• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PEMUSTAKA

Dalam dokumen Ekonomi Informasi dan Pendidikan Pemusta (Halaman 63-81)

Oleh : Oditya Negara P.P 20 Mei 2014

Strategi Pengajaran Bibliografi Kepada Pemustaka

Bibliografi (dari bahasa Yunani βιβλιογραφία, bibliographia, secara harfiah "penulisan buku"), sebagai sebuah praktik, adalah buku studi akademis seperti fisik, benda-benda budaya, dalam pengertian ini, juga dikenal sebagai bibliology (dari bahasa Yunani-λογία,-logia). Secara keseluruhan, bibliografi tidak peduli dengan isi buku-buku sastra, melainkan lebih kepada "bookness" buku. Sebuah bibliografi, produk dari praktik bibliografi, adalah daftar sistematis buku dan karya-karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi berkisar dari "karya dikutip" daftar di akhir buku dan artikel untuk menyelesaikan, publikasi independen. Sebagai karya-karya yang terpisah, mereka mungkin dalam volume terikat seperti yang ditunjukkan di sebelah kanan, atau terkomputerisasi database bibliografis. Sebuah katalog perpustakaan, meskipun tidak disebut sebagai bibliografi, adalah bibliografis di alam. Bibliografi karya-karya hampir selalu dianggap sebagai sumber tersier. (Wikipedia, 2014)

Pengajaran bibliografi sangatlah penting dalam suatu perpustakaan. Dengan adanya pengajaran bibliografi yang diberikan oleh pihak perpustakaan dapat memudahkan para pengguna dalam mencari dan menemukan informasi yang mereka butuhkan dalam pembuatan karya tulis. Pengajaran bibliografi ini sangatlah diperlukan karena masih terdapat pengguna perpustakaan seperti mahasiswa yang belum mampu dalam membuat karya tulis. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtiyas (2010) dalam menyatakan bahwa 87% mahasiswa menyatakan ragu-ragu dalam pembuatan karya tulis ilmiah, dan terdapat 7% mahasiswa yang menyatakan tidak mampu dalam membuat karya tulis ilmiah.

64 Kemampuan siswa atau mahasiswa dalam membuat karya tulis ilmiah juga tidak terlepas dari permasalahan atau hambatan-hambatan yang dihadapi dalam rangka menyusun atau membuat karya tulis ilmiah. Seperti yang dikatakan oleh Keraf (2004) dalam. Menurut Keraf mahasiswa harus mengetahui terlebih dahulu beberapa prinsip dalam menyusun sebuah karya tulis, maka sebagai pembelajaran dijelaskan mengenai ringkasan, laporan dan resensi. peneliti lain seperti Tanjung (2005) dalam yang menyatakan bahwa dalam pembuatan karya tulis terdapat kode etik dalam penulisan karya ilmiah.

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah terdapat banyak hal yang harus diperhatikan. Menurut Keraf (2004) dalam menyusun sebuah karya tulis, apalagi karya tulis ilmiah, tidaklah mudah. Mahasiswa dituntut untuk berlatih terus menerus, juga harus menguasai teori menyususn karya tulis yang baik dan benar. Menurut Tanjung (2005) dalam terdapat kode etik yang merupakan seperangkat norma yang perlu diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Dari permasalahan dan hambatan dalam pembuatan karya tulis ilmiah maka pengajaran bibliografi sangatlah membantu mahasiswa dalam pembuatan karya tulis ilmiah. Dengan adanya itu sangatlah penting bahwa pengajaran bibliografi ini diberikan oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaannya dalam rangka membantu pengguna perpustakaan yang sedang membuat karya tulis ilmiah.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pengajaran bibliografi menurut Rice (1981:3) adalah informasi dan pengorganisasiannya, tajuk subjek (vocabulary control) dalam penelitian, definisi suatu topik karya ilmiah, macam- macam sumber untuk penelitian, membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya ilmiah, teknik-teknik membuat catatan dalam karya ilmiah, gaya, catatan kaki, rujukan, dan sumber bahan bacaan, strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan dan membuat/ menulis karya ilmiah.

Pengajaran bibliografi merupakan pembelajaran, pengarahan atau bimbingan yang dilakukan oleh pihak perpustakaan ataupun sumber informasi tertentu yang berguna untuk melatih para pengguna perpustakaan agar dapat membuat sebuah karya ilmiah. Pengajaran bibliografi ini dapat menjadi sebuah

65 pembelajaran dasar dalam membuat sebuah penelitian untuk dilanjutkan kepada pembuatan karya ilmiah. Pengajaran bibliografi ini tidak terlepas dari semua bantuan seperti layanan, fasilitas dan informasi apapun yang terdapat pada sebuah perpustakaan ataupun sebuah sumber informasi tertentu. Pengajaran bibliografi sendiri merupakan bagian dari pendidikan pengguna atau user education yang terdapat pada suatu perpustakaan ataupun sumber informasi tertentu. Pendidikan pengguna atau user education sendiri merupakan pembelajaran, pengarahan ataupun bimbingan yang dilakukan oleh pihak perpustakaan ataupun sumber informasi tertentu yang berguna untuk melatih para pengguna perpustakaan agar dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan dengan mudah, cepat dan akurat dengan segala fasilitas yang ada dan juga layanan-layanan yang ada di perpustakaan.

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (1979:19) pendidikan pengguna adalah usaha bimbingan atau petunjuk kepada pengguna tentang cara pemanfaatkan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efisien.

Menurut Rice (1981:3) Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pembelajaran pada pengajaran bibliografi ini adalah:

a) Informasi dan pengorganisasiannya.

b) Tajuk subjek, “ Vocabulary Control” dalam penelitian, dan definisi suatu topik karya ilmiah.

c) Macam-macam sumber untuk penelitian.

d) Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya ilmiah. e) Teknik-teknik membuat catatan dalam karya ilmiah.

f) Gaya, catatan kaki, rujukan, dan sumber bahan bacaan.

g) Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan perpustakaan.

66 Pengujian dan Evaluasi Pendidikan Pemustaka

Keberhasilan dalam pemberian pembelajaran bibliografi ini dapat dilihat dari seberapa efektifkah pembelajaran yang diberikan pada peserta. Dengan pemberian pembelajaran yang efektif maka tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat terwujud. Keefektivan suatu pembelajaran dapat terwujud dengan adanya komponen-komponen yang dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Komponen komponen tersebut seperti tujuan pembelajaran, bahan/materi pembelajaran, guru, siswa, alat pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian. Dengan komponen-komponen ini tujuan pembelajaran akan terwujud dan akan terlihat tingkat efektivitas dari pengajaran bibliografi itu sendiri.

Teori Efektivitas

Menurut Hidayat dan Sucharly dalam Hastuti (2001) efektivitas yaitu merupakan ukuran yang menyatakan seberapa target (kualitas, kuantitas, waktu) yang telah tercapai, semakin tinggi nilai prosentasi yang didapat, maka semakin tinggi nilai efektivitas. Menurut pendapat Purwaningsih (2010:79) mengatakan bahwa efektivitas dalam sudut pengguna adalah terpenuhinya keinginan dan harapan dalam pencarian informasi yang mereka butuhkan. Menurut Kemp yang dikutip oleh Drs. Mudhafier (1987) mengatakan bahwa ukuran efektif dapat diukur dari beberapa jumlah siswa yang berhasil mencapai tujuan belajar dalam waktu yang telah ditentukan.

Menurut Saiful dalam Imaroh (2008) pembelajaran merupakan membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Dari pembahasan diatas maka dapat diketahui bahwa agar efektivitas dalam pembelajaran dapat tercapai maka pembelajaran tersebut harus menghasilkan tujuan yang telah diinginkan atau ditentukan sebelumnya. Dalam mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan tersebut maka harus memperhatikan komponen-komponen yang dapat mencapai tujuan pembelajaran

67 yang diinginkan. Tujuan pembelajaran bibliografi sendiri adalah mempersiapkan peserta dalam pembuatan karya tulis ilmiah. dengan kata lain tujuan pembelajaran bibliografi yaitu peserta memahami segala sesuatunya mulai dari karya tulis ilmiah, bagaimana cara membuat karya tulis tersebut dan peserta dapat membuat karya tulis tersebut dengan baik.

Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang efektif maka pembelajaran tersebut harus mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Djamarah dalam Imaroh (2008) mengatakan bahwa agar tujuan pembelajaran tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. Seperangkat komponen antara lain: 1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan dalam proses pembelajaran merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran.

2. Bahan/materi pembelajaran

Meskipun pelajaran adalah merupakan isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan pelajaran ini diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapainya tujuan atau tingkah laku yang diharapkan siswa.

3. Guru

Guru merupakan tempat yang sentral yang keberadaanya merupakan penentu bagi keberhasilan pendidik dan pengajar. Tugas guru secara umum ialah menyampaikan perkembangan seluruh potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif.

4. Siswa

Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan kependidikan, siswa merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif.

5. Metode Pembelajaran

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

68 Alat pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Alat pengajaran ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: alat pengajaran individual, alat pengajaran klasikal, dan Alat peraga.

7. Penilaian

Menurut Winarni Surahkan dalam Imaroh (2008) penilaian suatu kegiatan untuk menentukan tingkat kemajuan dan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan, yaitu meliputi kemajuan hasil belajar siswa dalam aspek sikap, dan kemauan serta keterampilan.

Bibliografi :

Handarji, Dendy. [n.d]. Efektivitas Pengajaran Bibliografi Di Perpustakaan Universitas Kristen Petra (Studi Deskriptif Tentang Efektivitas Pengajaran Bibliografi Pada Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Di Perpustakaan Universitas Kristen Petra Surabaya). [PDF]. Available at : www.library.petra.ac.id Diakses pada tanggal 18 Mei 2014 10.49 WIB

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Penerbit Nusa Indah.

Tanjung, Bahdin Nur. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Wahyuningtyas, Indarti. 2010. Pengaruh Pendidikan Pengguna (User Education) Terhadap Pemanfaatan Layanan Di UPT. Perpustakaan Dan Informasi Universitas Muhammadiyah Malang. Surabaya.

Wikipedia. 2014. Bibliografi. [Online]. Available at: www.wikipedia.comDiakses pada tanggal 18 Mei 2014 10.45 WIB

69 PENGAJARAN PERPUSTAKAAN MELALUI DESAIN PERPUSTAKAAN

Oleh : Akhmad Alvian Nanda 28 Mei 2014 Pengajaran Perpustakaan

Secara umum istilah pendidikan pemakai dalam konteks Ilmu Perpustakaan adalah memiliki pengertian yang sama dengan istilah bimbingan pemakai, pendidikan pengguna atau User Education. Definisi pendidikan pemakai menurut Soedibyo (1987 : 121) adalah sebagai berikut : Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau penunjang pada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efesien, bimbingan itu dapat berupa bimbingan individu ataupun secara kelompok. Menurut Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (1979 : 19) “Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau petunjuk kepada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efesien”. Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pemakai adalah serangkaian kegiatan yang berisi aktivitas belajar mengenai pengenalan dan tata cara memanfaatkan perpustakaan kepada pengguna maupun calon pengguna di perpustakaan.

Pada dasarnya materi yang diterapkan dalam pendidikan pemakai pada perpustakaan relatif sama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Secara umum Darmono (2001:23) menyebutkan beberapa materi bimbingan pemanfaatan perpustakaan antara lain adalah :

1. Pengenalan terhadap denah perpustakaan : seperti lokasi, luas gedung, ruang baca, tempat menyimpan koleksi dll

2. Peraturan perpustakaan contoh : jam layanan perpustakaan (buka dan tutup layanan dll)

3. Alat penelusuran informasi seperti katalog manual (kartu katalog, katalog elektronik)

70 5. Pengenalan terhadap penempatan koleksi seperti rak majalah, rak layanan

referensi dll)

Melalui beberapa materi pendidikan pemakai di atas maka dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan pemakai pada perpustakaan, harus mampu menginformasikan aspek-aspek penting yang berkaitan dan dimiliki oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan, dengan harapan melalui pendidikan pemakai maka pengguna perpustakaan tidak akan merasa asing dan lebih cepat beradaptasi terhadap tatanan sistem opersional perpustakaan.

Desain Perpustakaan

Desain berasal dari kata bahasa Inggris design, dalam bahasa Indonesia sering digunakan padanan katanya, yaitu rancangan, pola atau cipta. Desain merupakan suatu proses pengorganisasian unsur garis, bentuk ukuran, warna, tekstur, bunyi, cahaya, aroma dan unsur-unsur desain lainnya, sehingga tercipta suatu hasil karya tertentu (Nurhayati, 2004: 78). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 346), desain adalah gagasan awal, rancangan, perencanaan pola susunan, kerangka bentuk suatu bangunan, motif bangunan, pola bangunan, corak bangunan. Sedangkan menurut Sjafi’i (2001: 18), desain adalah terjemahan fisik mengenai aspek sosial, ekonomi, dan tata hidup manusia, serta merupakan cerminan budaya zamannya.

Kriteria yang baik dari sebuah gedung perpustakaan yaitu adanya keterkaitan antar faktor internal dan faktor eksternal perpustakaan. Faktor internal perpustakaan yaitu efektif, efisien, dan aman bagi para pengguna, sedangkan faktor eksternal seperti bencana alam, banjir, gempa bumi, sinar matahari, dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal tersebut maka English Architect Faulkner Brown memberikan sepuluh dasar perencanaan dan desain perpustakaan agar gedung perpustakaan menjadi berkualitas, yang selanjutnya disebut sebagai “Faulkner- Brown’s Ten Commandments”. Adapun sepuluh hal tersebut adalah sebagai berikut:

71 Fleksibel maksudnya adalah bentuk ruang dan peralatan dapat dirubah dan dipindahkan sewaktu-waktu. Khususnya pada ruang baca, ruang petugas, dan ruang pengolahan. Semua dinding-dinding tersebut sebaiknya dinding yan semi-permanent atau dapat dibongkar, namun hal ini tidak termasuk pada toilet, tangga, dan lift. Selain itu perpustakaan yang fleksibel juga harus menyediakan ventilasi dan pencahayaan yang cukup.

2. Kompak atau Padat, berisi

Gedung perpustakaan yang kompak adalah adanya kemudahan pergerakan pembaca, petugas, dan buku. Dimana, adanya pola lalu lintas yang baik, yaitu pengguna dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa adanya gangguan. Perpustakaan yang kompak dapat menyediakan atau menyimpan koleksi yang banyak, namun ruang gerak pengguna dan petugas masih tetap luas. Struktur bangunan yang paling kompak adalah bangunan yang berbentuk kubus.

3. Mudah dijangkau

Accessible (mudah dijangkau) merupakan faktor penting. Baik akses ke seluruh ruang yang ada maupun akses koleksi yang ada di perpustakaan, keduanya harus mudah diakses. Posisi yang paling mudah dicapai adalah di posisi tengah, karena pada posisi tengah pemustaka dari berbagai arah dapat menjangkaunya dengan cepat. Lokasi harus diperhitungkan dengan cermat, yaitu perpustakaan harus ditempatkan dekat dengan jalur sirkulasi utama atau lalu lintas utama. 4. Ekstendibel atau diperluas

Berbagai koleksi yang tumbuh cepat di perpustakaan universitas menjadi masalah walikota dengan kapasitas perpustakaan cepat atau lambat. Diprediksi dalam 10 sampai 15 tahun koleksi akan menjadi dua kali lipat. Apalagi era TI memberikan dimensi baru

72 yang kadang-kadang sulit diprediksi. Ini harus diantisipasi oleh bangunan diperpanjang untuk perpustakaan di fiture, namun tanpa mengabaikan fungsi perpustakaan saat ini.

5. Beragam

Variasi suasana perpustakaan sangat penting. Harus ada berbagai suasana untuk mengatasi kebutuhan pengguna yang memiliki motif yang berbeda dan tujuan datang menggunakan perpustakaan. Misalnya, pemustaka datang ke perpustakaan untuk belajar, menulis makalah, membaca koran, bertemu teman-teman, browsing dan sebagainya. Untuk memuaskan mereka harus ada beberapa lokasi yang berbeda atau daerah yang disediakan dalam perpustakaan. 6. Terorganisasi atau tertata dengan baik

Sebuah perpustakaan harus diatur sedemikian rupa sehingga layanan dan saham dapat diakses dan mudah tersedia. Kesederhanaan tata letak sangat penting, dan perencanaan sangat penting sehingga ada gangguan minimal dengan rute utama melalui pembangunan baik pembaca dan bahan. Dengan kata lain, perpustakaan harus memaksakan konfrontasi yang tepat antara buku dan pembaca. Selain itu, harus dihindari disterbance untuk daerah-daerah tertentu lainnya, seperti membaca dan mempelajari daerah. Semakin terorganisir perpustakaan, akses lebih sederhana dan lebih mudah dari koleksi, bahan cetak atau non-cetak. Ini hanya dapat dicapai oleh organisasi yang lebih baik dari perpustakaan.

7. Nyaman

Kenyamanan sebuah perpustakaan universitas, dalam beberapa kasus, lebih penting daripada jenis lain dari perpustakaan. Para pengguna, terutama siswa, membutuhkan lebih banyak waktu dan konsentrasi dalam menggunakan perpustakaan, apakah mereka berkonsentrasi pada pencarian sastra, mengerjakan tugas, membuat

73 laporan proyek, atau terutama untuk penelitian mereka. Disamping, koleksi lebih lengkap disediakan di perpustakaan diperlukan, dan fakta bahwa kenyamanan membuat siswa tinggal lebih lama. Selain itu, ini juga akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perpustakaan.

8. Konstan di lingkungan

Ada tiga poin yang harus dipertimbangkan dalam sebuah perpustakaan berurusan dengan konstan dalam lingkungan: pengguna dan staf, koleksi, dan bangunan. Pertama, pengguna dan staf memerlukan rentang suhu tertentu, yaitu sekitar 200 C sampai 250 C.

Kurang atau lebih dari kisaran membuatnya menyenangkan. Di samping itu, udara segar yang konstan juga diperlukan. Kedua, koleksi, cetak dan non-cetak, membutuhkan suhu yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan oleh manusia. Bahan sangat berharga untuk dilestarikan. Mereka membutuhkan kondisi khusus kelembaban, suhu, dan cahaya. Secara umum, suhu sekitar 680 F atau 200 C dan tingkat kelembaban relatif 50% dianggap cocok untuk tujuan ini.

9. Aman

Kata “aman” mengacu pada keamanan koleksi serta keselamatan untuk staf dan pengguna. Adalah penting bahwa seorang arsitek harus sepenuhnya sadar akan kebutuhan untuk keamanan dan keselamatan di perpustakaan ketika merancang layoutnya. Harus ada satu pintu masuk publik/ keluar, staf atau pintu masuk pengiriman harus dilengkapi dengan sistem kartu akses atau perangkat serupa, jendela harus dikunci, jika memang membuka jendela disediakan, keamanan elektronik di pintu keluar akan membantu mengurangi kehilangan buku, dan percikan api perlu perhatian agar dalam melayani tujuan penmustaka.

74 Keamanan dan keselamatan adalah elemen perpustakaan penting untuk diperhatikan . Ini bukan hanya untuk mencegah bahan pustaka dicuri, tetapi juga untuk menjaga staf dan pengguna dari bahaya apapun dalam atau di luar gedung perpustakaan, seperti kebakaran, banjir, badai, gempa bumi, dll. Dalam gedung perpustakaan modern, sistem keamanan sangat penting sebagai kabel listrik yang lebih dipasang untuk memberikan pencahayaan dan modern peralatan seperti komputer, televisi, microforms, video, dll ini sering terjadi bahwa setiap shortcut-koneksi dapat menyebabkan kebakaran. Dengan demikian keamanan dan keselamatan dalam setiap perpustakaan buliding setidaknya harus memiliki tiga tujuan : untuk membangun perpustakaan itu sendiri, untuk koleksi, dan untuk staf, dan pengguna perpustakaan.

10.Ekonomis atau hemat

Membangun, menggunakan, dan memelihara perpustakaan identik dengan uang belanja. Selain perpustakaan harus menyediakan dengan bahan baru, juga harus menghabiskan jumlah uang untuk mempertahankan bahan yang ada serta memberikan beberapa persyaratan baru dari layanan. Pada dasarnya biaya perpustakaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: jangka pendek (awal) dan jangka panjang (berjalan). Pendek transaksi jangka panjang dengan layanan, seperti membeli bahan-bahan baru, alat tulis, dll Sementara kesepakatan jangka panjang dengan pemeliharaan gedung perpustakaan itu sendiri, misalnya, pencahayaan, pemanasan, membersihkan, lukisan, karpet, dekorasi, dll juga harus melihat bahwa perpustakaan dengan jam panjang ilumination dan AC adalah bangunan mahal untuk menjalankan, karena mereka membutuhkan lebih banyak kekuatan listrik.

Untuk menciptakan perpustakaan yang benar-benar fungsional maka aspek-aspek tersebut tidak dapat diambil secara terpisah, karena setiap aspek saling terkait dan saling mendukung

75 Pembelajaran berbasis perpustakaan atau Library Bassed Learning adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan yang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi utama dalam proses pembelajaran. Hakekat dari pendekatan ini adalah Information Literacy Skills atau keterampilan melek informasi. Pendekatan ini merupakan pendekatan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia yang secara khusus ditujukan bagi pemustaka. Di luar negeri, sekalipun model pembelajaran berbasis perpustakaan ini tidak dianggap sebagai sebuah konsep atau pendekatan dalam pendidikan, tetapi sistem ini telah menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi dan pengetahuan utama, dan keterampilan pemanfaatan perpustakaan dan penelusuran informasi merupakan bagian dari kurikulum inti yang harus diambil. Ide pembelajaran berbasis perpustakaan ini berawal dari keprihatinan terhadap lemahnya para lulusan perguruan tinggi dalam mencari informasi secara mandiri untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan kehidupan yang ditemui, khususnya di tempat kerja.

Salah satu bentuk upaya pengajaran perpustakaan adalah melalui desain perpustakaan. Yang mana adalah sepantasnya sebuah perpustakaan menyajikan desain atau tata ruang yang efektif dan efesien guna memberikan rasa nyaman kepada pemustaka untuk dapat mengakses informasi yang dibutuhkan. Misalnya saja dengan melengkapi infrastruktur yang menunjang pengajaran perpustakaan bagi pemustaka. Seperti komputer, katalog dan lain sebagainya. Atau bahkan, menyesuaikan kebutuhan infrastruktur dan alat penunjang yang dibutuhkan pemustaka. Semisal perpustakaan memiliki pemustaka yang memiliki fisik special

atau difabel. Seperti tangga ramp, koleksi buku braille, koleksi Digital Talking Book, Alat perbesaran cetak, dan lain sebagainya.

Bibliografi :

Anonim. [n.d]. Tinjauan Pustaka : Desain Interior. [PDF]. Available at https://repository.usu.ac.id

Diakses pada 24 Mei 2014 10.34 WIB

Irma. 2011. Pembelajaran Berbasis Perpustakaan. [Online]. Available at

http://mediapls2009.wordpress.com/ Diakses pada 25 Mei 2014 19.36 WIB

Kartini. 2013. 10 Dasar dan Perencanaan Desain Perpustakaan. [Online]. Available at

http://shoima93.blogspot.com/ Diakses pada 25 Mei 2014 19.39 WIB

Murtakhamah, Titin. 2012. Mengintip Kampus Ramah Difabel di Yogyakarta. [Online]. Available

76 Nasution ,Nurkhairani. 2011. Relevansi Koleksi Perpustakaan Dengan Kebutuhan Pengguna Pada

77 RANCANGAN BIMBINGAN/ PENDIDIKAN PEMAKAI

PERPUSTAKAAN

Oleh : IMF

Pendidikan pemustaka adalah salah satu faktor dominan untuk membantu pemustaka melakukan penelusuran secara cepat, tepat dan efisien. Pendidikan pemustaka merupakan suatu proses dimana pemustaka untuk pertama kali diberi pemahaman dan pengertian tentang sumber-sumber perpustakaan, termasuk pelayanan dan sumber-sumber informasi yang saling terkait, bagaimana menggunakan sumber-sumber tersebut, bagaimana pelayanannya dan di mana sumbernya (Teguh, 2013). Karena begitu pentingnya pera bimbingan/ pendidikanpemustaka bagi pemustaka, sehingga Kami membuat sebuah rancangan yang bertujuan untuk memberikan bimbingan/ pendidikan pemakai perpustakaan. Dalam hal ini, Kami menggunakan pilot project pada

Dalam dokumen Ekonomi Informasi dan Pendidikan Pemusta (Halaman 63-81)

Dokumen terkait