuangan daerah adalah suatu sistem

(23)

yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada steakholder dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban. Tujuan sistem informasi keuangan menurut Baridwan (1996) antara lain untuk mendukung operasi-operasi sehari-hari (to support the day to day operation), mendukung pengambilan keputusan manajemen (to support decision making by internal decision maker), dan untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan pertanggungjawaban (to fulfill obligations relating to stewardship).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Informasi Keuangan Daerah menyatakan bahwa Sistem Informasi Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SIKD adalah suatu fasilitas yang diselenggarakan oleh Menteri Keuangan untuk mengumpulkan, melakukan validasi, mengolah, menganalisis data, dan menyediakan informasi keuangan daerah dalam rangka merumuskan kebijakan dalam pembagian Dana Perimbangan, evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) serta memenuhi kebutuhan lain, seperti statistik keuangan negara. Apaun tujuan penyelenggara SIKD :

1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian dfsikal nasional 2. Menyajikan informasi keuangan daerah

3. Merumuskan pemantauan, pengendalian dan evaluasi pendafnaan antara lain terhadap Desentralisasi,

(24)

Dekonsentrasi. Tugas pembantuan, Pinjaman Daerah dan Defisit Anggaran Daerah.

Informasi Keuangan Daerah (IKD) adalah segala informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (IKD) (PP RI No. 56 Tahun 2005 : Pasal 1 ayat 16). Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang disampaikan harus memenuhi prinsip-prinsip akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan (PP RI Nomor 56 Tahun 2005 : Pasal 3).

3. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Salah satu bagian dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara tepat adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Proses pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Anggaran daerah adalah rencana pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu (satu tahun).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019, Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pada pasal 1 ayat (2) menjelaskan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 mengatakan tujuan dari pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut :

a. Tanggung Jawab (accountability) b. Mampu memenuhi kewajiban keuangan

(25)

c. Kejujuran

d. Hasil guna (efectiveness) dan daya guna (effiency) e. Pengendalian

Pengelolaan Keuangan Daerah sangat erat kaitannya dengan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Permendagri nomor 13 tahun 2006, “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 tahun anggaran terhitung 1 Januari sampai 31 Desember.” Menurut PP 71 tahun 2010 tentang SAP, dinyatakan bawa APBD merupakan rencanakan keuangann pemerintah daerah yang disetujui bersama DPRD. Menurut penulis, APBD merupakan suatu pedoman sistematis yang telah disetujui DPRD dalam proses pengelolaan keuanga daerah selama satu tahun anggaran meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.

4. SISTEM PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 1. Pengakuan Pendapatan

Pengakuan adalah proses secara formal untuk mencatat dan menggabungkan suatu bagian di dalam perkiraan dan laporan keuangan satu kesatuan. Pengakuan mencakup uraian bagian dalam kata-kata dan angka, dengan jumlah tercakup dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang-kadang digunakan bergantian didalam literature dan praktek akuntansi. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pendapatan didefinisikan dalam dua macam yaitu pendapatan-LO dan pendapatan-LRA. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui

(26)

sebagai penambah nilai kekayaan bersih (ekuitas) dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) membagi pendapatan ke dalam dua kelompok yaitu pendapatan dari transaksi pertukaran (IPSAS 9) dan pendapatan dari transaksi nonpertukaran (IPSAS 23). IPSAS 9 (Revenue from Exchange Transactions) membagi pendapatan dalam tiga kelompok yaitu pendapatan dari pemberian jasa, penjualan barang dan penggunaan aset yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen atau hasil lainnya dari penggunaan aset suatu entitas. Sementara itu, IPSAS 23 (Revenue from Non-Exchange Transactions) membagi pendapatan dalam dua kelompok yaitu pendapatan perpajakan dan transfer.

Pendapatan transfer meliputi pendapatan hibah, pendapatan dari penghapusan utang, denda, warisan, hadiah, donasi serta barang/jasa dan bagian dari konsesi yang diperoleh dari pinjaman. Dalam SAP memiliki berbagai macam penerapan yaitu:

a. Cash Basis

Undang-undang Republik Indonesia (UU RI No.1 tahun 2004 tentang Perbendahaaran Negara) sistem akuntansi masih boleh menggunakan basis kas khusus untuk pembuatan laporan

(27)

realisasi anggaran, sedangkan untuk pos-pos neraca (asset, utang dan ekuitas) menggunakan basis akrual sampai saatnya keseluruhan laporan menggunakan basis akrual. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Permendgri RI Nomor 64 Tahun 2013).

b. Cash Menuju Akrual

Penerapan SAP berdasarkan Akrual dilaksanakan secara bertahap, dimulai dengan penerapan SAP cash menuju akrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual. SAP berbasis cash menuju akrual merupakan SAP yang mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui asset, utang, dan ekuitas dana. Adapun perbedaan SAP berbasis cash menuju akrual dengan berbasis akrual terletak pada PSAP 12 mengenai laporan operasional. Entitas melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan.

c. Akrual Basis

Akrual Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan sat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Kebijakan pelaksanaan akuntansi pemerintah berbasis akrual telah diatur pada Permendgri RI Nomor 64 Tahun 2013, beralihnya dari kebijakan akuntansi cash

(28)

basis menjadi accrual basis agar dapat memperlihatkan kondisi keuangan pemerintah daerah tidak hanya saat masuk dan keluarnya uang tunai. Dalam kebijakan akuntansi pemerintah daerah berisi unsur-unsur pokok dari SAP yang dijabarkan dalam pemilihan suatu metode akuntansi, baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapan.

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual paragraf 60 menyatakan bahwa Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (Bendahara Pengeluarangetary reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. CaLK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.

Pencatatan transaksi menggunakan akrual basis bersifat memorial utnuk mecatat semua transaksi tetapi kalau terealisasi.

Berdasarkan SE Menteri Dalam Negeri Nomor 910/1866/SJ mendefinisikan Transaksi Non Tunai sebagai pemindahan sejumlah uang dari pihak satu ke pihak lain. Penerapan transaksi nontunai dalam pengelolaan keuangan daerah diperlukan untuk

(29)

mendorong proses akuntabilitas keuangan lembaga daerah dan merupakan langkah pemerintah untuk mencegah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menyalahgunakan risiko keuangan di pemerintah daerah.

Transaksi tunai terdiri dari : 1. Transaksi Penerimaan Pendapatan Daerah adalah transaksi yang tidak melalui penbendaharaan penerimaan atau petugas Pemungut (langsung disetor oleh pihak penyetor ke Rekening kas umum daerah) ke rekening penerima , 2. Transaksi pengeluaran dari rekening Bendahara Pengeluaran / Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada rekening pihak yang berhak menerima.

Penerapan transaksi non tunai pada pemerintah bantaeng menggunakan Aplikasi SIMDA Kesda atau Cash Management System (CMS). Dalam penerapan Cash Management System ini bekerja sama dengan Bank sulselbar cabang Bantaeng. Cash Management System (CMS) ini merupakan Cash Management System ini adalah aplikasi SP2D Online yang merupakan aplikasi layanan perbankan untuk memperlancar proses pencairan SP2D dari Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ke rekening tujuan (rekening SKPD dan pihak ketiga) di Bank dengan konsep Real- Time Online. Dengan adanya sistem ini bendahara dapat melakukan transaksi secara online dan tidak perlu lagi membawa cek giro untuk mengambil uang tunai.

2. Beban

(30)

Permendagri No.13 Tahun 2006 mengenai Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah, belanja daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui menjadi pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah digunakan dalam menandai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota yang terdiri dari kewajiban Deddi Nordiawan dan Ayuningtyas Hertianti (2010)., mendefinisikan akuntansi belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Pengakuan beban dilaksanakan ketika kewajiban membayar sesudah terjadia, sehingga titik ini dapat dianggap sebagai starting point lahirnya biaya maupun beban tersebut belum dibayar.pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 selain unsur laporan keuangan belanja, terdapat pula unsur laporan keuangan beban. Pada paragraf ke 96 kerangka konseptual SAP menjelaskan beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Sedangkan paragraf 97 menyatakan bahwa belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari kas Umum Negara/Daerah atau entitas laporan.

Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

B. TINJAUAN EMPIRIS

(31)

Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian tentangpenerapan transaksi non tunai dalam pengelolaan keuangan daerah.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Jenis

Penelitian Hasil Penelitian 1 Hortono,

Oktavianus, (2020).

Analisis Penerapan Sistem Transaksi Non Tunai Dalam

Meningkatkan Transparansi Dan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Landak.

Deskriptif

Kualitatif Prosedur pelaksanaan

transaksi non tunai pada pengeluaran di Pemerintah

Kabupaten Landak menggunakan

aplikasi Cash Management System (CMS) dan pemindah bukuan dilakukan sesuai Peraturan Bupati Landak Pelaksanaan

transaksi non tunai pada pendapatan berupa pembayaran

PBB Online.

Sehingga dalam penerapan sistem transaksi non tunai meningkatkan

akuntabilitas dan transparansi.

2 Lidanna Dian Kurnia,

(2020).

Analisis Efisiensi Penerapan Transaksi Non Tunai Dalam

Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Sekretariat Daerah Kota Metro Provinsi Lampung

Deskriptif

kuantitatif Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan transaksi non tunai dalam pengelolaan keuangan

daerah pada

sekretariat daerah Kota Metro Provinsi Lampung memberikan banyak manfaat transaksi menjadi sangat efisien dan juga efektif, Dalam transaksi

(32)

non tunai penggunaan aliran dana seluruh transaksi dapat ditelusuri sehingga lebih akuntabel dikarenakan seluruh transaksi didukung dengan bukti yang sah.

3 Selly Septiani, Endah, et al.

(2019).

Penerapan Transaksi Non Tunai Dalam

Pelaksanaan Belanja Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Prinsip Good Governance (Studi Kasus Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Barat)

Kualitatif

Deskriptif Hasil penelitian menunjukan

penerapan transaksi non tunai ini dirasakan dapat meningkatkan perwujudan prinsip good governance terutama prinsip akuntabilitas,

transparansi,

efektivitas dan efisiensi. Dengan adanya penerapan transaksi non tunai dalam pelaksanaan belanja pemerintah dapat menekan tingkat penyelewengan

terutama korupsi.

4 Adam Al

Kautsar dkk., (2021).

Penerapan Sistem Transaksi Non Tunai Dalam

Pelaksanaan Belanja Langsung Di Dinas Sosial Kota Tangerang

Deskrptif

Kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Sistem Transaksi Non Tunai pada

pelaksanaan belanja langsung di Dinas Sosial dengan menerapkan aplikasi Cash Manegement System (CMS) memiliki kelebihan yaitu efektifitas serta efisiensi waktu serta meminimalisir praktik pungli ataupun korupsi pada kegiatan belanja langsung.

(33)

5 Elmizar, Kasmadi., (2020)

Analisis Implementa si Sistem Transaksi Non Tunai Dalam Pengelolaa n Keuangan Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar).

Kualitatif Deskriptif

Hasil penelitian menunjukan

pelaksanaan

transaksi non tunai oleh pemkab Kampar 75% baik.

Namun, ada

beberapa hal kendala dalam pelaksanaannya seperti keterbatasan sumber daya manusia,

keterbatasan

infrastruktur dan tidak adanya SOP dalam pelaksanaan transaksi non tunai.

6 Angelina Pelealu, Grace B.Nangoi, Natalia Y.T.Gerung ai, (2018).

Analisis Penerapan Sistem Transaksi Non Tunai Dalam Pengelolaa n Keuangan Daerah Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Bitung.

Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitiannya menunjukkan pada Dinas Lingkungan Hidup kota Bitung telah menerapkan sistem transaksi non tunai secara bertahap pada APBD. Namun terdapat kendala berupa

terhambatnya dalam proses administrasi, proses sosialisasi, penerapannya hingga pungutan dengan nominal kecil.

(34)

7 Astuti, Santi Retno and Priyastiwi, Priyastiwi (2 018)

Analisis Implementa si Transaksi Non Tunai (Non Cash) Dalam Mewujudka n Good Governance Pada

Pemerintah Kota

Yogyakarta.

Kualitatif Dekriptif

Implementasi non tunaidapat

mewujudkan goodgovernance yaitu akuntabilitas, transparansi efektif dan efisiensi pada pengelolaan

keuangan daerah

8 Vira Maulina

Analisis Implemen tasi Transaksi Nontunai Pada Pemerint ah Daerah (Studi Pada Kabupate n Agam Dan Kota Padang Panjang)

Kualitatif Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi

transaksi nontunai pada Kabupaten Agam masih rendah jika dibandingkan dengan Kota Padang Panjang. Beberapa kendala yang terjadi di Kabupaten Agam ialah kurangnya sosialisasi ke masyarakat,

keterbatasan sarana dan prasarana, kurangnya fungsi kontrol dalam transaksi, lemahnya komitmen pimpinan, serta tidak adanya mekanisme reward d an punishment dala m pelaksanaan transaksi nontunai.

Selain itu, kendala terkait regulasi yang belum memiliki kekuatan hukum serta sistem dan prosedur yang tidak update juga terjadi pada kedua objek penelitian.

(35)

8 Husain, Nuraeni (20 18)

Pengelolaa n Keuangan Daerah : Kebijakan Transaksi Non Tunai (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa)

Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa Transaksi non tunai pada tata kelola keuangan

pemerintah daerah Kabupaten Gowa sudah berdasarkan good governance tetapi belum sepenuhnya optimal dan transaksi non

tunai pada

pengelolaan

keuangan daerah dalam menciptakan akuntabilitas dan transparansi saat ini belum efektif. Hal tersebut terkait dengan masalah infrastruktur dan Rekening. Meskipun penerapan transaksi non tunai belum efektif, tetapi dengan penerapan transaksi non tunai dapat mempermudah dalam pelaksanaan pembuatan laporan pertanggungjawaba n.

9 Elsje Celvia Mongisidi, Rosalina A.M

Koleangan, Debby Ch.

Rotinsulu

Analisis implementa si transaksi non tunai dalam pengelolaan Keuangan kota manado

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Penerapan sistem transaksi non tunai di Dinas Pendapatan Daerah kota Manado diterapkan secara bertahap

berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri.

Keuntungan

penerapan sistem transaksi non tunai di Dinas Pendapatan Daerah kota Manado

(36)

yaitu [enggunaan aliran dana seluruh transaksi dapat ditelusuri sehingga lebih akuntabel dikarenakan seluruh transaksi didukung dengan bukti yang

sah. Dalam

penerapan sistem transaksi non tunai ada beberapa kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah kota Manado adalah sulit menerapkan sistem pada penerimaan retribusi. Pembuatan SPTD mengalami keterlambatan.

diperoleh adalah Penerapan

sistem

transaksi non tunai di Dinas

Pendapatan

diperoleh adalah Penerapan

sistem

transaksi non tunai di Dinas Pendapatan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu mengacu pada penelitian dengan Adam Al Kautsar dkk., (2021). “Penerapan Sistem Transaksi Non Tunai Dalam Pelaksanaan Belanja Langsung Di Dinas Sosial Kota Tangerang”. adalah tempat, waktu, dan lokasi dilaksanakannya penelitian.

C. KERANGAKA KONSEP

(37)

Penelitian ini membahas tentang tinjauan sistem pembelanjaan non tunai belanja barang pada UPTD Badan Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantaeng. Dalam hal ini BPKAD sebagai Badan yang menerapkan sistem transaksi non tunai. Salah satu kegiatan pada pengelola keuangan di BPKAD Kabupaten Bantaeng yaitu pada pengelolaan anggaran.

Pada pengelolaan anggaran ini, terdapat anggaran belanja. Anggaran belanja terdiri dari belanja modal dan belanja barang, pada pelaksanaan belanja barang terbagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja operasional.

Transaksi yang digunakan dalam belanja terdapat menggunakan transaksi non tunai dan tunai. BPKAD dalam pengelolaan keuangan mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 mengenai SAP berbasis Akrual dalam pencatatannya serta dalam pengungkapan laporan keuangan.

Sehingga dapat di gambarkan alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pencatatan Pembelanjaan barang

non tunai BPKAD

(Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun Belanja Barang

Pengungkapan

(38)
(39)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Seperti yang diungkapkan sugiyono (2018:2),.metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan (mendeskripsikan) suatu sistem pembelanjaan barang non-tunai, kemudian membandingankan dengan prinsip sistem akuntansi yang memadai seperti keterlibatan semua fungsi, pembagian tugas, penempatan karyawan berdasarkan kompetensinya, dan kelengkapan dokumen transaksi, kemudian ditunjukkan dalam pencatatan dan pengungkapan laporan keuangan. Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena peneliti ingin mengetahui fenomena yang ada dan dalam kondisi yang alamiah bukan dalam kondisi yang terkendali, sehingga jenis penelitian kualitatif dekskriptif kiranya lebih tepat digunakan.

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem belanja non tunai terhadap belajan barang pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantaeng. Serta mengetahui bagaimana pengungkapan

(40)

dalam laporan keuangan maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeksripsikan data yang peneliti peroleh sebagai hasil suatu penelitian. Dengan menggunakan metode ini, maka peneliti akan mendapatkan data secara utuh dan dapat dideskripsikan dengan jelas sehingga hasil penelitian ini benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian berguna untuk membatasi objek penelitian yang diajukan, manfaat lainnya yaitu peneliti tidak terjebak pada banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Penentuan fokus penelitan lebih diarahkan pada tingkat informasi terbaru. Fokus penelitian adalah bagaimana sistem pengeluaran non tunai belanja barang pada pengelolaan keuanga dan aset daerah di Kabupaten bantaeng. Penelitian ini dilakukan dengan meninjau sehingga dapat menggambarkan bagaimana pelaksanaan transaksi non tunai pada pengeluaran belanja barang di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten bantaeng.

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka penulis melakukan penelitian pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng. Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan proposal ini adalah Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng yang berlokasi di Lamalaka, Kec. Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

(41)

D. Sumber Data

Sumber Data di dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting, karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian.

Oleh karena itu sumber data menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Primer adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti mengenai bagaimana penerapan sistem transaksi non tunai terhadap belanja barang pada pengelolaan keuangan daerah dengan melakukan wawancara kepada pihak yang berkompeten di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng.

2. Sumber Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada berupa data arsip terkait objek penelitian.

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian mengenai sistem penerapan transaksi non tunai ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar data yang dihasilkan lebih akurat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau informasi terkait topik penelitian secara langsung. Dewasa ini kemajuan teknologi sudah sangat pesat, kini wawancara dapat dilakukan lewat telepon maupun video call.

(42)

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran.

3. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan melakukan penulusuran menggunakan referensi dari buku, jurnal, makalah dan perundang-undangan terkait mengenai objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji sebagai penunjang penelitian

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, kualitas instrumen penelitian berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data yang berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen atau alat yang menjadi penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono.,2017).

Intrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

1. Daftar pertanyaan pada saat melakukan wawancara 2. Alat tulis menulis

3. Handphone atau Laptop

G. Teknik Analisis

Data yang diperoleh selanjutnya akan diuraikan secara sistematis dan terperinci kemudian disusun kedalam format yang mudah dipahami.

Kegiatan analisis data penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan

(43)

berlangsung secara terus menerus dan sampai tuntas. Adapun beberapa langkah kegiatan sistematis yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data/informasi, merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada dilapangan, baik dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap narasumber, maupun data yang diperoleh dari hasil pencatatan dokumentasi.

2. Menggambarkan sistem akuntansi yang memadai dengan bagan alur, dokumen yang digunakan, serta keterlibatan fungsi organisasi dalam prosedur pembelanjaan barang non-tunai.

3. Membuat tinjauan dengan meneliti setiap prosedur pembelanjaan non- tunai dengan membandingkan prinsip sistem akuntansi yang tepat dan aman.

4. Membandingkan antara metode pencatatan dan penyajian laporan keuangan/ LO/ Neraca dengan SAP no. 64 tahun 2013.

5. Menyimpulkan temuan penelitian terdahulu.

6. Penarikan kesimpulan, dalam hal ini data yang telah dihimpun kemudian ditelaah oleh peneliti. Hasilnya akan dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan pada kajian teori. Selanjutnya berdasarkan hasil perbandingan data yang diperoleh di lapangan dengan kajian teori ditariklah suatu kesimpulan tentang tinjauan penerapan pembelanjaan non tunai.

(44)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Pada gambaran tempat penelitian akan menyajikan dua gambaran umum, yaitu gambaran umum Kabupaten Bantaeng, dan gambaran umum mengenai Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD). Gambaran umum pada kabupaten bantaeng mencakup keadaan geografis, kependudukan, serta visi dan misi kabupaten bantaeng. Sedangkan gambaran pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) meliputi uraian tugas, fungsi.

1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng a. Kondisi Geografis

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21’13’’ 5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur. Berada di kaki Gunung Lompobattang, Kabupaten Bantaeng memiliki Topografi yang terdiri dari daerah pantai, daratan, dan pegunungan. Luas wilayah daratan mencapai 395.83 km2 dan luas wilayah perairan mecapai 144 km2 . 59,33 km2 atau sekitar 14,99%

dari wilayahnya merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0-2 meter, 168,75 km2 atau sekitar 42,64% dari luas wilayahnya merupakan daratan yang landai dengan kemiringan 2-15 meter, 81,86 km2 atau sekitar 20,68% dari luas wilayahnya merupakan daratan dengan kemiringan 10-40 meter sedangkan 83,80 km2 atau sekitar 21,17% sisanya merupakan daerah daratan dengan kemiringan lebih dari 40 meter.

(45)

Letak geografi pada Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan pesisir pantai, dengan dua musim Iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 14 mm.

Kabupaten bantaeng terletak di bagian selatan provinsi Sulawesi selatan yang berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Bulukumba

 Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

 Sebelah Selatan : Laut Flores

 Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto

b. Kondisi Demografi

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng pada tahun 2015 sebanyak 183.368 jiwa dibandingkan dengan proyeksi pada tahun 2014. Penduduk kabupaten bantaeng mengalami pertumbuhan sebesar 0,61 persen. Angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 93, yang berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 94.896 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki 88.490 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantaeng tahun 2015 mencapai 463 jiwa/km2 , yang berarti bahwa dalam satu km2 di huni oleh 463 penduduk.

Kepadatan Penduduk di 8 kecamatan cukup beragam, dan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Bantaeng dengan kepadatan

(46)

sebesar 1.321 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Uluere sebesar 167 jiwa/km2 .

Bila dilihat Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng tertinggi berada pada kelompok umur (usia 0 – 14 tahun) yaitu sebanyak 17.815 jiwa dan terendah berada pada kelompok umur 70 – 74 tahun yaitu sebanyak 2.769 jiwa.

c. Visi dan Misi Kabupaten Bantaeng 1) Visi

“ Terwujudnya Masyarakat Bantaeng yang Sejahtera Lahir Batin Berorientasi pada Kemajuan, Keadilan, Kelestarian dan Keunggulan berbasis Agama dan Bendahara Pengeluaranaya Lokal”

2) Misi

a. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

b. Meningkatkan akselarasi program pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.

c. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualiatas pelayanan kesehatan dan pelayanan social lainnya.

d. Mengoptimalkan kualitas dan pemerataan pembangunan infrastruktur yang berbasis kelestarian lingkungan.

e. Mengoptimalkan pembangunan pertanian dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

f. Mewujudkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik.

(47)

2. Gambaran Umum Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng

a. Sejarah Singakat Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng

Berdirinya organisasi pemerintah daerah Badan Pengelolah Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Bantaeng, pada mulanya adalah bernama Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) dengan tugas melakukan pemungutan, penghimpunan serta pengelolaan dibidang pendapatan daerah untuk keperluan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Bantaeng. Pada tahun 2008 berubah menjadi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dengan dasar pembentukan/berdirinya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Bantaeng sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 2 Tahun 2009.

Badan Pengelola Keuangan Daerah merupakan nomenklatur yang dipilih dan ditetapkan serta digunakan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng. Dasar pertimbangan utama yang digunakan adalah Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

(48)

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Pertanyaan sering muncul mengapa harus nomenklatur DPPKAD, mengapa bukan Badan Keuangan Daerah atau Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, atau antara Badan Keuangan dipisahkan saja menjadi masing-masing misalnya Badan Pendapatan tersendiri dan Pengelolaan Keuangannya juga lain.

b. Struktur Organisasi dan Job Description

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 02 Tahun 2017 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dengan organisasi dan tata kerjanya dijabarkan melalui Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 69 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng.

Berdasarkan ketentuan diatas Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng adalah unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.Kepala Badan bertindak selaku PPKD, BENDAHARA PENGELUARAN, dan Pembantu

(49)

Pengelola. Adapun struktur organisasi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantaent sebagai berikut:

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dalam bidang keuangan. Tugas pokok dan tanggung jawab Badan Pengelolaan Keuangan Daerah yakni melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang Anggaran, Pendapatan, Perbendaharaan, Akuntansi dan Aset Daerah dana dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan kebijakan teknis dibidang Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah.

2) Pelakasanaan tugas dukungan teknis dibidang Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah.

3) Pemantasan, evaluasi dan pelaporan tugas dukungan teknis dibidang Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPKAD Kabupaten Bantaeng

(50)

4) Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah di bidang Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah.

5) Pelaksanaan fungus lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Secara Tipelogi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng tergolong ke dalam Tipe A terdiri atas 1 (satu) Sekretariat dan 5 (lima) bidang, yaitu:

1. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit kerja dilingkungan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantaeng.Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi, Sub Bagian Keuangan dan Aset dan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b. Pembinaan dan Pelaksanaan tugas Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi, Sub Bagian Keuangan dan Aset dan Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan di Sub bagian Perencanaan dan Evlauasi, Sub BAgian Keuangan dan Aset dan Bagian umum dan kepegawaian.

d. Pengkoordinasian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi program dan kegiatan.

(51)

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan, Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris dan membawahi 3 Sub Bagian yang masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris, yaitu :

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Program 2. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi di bidang anggaran meliputi : pengendalian anggaran, anggaran belanja langsung, dan anggaran belanja tidak langsung. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Anggaran menyelenggarakan Fungsi :

a. Perencanaan, Pelaksanaan dan pengawasan perumusan kebijakan teknis di Bidang Anggaran.

b. Persiapan teknis pelaksanaan penyususnan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan.

c. Pengendalian pembiayaan dalam rangka pelakasanaan kegiatan-kegiatan APB

d. Perumusan kebijakan operasioal di Bidang Anggaran.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

(52)

Bidang Anggaran berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan, Bidang Anggaran dipimpin oleh Kepala Bidang dan membawahi 3 Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang, yaitu :

1. Sub Bidang Perencanaan Penyusunan Anggaran 2. Sub Bidang Pengendalian dan Evaluasi

3. Sub Bidang Administrasi Anggaran 3. Bidang Pendapatan

Bidang Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi di bidang pendapatan meliputi : pengelolaan data dan informasi pendapatan daerah, penagihan dan pelaporan serta pelayanan atas pengelolaan pendapatan daerah. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pendapatan melaksanakan fungsi :

a. Pengelolaan perencanaan dan pengembangan pendapatan daerah

b. Pengelolaan pengendalian dan evaluasi pendapatan daerah

c. Pengelolaan pendaftaran, pendapatan, penilaian dan pengadministrasian obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah.

d. Pengelolaan perhitungan, penetapan, penerbitan dokumen ketetapan serta penagihan pajak daerah dan retribusi daerah

(53)

e. Penyususnan kebijakan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah

f. Pengelolaan validasi dan verifikasi BPHTB

g. Pengelolaan dana administrasi dana transfer dari pemerintah, pemerintah provinisi, dan pemerintah daerah lainnya.

h. Pengelolaan data bahagian desa dari penerima pendapatan daerah.

Bidang Pendapatan berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan, Bidang Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang dan membawahi 3 Sub Bidang yang masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang, yaitu :

1. Sub Bidang Pengelolahan Data dan Informasi 2. Sub Bidang Penagihan dan Pelaporan

3. Sub Bidang Pelayanan 4. Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi di bidang perbendaharaan meliputi : pelayanan keuangan daerah, belanja langsung dan belanja tidak langsung. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan dan pengelolahan data anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah

(54)

b. Pembinaan administrasi perbendaharaan daerah

c. Evaluasi dan monitoring pelaksana tugas-tugas dibidang perbendaharaan

d. Koordinasi dengan pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan APBD

e. Pelaksanaan fungsi BENDAHARA PENGELUARAN f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

Bidang Perbendaharaan berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan, Bidang Perbendaharaan dipimpin oleh Kepala Bidang dan membawahi 3 Sub Bidang yang masing- masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang, yaitu :

1. Sub Bidang Verifikasi Pertanggungjawaban 2. Sub Bidang Pengelolaan Gaji dan Tunjangan 3. Sub Bidang Pendanaan Kegiatan SKPD/PPKD 5. Bidang Aset Daerah

Bidang Aset merupakan tugas melaksanakan penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi dibidang aset meliputi :perencanaan dan penatausahaan aset, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan aset serta pemindah tanganan, penilaian dan penghapusan aset. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Aset menyelenggarakan fungsi:

(55)

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan perumsan kebijakan teknis pelaksanaan pengelolaan aset daerah b. Pembinaan teknis pelaksanaan pengelolaan aset daerah c. Perumusan kebijakan operasional pengelolaan aset

daerah

d. Penyelenggaraan evaluasi dan pengelolaan aset daerah e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Bidang Aset berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan, Bidang Aset dipimpin oleh Kepala Bidang dan membawahi 3 Sub Bidang yang masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang, yaitu :

1. Sub Bidang Perencanaan Kebutuhan BMD 2. Sub Bidang Penatausahaan BMD

3. Sub Bagian mutasi/penghapusan BMD 6. Bidang Akuntansi

Bidang Akuntansi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dam pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi di Bidang Aset meliputi : Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Penatausahaan Keuangan, dan Dokumentasi dan Informasi Keuangan. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Akuntansi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan bidang

(56)

b. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis,serta rencana strategis penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah

c. Pengumpulan, penggolongan, pencatatan, penafsiran, dan peringkasan transaksi keuangan dalam pelaksanaan APBD

d. Pembinaan pelaksanaan akuntansi SKPD/PPKD e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Bidang Akuntansi berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan, Bidang Akuntansi dipimpin oleh Kepala Bidang dan membawahi 3 Sub Bidang yang masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang, yaitu :

1. Sub Bidang Analisa Transaksi

2. Sub Bidang Penyususnan Laporan Berkala 3. Sub Bidang penyusunan LKPD

B. Penyjian Data (Hasil Penelitian)

1. Penerapan sistem pengeluaran non tunai terhadap belanja barang pada BPKAD Kabupaten Bantaeng

Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeeng saat ini telah menerapkan transaksi non tunai. Sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 910/1867/SJ tentang implementasi transaksi non tunai.

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota menghimbau semua Bupati/Walikota diseluruh Indonesia untuk menerapkan transaksi non tunai. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh bapak Rahman Kasir selaku Bendahara

Referensi

Dokumen terkait

Mean Variance Std. Engangement 1) Sebelum Revisi..

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala tuntutanNya dan hikmat yang telah diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir proses

Dari uraian tersebut, penulis sebagai calon pendidik sangat tertarik untuk meneliti dengan mengambil judul “MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MENYEKOLAHKAN PUTRA DAN

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mampouw (2011) dengan judul Pedagogical content knowledge Guru pada pembelajaran tentang Luas Gabungan di Sekolah Dasar

Rasio kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) pada tahun 2009 adalah perbandingan antara jumlah seluruh

Hal ini terlihat jelas dari analisis tingkat aktivitas guru untuk siklus I dengan kategori baik yaitu (75,51) dan meningkat pada siklus II baik sekali yaitu (91,66). Data

pulan bahwa, prosentase pembagian upah melalui sistem bagi hasil yang diterima ABK ≥ 40 % dari total pendapatan bersih, namun pendapatan ABK masih dibawah UMK Kabupaten

Uraian tersebut memberikan petunjuk bahwa arca berwahana Nandi yang tersimpan di Pura Puseh Batubulan merupakan arca perwujudan yang memiliki simbol magis dari seorang tokoh