• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Penetapan Target

Dalam pencapaian visi dan misi Inspektorat Jenderal diperlukan target guna mengukur keberhasilan dari strategi yang telah dilaksanakan. Penetapan target

31

berguna sebagai pemicu kinerja maksimal bagi Inspektorat Jenderal dan pegawainya untuk mencapai keberhasilan. Penetapan target tersebut didasarkan atas pertimbangan tersendiri sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Penetapan target ini berdasarkan hasil wawancara dengan pihak yang kompeten di Inspektorat Jenderal. Penetapan target Inspektorat Jenderal berdasarkan perspektif BSC adalah sebagai berikut:

1. Perspektif Keuangan

Salah satu penilaian keberhasilan pengelolaan anggaran adalah besarnya penyerapan DIPA pada satu tahun anggaran. Pedoman yang digunakan untuk penilaian terhadap penyerapan anggaran adalah pedoman LAKIP tersebut menyebutkan skala penilaian terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu kurang baik, yaitu apabila penyerapan anggaran di bawah 55 %, skala sedang apabila tingkat penyerapan anggaran adalah 55 % - 70 %, skala baik yaitu apabila tingkat penyerapan anggaran adalah 70% - 85% dan dianggap sangat baik apabila tingkat penyerapan anggaran adalah 85 % - 100 %. Inspektorat Jenderal menetapkan target untuk penyerapan anggaran sebesar 97%.

Pemeriksaan keuangan yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dimaksudkan untuk memberikan opini apakah laporan keuangan yang telah disajikan oleh Instansi Pemerintah secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). BPK dapat memberikan empat jenis opini, yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion), Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified opinion), Tidak Memberikan Pendapat (TMT/Disclaimer opinion) dan Tidak Wajar (TW/Adverse opinion).

Opini WTP diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian internal memadai dan tidak ada salah saji yang material atas pos-pos laporan keuangan. Secara keseluruhan laporan keuangan telah menyajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

Opini WDP diberikan dengan kriteria antara lain: sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos laporan keuangan. Laporan keuangan dengan opini WDP dapat diandalkan, tetapi pemilik kepentingan harus memperhatikan permasalahan yang

32

diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan tersebut agar tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan.

Opini TMP diberikan apabila terdapat suatu nilai yang secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti dan atau sistem pengendalian intern yang sangat lemah.

Opini TW diberikan jika sistem pengendalian internal tidak memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos laporan keuangan yang material. Dengan demikian secara keseluruhan penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan SAP. Inspektorat Jenderal menetapkan target yaitu hasil pemeriksaan laporan keuangan Kementerian Kehutanan oleh BPK mendapat opini WTP.

2. Perspektif Pelanggan

Pelanggan dalam organisasi Pemerintah adalah masyarakat dan para pemilik kepentingan. Sehingga penilaian terhadap pelayanan atau jasa pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal perlu dilakukan. Inspektorat Jenderal menetapkan nilai 3 dalam penilaian kepuasan pengguna jasa Inspektorat Jenderal.

Masyarakat merupakan salah satu pelanggan dari Inspektorat Jenderal, salah satu bentuk pelayanan Inspektorat Jenderal terhadap masyarakat adalah menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Inspektorat Jenderal. Sebagai wujud tanggung jawab kepada masyarakat merupakan suatu kewajiban bagi Inspektorat Jenderal untuk menindaklanjuti seluruh pengaduan masyarakat yang masuk. Inspektorat Jenderal menetapkan target seluruh atau 100% pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Inspektorat Jenderal untuk ditindaklanjuti hingga tuntas.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah mencapai keandalan laporan keuangan, pengamanan aset dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyebutkan Menteri selaku pengguna anggaran dan atau pengguna barang wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern dibidang pemerintahan masing-masing untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja.

33

Untuk menindaklanjuti dari hal tersebut maka Inspektorat Jenderal membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di satuan kerja sehingga terwujud efektifitas pengawasan dan pengendalian mulai dari satuan kerja. Inspektorat Jenderal menargetkan 40% dari jumlah satuan kerja di lingkup Kementerian Kehutanan telah melaksanakan SPIP.

3. Perspektif Manajemen Internal

Kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran merupakan aspek penting dalam mewujudkan pengelolaan anggaran yang optimal, sehingga program-program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Inspektorat Jenderal dapat direalisasikan. Inspektorat Jenderal menetapkan target 70% program yang ada dalam Rencana Strategi Inspektorat Jenderal dan direalisasikan pada RKA K/L Inspektorat Jenderal.

Tujuan pelaksanaan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP, menilai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, memberikan saran perbaikan untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi pemerintah, dan memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi sebelumnya. Hasil dari evaluasi tersebut berupa kategori yang dibedakan skala nilai tertentu sebagai berikut, kategori AA nilai angka >85 – 100 (memuaskan), kategori A nilai angka >75 – 85 (sangat baik), kategori B nilai angka >65 – 75 (baik), kategori CC nilai angka >50 – 65 (cukup), kategori C nilai angka >30 – 50 (kurang) dan kategori D nilai angka 0 – 30 (sangat kurang). Dalam hal ini Inspektorat Jenderal menetapkan target untuk evaluasi SAKIP Kementerian Kehutanan mendapat kategori A.

Sasaran strategi peningkatan kualitas pengawasan, pendampingan dan konsultasi dalam melakukan sistem penjamin mutu pengawasan internal, sasaran ini memiliki 2 (dua) ukuran hasil kinerja, yaitu: persentase satuan kerja yang telah melaksanakan kegiatan dalam DIPA sesuai tugas dan fungsi satuan kerja, dan persentase satuan kerja yang memenuhi standar laporan keuangan pemerintah. Satuan kerja diharapkan melaksanakan tugas dan fungsi sesuai aturan yang berlaku, salah satunya menerapkan pengelolaan anggaran efektif, efisien dan ekonomis. Inspektorat Jenderal memiliki peran

34

sebagai pengawas, pendamping serta konsultan bagi satuan kerja dan menunjang kegiatan tersebut Inspektorat Jenderal menetapkan target 70% satuan kerja telah melaksanakan maupun mencantumkan kegiatan dalam DIPA yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Inspektorat Jenderal sebagai pelaksana reviu laporan keuangan perlu menetapkan target keberhasilan atas reviu dan pendamping dalam penyusunan laporan keuangan yang dibuat oleh satuan kerja. Target yang ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal adalah sebesar 70% satuan kerja yang telah membuat laporan keuangan sesuai dengan SAP.

Kunci keberhasilan upaya pemberantasan korupsi pada suatu unit kerja unit utama/lembaga adalah inisiatif dari internal instansi tersebut. Untuk menunjang hal tersebut Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penilaian inisiatif anti korupsi pada satuan kerja, sementara Inspektorat Jenderal mendorong dan mengupayakan satuan kerja untuk mencapai standar apa yang ditetapkan oleh KPK. Penilainan Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang dilaksanakan oleh KPK memiliki nilai maksimal 10. Inspektorat Jenderal menetapkan target untuk nilai PIAK adalah sebesar 7,00.

Setiap unit kerja tingkat Esselon I dan unit pelaksana teknis berkewajiban menindaklanjuti hasil audit internal maupun eksternal pemerintah paling lambat 1 (satu) bulan setelah laporan hasil audit diterima. Atas dasar tersebut satuan kerja diwajibkan segera mungkin untuk menindaklanjuti laporan hasil audit, Inspektorat Jenderal memiliki unit kerja yang dipimpin oleh Kepala Bagian Pemantauan Tindak Lanjut yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pemantau atas tindak lanjut dari temuan-temuan hasil audit baik oleh pihak internal maupun eksternal pemerintah. Inspektorat Jenderal menargetkan 65% dari seluruh temuan dapat ditindaklanjuti oleh satuan kerja.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Untuk mendorong peningkatan kapasitas aparat pengawas di Inspektorat Jenderal, maka sangat diperlukan pemetaan kompetensi yang dibutuhkan oleh setiap jabatan baik struktural maupun fungsional. Oleh karena itu, maka

35

diperlukan suatu standar kompetensi untuk setiap jabatan baik struktural maupun fungsional. Inspektorat Jenderal menargetkan 80% aparat pengawas telah memenuhi standar kompetensi jabatan. Berikut gambaran target kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11 Tabel 11 Target kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC

Sasaran Strategi

Ukuran Strategi

Target

Ukuran Pemicu Ukuran Hasil

Keuangan Peningkatan Pengelolaan Anggaran Yang Optimal Meningkatkan daya serap anggaran Inspektorat Jenderal Persentase penyerapan DIPA Inspektorat Jenderal 97% Peningkatan Kualitas Opini Laporan Keuangan Kementerian Kehutanan Pemeringkatan kinerja dan audit laporan keuangan oleh BPK Rating Audit BPK WTP Pelanggan Peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam pengawasan pengelolaan keuangan negara Meningkatnya kualitas Pengawasan Inspektorat Jenderal

Nilai kepuasan pengguna

jasa pengawasan 3,00 Meningkatnya

penanganan pengaduan masyarakat

Persentase pengaduan masyarakat yang selesai ditindaklanjuti

100% Membangun Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah di Satker

Persentase Satker yang

melaksanakan SPIP 40% Manajemen Internal Meningkatkan Kualitas Perencanaan Kegiatan dan Anggaran Meningkatnya jumlah program Inspektorat Jenderal yang terealisasikan dalam RKA/KL

Persentase sasaran dalam Rencana Strategis Inspektorat Jenderal yang diprogramkan dalam RKA/KL 70% Peningkatan Kualitas Pengawasan, Pendampingan dan Konsultasi Dalam Melakukan Sistem Penjaminan Mutu Pengawasan Internal Meningkatnya nilai SAKIP

Persentase Satker dengan

nilai LAKIP kategori A 60% Konsistensi antara

kegiatan, penggunaan anggaran dan tugas fungsi Satker

Persentase Satker yang telah melaksanakan kegiatan dalam DIPA sesuai tugas dan fungsi

70% Meningkatnya kualitas

pendampingan dan konsultasi Itjen dalam pembuatan laporan keuangan

Persentase Satker yang memenuhi standar laporan keuangan 70% Membangun Instansi Yang Bebas KKN Meningkatkan upaya Satker pencegahan KKN Nilai Implementasi PIAK 7,00 Peningkatan Efektifitas Penyelesaian Tindak Lanjut Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan

Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil

36

Sasaran Strategi

Ukuran Strategi

Target

Ukuran Pemicu Ukuran Hasil

Hasil Pemeriksaan

Pertumbuhan dan Pembelajaran Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah di Lingkungan Inspektorat Jenderal Meningkatkan Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan standar kompetensi jabatan Persentase Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang telah memenuhi standar

kompetensi jabatan 80%

Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014 4.5 Perancangan Balanced Scorecard

Perancangan BSC ini bertepatan dengan adanya perubahan visi dan misi di Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, sehingga merupakan waktu yang tepat dalam menyusun sasaran strategi yang baru dalam mewujudkan visi dan misi yang baru ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal. Perancangan BSC dilakukan dengan membuat sasaran strategis yang sesuai dengan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan. Sasaran-sasaran strategi dipilih sebagai langkah mewujudkan visi misinya.

Sasaran strategis Inspektorat Jenderal digambarkan dalam peta strategi BSC. Peta strategi BSC merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan strategi kepada seluruh pegawai. Peta strategi BSC menunjukan hubungan sebab-akibat antara visi, misi dan sasaran strategi dalam perspektif keuangan, pelanggan, manajemen internal, pertumbuhan dan pembelajaran.

Perancangan ini berdasarkan dari pengisian kuesioner oleh responden. Responden terdiri dari pihak akademisi, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Kepala Sub Bag. Program, Auditor Utama dan Auditor Muda. Bentuk kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1.

1. Perspektif Keuangan

Inspektorat Jenderal menetapkan peningkatan pengelolaan anggaran yang optimal dan Kualitas Opini Laporan Keuangan Kementerian Kehutanan. Indikator Kinerja Utama dan Indikator pemicu yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tercantum dalam Dashboard

40

Gambar 4 Peta Strategi Inspektorat Jenderal

Gambar 4 menggambarkan proses pencapaian visi dan misi melalui hubungan sebab akibat antar sasaran strategi pada setiap perspektif. Peta strategi dibuat dari atas kebawah, namun cara membacanya dari bawah keatas.

Perspektif keuangan serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menggambarkan sasaran strategi apa yang mendorong dalam melakukan manajemen internal. Sasaran strategi peningkatan kapasitas aparat pengawas intern pemerintah di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan mendorong dari sasaran strategi pada perspektif manajemen internal dan keuangan. Karena aset paling berharga bagi organisasi adalah sumber daya manusia, atas alasan tersebut kegiatan untuk meningkatkan kapasitas dari aparat pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan menjadi pondasi bagi keberhasilan sasaran strategi pada perspektif keuangan maupun perspektif manajemen internal.

Perspektif keuangan memiliki sasaran strategi peningkatan pengelolaan anggaran yang optimal dan peningkatan kualitas opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan. Sasaran strategi peningkatan pengelolaan anggaran yang

Dokumen terkait