• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadilan Terakhir dalam Perlindungan HAM

Konstitusi Bosnia

Konstitusi Bosnia terdiri atas 12 pasal dan dua lampiran tambahan. Pada pembukaannya, termaktub bahwa Konstitusi Bosnia-Herzegovina mendasarkan pada penghormatan martabat manusia, kebebasan, dan kesetaraan. Lalu, konstitusi menyebutkan bahwa negara ini mendedikasikan diri pada perdamaian, keadilan, toleransi, dan rekonsiliasi.

Konstitusi Bosnia meyakini bahwa lembaga-lembaga pemerintahan yang demokratis dan adil secara prosedur, akan menghasilkan hubungan yang damai dalam kehidupan masyarakat yang pluralis. Konstitusi menggarisbawahi adanya keinginan untuk memajukan kesejahteraan umum dan pertumbuhan ekonomi melalui perlindungan milik pribadi dan promosi ekonomi pasar. Konstitusi Bosnia- Herzegovina dipandu oleh tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB yang berkomitmen terhadap kedaulatan, integritas teritorial, dan kemerdekaan politik sesuai hukum internasional.

Melalui Konstitusi Bosnia-Herzegovina, negara ini bertekad untuk menjamin penghormatan penuh terhadap hukum humaniter internasional. Sebab, Konstitusi Bosnia, sebagaimana tertulis dalam preambule, mengambil inspirasi dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Deklarasi Hak Perseorangan, termasuk Bangsa atau Etnis, Agama dan Bahasa Minoritas, serta instrumen HAM lainnya.

Hak-Hak yang Dilindungi MK

Menurut Konstitusi, Mahkamah berfungsi sebagai pelindung HAM. Hak-hak yang dilindungi adalah hak untuk hidup, hak untuk tidak mengalami penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi atau merendahkan martabat atau hukuman, hak tidak boleh diperbudak atau kerja paksa, hak untuk kebebasan dan keamanan pribadi, hak memperoleh keadilan secara perdata dan pidana dan apapun yang berkaitan dengan proses perdata dan pidana, hak untuk kehidupan pribadi dan keluarga, rumah, hak melakukan korespondensi kebebasan berpikir, hati nurani, dan agama, hak kebebasan berekspresi, hak untuk hidup damai, hak kebebasan berkumpul dan berserikat dengan orang lain, hak untuk menikah dan membentuk keluarga, hak atas properti, hak untuk pendidikan, serta hak atas kebebasan bergerak dan diam.

Jika MK menerima sebuah permohonan, biasanya dilakukan dengan dua cara. Pertama, dikomunikasikan terlebih dulu pada lembaga terkait, meskipun pada akhirnya nanti keputusan MK tetap harus dipatuhi. Kedua, permohonan

tidak diregistrasi karena perkara tidak menjadi kewenangan MK, atau tidak mempunyai legal standing yang kuat. Siapa yang Dapat Mengajukan Permohonan

Dalam Konstitusi BiH, pemohon dapat berupa orang atau kelembagaan (organisasi atau perusahaan). Pemohon tidak harus warga Bosnia dan Herzegovina.

Bagaimana Mengajukan Permohonan?

Permohonan pengajuan perkara dapat dikirim atau disampaikan ke alamat MK secara pribadi atau dapat dikirim melalui pos. Pemohon akan diminta untuk menggunakan formulir aplikasi MK dalam format pdf atau doc. Sekretariat MK dan penasehat hukum dapat membantu Anda mengisikan formulir, atau Pemohon dapat mengirimkan pertanyaannya langsung ke info@ccbh.ba.

Formulir aplikasi dapat diajukan ke MK dalam waktu 60 hari sejak ada penilaian atau keputusan sebelumnya. Ada persyaratan bahwa pemohon harus telah menempuh semua jalur hukum, sebelum memutuskan maju ke Mahkamah Konstitusi. Ini berarti jika seorang pemohon masih memiliki kemungkinan untuk mengajukan permohonan pada pengadilan umum atau badan tertentu, biasanya pemohon akan menempuhnya terlebih dulu. Jika semua otoritas hukum selain MK, menemui jalan buntu, baru MK menjadi pengadilan terakhir yang memutuskan persoalan pemohon.

Dalam peraturan tertulis, disebutkan bahwa MK dapat menggelar dengar pendapat sebelum memutuskan perkara. Pemohon harus mempresentasikan perkaranya sendiri dalam persidangan, dan juga dapat digantikan oleh orang lain yang ditunjuk oleh pemohon. Jika menunjuk orang lain, maka pemohon diwajibkan memakai jasa pengacara untuk mendampingi perkara yang diajukan. Pengacara harus mendapatkan surat izin bahwa yang bersangkutan mewakili pemohon (Yazid).

Reisa Dž.Čauševića 6 71.000 Sarajevo

Bosnia dan Herzegovina tel: (033) 251-226 fax: (033) 561-134 e-mail: info@ccbh.ba referensi http://id.wikipedia.org/wiki/Bosnia_dan_Herzegovina http://www.ccbh.ba/eng/

luthi Widagdo eddyono,Staf Persidangan Mahkamah Konstitusi

P

endidikan Hukum Klinik (Clinical Legal Education) dimulai di Amerika Serikat sejak 1960-an. Komponen praktik hukum merupakan kewajiban di dalam kurikulum pendidikan hukum Amerika Serikat. Walau demikian muncul pemikiran atas kebutuhan tambahan pengabdian kepada masyarakat. Dosen-dosen hukum mulai mengembangkan a body of scholarship, sebuah lembaga di dalam kampus untuk mengembangkan kepedulian terhadap keadilan sosial.

Di Indonesia, Pendidikan Hukum Klinik kemudian dikenal sejak tahun 1970-an akan tetapi lebih diarahkan pada kontribusi pendidikan hukum bagi masyarakat yaitu dengan pembentukan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) kampus. Menurut Uli Parulian Sihombing, direktur eksekutif ILRC dalam pengantar buku, pada masa itu Pendidikan Hukum Klinik memang lebih menekankan kepada penguatan dan pembentukan LBH kampus, dan belum mampu menghubungkannya dengan kurikulum dan metode pengajaran. Kiranya inilah maksud penerbitan buku yang merupakan terjemahan makalah “Legal Capacity Development Documents Clinical Legal Education: General Overview” ditulis Open Society Justice Initiative sebagai bahan reformasi pendidikan hukum yang berbasis keadilan sosial.

Pendidikan Hukum Klinik dapat dideinisikan sebagai sebuah proses pembelajaran dengan maksud menyediakan mahasiswa hukum dengan pengetahuan praktis (practical knowledge), keahlian (skills), nilai-nilai (values) dalam rangka mewujudkan pelayanan hukum dan keadilan sosial, yang dilaksanakan atas dasar metode pengajaran secara interaktif dan relektif. (halaman 2).

Dari bentuknya, Pendidikan Hukum Klinik terdiri dari tiga komponen, yaitu perencanaan (mempersiapkan dan merencanakan untuk memperoleh pengalaman yang dibutuhkan), praktik (menguji kemampuan kepengacaraan, seperti wawancara, pemberian nasehat, mewakili klien di pengadilan, dll), dan releksi (melakukan releksi dan evaluasi kemampuan). Karenanya, elemen kunci implementasi pendidikan tersebut adalah pembentukan legal clinic (LBH kampus).

Berdasarkan lokasi praktiknya, legal clinic ada yang dilakukan di fakultas hukum (in-house clinic) dan di luar fakultas hukum (out-house clinic). Program in-house clinic bisa dilakukan dengan cara: Pertama, Externship, yaitu mahasiswa bekerja di sebuah kantor hukum atau kantor pemerintahan di bawah supervisi dari pengacara praktik atau pejabat pemerintahan; Kedua, Community Clinic, yaitu tempat mahasiswa bekerja secara langsung di masyarakat (komunitas); Ketiga, Mobile Clinic, yaitu mahasiswa mengunjungi komunitas untuk memberikan pendapat hukum dan/atau memberitahukan komunitas atas hak-haknya, atau memberikan nasehat jenis tertentu permasalahan hukum dan cara penyelesaiannya.

Sedangkan program in-house clinic dapat dilakukan dengan cara: Pertama, “life client”/”real client” clinic, yaitu mahasiswa menyediakan pelayanan hukum secara langsung kepada klien. Kedua, Simulation Clinic, yaitu mahasiswa mensimulasikan kehidupan nyata atas dasar role-playing dengan tujuan untuk melatih kemampuan kepengacaraan mahasiswa, umumnya dengan kasus-kasus nyata.

Paling tidak terdapat enam tujuan yang menjadi keuntungan diterapkannya Pendidikan Hukum Klinik, yaitu: Pertama, program Legal Clinic ditujukan untuk menyediakan kesempatan pendidikan yang terstruktur untuk mahasiswa, untuk menambah pengalaman mahasiswa dalam praktik kepengacaraan yang nyata atau melalui simulasi mewakili klien, dan juga untuk memperoleh pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai dari pengalaman itu; Kedua, Legal Clinic dimaksudkan untuk menambah dukungan untuk bantuan hukum terhadap masyarakat marjinal; Ketiga, Legal Clinic ditujukan untuk menanamkan semangat pelayanan publik dan keadilan sosial, dan untuk membangun dasar pengembangan tanggung jawab profesi hukum; Keempat, dosen supervisor di Legal Clinic memberikan kontribusi untuk pengembangan scholarship mengenai keahlian dan teori-teori hukum praktis yang menghubungkan dunia akdemik dengan organisasi kepengacaraan secara lebih dekat; Kelima, penggunaan metode pengajaran secara interaktif dan relektif yang menggerakkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut di atas yang tidak diperoleh di bangku kuliah; Keenam, Legal Clinic ditujukan untuk memperkuat civil society, dengan merawat tanggung jawab profesional pengacara melalui penekanan kebutuhan bantuan hukum untuk melindungi masyarakat marjinal. (halaman 7 dan halaman 8).

Terlepas dari keuntungan yang dapat diperoleh, berdasarkan pengalaman, pengembangan legal clinic ternyata mendapatkan tantangan juga. Tantangan utama adalah menata keseimbangan antara tujuan pendidikan dan

Judul : Pendidikan Hukum Klinik, Tinjauan Umum Penulis : Open Society Justice Initiative

Penerbit : The Indonesian legal resource Center (IlrC) Tahun Terbit : 2009

Jumlah : 30 hlm

Pendidikan Hukum

Dokumen terkait