pengusaha mengabaikan hal-hal tersebut, dan kita sering menyaksikan musibah yang seharusnya tidak terjadi.
d. Mitra kerja yang mendukung, adanya kelompok orang yang memberikan dukungan pekerjaan, sangat menentukan kepuasan dan kemungkian betahnya pekerja di dalam satu lingkungan. Penyelia yang memberikan dukungan dan pengertian kepada karyawannya mendorong terjadinya interaksi yang positif, yang membuat orang itu betah bekerja dalam perusahaan, meskipun persyaratan lain mungkin tidak seluruhnya terpenuhi.
Kepuasan Keja sebgai Variabel Bebas
a. Kepuasan kerja dan produktivitas
Bebrbagai penelitian juru meunjukkan tidak adanya korelasi yang kuat antara kepuasan dengan produktivias. Namun seperti juga pada variabel terpengaruh lainnya, diperlukan suatu faktor penunjang atau penguat sehingga keterkaitannya menjadi kuat (moderating variables). Antara lain juga faktor hambatan sosial dapat disebutkan sebagai variabel penguat. Variabel lainnya tentu secara substansif tergantung dari hal-hal spesifik yang berkaitan dengan variabel bebas tadi.
b. Kepuasan kerja dengan absenteeisme
Hubungan antara kepuasan dengan absenteeisme dapat digambarkan dengan korelasi yang negatif. Karyawan yang puas dalam pekerjaan menunjukan angka yang rendah dalam ketidakhadirannya. Namun penyebab hubungan itu tentu tidak bisa seluruhnya dibebankan kepada ketidakpuasan kerja saja. Banyak faktor lain yang ikut bekerja mempengaruhi absenteeme, sehingga hasil penelitian menunjukan kesempatan untuk tidak hadir, misalnya hak untuk hadir, yang diambil karyawan, tidak tergantung apakah karyawan mempunyai tingkat kepuasan kerja tinggi atau rendah.
c. Kepuasan kerja dengan turnover
Kepuasan kerja memang terkorelasi secara negatif dengan turnover. Namun tingkat korelasinya jauh lebih tinggi daripada tingkat korelasi antara kepuasan absenteeisme. Penyebab dari turover itu tidak bisa dilemparkan pada kepuasan kerja semata, namun kepada banyak faktor. Juga berlaku disini adalah variabel penguat, seperti tingkat kinerja karyawan. Perlu juga diperhatikan adalah pengaruh kinerja kepada mereka yang prestasinya rendah dan kepada mereka yang memang berprestasi.
PERSEPSI
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2007,h.175) persepsi (perception) adalah proses dimana individu mengatur dan menterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul. Sebagai contoh, sesuatu yang mungkin bila semua karyawan dalam sebuah perusahaan menganggapnya sebagai tempat kerja yang baik – kondisi kerja yang
menyenangkan, penugasan pekerjaan yang menarik, bayaran yang bagus, tunjangan yang sangat bagus, manajemen yang pengertian dan tanggung jawab – tetapi, seperti yang diketahui oleh sebgaian besar dari kita, adalah sangat luar biasa untuk menemukan kecocokan yang seperti itu.
Menurut Stephen P. Robbins (2006, h.170) proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif. Tidak harus selalu berbeda, namun sering terdapat ketidaksepakatan. Misalnya, dimungkinkan bahwa semua karyawan dalam perusahaan tertentu memandang perusahaan tersebut sebagai tempat yang hebat untuk bekerja – kondisi kerja yang menyenagkan, tugas pekerjaa yang menarik, upaya yang baik, manajemen yang bijaksana dan bertanggung jawab – namum, seperti sebagain besar dari kita tahu, sangatlah tidak bisa untuk mendapatkan kesepakatan seperi itu.
Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003, h. 208) persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan sekitar kita. Pengenalan benda-benda merupakan salah satu dari fungsi utama proses ini. Misalnya, orang dan bintang mengenali benda-benda yang sama di lingkungan mereka. Anda akan mengenali gambar sahabat Anda; anjing dan kucing dapat mengenali mangkok makanan atau mainan kesayangan mereka. Membanca melibatkan pengenalan pola-pola visual yang menggambarkan huruf- hirif alfabet. Orang harus mengenali benda-benda agar dapat berinteraksi dengan lingkungan mereka. Namun karena fokus utama perilaku organisasi adalah pada manusia.
Menurut Agus Suntoyo (2008, hal.153) persepsi didefinisikan sebagai “proses penyeleksian dan pengorganisasian dari rangsangan yang telah diterima, sehingga dapat memberikan pengalaman yang memiliki makna, kepada orang yang menerima rangsangan itu.”
Pada dasarnya seseorang yang menerima infornasi itu kemudian mengumpulkannya dan menurutnya ke dalam suatu sistem, sehingga dia dapat memanfaatkannya sebagai pengalaman. Proses terjadinya persepsi sangat subyektif, sangat individual. Jika seseorang melihat sebuah gambar atau foto, penyimpanan seseorang terhadap foto itu tentu akan berlainan dengan penyimakan ornag lain mengenai foto itu. Jika kita tidak punya kepentingan, kita hanya menyimak secara sepintas saja, dan melaporkan kepada pendengar (orang lain yang bertanya) apa yang kita lihat. Namun jika kita tidak diminta atau tidak ditanya, penyimakannya itu tidak diketahui orang lain. Karena itu memang sukar sekali bagi kita untuk mengetahui bagaimana orang lain menyimak (perpersepsi) apa dilihatnya itu.
Pada keadaan yang kita jumpai sehari-hari, satu kesan atau pertimbangan yang diberikan oleh orang lain, dan demikian juga suatu peristiwa, diciptakan pada lingkungan yang sangat beragam, dan dengan tahapan yang tertentu. Dari gambar di bawah ini dapat dikutip proses terjadinya suatu persepsi, senagai berikut:
Sumber : Agus Sunyoto (2008,h.154).
a. Kotak pertama: berbagai bentuk yang mendasar dari rangsangan atau sensai b. Kotak kedua: faktor yang mempengruhi reaksi pada waktu menerima
rangsangan, seperti pengalaman, keterkaitan dari rangsangan itu dengan (1) orang atau peristiwa terdahulu, (2) dengan bentuk-bentuk steriotip, dan (3) dengan persepsi diri dari orng yang menerima rangsangan.
c. Kotak ketiga: berbagai jenis impesi atau kesan yang terbebtuk karena rangsangan. Penerima rangsangan mengaitkan sifat atau ciri yang dibentuknya itu dengan ornag lain atau kejadian terdahulu. Terjadilah rasa suka atau benci, rasa hormat atau tidak hormat. Terakhir terbentuklah apa yang disebut impresi, kesan menyeluruh, yang mungkin terpengaruh oleh faktor situasional, atau bentuk karena memang sengaja tercipta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2007, h.175) ketika seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individu tersebut. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang. Sebagai contoh, apabila Anda mengarapkan para petugas polisi memiliki wewenang, orang-orang muda menjadi malas, atau para individu yang mendiami kantor umum tidak mengindahkan moral, Anda mungkin menganggap mereka seperti itu tanpa memperdulikan sifat- sifat mereka yang sebenarnya.
Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang diartikan. Individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah kelompok dibandingkan individu yang diam. Begitu pula dengan individu yang luar biasa menarik atau tidak menarik. Oleh karena target tidak dilihat secara khusus, seperti halnya kecederungan sebuah target dengan latar belakangnya juga mempengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan kita untuk mengelompokan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Sebgai contoh, kaum wanita, orang- orang kulit berwarna, atau anggota dari kelompok lain yang mempunyai berbagai karakteristik yang dapat dibedakan dengan jelas menurut ciri-ciri atau warna kulit kering sering kali dianggap sama dalam karakteristik-karakteristik lain yang tidak terkait. Keadaan Fisik Perilaku yang dinyatakan dan yang verbal Perilaku verbal Perasaan terdahulu Stereotip Konsep diri Sifat keperibadian Perasaan terhadap rangsangan Persepsi karena kebetulan atau pendalaman
Gambar 9.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Sumber : Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2007, h.175)
Menurut Agus Suntoyo (2008, h.155) untuk memperoleh kesan (impresis) dan gambar dari orang lain, yang sesuai dengan stimuli yang diterima oleh seseorang, seperti yang telah disampaikan terdahulu, lingkungan sosial dan fisik dapat membantu kita untuk membentuk kesan tersebut. Namun ada dua faktor lain yang juga menentukan proses terjadinya persepsi itu, yaitu (a) seleksi dan pemilihan (screening) dan (b) pengorganisasian.
a. Persepsi adalah peoses seleksi. Tidak mungkin kita menyimak semua informasi yang kita terima. Karenanya kita memilih rangsangan atau informasi yang sangat kita perlukan yang ada hubungannya dengan kita, atau yang kita punya perhatian. Kita menata rangasangan atau informasi itu sesuai dengan keperluan kita. Ambil contoh pada waktu kita di dalam kelas, satu saat merasa terganggu oleh teman kita yang ngobrol di belakang. Sebetulnya kebiasaan mereka ngobrol itu sudah sejak lama. Namun kenapa kita baru menyimaknya sekarang ini saja? Mungkin pada waktu sekarang ini kita akan menghadapi ujian negara, sehingga kita memang mghendaki suatu konsentrasi yang kuat untuk menhadapi ujuan tersebut.
b. Organisasi
Informasi yang luas dalam screening harus ditata atau diadministrasi dengan baik sehingga secara keseluruhan memberikan arti kepada sekumpulan informasi itu. Misalnya setiap orang menyadari bahwa sebuah kursi adalah temapt duduk yang mempunyai kaki emapt, yang mempunyai sandaran punggung, sandaran kaki, terbuat dari kayu, dan ada joknya. Jadi jika kita
Faktor-faktor dalam situasi:
Waktu
Keadaan kerja
Keadaan sosial
Faktor-faktor dalam diri target:
Sesuatu yang baru
Gerakan Ukuran Latar belakang Kedekatan Kemiripan Persepsi
Faktor-faktor dalam diri di pengarti: Sikap-sikap Motif-motif Minat-minat Pengalaman Harapan-harapan
melihat ada sebgaian saja ciri0ciri itu, kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kursi, dan bukan yang lain. Jadi menghemat penyimpangan dan menghemat pengindraan. Untuk itu, setiap orang akan memilih infornasi dari ciri kursi yang tentu berlainan satu sama lain.
Persepsi bukanlah keterampilan yang singular, artinya bukan ketrerampilan yang setnya tunggal, persepsi orang disadari oleh banyaknya faktor, dan hasilnya yaitu gambaran menyeluruh mengenai orang atau peristiwa, atau suatu permasalahan, juga bermuka banyak. Kemampuan memberikan persepsi yang objektif sangat tergantung dari kemampuan orang itu membedakan dua objek rinci, dan juga tergantung dari nilai yang dipergunakan sebgai dasar untuk menilai orang lain itu. Karena itu seorang manajer yang ingin melihat dengan persepsi yang positif terhadap karyawannya, hendaknya tidak mencontohkan dirinya sendiri saja, namun juga harus melihat ketauladanan diri orang lain.
c. Persepsi diri
Persepsi diri adalah gambaran mengenai diri kita, sebgaimana yang kita sendiri ingin gambarkan, dan sebgaimana yang kita inginkan dari orang lain. Jadi selain kita ingin dianggap seperti apa yang kita inginkan, juga ingin dianggap oleh orang lain sesuai dengan keinginan kita sendiri.
d. Situasi
Seperangkat keadaan dimana seseorang berada, dan keadaan itu terkait dengan persepsi orang itu mengenai diri orang lain, di sebut situasi. Persepsi mengenai situasi merupakan faktor (variabel) yang terpengaruh (dependen) dari segi-segi historik. Itulah sebabnya pengalaman masa lalu, budaya, dan pembelajaran, sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mengenai seleksi dan pengorgansasian dari proses prestasi.
Kekudukan seseorang dalam organisasi menentukan persepsi orang tersebut terhadap suatu permasalahan organisasional. Setiap manajer atau pimpian eksekutif, melihat lebih kuat dan lebih teliti permasalahan yang hanya menyangkut bidangnya, dan cenderung untuk tidak memperihatikan persoalan dari bidang lain, atau persoalan orang (pejabat) lain,
Persepsi Seseorang: Membuat Penialian Tentang Individu Lain
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2007:176) konsep persepsi yang paling relevan dengan PO adalah persoalan tentang persepsi seseoang, yaitu berbagai persepsi yang dibuat tentang individu lainnya.
Teori Hubungan
Persepsi kita tentang individu berbeda dari persepsi kita tentang benda- benda mati seperti meja, mesin, datau gedung karena kita membuat kesimpulan tetang berbgai tidakan dari individu yang tidak kita temui pada benda mati. Benda- benda mati tergantung pada hukum alam, tetapi tidak memiliki keyakinan, motif, atau niat, sementara manusia memiliki semua hal tersebut. Hasilnya adalah ketika mengobservasi individu, kita berusaha untuk mengembangkan berbagai penjelasan tentang mengapa mereka berprilaku dalam acara-acara tertentu. Oleh karenanya,
persepsi dan penilaian kita tentang tindakan seseorang akan dipengaruhi secara signifikan oleh asumsi-asumsi yang kita buat tentang keadaan internal orang itu. Teori hubungan (attribution theory)
Telah dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan tetang cara-cara kita menilai individu secara berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan dengan perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan pada tiga faktor:
1. Kekuasaan 2. Konsensus 3. Konsentrasi
Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu. Perilaku yang disebabkan secara eksternal dianggap sebagai akibat sari sebab-sebab luar; yaitu, individu tersebut dianggap telah dipaksa berprilaku demikian oleh situasi. Sebgai contoh, apabila salah seorang karyawan Anda terlambat kerja, Anda mungkin menghubungkan keterlambatannya dengan kecelakaan mobil yang membuat kemacetan lalu lintas pada jalan yang bisa digunakan oleh karyawan ini, Anda membuat suatu hubungan eksternal.
BAB X
MOTIVASI, KONSEP DAN APLIKASI