• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI DILo MAKASSAR DALAM MEMBANGUN EKOSISTEM BISNIS STARTUP DIGITAL DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI DILo MAKASSAR DALAM MEMBANGUN EKOSISTEM BISNIS STARTUP DIGITAL DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

STRATEGI KOMUNIKASI DILo MAKASSAR DALAM MEMBANGUN EKOSISTEM BISNIS STARTUP DIGITAL DI

KOTA MAKASSAR

DILo MAKASSAR COMMUNICATION STARTEGY IN BUILDING DIGITAL STARTUP BUSINESS ECOSYSTEM IN MAKASSAR

CITY

TAUFIQ AKBAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI DILo MAKASSAR DALAM MEMBANGUN EKOSISTEM BISNIS STARTUP DIGITAL DI KOTA MAKASSAR

DILo MAKASSAR COMMUNICATION STARTEGY IN BUILDING DIGITAL STARTUP BUSINESS ECOSYSTEM IN MAKASSAR CITY

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun dan diajukan oleh

TAUFIQ AKBAR

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

(3)

MEMBANGUN EKOSISTEM BISNIS STARTUP DIGITAL DI KOTA MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh TAUFIO AKBAR Nomor Pokok P14OO2'15001

telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 19 Desember 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui Komisi Penasihat

Ketua Program Studi llmu Komunikasi,

Dr. Tuti Bahfiarti, S.Sos., M.Si.

Anggota

Dekan Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik Universitas Hasanuddin,

Dr. H. Muhammad Farid, M.Si.

di Alimuddin Unde, M.Si.

i Alimuddin e, M.Si.

(4)

Nama : Taufiq Akbar

Nomor lnduk Mahasiswa : P1400215001

Program Siudi : llmu Komunikasi

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesjs yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan ataupun pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian

hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini adalah hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 1 Januari 2018 Yang menyatakan

ffi=m'

fg$oeeerr4

ffio-o-

(5)

v

bayar selain dengan ucap puji dan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bersamaan dengan itu, izinkan penulis mempersembahkan karya ini kepada ayah dan ibu tercinta yang senantiasa memberi dukungan tanpa syarat.

Selesainya tesis ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Maka melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA beserta jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si.

3. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. H. Muhammad Farid, M.Si yang senantiasa meluangkan waktu dan kesempatan untuk melayani dan mendengarkan mahasiswanya.

4. Prof. Dr. H. Andi Alimuddin Unde, M.Sc selaku ketua penasehat dan Dr.

Tuti Bahfiarti, M.Si selaku anggota penasehat, yang telah mendampingi penulis dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan kerendahan hati.

(6)

vi

6. Jajaran dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi. Semoga segala ilmu yang diajarkan menjadi ladang amal yang terus merekah hingga akhir zaman.

7. Manajer DIILo Makassar beserta jajarannya.

8. Teman-teman startup digital dan para informan yang sudah membantu sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

9. Teman teman di WASD Labs dan DGC yang selalu mendukung dan membuat semuanya terasa lebih menyenangkan saat beban dan tekanan dalam kuliah dan pembuatan tesis ini sangat melelahkan.

10. Sekali lagi, kepada ayah dan ibu yang tidak pernah menyerah terhadap saya dalam hal apapun itu.

11. Keluarga besar Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Unhas angkatan 2015. Terima kasih atas kebersamaannya yang meski singkat, telah menjadi potongan yang indah dan akan terus penulis ingat. Sampai bertemu di lain kesempatan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menantikan saran dan

(7)

vii

Makassar yang hari ini cukup cerah,

5 Januari 2018

TAUFIQ AKBAR

(8)

viii Alimuddin Unde dan Tuti Bahfiarti).

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui startegi komunikasi yang digunakan oleh DILo Makassar dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar dan penerimaan dari elemen-elemen Quadruple-Helix terhadap ajakan kolaborasi tersebut serta hal-hal yang mempengaruhi penerimaan tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data menggukan cara wawancara, studi kepustakaan, observasi lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan melalui tiga tahapan, yaitu penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DILo Makassar telah melakukan usaha yang cukup baik dalam merencanakan startegi komunikasi yang digunakan karena dalam perencanaannya memperhatikan hal-hal inti strategi komunikasi yaitu tujuan pesan komunikasi, penentuan komunikator, mengenal khalayak, penyusunan pesan, pemilihan saluran media serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan penerimaan Quadruple-Helix terhadap ajakan kolaborasi oleh DILo Makassar dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar cukup baik. Penerimaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung dan menghambat. Faktor-faktor yang mendukung antara lain yaitu (1)DILo Makassar sebagai sumber (2)untuk mempersiapkan bibit digitalpreneur (3)untuk memajukan Kota Makassar, sedangkan faktor- faktor yang menghambat antara lain yaitu (1)kurangnya pengenalan (2)belum memenuhinya ekspektasi oleh DILo Makassar.

Kata Kunci: Strategi Komunikasi, Tingkat Penerimaan, Quadruple-Helix, Kolaborasi, Ekosistem Bisnis, Startup Digital, DILo Makassar

(9)

ix Alimuddin Unde and Tuti Bahfiarti).

This study aims to find out the communication strategy used by DILO Makassar in establishing a digital startup business ecosystem in Makassar City and the acceptance of Quadruple-Helix elements to the collaboration solicitation as well as matters affecting the acceptance.

This study uses a qualitative approach by collecting data menggukan interviews, literature study, field observation and documentation. Analytical techniques used through three stages, namely data presentation, data reduction and drawing conclusions.

The results show that DILO Makassar has done a good enough effort in planning communication strategy that is used because in its planning to pay attention to the core of communication strategy that is the purpose of communication message, the determination of communicator, know audience, compilation of message, selection of media channel and monitoring and evaluation. While Quadruple-Helix receipt of collaboration invitation by DILo Makassar in building digital startup business ecosystem in Makassar City is good enough. This acceptance is influenced by several factors that support and inhibit. Supporting factors are: (1) DILO Makassar as source (2) to prepare digitalpreneur seedlings (3) to advance Makassar City, while the inhibiting factors are (1) lack of introduction (2) not yet fulfill expectations by DILO Makassar.

Keywords: Communication Strategy, Admission Level, Quadruple- Helix, Collaboration, Business Ecosystem, Digital Startup, DILo Makassar

(10)

x

Halaman Judul ... i

Halaman Pengajuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Prakata ... v

Abstrak ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Konsep ... 8

1. Konsep Komunikasi ... 8

1.1. Proses Komunikasi ... 9

1.2. Fungsi Komunikasi ... 10

2. Strategi Komunikasi ... 10

2.1. Definisi Strategi Komunikasi ... 10

2.2. Tujuan Strategi Komunikasi ... 11

(11)

xi

3.1. Pengertian Bauran Promosi ... 17

3.2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Bauran Promosi ... 18

4. Startup ... 20

4.1. Pengertian Startup dan Startup Digital ... 20

B. Kajian Teori ... 21

1. Teori Difusi Inovasi ... 21

2. Teori Perencanaan ... 23

3. Teori Jaringan ... 25

4. Teori Fungsi Pengambilan Keputusan Kelompok ... 27

C. Penelitian Yang Relevan ... 28

D. Kerangka Pikir ... 31

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Waktu Penelitian ... 35

D. Sumber Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Informan ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Pelaksanaan Penelitian ... 43

(12)

xii

2. DILo Makassar ... 49

3. Karakteristik Informan ... 50

4. Strategi Komunikasi Ajakan Partisipasi Kolaborasi Antar Quadruple-Helix di Kota Makassar Dalam Membangun Ekosistem Bisnis Startup Digital di Kota Makassar ... 55

5. Penerimaan Quadruple-Helix di Kota Makassar Terhadap Ajakan Partisipasi Untuk Kolaborasi Dalam Membangun Ekosistem Startup Digital di Kota Makassar ... 63

B. Pembahasan ... 76

1. Strategi Komunikasi Ajakan Partisipasi Kolaborasi Antar Quadruple-Helix di Kota Makassar Dalam Membangun Ekosistem Bisnis Startup Digital di Kota Makassar ... 76

2. Penerimaan Quadruple-Helix di Kota Makassar Terhadap Ajakan Partisipasi Untuk Kolaborasi Dalam Membangun Ekosistem Startup Digital di Kota Makassar ... 98

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN... 115

(13)

xiii

Kota Makassar ... 5

Tabel 2. Informan... 40

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 45

Tabel 4. Data Informan ... 54

Tabel 5. Matrik Penetapan Tujuan Komunikasi ... 79

Tabel 6. Matriks Penentuan Khalayak Sasaran ... 82

Tabel 7. Matriks Penentuan Komunikator ... 86

Tabel 8. Matriks Penyusunan Pesan ... 88

Tabel 9. Matriks Pemilihan Penggunaan Media ... 91

Tabel 10. Matriks Evaluasi Kegiatan ... 95

Tabel 11. Matriks Strategi Komunikasi DILo Makassar ... 95

Tabel 12. Matriks Tingkat Penerimaan... 99

Tabel 13. Matriks Faktor-Faktor Pendukung Tingkat Penerimaaan .... 100

Tabel 14. Matriks Faktor-Faktor Penghambat Tingkat Penerimaan ... 106

(14)

xiv

Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ... 42

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era ekonomi terus berkembang, awalnya abad ke-18 perekonomian bergantung pada pertanian, berubah drastis pada abad ke-19 di saat mesin uap ditemukan. Era industri mewarnai perekonomian bergantung pada proses industri, dengan ciri pekerja manufaktur menjadi motor penggeraknya. Setelah seratus tahun kemudian, masuklah era informasi pada abad ke-20, abad ini disebut juga dengan era komputer, era digital atau era media baru.

Di era ini dengan bantuan komputer, manusia sangat terbantu karena bisa mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya ataupun personalisasi yang dibutuhkan, sehingga tidak menjadi berbelit- belit. Prosedur yang berbelit-belit berubah dan menjadi lebih singkat, oleh karena itu efektifitas dan efisiensi pun terjadi. Akhirnya sampai pada era konseptual, dengan karakteristik sektor energi, modal ataupun tenaga kerja, namun pada ide, kosep, kreatifitas dan inovasi.

Sebenarnya industri kreatif telah ada sejak masa era pertanian, namun kebutuhan kurang mendukung industri kreatif sehingga tidak berkembang. Namun, ketika informasi teknologi berkembang begitu cepat, maka kreatifitas inovasi menjadi komoditas ekonomi yang sangat penting.

Didukung kemajuan teknologi komputer yang begitu pesat, hingga era

(16)

smartphone. Kondisi ini menyebabkan industri kreatif sangat berpengaruh dalam pergerakan roda perekonomian.

Berdasarkan data dari wearesocial.com dari 7.39 milyar jumlah penduduk dunia 3.42 milyar pengguna internet. Keseluruhan pengguna internet terdapat 2.3 milyar orang merupakan pengguna aktif media sosial.

Untuk penggunakan telepon seluler, terdapat 3.79 milyar orang telah menggunakan telepon selular dan 1.97 milyar di antaranya menggunakan media sosial dari telepon selular.

Data pengguna media digital dan internet sangat besar, sehingga potensi pasar lebih kompetitif. Perkembangan pengguna media digital dan internet di Indonesia tercatat dari 259 juta penduduk Indonesia 88 juta orang merupakan pengguna aktif internet, 79 juta di antaranya adalah pengguna media sosial. Untuk jumlah telepon seluler aktif di Indonesia mencapai 326.3 juta telepon seluler, dari jumlah ini terlihat bahwa jumlah telepon seluler aktif lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia, yang artinya terdapat orang-orang yang menggunakan lebih dari satu perangkat telepon seluler. Dari jumlah keseluruhan pengguna telepon seluler, 66 juta orang mengakses dan menggunakan media sosial dari telepon seluler mereka (sumber dari wearesocial.com, gambar info grafis terlampir).

Berdasarkan data tersebut bahwa potensi pasar untuk industri digital di Indonesia sangat menjanjikan dan pemerintah kita juga menyadarinya. Untuk itu pada tanggal 20 Januari 2015 melalui Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2015 tentang badan ekonomi kreatif dibentuk satu

(17)

badan non-kementrian dengan nama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Perhatian pemerintah terhadap pengembangan bisnis startup digital di Indonesia bukan tanpa alasan, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Vicky Nur Fawzy (2016) yaitu “Pengaruh Pertumbuhan Industri Kreatif Digital Terhadap Perkembangan Ekonomi Wilayah Indonesia (Studi kasus Kota Yogyakarta)” . Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dampak dari perkembangan bisnis startup digital di yogyakarta memberikan kontribusi terhadap kemajuan Yogyakarta dalam hal pemanfaatan teknologi digital dalam bidang informasi serta terbukanya lapangan kerja baru di Kota yogyakarta, karena berkembangnya bisnis startup digital menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Sejalan dengan pemerintah, PT.Telkom Indonesia juga berupaya untuk mengembangkan para pelaku bisnis startup di bidang digital dengan membangun Digital Innovation Lounge (DILo) di beberapa kota di Indonesia dan salah satunya terdapat di Kota Makassar. Kota Makassar dipandang sebagai kota yang memiliki potensi besar dalam industri kreatif digital, namun disamping memiliki potensi yang besar, para pelaku bisnis kreatif digital di Kota Makassar masih memliki banyak kendala dalam mengembangkan bisnis digital di kota ini Oleh sebab itu DILo yang merupakan sebuah co-working space bukan hanya sebagai tempat untuk saling bertemu dan berbagi informasi, namun juga sebagai tempat untuk

(18)

memberikan keterampilan tambahan untuk para pelaku maupun orang- orang yang ingin memulai usaha di bidang industri digital.

Dalam membangun bisnis startup digital diperlukan ekosistem yang mendukung. Pendekatan yang dapat mengakselarasi perkembangan ekosistem bisnis startup digital adalah 3P (people, planet, dan participation). People adalah para pelaku industri bisnis startup, planet adalah tempat para pelaku bisnis startup digital tumbuh dan mengembangkan bisnisnya dan participation adalah gerakan partisipasi dan kolaborasi antara quadruple-helix ABGC (academician, business, government and community). Partisipasi dan kolaborasi antar komponen quadruple-helix ABGC menjadi sangat penting, karena contohnya pada industri digital kreatif di Amerika yang berpusat di Silicon Valey yang merupakan lokasi (planet) bagi para pelaku industri digital terbesar dunia (people) merupakan hasil rintisan dari Stanford University yang didukung oleh bisnis, pemerintah dan komunitas.

Di Indonesia sebenarnya sudah ada beberapa tempat yang dibuat mirip seperti Silicon Valey yaitu Bandung Digital Valley (BDV), yang di sana para komponen dari quadruple-helix sudah saling berkolaborasi, dan hasil dari kolaborasi ini menghasilkan dampak yang sangat positif dalam perkembangan perusahaan startup digital. Dibuktikan dengan hasil penelitian dari Andrian dan Astri Ghina (2015) mengenai perkembangan alumni inkubasi dalam kasus Bandung Digital Valley yang menunjukkan bahwa ketika perusahaan startup digital diberikan ekosistem yang

(19)

mendukung dan didukung oleh pihak-pihak terkait dengan baik, maka perusahaan startup digital tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan sangat baik.

Awal berdiri DILo di Kota Makassar yaitu pada tanggal 19 November 2014, dan baru saja merayakan ulang tahun ketiga berdirinya di Kota Makassar. Dalam tiga tahun berdiri, DILo Makassar sangat aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk membatu tumbuh dan berkembangnya bisnis kreatif digital di Kota Makassar.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Industri Kreatif Digital (Startup) di Kota Makassar

Waktu Jumlah

Desember 2015 19

Desember 2016 27

Juli 2017 32

Sumber : DILo Makassar

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah startup digital di Kota Makassar terus berkembang setiap tahunnya walaupun dalam jumlah yang belum terlalu besar. Perkembangan yang terjadi walaupun menunjukkan angka yang positif, namun dari startup yang ada belum ada yang memiliki hasil yang bisa dikatakan siginifikan. Dalam tiga tahun, usaha yang telah dilakukan cukup baik, namun hal ini masih belum begitu berdampak signifikan, sehingga perlu dilakukan analisis untuk mengetahui

(20)

bagaimana agar mendapatkan hasil yang lebih baik, karenanya saya tertarik untuk mengkaji “Strategi Komunikasi DILo Makassar Dalam Membangun Ekosistem Bisnis Startup Digital di Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah :

a. Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan DILo Makassar dalam usaha membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar ?

b. Bagaimana penerimaan quadruple-helix ABGC terhadap ajakan DILo Makassar dalam kolaborasi membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis strategi komunikasi yang digunakan oleh DILo Makassar dalam meningkatkan tingkat penerimaan ajakan kolaborasi untuk dapat mencapai tujuan dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar.

2. Mengetahui tingkat penerimaan dari para komponen quadruple- helix ABGC di Kota Makassar tentang kegiatan yang dilakukan

(21)

oleh DILo Makassar dalam usaha membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Adapun melalui penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan maanfaat dan kegunaan sebagai berikut:

a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan dan mampu memberikan sumbangan kontribusi pemikiran untuk dapat memperluas pengetahuan ataupun menjadi sumber referensi untuk melakukan penelitian sejenis ataupun lanjutan.

b. Secara praktis, diharapkan bahwa penelitian yang dilakukan ini dapat menjadi masukan untuk pihak DILo Makassar dalam melakukan penyusunan strategi komunikasi dalam rangka tercapainya tujuan membangun ekologi bisnis startup digital di Kota Makassar.

c. Secara akademis, diharapkan tesis ini dapat memberikan sumbangan kontribusi langkah metodologi dalam pelaksanaan penelitian sejenis.

(22)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep 1. Konsep Komunikasi

Dalam setiap kegiatan kehidupan manusia, hampir seluruhnya berhubungan dengan kegiatan komunikasi, bahkan berkomunikasi hampir sama pentingnya dengan bernafas. Dalam agama Islam pun menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan kemampuan untuk berkomunikasi “Tuhan yang maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-qur’an. Dia menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai berbicara” (Ar-Rahman: 1-4). Komunikasi manusia adalah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk berhubungan dengan satu sama lain dan dengan lingkungan (Brend D. dan Lea P, 2014:4).

Kegiatan komunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian informasi (pesan) dari komunikator kepada komunikan dengan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dalam meyampaikan sebuah pesan, diharapkan bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima dan tujuan yang diinginkan tercapai, sehingga untuk melakukan hal tersebut perlu dibuat sebuah perencanaan kegiatan komunikasi yang efektif agar

(23)

tujuan yang diingin dapat tercapai dengan baik dan menghasilkan efek yang maksimal.

1.1. Proses Komunikasi

Dalam segi proses, menurut Onong Uchjana (2015) dalam bukunya

“Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek” komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu secara primer dan secara sekunder

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses dimana komunikator secara langsung mengungkapkan pikiran dan atau perasaannya kepada seseorang ataupun beberapa orang baik dalam bentuk bahasa, gerakan, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang dianggap mampu oleh komunikator untuk dapat menerjemahkan secara langsung pikiran dan atau perasaan dari komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Mirip seperti proses komunikasi primer, namun pada proses komunikasi sekunder memerlukan medium penyampai pesan, sebab pada proses komunikasi sekunder, dilakukan untuk berkomunikasi dengan komunikan yang berada jauh, atau tidak terjangkau oleh komunikator jika hendak melakukan komunikasi secara tatap muka.

(24)

1.2. Fungsi Komunikasi

Ada dua fungsi umum dari komunikasi menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, pertama, meyangkut kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, manampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Deddy Mulyana, 2016:5).

2. Strategi Komunikasi

2.1. Definisi Strategi Komunikasi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa strategi adalah sebuah ilmu dan seni dalam menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang. Atau dapat juga diartikan sebagai rencana cerdas mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu.

Setiawan Hari Purnomo (1999) mengartikan strategi sebagai generalship yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi keahlian kepemimpinan militer, yang dipahami sebagai keahlian memimpin pasukan dengan menyusun rencana dalam menghadapi musuh dalam pertempuran.

Kata komunikasi dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris communication yang secara etimologi berasal dari kata latin communicatu yang kata ini akarnya dari kata communis yang

(25)

artinya berbagi, yaitu sebuah usaha untuk membuat sesuatu menjadi milik bersama, sehingga dapat diartikan bahwa hal tersebut merupakan suatu usaha untuk membagikan makna atau sikap untuk bersama.

Dari penjelasan di atas mengenai pengertian strategi dan komunikasi, dapat dikatakan bahwa strategi komunikasi adalah seni perencanaan kegiatan komunikasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, baik peningkatan pengetahuan hingga perubahan prilaku.

Menurut Middleton (1980) dalam Cangara (2014) menyatakan bahwa

“Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima hingga pengaruh (efek) yang di rancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal”.

2.2. Tujuan Strategi Komunikasi

Dalam buku Onong Uchjana (2015) R. Wayne Pace, Brent D.

Peterson dan M. Dallas Burrnett dalam bukunya, Techniques for Effective Communication, menyatakan bahwa terdapat 3 tujuan sentra dari strategi komunikasi, yaitu

a. To secure understanding

Bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk memastikan komunikan mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga nantinya tidak terjadi miskomunikasi yang bisa saja nanti menimbulkan kesalahpahaman yang dapat menjadi sebuah konflik.

(26)

b. To establish acceptance

Selanjutnya jika pesan yang diberikan oleh komunikator telah dipahami sepenuhnya, maka berikutnya, kegiatan komunikasi yang dilakukan bertujuan agar, isi pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, karena walapun sebuah pesan telah disampaikan dan dipahami, bukan berarti hal tersebut dapat diterima begitu saja.

c. To motivate action

Setelah pesan dapat diterima oleh komunikan, tahap berikutnya, kegiatan komunikasi yang dilakukan, adalah untuk mengajak komunikan untuk melakukan perubahan tindakan sesuai dengan pesan yang diberikan.

2.3. Mengembangkan Strategi Komunikasi

Menyusun sebuah strategi merupakan sebuah seni, bukan sesuatu yang ilmiah sehingga tidak ada bentuk yang begitu pasti mengenai strategi komunikasi. Sebuah strategi komunikasi dirancang untuk sebuah tujuan, sasaran dan dalam jangka waktu tertentu, Karena kegiatan komunikasi adalah sesuatu yang dinamis dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Karena dalam merancang sebuah strategi komunikasi memiliki berbagai macam hal yang perlu diperhatikan sehingga menurut Asep Saiful Muhtadi (2015) dalam merancangnya perlu mempertimbangkan hal- hal berikut ini:

(27)

a. Tujuan

Tujuan adalah kunci sukses dari sebuah strategi komunikasi.

Sebuah tujuan harus dapat memastikan bahwa strategi komunikasi yang dikembangkan merupakan tuntutan kebutuhan organisasi, bukan karena adanya kebutuhan atas komunikasi. Kegiatan komunikasi bukan merupakan akhir dari semua kegiatan, melainkan dilakukan demi organisasi. Menggabungkan tujuan komunikasi dan tujuan organisasi akan menengaskan relevansi komunikasi.

b. Sasaran

Sasaran yang tepat dalam berkomunikasi dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan.

c. Pesan

Mencari target yang strategis dan konsisten adalah kunci pesan organisasi. Untuk itu, perlu diciptakan sesuatu yang komprehensif dan mencakup semua pesan kunci, dan pemberian tekanan pada unsur-unsur berbeda untuk sasaran yang berbeda.

d. Instrument dan Kegiatan

Instrument dan kegiatan yang sesuai untuk mengkomunikasikan pesan kunci harus dikenali.

e. Sumber Daya dan Skala Waktu

Aturan utama yang harus ditaati adalah menepati janjai dan tidak mengumbar janji. Gunakan sebuer daya dan skala waktu untuk menetapkan harapan yang dapat diwujudkan.

(28)

f. Evaluasi dan Amandemen

Dalam evaluasi dan amandemen perlu dipertimbangkan audit komunikasi untuk memperkirakan efektivitas strategi komunikasi dengan pendengar internal maupun eksternal. Untuk itum digunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban dan tolak ukur yang tepat.

2.4. Korelasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi

Kegiatan komunikasi merukan sebuah hal yang rumit, karena keberhasilan sebuah kegiatan komunikasi dipengaruhi oleh banyak komponen, oleh sebab itu, hubungan antar komponen harus diperhatikan dalam rangka tercapainya proses komunikasi.

a. Mengenali sasaran komunikasi

Dalam melakukan kegiatan komunikasi, kita perlu tahu siapa yang akan menjadi target komunikasi. hal ini tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan komunikasi, apakah hanya untuk memberikan informasi kepada komunikan (dengan metode informative) atau kah bertujuan untuk komunikan melakukan kegiatan tertentu (metode persuasive atau instruktif), apapun metodenya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari diri komunikan, yaitu:

1) Factor kerangka referensi

Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology, cita-cita dan lain sebagainya.

(29)

Pesan yang disampaikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi dari calon komunikan, agar sebuah pesan dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh calon komunikan, penyusunan pesan yang tidak sesuai dengan kerangkan referensi calon komunikan, kemungkinan pesan tersebut akan sulit dipahami atau bahkan ditolak oleh calon komunikan.

2) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksud situasi disini adalah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang akan disampaikan. Situasi yang tidak tepat, dapat menghambat penyampaian penerimaan pesan, karena situasi yang tidak mendukung dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pesan oleh komunikan atau dapat mengganggu proses penyampaian pesan.

b. Pemilihan media komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi dengan tepat, kita dapat memilih media saluran penyebaran informasi seperti apa yang sesuai untuk menggapai komunikan yang menjadi sasaran kegiatan informasi.

Kesalahan memilih media penyebaran informasi dapat mengakibatkan penyebaran tidak efekti dan bahkan pesan yang dikirim tidak diterima secara baik atau bahkan lebih buruk pesan menjadi tidak diterima.

c. Pengkajian tujuan pesan komunikasi

Setiap pesan komunikasi memiliki tujuan tertentu, mengetahui tujuan dari pesan yang akan disampaikan sangat penting, terutama

(30)

berkaitan mengenai pesan akan disampaikan, apakah akan disampai menggunakan teknik informative, persuasive atau instruktif.

d. Peran komunikator

Dalam proses komunikasi tidak dapat dilepaskan peran dari seorang komunikator. Ada beberapa hal dalam diri seorang komunikator yang dapat menentukan seseorang dapat menjadi komunikator yang baik, yaitu:

1) Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu merubah sikap, opini dan prilaku komunikan melalaui mekanisme daya tarik jika komunikan merasa komunikator ikut serta dengan dirinya, atau dengan kata lain komunikan merasakan adanya kesamaan dengan komunikator sehingga komunikan mengikuti dan mentaati apa yang disampaikan oleh komunikator.

2) Kredibiltas komunikator

Seorang komunikator akan berhasil jika komunikan percaya kepada komunikator tersebut, namun komunikan tidak akan percaya begitu saja, namun komunikan akan percaya pada komunikator yang memiliki kredibilitas. Kredibilitas di sini dapat berasal dari berbagai hal, mulai dari pendidikan, pengalaman ataupun jabatan dari seorang komunikator dapat mempengaruhi kredibilitas seorang komunikator di mata komunikan sehingga komunikator tersebut dapat dipercaya dan didengarkan pesan yang disampaikannya.

(31)

Dari kedua kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa seorang komunikator harus memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk merefleksikan dirinya kepada peranan orang lain.

3. Bauran Promosi

3.1. Pengertian Bauran Promosi

Istilah promosi banyak diartikan sebagai upaya membujuk orang untuk menerima produk, konsep dan gagasan (Boyd, 2000:5). Menurut Swastha dalam Angipora(1999), bauran promosi merupakan kombinasi strategi yang paling berguna dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan sinergi dari setiap elemen dari bauran promosi itu sendiri.

Adapun elemen-elemen dari promosi yaitu:

a. Iklan adalah suatu bentuk penyajian dan promosi dari gagasan barang/ jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor tertentu yang bersifat non personal.

b. Penjualan Perorangan adalah penyajian secara lisan dalam suatu pembicaraan dengan seseorang atau lebih calon pembeli dengan tujuan agar dapat terealisasinya penjualan.

c. Promosi penjualan, kegiatan yang merangsang pembelian oleh konsumen dan keefektifan agen seperti pameran, pertunjukkan, demontrasi dan segala usaha penjualan yang tidak dilakukan secara kontinyu.

d. Hubungan Masyarakat yang merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara non personal

(32)

dengan membuat, baik yang berupa berita yang bersifat komersil tentang produk tersebut didalam media tercetak atau tidak, maupun hasil wawancara yang disiarkan dalam media tersebut.

3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bauran Promosi Dalam melakukan kegiatan promosi dilakukan berbagai macam metode, tergantu dari kondisi yang dihadapi, sehingga hasil yang dihasilkan dapat maksimal. Dalam hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Michael J. Etzel (1994) dalam Danang (2013) ada beberapa hal yang mempengaruhi bauran promosi, yaitu:

a. Sifat pasar

Factor yang mempengaruhi bauran promosi bersifat pasaran meliputi tiga variable, yaitu luasnya geografi pasar atau lokasi kegiatan dilakukannya kegiatan komunikasi, tipe pelanggan atau sasaran tujuan kegiatan komunikasi, konsentrasi pasar. Jika berdasarkan luas geografi, maka model saluran untuk mencapai sasaran objek promosi harus disesuaikan dengan luas area yang ingin ditarget, karena perbedaan luas area mempengaruhi saluran yang akan digunakan, karena tidak akan sama saluran yang akan digunakan apabila luas area yang ditarget berskala nasional atau internasional, dengan saluran yang digunakan yang akan digunakan jika target area hanya bersifat lokal.

Jika dilihat dari tipe pelanggan atau objek sasaran kegiatan komunikasi, maka harus dilihat bagaimana kecendrungan kebiasaan dari

(33)

objek sasaran, sehingga dapat ditentukan bagaimana objek sasaran paling efektif untuk dicapai.

Sedangkan jika konsentrasi pasar yang digunaka sebagai factor, maka harus dilihat kecendrungan sifat dari pasar, jika sifat pasa persaingan bebas, maka akan lebih baik jika digunaka bauran promosi jenis iklan, karena dengan jenis tersebut pembeli dapat langsung membandingkan antara produk yang kita tawarkan dengan produk sejenis lainnya.

b. Sifat produk

Sifat produk menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan objek sasaran dari bauran promosi. Dalam menentukan objek sasaran, harus dilihat terlebih dahulu segmentasi pasar mana yang cocok untuk dijadikan sasaran bauran promosi, serta jenis bauran promosi apa yang efektif untuk segmen target dan sifat produk. Karena jika salah dalam menentukan segmen pasar, kemungkinan besar kegiatan promosi yang dilakukan akan gagal. Contohnya, akan sulit menjual komputer server pada mahasiswi jurusan ilmu sosial.

c. Daur hidup produk

Startegi suatu produk akan dipengaruhi oleh tahap dasar hidup produk. Pada tahap perkenalan produsenb harus menstimulasi permintaan primer. Disamping itu perantara harus diyakinkan dengan berbagai cara, sehingga ia benar-benar bertanggung jawab dalam membantu pemasarannya. Karena dengan periklanan diyakinkan

(34)

konsumen, selanjutnya dengan personal selling. Promosi harus dilaksanakan secara intensif melalui bentuk promotion mix lainnya.

d. Dana yang tersedia

Dana yang tersedia merupakan factor yang menentukan, karena program periklanan akan sulit berhasil dengan baik jika dana yang tersedia sangat terbatas. Apabila dana yang tersedia terbatas, biasanya bentuk promosi yang dilakukan adalah personal selling, pameran pada lokasi bisnisnya sendiri, atau bekerja sama dengan sesama perusahaan atau perusahaan yang lebih besar.

Dalam mengkampanyekan bauran promosi, tema yang diangkat harus jelas. Di mana tema adalah imbauan promosi yang diberi bentuk khusus dan menarik perhatian.

4. Startup

4.1. Pengertian Startup dan Startup Digital

Startup digital adalah sebuah perusahaan rintisan, umumnya disebut dengan startup atau pada pengejaan yang lain disebut start-up, merujuk pada perusahaan yang belum lama beroprasi.

Dalam buku Lean Startup, Eric Ries mendefinisikan Startup sebagai “a human institution designed to deliver a new product or service under condition of extreme uncertainity”. Dari definisi yang disampaikan oleh Eric Ries, definisi tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian untuk menjelaskan lebih detail mengenai bisnis startup. Pertama, a human institution. Sebuah startup dapat berupa individu/perorangan atau pun

(35)

perusahaan, kedua, to deliver a new product or service. Bahwa sebuah startup didirikan oleh perseorangan ataupun perusahaan dalam rangka untuk menjual jasa atau pruduk yang baru dan ketiga, under conditions of extreme uncentainty yang arti dari penggalan ini adalah bahwa perusahaan startup adalah perusahaan yang baru saja didirikan yang menghadapi kondisi ketidakpastian yang sangat tinggi, apakah akan sukses atau kah gagal (Hendry E. Ramdhan.2016:18).

B. Kajian Teori 1. Teori Difusi Inovasi

Teori difusi inovasi pada dasarnya membahas tentang bagaimana sebuah ide, gagasan ataupun objek baru dapat tersampaikan kepada suatu sebagian atau sekolompok sosial. Pada teori ini dijelaskan tahapan- tahapan dan hal-hal yang mempengaruhi untuk sebuah ide, gagasan ataupun teknologi dapat diadopsi. Dikatakan oleh Roger dalam Berger, Roloff dan Roskos-Ewoldsen (2015) bahwa secara teori difusi inovasi menjadi dasar untuk mendukung keputusan para aktor untuk memakai sebuah inovasi, semua gagasan atau objek yang dianggap baru.

Proses tahapan-tahapan penyerapan sebuah inovasi dijelaskan di dalam teori divusi inovasi menjadi beberapa tahapan yaitu, pertama adalah tahap munculnya sebuah pengetahuan baru mengenai sebuah inovasi yang dianggap dapat memberikan sebuah keuntungan, sehingga pada tahapan ini informasi mengenai inovasi tersebut disebarkan melalui

(36)

berbagai saluran agar dapat dipahami oleh khalayak. Kedua adalah tahapan persuasif yang pada tahapan ini persepsi mengenai inovasi sudah mulai terbentuk, apakah bersifat positif ataupun negatif. Ketiga adalah tahapan pengambilan keputusan yang pada tahapan ini khalayak sudah mulai menentukan untuk menerima atau melakukan penolakan terhadap inovasi baru yang ada. Keempat adalah tahapan implementasi yang pada tahapan ini khalayak akan melakukan tindakan sesuai dengan keputusan yang telah diambil, mengadopsi inovasi ke dalam kehidupannya atau melakukan penolakan yang jelas terhadap inovasi yang ada. Kelima adalah tahapan konfirmasi yang pada tahapan ini khalayak yang telah melakukan adopsi ataupun penolakan mulai mencari alasan-alasan penguatan lain atas sikap yang diambil terhadap inovasi baru yang ada.

Selain tahapan-tahapan dalam teori divusi inovasi juga menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi penerimaan terhadap sebuah inovasi. Pertama yaitu keuntungan relatif yang didapatkan dari pengadopsian sebuah inovasi, semakin besar keuntungan yang didapatkan dari pengadopsian sebuah inovasi maka semakin besar pula kemungkinan sebuah inovasi akan diadopsi, begitupun sebaliknya. Kedua yaitu kesesuaian inovasi dengan kondisi khalayak yang akan mengadopsi inovasi tersebut. Kesesuaian inovasi dilihat dari berbagai aspek di dalam kelompok khalayak tersebut mulai dari kondisi khalayak, kebudayaan serta nilai-nilai yang dianut oleh kelompok khalayak tersebut, semakin

(37)

besar kesesuaiannya, semakin besar peluang inovasi akan diadopsi.

Ketiga yaitu kompleksitas inovasi, hal ini mempengaruhi tingkat penerimaan khalayak atas inovasi untuk diadopsi karena inovasi dengan kompleksitas tinggi cenderung membuat khalayak sulit memahami dan menjalankan inovasi tersebut. Keempat yaitu dapat diuji coba, dengan dapat diuji secara langsung pada keadaan sebenarnya, dapat diketahui secara langsung kesesuaian serta kelebihan atau kekurangan dari sebuah inovasi sebelum inovasi tersebut diadopsi.

2. Teori Perencanaan

Sebuah teori yang dicetuskan oleh Charles R. Berger (Littlejohn, 2014), untuk menjelaskan proses yang dilalui dalam merencanakan prilaku komunikasi. Dalam teori ini Berger menulis bahwa rencana- rencana dari prilaku komunikasi merupakan “representatif kognitif hierarki dari rangkaian tindakan mencapai tujuan”. Dengan kata lain, rencana- rencanamerupakan gambaran mental dari langkah-langkah yang diambil seseorang dalam memenuhi sebuah tujuannya. Perencanaan pesanb merupakan perhatian utama, karena komunikasi sangat penting dalam meraih tujuan.

Di antara banyak tujuan yang kita coba raih sehari-hari, tujuan sosial (social goal) merupakan tujuan terpenting. Karena kita adalah makhluk sosial, orang lain penting dalam kehidupan kita, dan kita bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dalam berbagai cara. Bagi seseorang, tujuan cenderung merupakan hal yang kompleks. Tujuan

(38)

sepertinya disusun dari suatu hierarki dan mencapai tujuan tertentu terlebih dahulu untuk dapat mencapai tujuan lainnya. Perencanaan atau strategi tingkat rendah atau tinggi tergantung dari motivasiseseorang dalam mencapai tujuan (Hutagalung, 2015).

Banyak dari tujuan kita merupakan bagian dari proses perencanaan itu sendiri. Meta-tujuan ini memandu rencana-rencana menjadi lebih kuat.

Contohnya, kita ingin bertindak sesuai dengan cara sosial yang tepat, sehingga ketepatan merupakan meta-tujuan yang lain. Namun, sepertiga dari meta-tujuan bisa jadi adalah kesopanan, kita ingin sopan dalam proses pencapaian tujuan kita.

Sesorang sering kali mengandalkan rencana-rencana yang diawetkan (canned plans) yang telah digunakan sebelumnya agar perencanaan yang disusun menjadi efisien. Rencana-rencana tersebut disimpan dalam memori jangka panjang (long-term memory) dan diandalkan ketika dibutuhkan. Dalam melakukan sesuatu yang pernah dilakukan sebelumnya dan telah diketahui cara efektif dalam melakukannya, seseorang cenderung menggunakan cara yang sama ketika melakukannya kembali tanpa berpikir terlalu banyak. Namun dalam menggunakan rencana yang diawetkan tidaklah selalu berhasil dengan baik, bahkan terkadang gagal. Atau tujuannya merupakan sesuatu yang baru atau rumit serta membutuhkan pemikiran yang baru.

Dalam teori ini Berger memperkirakan bahwa, semakin banyak yang seseorang ketahui (khusus dan umum), maka semakin kompleks

(39)

pula rencana yang dirancang. Namun, biasanya ada batasan-batasan pada seberapa kompleksnya sebuah rencana. Dalam komunikasi interpersonal hal ini sangat mungkin terjadi karena efisiensi meta-tujuan dan ketepatan sosial. Seseorang tidak dapat begitu saja melakukan hal- hal yang ia sukai karena adanya usaha yang dibutuhkan dan beberapa tindakan yang kurang tepat secara sosial.

3. Teori Jaringan

Pada teori ini lebih menekankan pada aktor komunikasi, bagaimana actor tersebut terhubung dalam node-node jaringan komunikasi dalam sistem sosialnya. Dari peta jaringan ini para periset dapat melihat informasi mengenai anggota-anggotanya berdasarkan akses ke sumberdaya (dalam hal ini termasuk anggota lain diluar anggota di bawahnya) yang diberikan oleh posisi mereka di dalam jaringan. Sifat dann koneksi structural tersebut memprediksi pengaruh jaringan—

konvergensi persepsi di antara aktor-aktor—dan melukiskan dinamika sosial seperti pergantian opini, polarisasi, atau pembentukan norma.

Karena konektivitas dapat digunakan dengan banyak cara, para sarjana membandingkan efek berbagai tipe asosiasi jaringan—khususnya pengaruh pada interaksi formal yang ditentukan oleh pekerjaan dibandingkan dengan pengaruh pada hubungan emergent informal.

Konteks divergen pada struktur-struktur tersebut memudahkan analisis tingkat individu atau analisis tingkat kelompok yang meletakkan lapis-lapis pengaruh di dalam sistem sosial (menempatkan pendekatan analitis-

(40)

jaringan sebagai alat deskriptif pengaruh tidak sengaja baik di tingkat individu maupun di tingkat sistemik).

Jika seseorang melakukan analisis mengenai sebuah jaringan, maka akan terlihat beberapa hal, contohnya tentang bagai mana dua orang dapat saling terhubung, dan seterusnya anda dapat melihat bagaimana pada kelompok menjadi sub-sub kelompok. Akhirnya dapat terlihat bagaimana kelompok-kelompok terhubung dalam sebuah jaringan global.

Satuan dasar dari organisasi menurut teori jaringan adalah mata rantai (link) antara dua orang. Dalam sistem organisasi terdapat banyak mata rantai yang membagi orang-orang dalam kelompok-kelompok danb menghubungkannya ke dalam organisasi. Sebuah mata rantai dapat didefinisikan berdasarkan maksud atau tujuan, bagaimana tujuan atau maksud tersebut dibagi, dan fungsi mata rantai tersebut dalam organisasi.

Mata rantai dapat juga mendefinisikan sebuah peranan jaringan tertentu, yang artinya bahwa mereka menghubungkan kelompok-kelompok dalam cara-cara tertentu.

Walaupun pada teori ini membahas tentang bagaimana setiap individu akan berbeda dalam menanggapi informasi yang ia terima, namun, dengan berpegangan tetap pada pengaruh variabel- variabel kepribadian yakni menganggap bahwa setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama, sehingga teori ini juga membahas tentang

(41)

prediksik keseragaman tanggapan terhadap informasi yang diterima khalayak.

4. Teori Fungsi Pengambilan Keputusan Kelompok

Hirokawa (1983) dikutip dalam Berger, Roloff dan Roskos- Ewoldsen (2013) menyatakana tujuan dari teori fungsi pengambilan keputusan kelompok adalah untuk memahami penyebab sebagian kelompok lebih berhasil atau lebih efektif dari kelompok lainnya. Teori fungsi pengambilan keputusan ini didasarkan pada beberapa asumsi.

Pertama, kelompok diorientasikan kepada tugas, kelompok, atau tujuan emosional sosial. Kedua, prilaku dan kinerja kelompok berubah-ubah dan dapat dievaluasi. Terakhir, faktor internal dan faktor eksternal mempengaruhi kinerja lewat interaksi.

Dari asumsi-asumsi yang disebutkan di atas mempengaruhi lima poin syarat yang sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang memuaskan sebagai berikut:

a. Membangun pemahaman situasi masalah (analisis masalah) b. Mencapai pemahaman tentang syarat-syarat pilihan yang bisa

diterima (menentukan kriteria evaluasi)

c. Membuat kisaran alternatif yang realistis dan bisa diterima (menghasilkan solusi-solusi alternatif)

d. Menilai kualitas positif pilihan-pilihan alternative (evaluasi konsekwensi-konsekwensi positif sebuah solusi)

(42)

e. Menilai kualitas negatif pilihan-pilihan alternative (evaluasi konsekwensi-konsekwensi negative sebuah solusi)

kelompok yang menerapkan kelima poin di atas dalam usaha pengambilan keputusan, dapat memaksimalkan kemungkinan pengambilan keputusan yang paling efektif.

C. Penelitian Yang Relevan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Vicky Nur Fawzy (2016) yaitu

“Pengaruh Pertumbuhan Industri Kreatif Digital Terhadap Perkembangan Ekonomi Wilayah Indonesia (Studi kasus Kota Yogyakarta)” dia menemukan bahwa perkembangan industry kreatif digital di Kota Yogyakarta memberi dampak perkembangan terhadap Indek Pembangunan Regional (IPR). Dengan perkembangan industri kreatif digital di kota Yogyakarta, ikut mendongkrak pemahaman dan pemanfaatan teknologi di kota Yogyakarta yang menurut Solow-Swan dalam teori pertumbuhan neoklasik bahwa salah satu pendorong meningkatnya perekonomian suatu daerah adalah tingkat pemanafaatan teknologi.

Selanjutnya dalam penelitian yang dia temukan adalah bertambahnya penawaran tenaga kerja. Perhitungan kasar terhadap statistik hasil survei perusahaan industri kreatif yang dilakukan oleh Jogja Digital Valley menunjukkan setidaknya kurang lebih 2000 orang dipekerjakan oleh total 156 perusahaan industri kreatif. Perusahaan

(43)

industri kreatif tersebut 81, 4% berdiri pada tahun 2012 dan 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri kreatif digital di Kota Yogyakarta ini mampu memberikan persentase terhadap bertambahnya penawaran tenaga kerja. Dengan kata lain, industri kreatif digital memenuhi salah satu modal meningkatnnya pertumbuhan ekonomi wilayah.

Berikutnya, pada penelitian yang dilakuan Andrian dan Astri Ghina (2015) yang berjudul “Analisis Perkembangan Alumni Tenant Setelah Proses Inkubasi (Studi Kasus Pada Bandung Digital Valley)” menemukan bahwa para tenant alumni dari inkubasi yang dilakukan pada Bandung Digital Valley mengalami kemajuan yang cukup pesat, mulai dari perkembangan tenaga kerja yang direkrut hingga perkembangan margin keuntungan yang dicapai. Hal ini merupakan pengaruh dari inkubasi yang dilakukan yang di dalamnya terdapat bantuan teknis, network, sarana dan prasarana serta arahan strategi komunikasi yang diberikan oleh Bandung Digital Valley sehingga para pelaku bisnis alumni dari program inkubasi tersebut dapat berkembang. Dari penelitian tersebut dibuktikan bahwa dengan ekosistem yang mendukung, sebuah startup digital dapat berkembang baik.

Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan perencanaan komunbikasi yang baik.

Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian Policarpus Manase Mana, Hafied Cangara dan Muhadar (2012) mengenai strategi komunikasi pengendalian minuman beralkohol (perda nomor 11 tahun 2012) oleh pemerintah

(44)

Kabupaten Sikka, yang mana pada penelitian tersebut ditunjukkan bahwa dengan melakukan perencanaan komunikasi yang baik menghasilkan strategi komunikasi yang baik, dan dengan strategi komunikasi yang baik, tujuan dari dilakukannya kegiatan komunikasi dapat tercapai.

Dalam strategi komunikasi yang diterapkan, menentukan siapa yang menjadi komunikator merupakan hal yang penting, karena dapat menetukan berhasil atau gagalnya strategi yang dijalankan, dari penelitian Policarpus dkk yang disebutkan di atas, menunjukkan hal tersebut.

Dengan memilih komunikator yang tepat, tujuan dalam mengendalikan minuman beralkohol di Kabupaten Sikka dapat tercapai dengan baik. Hal serupa juga ditunjukkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Irvan Roberto, Tahir Kasnawi, dan A. Alimuddin Unde (2016) mengenai strategi komunikasi penyuluhan program KB vasektomi untuk masyarakat miskin di Kota Makassar bahwa pemilihan komunikator yang tepat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam keberhasilan startegi yang dilaksanakan. Pemilihan komunikator dilakukan dengan mengikuti kriteria yang telah ditentukan, sehingga karakteristik dari komunikator dapat menunjang keberhasilan dari kegiatan komunikasi yang dilakukan.

Dari penelitian-penelitian yang relevan di atas, perbedaan karakteristik penelitian yang peneliti lakukan adalah pada penelitian ini yang menjadi fokus adalah startegi komunikasi yang digunakan DILo Makassar serta penerimaan Quadruple-helix atas kegiatan komunikasi

(45)

yang dilakukan sehingga tidak hanya melihat dari sisi komunikator tapi juga dari sisi khalayak.

D. Kerangka Pikir

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas, diperlukan suatu proses dan prosedur penelitian yang efektif dan sedapat mungkin efisien. Untuk itu perlu disusun kerangka pikir penelitian yang dapat memberikan gambaran dan arahan agar penelitian berjalan dengan lancar dengan hasil yang berkualitas. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada strategi komunikasi DILo Makassar dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar. DILo Makasssar melakukan kegiatan komunikasi dengan menggunakan beberapa alternatif model kegiatan dan saluran komunikasi dalam menyampaikan pesan kepada pihak-pihak terkait dan masyarakat yang intinya adalah untuk mengajak berkolaborasi dan berpartisipasi dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini:

(46)

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

DILo Makassar

Kolaborasi dan Partisipasi Quadruple-Helix ABGC (Academician, Business, Government and Community) dalam membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar Komunikator

pendidikan, pengalaman Skill (keahlian) di

bidang spesifik Jabatan

Strategi Komunikasi Dalam Membangun Ekosistem Bisnis Startup Digital di Dota Makassar Dengan Mengajak Untuk Kolaborasi dan Partisipasi

Model Media Kegiatan

Workshop/Training Teknis

Workshop/Training Desain

Workshop/Training Manajemen

Business Matchmaking

Business Gathering

Kompetisi Lokal

Promosi

menggunakan social media

Isi Pesan

Lahan bisnis baru yang menjanjikan

Peningkatan dan efisiensi pelayanan informasi

Sebagai lapangan kerja teknologi informasi baru

Kolaborasi

pengetahuan dan info bisnis

Target sasaran Komunikasi / Komunikan

Quadruple-Helix ABGC (Academician, Business, Government and Community)

(47)

Skema kerangka pikir di atas adalah rangkaian yang digunakan penulis yang diharapkan dapat membantu mengetahui strategi komunikasi yang digunakan DILo Makassar untuk usaha membangun ekosistem bisnis startup digital di Kota Makassar serta melihat tingkat penerimaan dari Quadruple-helix mengenai kegiatan komunikasi yang dilakukan.

(48)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menenkankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah (Gunawan, 2013).

Di dalam metode kualitatif, proses risetnya berawal dari suatu observasi atau gejala. Metode kualitatif bersifat menjelajah (exploratory) dimana pengetahuan tentang permasalahan masih sangat kurang atau belum ada sama sekali. Riset kualitatif bertujuan untuk memperjelas fenomena dengan mengumpulkan data sedalam – dalamnya (Kriyantono, 2006).

Dengan Jenis penelitian deskriptif, dimana penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di DILo Makassar yang berlokasi di Jl. Sam Ratulangi No.6 Kota Makassar. Lokasi penelitian dipilih karena merupakan satu-satunya kantor dan pusat dari kegiatan DILo Makassar.

(49)

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 bulan, yang dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2017. Waktu 4 bulan ini sudah cukup bagi peneliti dalam menyelesaikan seluruh proses penelitian tersebut.

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data dan sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, untuk data primer dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara terhadap informan serta dokumentasi berupa pengumpulan data – data berupa gambar – gambar, foto – foto, artikel, yang hasilnya dapat dijadikan bahan lampiran maupun data tambahan riset yang dibutuhkan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan dari berbagai organisasi atau perusahaan. Data sekunder diperoleh dari referensi buku – buku, katalog yang berkaitan serta menunjang penelitian serta mencari data – data yang dibutuhkan melalui website

(50)

atau internet online yang bisa dikatakan sebagai cara baru dalam mencari data.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data atau informasi dengan melakukan wawancara mendalam. Menurut Moleong (2011):

wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Dalam proses pengumpulan data ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth interview) dimana komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi dua arah semi terstruktur. Komunikasi dua arah semi terstruktur adalah suatu percakapan yang dilakukan secara langsung dengan panduan pertanyaan (transkrip wawancara). Kriteria narasumber dalam proses wawancara ini adalah seseorang yang memiliki wewenang di DILo Makassar, sehingga dapat menjelaskan mengenai strategi-strategi komunikasi yang dilakukan oleh DILo Makassar.

2. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam

(51)

suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.

Menurut Patton dalam Poerwandari (1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Menurut Patton dalam Poerwandari (1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

(52)

e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

3. Dokumentasi

Menurut Lexy J. Moleong (2011), dokumentasi adalah meruoakan cara pengumpulan data dengan mempelajari arsip atau dokumen-dokumen yaitu setiap bahan tertulis baik internal maupun eksternal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

F. Informan

Dalam penelitian ini pemilihan informan adalah pihak pihak yang representatif dalam memberikan informasi terkait penelitian penulis. Manajer DILo dipilih menjadi informan karena merupakan representative dari DILo Makassar dan dianggap sebagai penenentu strategi komunikasi yang akan dilakukan oleh DILo Makassar. Untuk masing-masing elemen Quadruple- helix akan dipilih perwakilan-perwakilan yang dianggap dapat mewakilkan dari setiap elemen. Pertama, dari elemen komunitas dipilih perwakilan dari komunitas Startup Makassar yaitu ketua atau yang mewakili dan dari komunitas Makassar Game Developer yaitu ketua atau yang mewakili.

Kedua, dari elemen Pemerintahan, dipilih Walikota Makassar karena dianggap sebagai representative dari pemerintah Kota Makassar yang

(53)

merupakan pemangku jabatan pengambil kebijakan di Kota Makassar lalu perwakilan dari Makassar Technopark karena merupakan badan yang dibentuk khusus oleh Pemerintah Kota Makassar untuk menangani pengembangan industri startup digital di Kota Makassar. Ketiga, dari elemen bisnis dipilih perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Ekonomi Kreatif Indonesia serta wirausaha yang telah melakukan kolaborasi dengan pelaku industri startup. Keempat, dari elemen akademisi. Kriteria akademisi yang akan dipilih adalah akademisi yang concern terhadap perkembangan startup digital di Kota Makassar dan memiliki pengelaman berkaitan usaha mengembangkan ekosistem bisis startup digital di Kota Makassar.

(54)

Tabel 2. Tabel Informan

Sumber: Hasil Olah Data Primer 2017

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh DILo Makassar saat ini dan bagaimana strategi komunikasi yang efektif untuk digunakan DILo Makassar untuk mencapai tujuan membangun ekosiste

Informan Jumlah

1. DILo Makassar

- Manajer atau yang mewakili

2. Asosiasi Pengusaha Ekonomi Kreatif Indonesia - Ketua atau yang mewakili

3. Komunitas Startup Makassar - Ketua atau yang mewakili 4. Makassar Game Developer

- Ketua atau yang mewakili 5. Pemerintah Kota Makassar

- Walikota atau yang mewakili - Perwakilan Makassar Technopark 6. Akademisi

7. wirausahawan

1

1

1

1

1 1 2 1

Jumlah 9 orang

(55)

bisnis startup digital di Kota Makassar. Menurut Arikunto (2007) metode analisis deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen, karena tidak dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan.

Dengan penelitian deskriptif peneliti hanya bermaksud menggambarkan (mendeskripsikan) atau menerangkan gejala yang sedang terjadi. Bogdan dalam Sugiyono (2008) berpendapat bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit- unit,melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami olehdiri sendiri maupun orang lain.Metode analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti. dalam menganalisis data kualitatif, menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008) adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

(56)

b. Penyajian Data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

c. Kesimpulan atau Verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Gambar 1. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman Sumber: (Sugiyono, 2013)

(57)

H. Pelaksanaan Penelitian

Dalam tahapan ini, yang pertama peneliti lakukan adalah menentukan fokus penelitian, menetapkan informasi-informasi apa saja yang dibutuhkan dari setiap informan dan mengurutkan daftar informan yang akan ditemui terlebih dahulu.

Selanjutnya, peneliti mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak berwenang yang dalam hal ini adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang penyelenggaraan pelayanan perizinan. Setelah mendapatkan izin dari pihak yang berwenang, barulah penulis dapat melakukan peneltian yang telah direncanakan.

Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah disusun sebelumnya, peneliti mulai mengunjungi satu persatu informan yang sudah ditentukan sebelumnya. Peneliti untuk menciptakan kenyamanan dalam mewawancari, peneliti mendatangi satu persatu informan di lokasi yang telah disepakati oleh tiap-tiap informan dan menggunakan pedoman wawancara untuk tiap-tiap informan agar wawancara terarah dan dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan untuk data penelitian.

Walaupun dengan kedekatan yang dimiliki peneliti dengan beberapa informan, penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak berjalan mudah seperti yang dibayangkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh padatnya jadwal

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian dilakukan penelitian ini antara lain untuk mengetahui strategi komunikasi mengidentifikasi target khalayak, menyusun tujuan komunikasi yang ingin

Strategi Komunikasi dalam mensosialisasikan Website LAPOR di Kota Makassar sudah menerapkan indikator penelitian yang berjalan sesuai dengan tujuan di luncurkan website

Investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana menghubungi perusahaan efek/ broker yang terdapat di pasar modal untuk kemudian dihubungkan dengan emiten atau

Faktor yang mendukung strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh calon legislatif perempuan Kota Makassar dalam memenangkan Pemilihan Umum Legislatif tahun

(Ket.. dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang

Adapun variabel yang menjadi aspek dalam penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap keterlaksanaan layanan konseling individual dengan teknik konseling

PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 15

Ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, sehingga akhirnya orang mengembangkan respon yang salah karena justru respon tersebut yang mendapat reinforcement