• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan Quadruple-Helix di Kota Makassar Terhadap

BAB III : METODE PENELITIAN

H. Pelaksanaan Penelitian

5. Penerimaan Quadruple-Helix di Kota Makassar Terhadap

“setiap DILo Makassar selesai melakuakan sebuah kegiatan, pasti akan mengevaluasi hasil dari kegiatan tersebut dan juga bagaimana kegiatan tersebut berjalan, sehingga dapat diketahui hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan sehingga untuk kedepannya, kegiatan yang akan dilaksana akan menjadi lebih baik.” (hasil wawancara dengan Syarifah Ariyani, Juni 2017)

Dengan melihat kutipan wawancara dapat dilihat bahwa dalam prakteknya DILo Makassar cukup fokus dalam mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan demi meningkatkan kualitas dari kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan ke depannya sehingga dapat lebih efektif.

5. Penerimaan Quadruple-Helix di Kota Makassar Terhadap Ajakan

kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar.

Berikut akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan target khalayak, baik faktor-faktor yang mendukung maupun faktor-faktor yang menghambat.

a. Faktor-Faktor Yang Mendukung Penerimaan Elemen-Elemen Quadruple-Helix Kota Makassar Terhadap Ajakan Partisipasi Kolaborasi Dalam Membangun Ekosistem Bisnis Startup Digital di Kota Makassar

Elemen-elemen Quadruple-Helix yang ada Kota Makassar yang menjadi informan dalam penelitian ini dalam hal penerimaan ajakan partisipasi kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis digital di Kota Makassar memiliki beberapa alasan yang mempengaruhinya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan penelitian yang dalam hal ini adalah Quadruple-Helix yang terdiri dari pemerintahan, akademisi, bisnis serta komunitas bahwa faktor atau alasan yang mempengaruhi penerimaan dalam ajakan partisipasi kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar antara lain karena: (1)Sumber Pesan (2) Mempersiapkan Bibit Enterpreneur (3) Untuk Memajukan Kota Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada matriks di bawah ini.

1. Sumber Pesan

Setiap kegiatan komunikasi pasti melibatkan sumber yang merupakan pembuat atau pengirim pesan. Sumber pesan dalam sebuah kegitan komunikasi antar manusia, dapat terdiri dari satu orang maupun lebih, dan bentuk sumber pesan ini tidak selamanya adalah perseorangan namun juga dapat berbentuk kelompok, misalnya badan atau lembaga organisasi.

Sumber pesan dalam sebuah kegiatan komunikasi merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling besar dalam sebuah kegiatan komunikasi.

sumber pesan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan pembuat pesan atau pengirim pesan, oleh sebab itu sumber pesan juga dalam komunikasi disebut sebagai pengirim, encoder atau komunikator.

Sebuah sumber pesan akan sangat mempengaruhi kesuksesan kegiatan komunikasi sebab komunikator lah yang melakukan penyampaian kepada khalayak. Kemampuan menyampaikan pesan kepada khalayak dari seorang komunikator berdampak besar, selain kemampuan dalam berkomunikasi, ada faktor lain dari sumber pesan yang dapat mempengaruhi penerimaan khalayak atas pesan yang disampaikan oleh komunikator yaitu kredibilitas dan kekuatan/kekuasaan atau otoritas.

Dalam kegiatan komunikasi yang berisi ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar, salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan ajakan tersebut adalah karena

melihat DILo Makassar sebagaai badan yang cukup terpercaya sehingga menjadi tertarik untuk berkolaborasi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Suyono Nginsi saat diwawancara oleh penulis sebagai berikut:

“Saya mau ka’ gabung kolaborasi karena yang saya lihat yang ajak itu badan di bawahnya Telkom, jadi bisa lah dipercaya. Terus juga di DILo ada yang saya kenal, jadi saya ikut mi” (hasil wawancara dengan Suyono Nginsi, Juni 2017)

Hampir senada dengan apa yang disampaikan oleh Suyono Nginsi, Tri Jaka Perkasa juga melihat DILo Makassar sebagai sebuah badan yang cukup dapat dipercaya karena memiliki akses ke para developer digital, hal ini disampaikan oleh Tri Jaka Perkasa dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut :

“Dilo punya akses ke teman2 yang setidaknya bisa meng-engineer solusi digital sehingga dapat membantu menjembatani antara pelaku bisnis dengan para developer digital.” (Hasil wawancara dengan Tri Jaka Perkasa, Juli 2017)

Begitu pula yang disampaikan kepada penulis saat mewawancarai Koordinator Makassar Techno Park, Jusmanyang melihat DILo Makassar sebagai badan yang baik untuk menjadi partner kerjasama karena memiliki dukungan dari PT. Telkom Indonesia. Beliau menyampaikan sebagai berikut:

“hanya kita butuhkan adalah support dari seperti DILo di support oleh Telkom kita juga ingin seperti itu. Itu yang sama, dia mengembangkan, dia menginkubasi teknologi tertentu, itu kita bisa kerjasama” (hasil wawancara dengan Jusman, Juli 2017)

Dengan memperhatikan kutipan-kutipan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa, latar belakang DILo Makassar yang merupakan sumber pesan, cukup berpengaruh terhadap tingkat penerimaan ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar.

2. Mempersiapkan Bibit Entrepreneur Digital

Mempersiapkan bibit entrepreneur digital merupakan salah satu alasan penerimaan ajakan untuk kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar.

Mempersiapkan calon entrepreneur digital menjadi hal yang penting dalam menghadapi tentangan di era digital saat ini. Kampus sebagai tempat pendidikan bagi para mahasiswa menyadari tentang hal ini, akan tetapi dalam prakteknya masih banyak kampus yang belum mampu melakukan hal ini disebabkan oleh keterbatasan mentor.

Menyangkut permasalahan di atas, Ahyar Muawwal saat diwawancara menyampaikan kepada penulis sebagai berikut:

“Kalau di kampus-kampus sendiri saya lihat langkah kongkrit dari beberapa kampus saya lihat sudah membuat inkubator, mungkin salah satu contohnya seperti di UMI di fakultas teknik industri belum nyentuh betul-betul ke lokasi informatikanya jadi bisnis startup digital, yang lainnya juga ada salah satu contohnya di UNHAS di sana juga punya inkubator sendiri, nah cuma yang jadi keterbatasan mereka itu sendiri, yang ngajar atau yang bawa materi itu bukan praktisinya langsung, jadi terkadang ketika membawa sebuah material yang mengarah ke bisnisnya sedangkan pematerinya tidak pernah bersinggungan dengan startup digital, mungkin akan sulit dalam penyampaiannya.” (Hasil wawancara dengan Ahyar Muawwal, Juli 2017)

Tidak berbeda jauh, Sofyan Thayf saat diwawancara oleh penulis menyampaikan permasalahan serupa. Beliau menyampaikan sebagai berikut:

“Kalau ditanya kampus sudah siap nda buat mempersiapkan mahasiswa, kalau sekarang belum, kita lagi coba masukin konten2 bisnis, manajemen ke kurikulum atau kalau nda yah ke ekstrakurikulum.” (hasil wawancara dengan Sofyan Thayf, Juli 2017)

Beliau juga menambahkan bahwa kampus sebagai lembaga pendidikan tidak bisa mengajarkan bisnis startup digital sehingga perlu memiliki badan tersendiri untuk menjadi incubator. Beliau menyampaikan hal tersebut sebagai berikut:

“Saya sebut nama saja, Bapak Hari Sungkari deputi infrastruktur dari Badan Ekonomi Kreatif mengatakan kalau dosen itu tidak bisa membimbing startup, dosen itu tidak bisa membimbing kandidat atau calon startup, namun beliau melanjutkan bahwa dosen itu tidak mungkin berbisnis, kemudian di kampus tidak ada anggaran untuk bisnis, jadi kalau cerita inkubasi, harus ada badan yang independen.

Dari kalimat Pak Hari itu, saya menyadari itu yang belum ada di kampus. Dosen harus belajar bisnis dan kita harus punya lembaga yang menjadi incubator.” (Hasil wawancara dengan Sofyan Thayf, Juli 2017)

Dengan memperhatikan kutipan-kutipan wawancara di atas dapat dilihat bahwa untuk saat ini kampus sebagai tempat pendidikan, di mana merupakan tempat pembibitan calon entrepreneur digital belum mampu secara sempurna untuk mempersiapkan mahasiswa-mahasiswanya untuk

menjadi calon entrepreneur digital secara mandiri, sehingga diperlukan kerjasama dengan pihak lain yang berkompeten. Hal ini disampaikan oleh Ahyar Muawwal sebagai berikut:

“Lebih bagusnya begitu, ada kerjasama dengan ekspert dan inkubator-inkubator “(hasil wawancara dengan Ahyar Muawwal, Juli 2017)

Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Ahyar Muawwal bahwa bekerjasama dengan inkubator dalam upaya ini adalah hal yang membantu, oleh Sofyan Thayf dalam wawancara dengan penulis menyampaikan sebagai berikut:

“Kemudian soal kerja sama, ada DILo dan ada beberapa co-working space yang swasta, itu adalah sarana-sarana yang bisa membuka jalan, apakah dia bekerja sama dengan ekstrakurikuler atau bekerja sama dengan sistem di intrakurikuler” (Hasil wawancara dengan Sofyan Thayf, Juli 2017)

Dengan melihat kutipan-kutipan di atas, dapat dilihat bahwa dalam upaya mempersiapkan bibit-bibit entrepreneur digital, hal mempengaruhi penerimaan atas ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar, karena dipandang mampu membantu dalam upaya yang dilakukan tersebut.

3. Memajukan Kota Makassar

Memajukan Kota Makassar menjadi salah satu alasan yang mempengaruhi penerimaan ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar.

Kota Makassar yang dianggap sebagai pintu gerbang menuju Kawasan Indonesia Timur (KTI) saat ini sedang berupaya dalam mengembangkan penerapan konsep smart city dalam pelayanan kota. Hal tersebut dilakukan untuk memajukan Kota Makassar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Makassar serta orang-orang yang datang berkunjung ke Kota Makassar sehingga menjadi lebih baik.

Salah satu yang dianggap dapat memberikan dampak yang cukup signifikan adalah digitalisasi. Konsep digital dianggap mampu memberikan dampak yang cukup signifikan karena digitalisasi pelayanan dapat mempermudah masyarakat dalam hal akses. Oleh sebab itu, alasan memajukan Kota Makassar menjadi salah satu faktor mendukung dalam penerimaan ajakan kolaborasi membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar. hal ini disampaikan oleh Jusman saat diwawancarai oleh penulis di kantor beliau, beliau menyatakan sebagai berikut:

“Kalau inkubasi yang kita lakukan, ini tidak berkompetisi dengan DILo, kita di sini khusus untuk bagaimana membantu pemerintah dan masyarakat. jadi kita lihat secara keseluruhan, kebutuhan pemerintah, kebutuhan masyarakat dan kebutuhan akademisi, hasil-hasil penelitian dari akademisi, bagaimana hasil-hasil penelitian ini bisa diangkat dan bermanfaat di masyarakat apakah itu dibantu oleh startup, tenaga ahli, atau dibantu support sistem lainnya untuk menjembatani. Kita ingin supaya bagaimana startup tumbuh, hasil penelitian bermanfaat, pemerintah juga bisa memanfaatkan atau juga bisa berkontribusi untuk menuju smart city, hanya kita butuhkan adalah support dari seperti DILo di support oleh Telkom kita juga ingin seperti itu. Itu yang sama, dia mengembangkan, dia menginkubasi teknologi tertentu, itu kita bisa kerjasama, misalnya hasil inkubasinya ini, hasil inkubasi dari startup kita bisa manfaatkan.” (Hasil wawancara dengan Jusman, Juli 2017) Dari kutipan wawancara dengan Jusman yang merupakan Koordinator dari Makassar Technopark (MTP), walaupun sebagai incubator, namun kegiatan yang dilakukan bukan bertujuan untuk saling bersaing, bahkan untuk tujuan memajukan Kota Makassar, Makassar Technopark memungkinkan melakukan kerjasama dengan DILo Makassar.

Selain dari segi pengembangan pelayanan, peran konsep digital yang dianggap membantu memajukan Kota Makassar adalah dari segi pengembangan ekonomi. Konsep digital dianggap mampu memberi sumbangsih dalam meningkatkan perekonomian di Kota Makassar. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal MI dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis di kantor Beliau sebagai berikut:

“Kita mencantumkan startup itu sebagai salah satu bidang unit perusahaan, lembaga bisnis yang prospektif. Bahkan kita di ekenomi kreatif itu memang ada beberapa kegiatan yang memang kita serahi tugas untuk memfasilitasi dan mengembangkan kegiatan produktif berbasis IT ini.” (Hasil wawancara dengan Syamsu Rizal MI, Juli 2017)

Industri bisnis digital dianggap sebagai salah satu sektor yang dapat memperbaiki ketimpangan rasio industri di Kota Makassar. Syamsu Rizal MI dalam wawancara menjelaskan mengenai hal ini sebagai berikut:

“Kita punya rasio itu masih sangat rendah, kita punya bos, micro enterprise 98%, small-medium 1.1%, yang besar itu 0.09. Shortcut nya untuk kasih kurang ini dan bisa meningkat itu pake startup, karena startup itu ji yang bisa loncat. Startup itu bisa ekstrim peningkatannya.

Makanya kita pikir untuk mengurangi gap rasio ini kita berharap salah satu yang bisa memberi kontribusi lewat startup itu.” (Hasil wawancara dengan Syamsu Rizal MI, Juli 2017)

Untuk melakukan hal tersebut Pemerintah melakukan kolaborasi, salah satunya dengan DILo untuk mengkomunikasikan program-program yang dimiliki Pemerintah Kota Makassar untuk membantu berkembangnya bisnis startup digital di Kota Makassar. Syamsu Rizal MI mengatakan saat diwawancara oleh penulis sebagai berikut:

“Saya bicara di DILo saja udah puluhan kali mi. Dan kita advice yang paling utama itu kalau kau mau mengakses media pemerintah, pi ko ke Dinas Koperasi, konsultasi ko di sana apa mesti dilakukan, ada semua mi di situ dek, di Dinas Koperasi itu ji memang komunikasi yang kurang, makanya kita pote’-pote’ ke mana-mana supaya pergi ko ke Dinas Koperasi buat berkoordinasi.” (Hasil wawancara dengan Syamsu Rizal MI, Juli 2017)

Dengan memperhatikan kutipan-kutipan di atas, alasan untuk memajukan Kota Makassar baik dari segi pelayanan maupun segi ekonomi menjadi salah satu yang mendukung penerimaan atas ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar.

Dari paparan faktor-faktor yang mendukung di atas, dapat digambarkan secara umum dalam matriks sebagai berikut

b. Faktor-Faktor Penghambat Penerimaan Elemen-Elemen Quadruple-Helix Kota Makassar Terhadap Ajakan Partisipasi Kolaborasi Dalam Membangun Ekosistem Bisnis Startup Digital di Kota Makassar

Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi untuk mengajak partisipasi dari elemen-elemen Quadruple-Helix di Kota Makassar dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar, ada beberapa faktor yang masih dianggap menghambat penerimaan dari kegiatan ini. Faktor ini tidak berlaku untuk semua elemen-elemen Quadruple-Helix di Kota Makassar, namun hanya berlaku bagi elemen tertentu saja.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa faktor yang menghambat penerimaan dari beberapa elemen Quadruple-Helix di Kota Makassar atas ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar yang dilakukan oleh DILo Makassar. faktor-faktor tersebut adalah: (1) kurang pengenalan, (2) belum memenuhi ekspektasi.

1. Kurang Pengenalan

Sebuah kegiatan komunikasi akan menjadi lebih efektif apabila pihak-pihak yang berkomunikasi saling mengenal. Apabila komunikator tidak dikenali oleh komunikan, biasanya kegiatan komunikasi yang dilakukan akan sulit untuk diterima. Dalam hal ini DILo Makassar masih dianggap kurang

pengenalan ke elemen bisnis, sehingga banyak dari elemen bisnis masih banyak yang belum tertarik untuk melakukan kolaborasi dengan DILo Makassar.

Pengenalan DILo Makassar kepada elemen bisnis yang masih dianggap kurang ini disampaikan oleh Tri Jaka Perkasa pada saat penulis mewawancarai beliau. Dalam wawancara beliau menjelaskan sebagai berikut:

“Sederhananya sih sebenarnya, saya gak tau DILo itu apa. Dia co-working space kah? Dia sekolah pemrograman kah? Bukan juga. Atau dia apa? Trus dia jualannya apa? Jadi DILo ini apa? Jadi jangan cuma sosialisasi di kampus-kampus, tapi juga visit company” (Hasil wawancara dengan Tri Jaka Perkasa, September 2017)

Dari kutipan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa pengenalan yang kurang kepada elemen bisnis oleh DILo Makassar menyebabkan ketidakjelasan informasi mengenai DILo Makassar, sehingga elemen bisnis menjadi ragu untuk berkolaborasi dengan DILo Makassar.

2. Belum Memenuhi Ekspektasi

DILo Makassar sebagai sebuah co-working space memiliki beberapa fungsi yang diharapkan dapat digunakan untuk membantu startup agar dapat tumbuh. Belum terpenuhinya fungsi DILo Makassar sebagai sebuah co-working space menjadi salah satu faktor penghambat dari penerimaan ajakan kolaborasi kepada elemen-elemen Quadruple-Helix di Kota Makassar, walaupun tidak kepada semua elemen.

DILo Makassar yang belum memenuhi ekspetasi sebagai sebuah co-working space yang dianggap menjadi salah satu faktor penghambat, dijelaskan oleh Reza Alamsyah Maulana saat diwawancara oleh penulis sebagai berikut:

“Jadi yang paling dibutuhkan oleh startup adalah channel dan data.

Startup akan tertarik kembali untuk berkolaborasi dengan dilo apabila dilo mampu untuk mempertemukan antara startup dengan investor atau dengan calon costumer atau sesama startup untuk pengembangan projek.” (Hasil wawancara dengan Reza Alamsyah Maulana, Juli 2017)

Hampir sama dengan penjelasan yang diberikan oleh Bapak Reza Alamsyah Maulana, dalam wawancara yang dilakukan penulis kepada Tri Jaka Perkasa juga menyinggung hal yang nyaris serupa, beliau menjelaskan sebagai berikut:

“Contohnya Saya dengan WASD Labs terjadi kolaborasi, DILo itu cukup ada ditengahnya, mempertemukan. Lalu selain mempertemukan, jangan dilepas, dia harus menjadi orang yang men-drive sesuai koridor” (Hasil wawancara dengan Tri Jaka Perkasa, September 2017)

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat dilihat bahwa belum memenuhinya ekspektasi oleh DILo Makassar, menjadi faktor penghambat dalam penerimaan ajakan kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar terhadap beberapa elemen Quadruple-Helix.

Dari paparan faktor-faktor yang menghambat di atas, dapat digambarkan secara umum dalam matriks sebagai berikut

Dokumen terkait