• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAJARAN PERPUSTAKAAN

Dalam dokumen Ekonomi Informasi dan Pendidikan Pemusta (Halaman 51-63)

Oleh : Astria Khairizah 13 Mei 2014 Strategi Orientasi Perpustakaan

Semakin berkembangnya metode pendidikan di perguruan tinggi, kebutuhan akan perpustakaan semakin dirasakan. Tetapi dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah dan macam koleksi juga semakin bertambah, sehingga pengguna perpustakaan terutama mahasiswa, makin binggung dalam usahanya menemukan informasi. Dengan demikian mereka tidak dapat memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin. Namun di lain pihak, keberadaan suatu perpustakaan sebagai pusat pendidikan dan bahkan tempat pendidikan seumur hidup (Lifelong Learning) sudah terpatri di hati pengguna.

Davies (1973 : 39) menyatakan “learning how to use library is a basic component of ... (any) instructional programs”. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar bagaimana memanfaatkan perpustakaan menjadi hal yang sangat mendasar dalam kaitannya terhadap kebutuhan informasi. Dalam hal inilah perpustakaan diharapkan untuk meningkatkan jasa informasinya secara aktif. Salah satu langkah yang tepat untuk menanggulangi hal tersebut adalah menyelenggarakan suatu program pendidikan pengguna pada perpustakaan. Secara umum istilah pendidikan pengguna dalam konteks Ilmu Perpustakaan adalah memiliki pengertian yang sama dengan istilah bimbingan pemakai, orientasi perpustakaan atau User Education.

Definisi tentang orientasi perpustakaan dan tutorioal pemanfaatan perpustakaan dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi perpustakaan ialah pendidikan pengguna untuk memperkenalkan perpustakaan secara umum kepada sivitas akademikan.

2. Tutorial perpustakaan adalah mendidik pengguna agar dapat menggunakan perpustakaan serta sumber – sumber informasi yang tersedia di

52 perpustakaan dan di tempat lain, termasuk keterampilan dalam memanfaatkan berbagai media informasi sesuai dengan perkembangan teknologi (Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 95 & 97).

Fungsi Orientasi Perpustakaan

Menurut Sutarno (2006: 95-96), menjelaskan bahwa fungsi dilakukannya orientasi perpustakaan bagi perpustakaan maupun pengguna perpustakaan yaitu agar :

1. Pemakai perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta menggunakan sistem yang diberlakukan di perpustakaan tersebut.

2. Pemakai perpustakaan dapat menggunakan sarana temu informasi yang tersedia seperti kode/nomor klasifikasi, kartu katalog dan penunjuk yang lain.

3. Pemakai perpustakaan dapat dengan cepat dan tepat menemukan apa yang diperlukan, tanpa banyak membuang waktu, tidak menemui kesulitan atau hambatan.

4. Perpustakaan dapat memperluas jangkauan pemakaian koleksi oleh pengunjung dan anggota perpustakaan.

5. Perpustakaan dapat mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian dari lembaga pendidikan.

Tujuan Orientasi Perpustakaan

Sulistyo-Basuki (2004 : 392) menyatakan bahwa tujuan Orientasi Perpustakaan adalah sebagai berikut :

Mengembangkan keterampilan pemakai yang diperlukannya untuk menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, mengembangkan keterampilan tersebut untuk mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pemakai), mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi dan yang paling penting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan

53 oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan dan menerapkan informasi.

Strategi Orientasi Perpustakaan

Sementara itu Rice (1981 : 3), tindakan yang dilakukan pertama untuk pendidikan perpustakaan adalah Orientasi Perpustakaan, dimana materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain :

• Pengenalan Gedung Perpustakaan.

• Pengenalan Katalog dan Alat Penelusuran lainnya.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan kegiatan orientasi perpustakaan yang masih dalam rangka pendidikan pemakai , untuk keperluan penelitian kali ini peneliti membatasi hanya pada topik orientasi perpustakaan, terutama di perpustakaan perguruan tinggi. Strategi tersebut antara lain dengan mengadakan Ceramah atau Kuliah Umum di Kelas, Wisata Perpustakaan, Penggunaan Audio Visual, Permainan dan Tugas Mandiri, Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet, Teknik-teknik tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Ceramah atau Kuliah Umum di Kelas Penejelasan

Mengenai pengenalan dan pelayanan perpustakaan dapat diberikan di kelas dengan cara memberikan ceramah atau kuliah secara umum atau melalui demonstrasi. Idealnya jumlah peserta perkelas kurang lebih antara 15-30 orang. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam metode ini para peserta diberikan beberapa tugas terstruktur dan latihan yang memungkinkan mereka mampu menggunakan perpustakaan secara mandiri. Pelaksanaan metode ini selayaknya dapat dilakukan dengan metode wisata perpustakaan, agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia perpustakaan yang sebenarnya.

54 Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain :

 Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka untuk beberapa pertanyaan.

 Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemakai.

 Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang didiskusikan, misal: penggunaan catalog.

 Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.

 Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit.

 Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama mengikuti wisata perpustakaan tersebut.

3. Penggunaan Audio Visual

Teknik ini biasanya dilakukan untuk wisata mandiri perindividual (perorangan), diantaranya adalah penggunaan kaset, televisi, slide, dll. Pemakai perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan dengan mendengarkan instruksi yang direkam dalam kaset. Mereka dapat mematikan dan mengulang kaset tersebut sesuai dengan kemampuannya dalam memahami instruksi yang terdapat dalam kaset. Orientasi perpustakaan dapat juga dilakukan melalui penggunaan televisi, para peserta dapat menyaksikan dan memperoleh penjelasan mengenai berbagai hal, seperti: fasillitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan fungsinya masing-masing. Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara. 4. Permainan dan Tugas Mandiri

Metode ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam mengajarkan bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya lebih sesuai diterapkan untuk pemakai perpustakaan usia anak

55 Sekolah Dasar dan Menengah. Permainan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih dapat menikmati penggunaan perpustakaan. Biasanya metode ini dilakukan di tingkat lebih tinggi untuk menghilangkan kejenuhan yang mungkin ada ketika proses pembelajaran dengan metode lain berlangsung.

5. Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet

Teknik ini biasanya menuntut pemakai untuk mempelajari sendiri mengenal perpustakaan melalui berbagai keterangan yang ada pada buku panduan atau pamflet, dan biasanya diterapkan ketika peserta melaksanakan wisata perpustakaan. Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan bahwa berbagai jenis metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan pemakai di perpustakaan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengguna perpustakaan itu sendiri.

Dalam rangka menyelenggarakan orientasi perpustakaan pada perpustakaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pustakawan dan staf perpustakaan, yaitu sebagai berikut :

1. Petugas perpustakaan harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan sumber daya dan fasilitas perpustakaan secara optimal.

2. Materi dan metode pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

3. Petugas perlu melibatkan dosen, jurusan dan fakultas.

4. Pendidikan dilakukan baik secara terprogram maupun sewaktu-waktu. (Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 95).

Dampak adanya kegiatan Orientasi Perpustakaan

Hak (2007) mengutarakan beberapa dampak yang diharapkan dari adanya orientasi perpustakaan yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan susunan klasifikasi untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya menjadi tahu

56 makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkan.

2. Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi (sumber belajar), sehingga selalu datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.

Keterampilan, misalnya: dari yang tadinya sering menyobek buku atau koleksi lainnya menjadi perhatian untuk memelihara keberadaannya dengan cara menjaga kerapihan dan menempatkan kembali sesuai dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya.

57 Strategi Pengajaran Perpustakaan

Malley

“….a process whereby the library user is firstly made aware of the extend and number of the library s resources, of its services and of the information sources available to him or her, and secondly taught how to use these resources, servicces and sources”.

Pendidikan pengguna adalah suatu proses dimana pengguna perpustakaan untuk pertama kali diberi pemahaman dan pengertian sumber-sumber perpustakaan, termasuk pelayanan dan sumber-sumber informasi yang saling terkait, bagaimana menggunakan sumber-sumber tersebut, bagaimana pelayanannya dan di mana sumbernya.

Menurut Rice (1981 : 3), tindakan setelah Orientasi Perpustakaan untuk pendidikan perpustakaan adalah Pengajaran Perpustakaan. Dimana materi yang diajarkan merupakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik, materinya antara lain :

• Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.

• Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan masing-masing jurusan.

• Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya.

Tujuan Pengajaran Perpustakaan

• Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan-bahan artikel.

• Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek khusus melalui katalog.

• Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara tepat. • Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti Ensiklopedi Britanica dan

58 • Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya.

• Mengetahui sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan dapat melakukan permintaan peminjaman.

• Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada Pusat Informasi Sumber Pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.

Menentukan strategi dalam suatu kegiatan adalah merupakan suatu hal yang penting. Begitu juga dalam kegiatan pendidikan pemakai, penyusunan strategi adalah suatu hal yang harus benar-benar diperhatikan. Strategi dalam kegiatan pendidikan pemakai harus memperhatikan 3 unsur pokok yaitu :

• Pemakai (User), perlu memahami tentang pengetahuan, pengalaman, dan kebutuhan dari pemakai perpustakaan;

• Perpustakaan (library), yang menyangkut tentang sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan pendidikan pemakai seperti kelengkapan koleksi, alat bantu penelusuran serta ruang/gedung tempat penyelenggaraan kegiatan tersebut;

• Lingkungan, adalah lembaga yang menjadi penaung perpustakaan yang bersangkutan.

Pembelajaran Berbasis Mahasiswa

Sebelum melihat bagaimana perpustakaan harus melakukan perubahan untuk menunjang perubahan metode pembelajaran, perlu kiranya dibicarakan secara ringkas tentang metode tersebut. PBM dapat dipandang sebagai suatu model alternatif terhadap model pembelajaran konvensional. Selain metode PBM, masih banyak metode atau istilah lain yang berkaitan dengan konsep pembelajaran. Semuanya pada umumnya bertujuan untuk mengubah model konvensional yang lebih berorientasi pada pengajaran (teaching).

PBM tidak menekankan hanya pada transmisi konten atau isi tetapi lebih pada pemfasilitasian pembelajaran yang menyatukan keterampilan keilmuan dan pengetahuan. Dengan kata lain, PBM lebih menekankan pada cara atau proses penyampaiannya (learning delivery) dibandingkan dengan metode konvensional

59 yang lebih pada isi mata kuliah dan hasil akhir suatu proses belajar. Bagaimana kaitan antara kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang banyak diimplementasikan di sejumlah perguruan tinggi dewasa ini dengan PBK. Penulis melihat bahwa KBK lebih menitik-beratkan pada konten, sedangkan PBM menitikberatkan pada proses. Oleh karena itu, PBM menjadi komplementer terhadap KBK. Selain itu, dalam metode PBM penciptaaan suasana pembelajaran tertentu menjadi penting. Dalam hal ini termasuk penyediaan berbagai fasilitas baik fisik maupun non-fisik. Fasilitas fisik termasuk penyediaan ruang diskusi untuk kelompok kecil dan penyediaan dukungan infrastruktur teknologi informasi (TI). Sedangkan fasilitas non-fisik termasuk antara lain penyediaan sumberdaya informasi berbasis elektronik dan sumberdaya belajar lainnya. Dengan penggunaan TI misalnya, ruang kelas tradisional dapat ditransformasikan ke PBM, yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penyelidikan, kerja sama tim, dan interaksi global yang dapat menciptakan lingkungan yang inovatif.

Pelaksanaan program pendidikan pemakai mengacu pada berbagai macam bentuk dan cara. Bentuk-bentuk pelaksanaan yang sering kita jumpai adalah penyebaran brosur, penelusuran literatur, bimbingan penggunaan koleksi referensi, open house, pameran pustaka, talkshow, bimbingan mengoperasikan teknologi informasi, penerbitan, penyelenggaraan kursus. Metode yang digunakan tergantung pada situasi belajar mengajar, materi yang disampaikan, dan tingkat mahasiswanya. Biasanya metode yang digunakan adalah kuliah/pengajaran, seminar, tutorial, demonstrasi, dan tour terpadu. Dengan media yang digunakan berupa film, video, tape/slide, audiotape, dan panduan tercetak.

Pelaksanaan pendidikan pengguna dapat dilakukan dengan tiga tingkatan antara lain:

1. Tingkatan orientasi

Orientasi ini biasanya dilakukan pada mahasiswa baru pad a awal mengikuti kegiatan P-4. Kegiatan pendidikan pengguna yang disatukan dalam penataran tersebut diberikan pada materi khusus yang diselenggarakan selama kurang lebih 2 jam. Dengan materi mengenai.

60 pentingnya perpustakaan, jam buka perpustakaan. sarana temu kembali informasi, jasa perpustakaan.jenis koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan peraturan perpustakaan. Metode pendidikan pengguna yang dapat digunakan adalah ceramah dengan prinsip pengenalan. kunjungan perpustakaan dan demonstrasi atau peragaan.

Pelaksanaan dalam pemberian pendidikan pengguna pada tingkat ini adalah minimal pustakawan dengan kualifikasi setingkat sarjana muda ilmu perpustakaan.

2. Pendidikan pengguna pada tingkatan tertentu.

Pendidikan pengguna pada tingkatan tertentu ini, ada yang melalui jalur kurikulum, ada juga melalui bimbingan individu atau kelompok (non kurikulum). Pada jalur kurikulum ada yang dititipkan pada metodologi penelitian, ada yang masuk ajaran pengantar perpustakaan dan ada juga yang memasukkan kedalam ajaran penelusuran literatur. Dengan alokasi waktu selama satu semester dengan 2 SKS. Untuk jalur non kurikulum (bimbingan individu/kelompok) pendidikan pengguna dapat dilakukan oleh pustakawan dengan cara bimbingan langsung pada masing-masing pengguna. Dapatjuga dibuka kelas pada jumlah tertentu dan dilaksanakan pendidikan pengguna Pembahasan di perpustakaan.

Materi pendidikan pengguna pada tingkatan ini sarna dengan materi orientasi, namun ada penekanan dalam materi penggunaan sarana temu kembali informasi (katalog, indeks, abstrak dan bibliografi) juga penelusuran informasi otomasi.

Staf pelaksananya bisa pustakawan atau yang berkualifikasi sarjana muda bidang ilmu perpustakaan. Untuk materi praktek di perpustakaan bisa dibantu oleh asisten pustakawan. Metode yang cocok adalah ceramah, demonstrasi dan praktek/latihan.

61 Pendidikan pengguna program pascasarjana ini biasanya peserta terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Karena para peserta selalu melakukan penelitian, mereka selalu membutuhkan referensi yang lengkap dan mutahir dari jumal, bibliografi dan sumber informasi tentang penelitian lain. Mereka sering melakukan wawancara dan dialog dengan pustakawan yang kompeten untuk mendiskusikan penelusuran informasi yang kadang sangat spesifik. Untuk kebutuhan seperti ini diperlukan adanya pustakawan spesialis atau setidaknya pustakawan yang telah mendalami bidang layanan minat tersebut dengan cukup pengalaman, sehingga mudah untuk memahami terminologi khusus yang kadang diperlukan pengguna. Pada tingkat ini, pendidikan pengguna dapat dilaksanakan setiap tahun atau 2 x setahun. Materi yang diberikan sarna dengan tingkat pendidikan pengguna yang lain tetapi ada penekanan pada materi penelusuran baik manual maupun terotomasi juga pemakaian bibliografi hasil-hasil penelitian. Staf pelaksana setidaknya berkualifikasi setingkat S-1 dan S-2 ilmu perpustakaan. Untuk pelaksanaan praktek bisa dibantu asisten pustakawan.

Metode pendidikan/penyampaian yang cocok untuk program tingkat ini adalah : dibagikan makalah, ceramah, praktek penelusuran, dan soal-soal latihan, misal dengan membuat panduan pustaka (“path finder”).

4. Pendidikan pengguna melalui homepage

Walau masih dirasa mahal, tetapi akan sangat membantu bila memiliki

home page yang bisa diakses oleh penggunanya setiap saat. Pada mulanya untuk mendirikan homepage mungkin dirasa mahal, tetapi bila dinilai dengan manfaatnya dimasa akan datang, maka fasilitas ini lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan metode lainnya yang tersebut diatas. Fasilitas ini bisa diakses dimanapun dan kapanpun oleh pengguna perpustakaan. Fasilitas homepage untuk pendidikan pengguna telah dilakukan oleh perpustakaan di luar negeri misalnya di Perpustakaan Pusat University of The Ryukyus, Japan, dimana perpustakaan menyampaikan

62 informasi kegiatannya yang dapat diakses penggunanya dimanapun berada. Informasi tersebut adalah :

• Informasi

• Petunjuk menggunakan perpustakaan

• OPAC, dan data base CD-ROM (searching) • Pengantar bahan – bahan lokal

• Pameran

• Bulletin perpustakaan

Bibliografi :

Sugeng Priyanto, Ss. 2010.Program Pendidikan Pengguna Di Perpustakaan Perguruan Tinggi : Manfaat Dan Problematikanya http://sugengpri.blog.undip.ac.id [Online]. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 21.38 WIB.

Ridwan Siregar, 2006. Revitalisasi Peran Strategis Perpustakaan dalam Menunjang Pembelajaran Berbasis Mahasiswa. [PDF] : Universitas Sumatera Utara.

63 STRATEGI PENGAJARAN BIBLIOGRAFI KEPADA PEMUSTAKA DAN

Dalam dokumen Ekonomi Informasi dan Pendidikan Pemusta (Halaman 51-63)

Dokumen terkait