• Tidak ada hasil yang ditemukan

TKW, Kabur dari

8 Pengajua n Surat

Pemerkos aan - 1 - 1 6 Hilang kontak 1 2 - 3 7 Dipenjara TKL, Nelayan, Tuduhan Pembunuhan - 7 - 7 TKW, Kabur dari Majikan 1 - - 1 8 Pengajua n Surat Keterangan Blacklist dari Imigrasi HK - 1 - 1 Total 82 19 49 150

Dalam beberapa kasus yang terlampir pada tabel di atas diambilah tiga kasus untuk menganalisa peran ATKI dalam meperjuangan hak TKI:

Kasus Pertama:

Nama : Siti Maemunah

Alamat : Rt. 05 Rw. 06, Kebon Agung, Dempet, Demak. No Passport : AK 996260

38 Jenis kasus : Mandatory saving1

Kasus yang menimpa Siti Maemunah Kronologis kasus

“Saya (Siti Maemunah), diberangkatkan dari PT. Indonesia Sukses Abadi [ISA] yang beralamat di Jln. Kemuning Raya No. 18A.

Sebelum saya diberangkatkan ke Taiwan, saya dipaksa membuat surat pernyataan dan harus tanda tangan bermaterei di atasnya. Saya pernah menghubungi Bank China Trust di Taiwan sebelum saya pulang ke Indonesia, jumlah tabungan saya berkisar Rp.10.600.000,- kalau dirupiahkan, akan tetapi ketika saya datang ke Bank China Trust di Indonesia untuk mengambil uang tabungan, saya hanya mendapat uang tabungan sebesar Rp.4.600.000,- dan uang sebesar Rp.6.000.000,- lainnya telah diambil PT. ISA pada tanggal 10 November 2010. Padahal saya telah menabung sebesar NT.30.000,-/bulan selama saya di Taiwan.

Saya tidak pernah dengan suka rela menyerahkan sebagian atau seluruh uang saya kepada PT. ISA, tabungan adalah milik pribadi dan tidak bisa diganggu gugat ataupun dialihkan. Apalagi saya membuat pernyataan surat kuasa untuk PT.ISA dalam kondisi tertekan karena saya tidak akan diberangkatkan apabila tidak membuatnya. Dan surat itu sangat merugikan buat saya.

Saya menuntut hak-hak saya yang seharusnya sudah menjadi milik saya sepenuhnya. Karena tidak seharusnya PT. Indonesia Sukses Abadi [ISA] merampas tabungan saya dengan dalih apapun.

Demikian kronologi ini saya buat sebagai bahan pelaporan kepada Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia”.

Penanganan kasus :

Awal kasus ini dilaporkan kepada ATKI. Mula-mula kasus yang sudah ada dipelajari siapa yang seharusnya mempertanggung jawabkan dan dapat ditanyai informasi mengenai kasus ini, setelah tim advokasi mempelajari kasus tersebut lalu dirapatkan dengan tim yang lain seperti tim lobi, tim media massa, inti kasus tersebut atau yang bermasalah dalam kasus tersebut yaitu antara pelapor dan PT yang memberangkatkannya, dalam kasus ini PT tersebut bernama PT. Indonesia Sukses Abadi [ISA].

1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesua Mandatory saving yaitu tabungan wajib bagi para TKI dalam hal ini TKI diwajibkan menandatangani surat perjanjian yang dilengakapi matrai, tanpa menjelaskan apa maksud dari perjanjian tersebut, biasanya perjanjian tersebut menggunakan bahasa Inggris yang ditandatangani sebelum TKI itu berangakat ke negara penempatan.

Ketenagakerjaan untuk membantu berdialog dengan staf ahli PT tersebut dan menceritakan serta mempertanyakan bagaimana bisa menyepakati perjanjian yang tidak dimengeti oleh TKI tersebut.

Dalam kasus ini ATKI hanya berperan sebagai pendamping dan mencari jalan keluar bagi TKI yang bersangkutan.

Proses dalam menangani kasus ini tidak berlangsung terlalu lama dikarnakan PT. Indonesia Sukses Abadi [ISA] lebih mudah untuk diajak berdilog dalam masalah ini, selain itu PT. ISA mereka menganggap bahwa persoalan tersebut tidak perlu dibesar-besarkan selain itu image PT tersebut baik di mata warga sekitar dan dihadapan Kementrian Ketenagakerjaan kasus ini selesai sekitar satu bulanan.

Metode advokasi yang digunakan dalam kasus ini yaitu advokasi kasus. Hasil penanganan kasus:

Hasil akhir dari kasus ini yaitu PT siap mengembalikan gaji kepada Siti Maemunah secara penuh dan PT tersebut diberi SK khusus dari Menteri Ketenagakerjaan dan kasus ini dipublikasikan melalui media cetak.

Kasus Kedua:

Nama : Sri Suhartini

Tempat Tanggal Lahir: Kendal, 01 Januari 1979 No.Passport : AL 078861

Alamat : Tosari, Rt. 03 Rw. 05, Kec. Brangsong Kab. Kendal, Semarang, Jawa Tengah.

40 Kronologis kasus:

“Saya (Sri Suhartini), berangkat ke Hongkong pada tanggal 16 Januari 2008 melalui PT. Forward Global yang beralamat di Jln. Kayu Besar Dalam No. 18A Cengkareng Jakarta Barat. Telp. [021] 55963468. Bekerja di Hongkong sebagai PLRT. Pada tanggal 21 Desember 2010 saya pulang ke Indonesia. Sebelum Saya berangkat ke Hongkong, saya dipaksa menyalin surat pernyataan yang dicontohkan oleh pihak PT dan harus ditandatangani di atas materei yang menyatakan bahwa saya telah memberi kuasa kepada PT Forward Global atas tabungan saya di Bank China Trust, karena saya telah diberi fasilitas makan yang enak dan mencukupi, tidur yang nyenyak dan lain-lain. Kemudian saya hanya bisa mengambil Rp.2.000.000,- [dua juta rupiah] dari besar uang tabungan saya yang berjumlah, NT. 30.000 [+/- Rp.9.000.000], padahal sebenarnya saya tidak mendapatkan fasilitas yang layak, baik dan mencukupi selama di BLK seperti yang dicantumkan oleh PT Forward Global pada surat pernyataan tersebut.

Saya pernah mengadu ke KBRI akan tetapi tidak ada tanggapan sama sekali. Kemudian saya menelpon pihak Bank China Trust dimana saya menabung di Hongkong dan di Indonesia, mereka [pihak Bank] menyatakan bahwa semua tabungan sudah diambil oleh PT. Forward Global dan sisa tabungan saya hanya bisa diambil di PT. Saya juga sudah menghubungi pihak PT. Forward Global akan tetapi mereka tidak mau mengembalikan semua tabungan saya.

Karena saya merasa tertipu, saya tidak mau menerima uang Rp.2.000.000,- atau berapapun di bawah jumlah uang tabungan saya yaitu NT.30.000,- tersebut. Pada tanggal 27 April 2009 saya mengirimkan surat pembatalan kuasa ke PT Forward Global dan tidak ada tanggapan apapun. Dan bagaimanapun uang tabungan saya tidak berhak diambil oleh PT Forward Global karena dan dengan alasan apapun. Fasilitas dari PT/BLK sudah menjadi kewajiban, dan tidak seharusnya memungut biaya tambahan lagi dari saya.

Maka kali ini saya akan menuntut pihak PT. Forward Global untuk megembalikan semua uang tabungan saya sebesar NT.30.000,- [+/- Rp.9.000.000,-].”

Penanganan kasus :

Sebenarnya dalam menangani kasus ini tidak jauh berbeda dengan kasus Siti Maimunah. Dalam kasus yang PT Forward Global ini sangat sulit diatasi karena banyak sekali persaratan untuk melakukan mediasi atau dialog dengan mereka. Karena dalam PT tersebut banyak sekali kejanggalan yang ada seperti tempat PT tersebut sangat tertutup selama tiga bulan, hampir warga sekitar tidak tahu bahwa itu PT untuk memberangkatkan TKI. Sebelumnya PT tersebut sekilas

dan ditanyakan pada pemerintahan setempat, baru diketahui bahwa itu adalah tempat penampungan pada pemberangakatan TKI.

Dalam kasus ini ATKI mula-mula mendatangi kantor Menteri Ketenagakerjaan. Di sana ATKI menanyakan izin berdirinya PT tersebut selain itu meminta surat izin untuk melakukan dialog dengan pengurus PT tersebut. ATKI meminta perwakilan dari Kementrian Tenagakerja untuk ikut serta dalam dialog tersebut, pada saat itu ATKI dan bapak Daud Iskandar sebagai staf perlindungan TKI mencoba untuk menyelesaikan kasus ini.

Dalam dialog ini ada beberapa pertanyaan yang menyangkut kasus tersebut dan sedikitnya mengenai keterlambatan pengiriman TKI ke negara penempatan. Dalam dialog ini PT Forward Global menyatakan tidak melakukan penipuan terhadap ibu Siti tapi menurut bukti yang didapat dari hasil pendiskusian dengan kementrian yaitu tidak ada peraturan mengenai tabungan wajib bagi TKI. Inilah yang menjadi dasar mengapa kasus ini akhirnya berhasil dimenangkan dan dibuatlah MOU diantara dua belah pihak. Yang membedakan kasus ini dan kasus pertama yaitu ATKI terjun langsung menangani kasus ini.

Metode advokasi yang digunakan pada kasus ini adalah advokasi kasus. Hasil penanganan kasus :

Kasus ini berkahir dengan PT Forward Global mengembalikan uang milik ibu Sri secara utuh.

Peran ATKI dalam dua kasus di atas adalah sebagai pendamping dan tim mediasi dari kedua belah pihak. Dalam peroses tersebut ATKI melakukan investigasi terlebih dahulu terhadap dua PT yang bersangkutan. Untuk kasus di

42 PT. Indonesia Sukses Abadi [ISA] perizinan untuk melakukan dialog sangat mudah dibandingkan dengan PT. Forward Global. Dalam kedua kasus di atas mengunakan jenis advokasi kasus. Advokasi kasus adalah kegiatan yang dilakukan seorang pekerja sosial untuk membantu klien agar mampu menjangkau sumber atau pelayanan sosial yang telah menjadi haknya. Alasannya terjadi diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis atau kelompok profesional terhadap klien dan klien sendiri tidak mampu merespon situasi tersebut dengan baik. Pekerja sosial berbicara, beragumentasi dan bernegosiasi atas nama klien individu. Karena, advokasi sering disebut pula sebagai advokasi klien (client advocacy).

Kasus ketiga:

Nama : Tinniyah

Alamat : Desa Guluk-guluk Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep Jenis kasus : Kematian dan jaminan asuransi

Minggu, 02 Januari 2010 Oleh Divisi Advokasi dan kebijakan Asosiasi Tenaga kerja Indonesia ATKI.

“Tinniyah (27 Thn) anak dari pasangan Bapak Ali Wafa dan Ibu Fatimah asal Desa Guluk-guluk Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep, dia memiliki satu saudara bernama Muazzamah. Tinniyah memiliki satu anak bernama Alfi (11 Thn), Tinniyah cerai dengan suaminya dan anaknya ikut suaminya. Perceraian terjadi sebelum Tinniyah berangkat ke Riyardh.

Tinniyah berangkat ke Riyard dengan menggunakan jasa PJTKI Masavar Intisar yang beralamat Jln. Otistaraya No 64 Jakarta Timur.

Tinniyah berangkat dari rumahnya pada tanggal 22 Syawal 1432 H tepatnya 30 Oktober 2010 M. Dia berangkat melalui H.Suhil dari kampung dan di Jakarta di terima oleh H.Homzin.

Informasi meninggal diterima keluarga dari H.Fadil pada tanggal 10 Desember 2010 dan jenazah Tinniyah diterima keluarga pada tanggal 31 Desember 2010. Pihak keluarga tidak diperkenankan melihat jenazah terlalu lama dan pihak keluarga hanya diperbolehklan melihat wajahnya. Sebelum jenazah tiba di rumah duka, pihak pembawa jenazah menginstruksikan agar kuburan segara digali agar nantinya jenazah bisa langsung dimakamkan.

korban mengalami serangan jantung di Riyadh sehingga merenggut nyawa Tinniyah, namun menurut keluarga Tinniyah sebelum berangkat dia tidak memiliki penyakit jantung dan keluarga masih bingung untuk melakukan langkah-langkah terhadap kasus yang menimpa almarhumah Tinniyah karena beberapa data penting tidak ada di pahak keluarga temasuk hasil visum.” Penanganan kasus:

Mula-mula ATKI melakukan investigasi. Melakukan Pendekatan secara kultural terhadap keluarga untuk bisa meminta hak–hak korban terhadap PJTKI yang memberangkatkan Tinniyah ke Riyad (namun belum ada keputusan dari keluarga). Keluarga Tinniyah mendesak Disnaker Sumenep memenuhi hak-hak Tiniyah sehingga Disnaker mempunyai perhatian khusus terhadap kasus ini.

Dugaan sementara korban tidak meninggal karena penyakit jantung, alasannya kalau korban meninggal karena penyakit jantung maka tidak mungkin keluarga hanya diberikan waktu yang sangat sebentar untuk melihat jenazah almarhumah Tinniyah. Dan tidak masuk akal karena pembawa jenazah juga mengintruksikan jenazah segera dikubur secepatnya.

Memperkuat dugaan sementara bahwa almarhumah Tinniyah tidak meninggal karena penyakit jantung adalah sampai saat ini pihak keluarga tidak mendapatkan hasil visumnya.

Banyak kejanggalan dalam kasus tersebut mulai dari PJTKI yang memberangkatkan, dan hasil visum yang tidak diperlihatakan pada keluarga yang bersangkutan. Dalam kasus ini ATKI juga berkerjasama dengan lembaga-lembaga pemerhati TKI.

Pada kasus Tinniyah sempat dipublikasikan pada sebuah media cetak dan kasus ini juga diberitakan. Karena dalam kasus Tinniyah ini termasuk kasus

44 hukum pidana maka ATKI mencoba untuk bekerjasama dengan LBH dalam menangani kasus tersebut. Kasus ini sangat sulit ditangani sehingga sampai saat ini kasus Tinniyah belum juga terselesaikan karena banyak hal yang ditutupi oleh PJTKI yang bersangkutan. Selain itu PJTKI mengatakan bahwa tidak ada sangkut pautnya antara PJTKI dengan kasus kematian Tinniyah.

Metode advokasi adalah advokasi kasus. Hasil penanganan kasus:

Dalam kasus Tinniyah ATKI belum dapat menangani secara maksimal dikarenakan sangat sulit untuk mengungkap kasus ini, karena kasus ini termasuk kasus pidana maka harus ada peroses untuk mencari bukti dan dalam kasus ini hasil akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan, apakah PJTKI yang memberangakatkan Tinniyah memang lalai dalam mempertanggungjawabkan TKI yang mereka berangkatkan atau tidak.

Untuk kasus Tinniyah ada beberapa kekhususan peran ATKI dalam memperoses kasus tersebut mulai awal kasus ini diadukan. Pertama ATKI melakukan penyelidikan dan mencari penyebab kematian Tinniyah, selain itu dalam kasus ini banyak terjadi kejanggalan yang mempersulit penyelesain kasus ini. Kasus ini berlajut kepada kasus pidana yang melibatkan bantuan hukum.

Dalam kasus ini ATKI belum tuntas menyelesaikan sampai akhir karena akhir dari kasus ini melalui pengadilan.

Mengapa ATKI belum mampu menyeleasikan kasus Tinniyah:

“Kami dari ATKI belum bisa maksimal dalam menangani kasus ini karena menurut kami dalam kasus ini lebih pada kasus kriminal dan harus melalui jalan pengadilan, selain itu kami kesulitan dalam mencari barang bukti yang ada karena kematian Tinniyah sangat dirahasiakan oleh pihak RS dan PT yang memberangkatkan, tapi kami sudah berusaha untuk membawa kasus ini kemeja hijau.(wawancara Retno 15 september 2011)”.

kasus.

Peran yang dominan yang dilakukan ATKI yaitu melakukan pendampingan, dan menjadi tim mediasi dalam beberapa dialog dengan beberapa PT. Untuk kasus kematian ATKI berperan sebagai investigator kasus agar kasus ini dapat dibawa kejalur hukum.

Dari beberapa kasus yang ditangani oleh ATKI jenis advokasi yang digunakan adalah advokasi kasus yaitu kegiatan yang dilakukan seorang pekerja sosial untuk membantu klien agar mampu menjangkau sumber atau pelayan sosial yang telah menjadi haknya. Alasannya terjadi diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis atau kelompok profesional terhadap klien dan klien sendiri tidak mampu merespon situasi tersebut dengan baik. Pekerja sosial berbicara, beragumentasi dan bernegosiasi atas nama klien individu. Karena, advokasi sering disebut juga sebagai advokasi klien (client advocacy).

Selain itu teori advokasi Sheila Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai strategi terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukan suatu masalah atau (isu) ke dalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini analisa masalah tidak akan terlepas dari teori tersebut.

Dapat dianalisa bahwa secara umum ATKI sudah sesuai dengan dasar teoritik mengenai bagai mana dia (ATKI) mampu berperan dalam memperjuangkan hak TKI melalui jalan advokasi.

46 B. Mediasi

Garry Goopaster memberikan definisi mediasi sebagai proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memiliki hak (imparsial)

bekerjasama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan. Dari pengertian dan teori yang dikemukakan oleh Garry, dapat kita analisa bahwa peran ATKI dalam melakukan mediasi terhadap kasus-kasus yang ada dalam ketiga kasus yang ditangani ATKI hampir semua menggunakan jalan mediasi.

Seperti hasil wawancara penulis dengan Retno Dewi sebagai berikut: “Sebenarnya mbak kami juga melakukan dialog dengan Menteri Ketenagakerjaan mengenai persoalan negara-negara yang dijadikan ajang pengiriman TKI, atau yang sering disebut negara penempatan TKI dan baru-baru saja kami dari ATKI dan kawan LSM lainnya berdialog dengan Menteri mengenai kasus hukuman pancung untuk para TKI yang berada di Arab Saudi”.

Dan dari hasil wawancara tersebut menyatakan bahwa ATKI selalu mengadakan dialog dengan semua pihak pemerhati, TKI, dan para pejabat pemerintahan mengenai nasib yang dialami oleh para TKI. Selain itu mediasi ini selalu menjadi alat utama untuk memproses kasus yang dilaporkan. Berikut hasil wawancara:

“Kami ATKI dalam menangani kasus, lebih banyak berperan sebagai penengah antara dua belah pihak. Kami selalu mencoba memfasilitasi semua kebutuhan untuk berdialog sehingga kedua belah pihak tidak terjadi saling tuduh dalam artian konflik mbak”.

Mediasi selalu dijadikan alat untuk menjalankan semua yang berkaitan dengan pesoalan TKI, ketika mencuat kasus mengenai 20 warga negara Indonesia yang bekerja di Arab Saudi terancam hukum pancung ATKI, SBMI, Migran Care dan yang merasa simpatik terhadap nasip TKI, mereka melakukan dialog dengan

Menteri Ketenagakerjaan mengenai nasip ke 20 TKI yang terancam dihukum pancung.

“kami yakin dengan jalan mediasi lebih efektif untuk membicarakan persoalan yang dihadapi TKI, tapi mbak kami tidak hanya melakukan mediasi, kami juga melakukan demonstrasi untuk mengkampanyekan hak TKI, walaupun cara demonstrasi tidak telalu didengarkan karena dianggap hanya sebuah isu”.

Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalan situasi konflik untuk mengkordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif dalam proses tawar-menawar .... bila tidak ada negosiasi ... maka tidak ada mediasi.2

Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan pada pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk menyelesaikan perselisihan.

C. Konseling

Konseling atau penyuluhan (Counseling), bermakna menyeluruh, menerangi, melakukan konsultasi atau memberikan terapi, cenderung dilakukan secara face to face antara konselor atau penyuluh dengan konseler atau klien. Penyuluhan merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan itu sendiri yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.

2

Nurnaningsih Amriani, MEDIASI (Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di Pengadilan), PT Raja Grafindo Persada, 2011, Jakarta, hal. 28

48 Tugas konselor adalah menciptakan kondisi fasilitas yang diperlukan bagi pertumbuahan dan perkembangan klien.

Dalam visi dan missi ATKI sudah dapat menjawab bagaimana konseling itu sendiri. Tujuan ATKI yaitu berjuang untuk menegakkan pengakuan dan perlindungan atas hak-hak buruh migran Indonesia khususnya dan buruh migran di seluruh dunia. Untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, ATKI melakukan pendidikan untuk membangkitkan kesadaran, menggerakkan emansipasi, dan mengorganisasikan perjuangan buruh-buruh migran Indonesia.

ATKI berpegang pada prinsip kemandirian, kebebasan inisiatif, pengakuan atas persamaan, dan persatuan dalam perjuangan. Untuk menopang tugas dan tanggungjawab organisasinya, melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi-organisasi massa buruh migran, organisasi-organisasi-organisasi-organisasi buruh, petani, pemuda-mahasiswa, dalam prinsip persatuan, kebebasan dalam inisiatif dan kemerdekaan dalam berpolitik.

ATKI sebagai organisasi adalah membantu para TKI untuk berani mempelajari bagaimana kita bekerja dan Undang-undang apa yang berlaku dalam negara tersebut. ATKI sebenarnya sudah tertuang pada program kerja ATKI, menurut hasil wawancara dengan infornan perogram atau pekerjaan ATKI dalam bidang politik, pekerjaan politik dari ATKI ini secara umum menunjukan pola pikir dari TKI tersebut bahwa apabila ingin berkerja di luar itu harus memahami bagaimana perlindungan negara kita terkait masalah TKI.

“Sebagai contoh seminar mbak atau yang kami sering lakukan penyuluhan di desa-desa, kami dari ATKI sering mendatangi desa yang sering dijadikan pemberangkatan TKI atau kampung TKI seperti Cianjur, Solo, dan lain-lain.

ATKI jung mempunyai desa binaan desa yang dipilih adalah desa yang banyak sekali dijadikan lahan pencarian TKI, mereka rutin dalam sebulan sekali mengadakan penyuluhan mengenai kebijakan pemerintah dalam mempertanggungjawabkan warga negaranya yang sedang bekerja, tidak hanya itu mereka juga membantu keluarga TKI dalam segi informasi bagaimana keadaan kerabat mereka di negara tersebut.

ATKI tidak hanya memberikan penyuluhan bahkan mereka diberikan pendidikan mengenai hak mereka seperti wawancara berikut:

“Kami juga selalu mencoba untuk membuat pendidikan khusus untuk mereka melalui seminar, temu warga dan workshop, kami berharap dalam pendidikan ini mereka sekurang-kurangnya memahami bagaimana UUD yang berlaku untuk TKI”.

Pada tahun 2011 pada bulan Mei ATKI mengadakan seminar internasional mengenai pandangan PBB dalam menyikapi persoalan Buruh Migran.

Selain itu ATKI sebagai wadah untuk mempelajari kebijakan dan keputusan pemerintah menyangkut masalah TKI, ATKI kerap terlibat dalam aksi massa yang sering kita sebut demonstarsi dalam aksi mereka menyuarakan apa yang menjadi hak dasar TKI.

Dari ketiga bentuk perjuangan hak di atas yang paling dominan adalah advokasi dapat dilihat intensitas masuknya kasus, karena hampir dalam setahun jumlah yang mengadu semakin banyak dengan kasus yang beda-beda seperti hasil wawancara:

“Sebenarnya mbak kasus yang terjadi pada para TKI sangat banyak, mungkin hanya beberapa yang terekspos media, selebihnya banyak sekali kasus yang terjadi, dalam tiap harinya kami selalu mendapat laporan kasus dan pengaduan kasus”.

50

Dalam hasil analisa mengenai advokasi kelas yaitu advokasi kelas menunjukan pada kegiatan-kegiatan atas nama kelas atau sekelompok orang untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dalam menjangkau sumber atau memperoleh kesempatan-kesempatan. Fokus advokasi kelas adalah mempengaruhi atau melakukan perubahan-perubahan hukum dan kebijakan publik pada tingkat lokal maupun nasional. Advokasi kelas melibatkan proses-proses politik yang ditunjukan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah yang berkuasa.

Dari keseluruhan peran di atas suada jelas menujukan bahwa ATKI juga melakukan perjuangan kelas melalui demonsterasi, mempertanyakan kebijakan, mendidik para TKI agar mampu dan memahami situasi, keaadan dan haknya sebagai seorang warga Indonesia yang bekerja di luar negeri (TKI).

51 A. Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dan terlihat sangat

Dokumen terkait