• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM ATKI

A. Sejarah Terbentuknya ATKI

Pada awalnya berdirinya Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) bermula dengan sebuah kasus yang menimpa Eni Lestari, beliau bekerja pada sektor informal yang lebih dikenal dengan Pembantu Rumah Tangga (PRT), kasus yang menimpanya soal PT yang memberangkatkannya ke Hongkong, karena kesalahan tersebut banyak tempat yang dia datangi dalam hal ini KJRI yaitu tempat pengaduan yang disediakan pemerintah untuk pengaduan persoalan TKI. Banyak yang terjadi pada Eni Lestari tersebut beliau, sempat lama kasusnya tertunda dengan beberapa alasan.

Setelah 6 bulan berlalu LSM ASEAN, Asia Fasifik Mision For Migrants (APMM) dari Pilipina yang sedang menangani kasus yang sama. Mulai dari sana Eni Lestari mulai banyak berdiskusi dan sering pengalaman dengan LSM tersebut. Dari beberapa pendiskusian tersebut tercananglah organisasi yang mewadahi tentang persoalan buruh migran yang dikenal dengan ATKI-HK didirikan pada tanggal 1 Oktober 2000 di Hongkong SAR dan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di Hongkong dengan alamat di St. John’s Cathedral, 4 Garden Road, Central, Hongkong.

Berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh ATKI mengenai pembentukan organisasi TKI bahwa kepentingan untuk membangun organisasi TKI di tanah air sebenarnya sudah terbersit lama. Pada tahun 2006 ide tentang pembangunan organisasi massa TKI di Indonesia yang akan mempunyai peran

untuk kampanye dan advokasi atas persoalan-persoalan Buruh Migran Indonesia (BMI) telah menjadi gagasan bersama. Berikut ini adalah periodesasi pembangunan organisasi ATKI:

1. Periode Pra Pendirian 2006-2008

Pada fase sebelum 2006, upaya pembangunan organisasi massa TKI di dalam negeri pernah digagaskan oleh ATKI HK dan Gerakan Rakyat Indonesia (GRI). Gagasan tersebut direalisasikan dengan mengadakan kegiatan:

a. Workshop yaitu untuk melakukan penyusunan panduan pembangunan organisasi TKI yang diselenggarakan pada bulan Juni 2006. Workshop ini dihadiri oleh ATKI HK, INDIES, AGRA, FMN dan SPHP. Salah satu hasil dari workshop ini adalah berdirinya Keluarga Besar ATKI (KERABAT).

b. Workshop dengan tema “Memajukan Perjuangan Buruh Migran Indonesia” yang diselenggarakan pada 18-19 April 2007 di Jakarta. Workshop ini diselenggarakan melalui kerjasama antara INDIES-APMM dan ATKI HK. Workshop ini bisa dikatakan lebih maju dibandingkan dengan yang pernah diselenggarakan sebelumnya. Dalam workshop ini para peserta membahas dua hal utama yaitu analisa masalah-masalah BMI di dalam negeri dan juga negara tujuan serta program perjuangan bagi buruh migran. Dalam periode ini, INDIES berada di bawah pemimpinan Mertinus Ujianto.

30

c. November 2007, konsolidasi diselenggarakan kembali sebagai tindak lanjut dari agenda yang telah dilangsungkan sebelumnya. Kali ini konsolidasi diselenggarakan di Salatiga, Jawa Tengah. Semenjak agenda November 2007 tersebut, praktis tidak ada pekerjaan-pekerjaan konkret yang dijalankan oleh tim kerja nasional, baik dalam aspek politik maupun organisasi. Kordinasi sempat dilakukan satu kali pasca konsolidasi ini namun secara programatik upaya apa yang akan menjadi pekerjaan pembangunan ormas buruh migran di Indonesia tidak terealisasikan.

2. Periode Pra Pendirian

Pada periode ini ATKI-HK memberikan penugasan kepada Retno Dewi (anggota ATKI-HK dan mantan TKI-HK) untuk bekerja di Jakarta sebagai petugas yang akan membangun ATKI di Indonesia. Retno Dewi kembali ke Indonesia pada tanggal 11 April 2008 dan langsung terlibat dalam kampanye massa menolak kenaikan BBM pada tanggal 23 April 2008 dan Mayday 2008 di Jakarta. Dalam dua momen ini nama ATKI-Indonesia sudah mulai menunjukkan eksistensinya.

3. Periode 2008-2009

Periode ini dimulai pada saat Retno Dewi (anggota ATKI-HK) mendapatkan tugas untuk bekerja sebagai petugas full timer pembangunan organisasi di Indonesia. Ini adalah upaya konkret yang coba dijalankan untuk segera mewujudkan target pembangunan organisasi buruh migran di Indonesia.

Dalam periode ini, setelah memperoleh satu orang tenaga full timer

pekerjaan pembangunan organisasi buruh migran di Indonesia mulai mendapatkan perhatian yang jauh lebih serius. Beberapa program, meskipun belum tersusun secara sistematis telah mulai dijalankan. Mulai dari pendidikan, pembangunan organisasi, kampanye massa dan aliansi menjadi bagian dalam setiap pekerjaan yang dijalankan.

4. Periode 2009-2010

Pada bulan Januari, sebuah rapat diselenggarakan untuk menyusun program ATKI-Indonesia selama tahun 2009. Rapat diikuti oleh Eni (ATKI HK), Retno (ATKI-Indonesia), Syamsul dan Oki (INDIES). Namun rapat program ini belumlah komprehensif. Kemudian di bulan yang sama diselenggarakan kembali sebuah rapat yang lebih komprehensif untuk melakukan pembahasan lebih mendalam berkenaan dengan program ATKI. Pekerjaan di unit kerja ATKI-Indonesia semakin berkembang pasca penetapan program ini. Investigasi sosial serta pekerjaan-pekerjaan politik organisasi mulai berjalan lebih sistematis. Dalam pekerjaan investigasi sosial, selama periode ini telah berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut di Cirebon dan Brebes yang kemudian berbuah pada lahirnya ATKI-Limbangan, Brebes, dan Jawa Tengah. Pekerjaan investigasi juga dilakukan di Cianjur, bersamaan dengan pekerjaan pelayanan massa korban gempa Jawa Barat, September 2009. Hasil lain dari pekerjaan ini adalah kontak-kontak baru di berbagai kota seperti Cirebon, Brebes, Sumenep, Malang dan Salatiga, termasuk juga di NTB.

32

Masih di periode ini, pendidikan-pendidikan massa legal juga berjalan meskipun dengan intensitas yang masih minim. Beberapa materi diskusi seperti tentang overcharging, tentang asuransi serta analisa perkembangan isu migran nasional dan internasional sempat menjadi agenda diskusi.

Kampanye massa dan propaganda massa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Meskipun belum pernah menerbitkan sebuah media propaganda yang regular, namun beberapa kali tulisan ATKI-Indonesia dimuat di media cetak termasuk talkshow dengan radio-radio di Jakarta. Secara khusus, kampanye massa semakin meningkat kuantitasnya, tercatat 18 kali kampanye massa diselenggarakan oleh ATKI-Indonesia selama periode ini, dengan 8 kampanye massa mengangkat isu sektoral buruh migran.

Pekerjaan lain yang juga berkembang adalah tentang advokasi atau penanganan kasus yang dihadapi oleh BMI. Di akhir tahun 2009 beberapa kasus tentang asuransi telah ditangani oleh ATKI-Indonesia dan berhasil dimenangkan, sehingga keluarga korban mendapatkan hak atas klaim asuransi tersebut.

5. Pada Awal Tahun 2010

ATKI Madura menjadi lead atas aksi penolakan perampasan migas di Madura dan beraliansi dengan beberapa organisasi dan LSM di daerah tersebut. (Rangkuman samming up ATKI, 15 April 2011, hal. 2-3).

Dokumen terkait