• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian Organisasi

1. Tujuan Organisasi

Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, karena organisasi pada dasarnya dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang hal itu tidak akan dapat dicapainya jika hanya sendiri. Penetapan tujuan harus memperhatikan kepentingan dari berbagai macam faktor.

Organisasi didirikan bukan untuk siapa-siapa dan bukan tanpa tujuan. Manusia adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikannya sebuah organisasi. Organisasi didirikan karena manusia makhluk sosial, sukar untuk mencapai tujuan individunya jika segala sesuatunya harus dikerjakan sendiri. Walaupun dengan bekerja sendiri tujuan individual tersebut bisa dicapai akan tetapi lebih efisien dan efektif jika cara pencapaiannya dilakukan dengan bantuan orang lain melalui sebuah organisasi. Artinya, tujuan didirikannya organisasi adalah agar sekelompok manusia yang bekerja dalam satu ikatan kerja lebih mudah mencapai tujuannya ketimbang mereka harus bekerja sendiri-sendiri.13

Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa hampir semua manusia itu sangat membutuhkan organisasi. Secara lebih rinci tujuan seseorang masuk dalam organisasi antara lain:

a. Kelompok dapat memberikan perlindungan sehingga seseorang memperoleh rasa aman dalam menyalurkan bakat dan minatnya, keinginan

12

Achmad Sobandi, op.cit, h. 10

13

16

untuk mendapatkan keadilan dan keinginan diakui anggota dalam suatu kelompok.

b. Kelompok dapat membantu seseorang untuk menghadapi kesulitan. c. Kelompok dapat memberikan prestige, status sosial dan pengakuan. d. Kelompok dapat memberikan dorongan dan semangat.14

e. Kelompok dapat memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka meningkatkan prestasi seseorang.

f. Kelompok dapat memberikan kepuasan yang bersifat psikologis dan kepuasan sosial.15

B. Peran

1. Pengertian Peran

Pada tahun 1957 Merton menerbitkan artikel yang berjudul “Perangkat Peran (role-set): problem-problemdalam sosiologi” dalam The British Journal of Sociology. Artikel yang sama telah dicetak berulangkali baik di Amerika Serikat maupun di luar Amerika.16 Merton memulai analisanya dengan mendefinisikan status dan peran sebagaimana yang dibuat oleh Ralph Linton. Status berarti suatu posisi di dalam struktur sosial yang disertai dengan hak dan kewajibannya. Sedangkan peran berarti pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Menurut Linton, suatu masyarakat memiliki banyak status

14

Dr. Manahan P, op. cit, h. 25-26 15

Achmad Sobandi, op. cit, h. 11

16

Janu Murdiamoko, Memahami dan Mengkaji Masyarakat, PT. Gravindo Media Pertama, hal. 45-46

yang disebutnya status-set. Oleh karena itu setiap individu juga memiliki banyak peranan dan disebutnya role-set.17

Merton berusaha mengembangkan konsep Linton itu dengan memperkenalkan pikiran bahwa setiap status bukan saja memiliki satu peran melainkan sejumlah peran. Dia menamakan peran-peran itu dengan perangkat peran role-set. Perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang yang memiliki status-status sosial khusus.18 Menurut Merton, setiap individu dalam masyarakat memiliki bermacam-macam status dan masing-masing status memiliki berbagai macam peran. Peran yang banyak itu dinamakan

role-set atau perangkat peran. Sedangkan status yang banyak itu dinamakannya perangkat-perangkat peran atau status-set.19

Artikel yang ditulisnya itu dikhususkan untuk menganalisa mekanisme sosial yang mengintegrasikan peran-peran yang banyak itu sehingga tidak terjadi konflik. Merton memusatkan analisanya pada struktur sosial dan menyelidiki elemen fungsional dan elemen-elemen disfungsional. Elemen fungsional berarti elemen-elemen-elemen-elemen yang menghindari terjadinya ketidakstabilan potensial (integrasi) di dalam diri orang yang mempunyai banyak peran itu. Sedangkan elemen disfungsional

17

Anthony Giddens, . The Constitution of Society, Citra Mentari Group 17 Malang , hal. 29

18

Janu Murdiamoko, op. cit, h. 40

19

18

adalah elemen-elemen yang sacara tidak sadar menciptakan ketidakstabilan (konflik) dalam diri orang yang banyak peran itu.20

Sebagai contoh adalah perangkat peran seorang mahasiswa perguruan tinggi. Seorang mahasiswa dalam perguruan tinggi mempunyai peranan yang berbeda-beda terhadap para dosen, mahasiswa-mahasiswa lain, pembimbing akademik, dekan, pegawai-pegawai dan lain-lain. Dalam hubungan-hubungan itu, terdapat kemungkinan yang berpotensi menjadikan suatu konflik. Namun demikian, Merton menyebutkan empat mekanisme yang bisa mengurangi konflik peranan itu.21

a. Pertama, intensitas keterlibatan dalam peran yang berbeda-beda.

b. Kedua, orang yang terlibat dalam role set bisa saja bersaing satu sama lain untuk memperoleh kekuasaan.

c. Ketiga, peran itu cukup terisolir sehingga sulit diamati oleh orang-orang yang berada dalam role set itu.

d. Keempat, tingkat konflik yang dialami oleh anggota-anggota yang berada dalam role set bisa diamati. Apabila menjadi jelas bahwa ada konflik, maka adalah tugas anggota-anggota role set untuk menyelesaikan konflik itu.22

Diskusi tentang role set memberikan ilustrasi tentang penekanan Merton kepada analisa elemen-elemen disfungsional dan alternatif-alternatif fungsional. Merton melihat tuntutan-tuntutan struktur sosial yang

20 Ibid

, h.47

21

Anthony Giddens, . The Constitution of Society, Citra Mentari Group 17 Malang , hal.

31

22

tidak kompatibel atau menyebabkan konflik dan kemudian mencari tahu alternatif-alternatif fungsional. Merton melihat role set sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantungan dan mencari tahu bagaimana keteraturan antara bagian-bagian itu agar dapat dipertahankan. C. Perjuangan Hak

1. Pengertian Perjuangan Hak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian dari memperjuangkan adalah berjuang untuk merebut sesuatu. Sedangkan memperjuangkan adalah memperebutkan sesuatu dengan menggunakan tenaga.23

Pengertian hak. Ketika lahir manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban, penulis ingin memaparkan pengertian hak dan kewajiban. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti law, bukan right).

Pada akhir abad pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu (right, bukan law). Akhirnya

23

20

hak pada saat itu merupakan hak yang subjektif yang merupakan pantulan dari hukum dalam arti objektif. Hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat erat. Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.

2. Bentuk-bentuk Perjuangan Hak a) Advokasi

1. Pengertian Advokasi

Edi Suharto dalam makalahnya “Filosofi dan Peran Advokasi Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat”, 2006 menulis bahwa istilah advokasi sangat lekat dalam proses hukum.24 Menurut bahasa Belanda, advokat atau advocateur berarti pengacara atau pembela, karenanya tidak heran advokasi sering dikaitkan dengan “kegiatan pembelaan kasus atau pembelaan di pengadilan”. Dalam bahasa Inggris, to Advicate tidak hanya berarti to defend

(membela), melainkan pula to promote (mengemukakan atau memanjukan), to create (menciptakan) dan to change (melakukan perubahan).25

Abdul Hakim Garuda Nusantara dalam pengantar buku “Pedoman Advokasi”, 2005 mengutip Webster’s new collegiate

24

Edi Suharto, Filosofi dan Peran Advokasi, Pusat Kajian Advokasi Pablik, 2006,

Jakarta, hal. 3

25

dictionary, memberikan pengertian advokasi; tindakan atau protes untuk membela atau memberi dukungan. Dalam makna memberi pembelaan dan dukungan kepada kelompok masyarakat yang lemah itu advokasi digiatkan oleh individu, kelompok, lembaga swadaya masyarakat atau organisasi rakyat yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah hak asasi manusia (HAM) lingkungan hidup, kemiskinan dan ketidakadilan.26

Menurut Mansour Faqih advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesak agar terjadinya suatu perubahan kebijakan publik secara bertahap (incremental). Dengan kata lain, advokasi bukanlah revolusi, tetapi lebih merupakan suatu usaha perubahan sosial melalui satuan dan perangkat demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku.27

Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian proses atau kampanye yang terencana atau terarah untuk mempengaruhi orang lain dan hasil akhirnya adalah untuk merubah kebijakan publik. Sedangkan menurut Sheila Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai strategi terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukan suatu masalah atau (isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membangun

26

Abdul Hakim Garuda Nusantara, Pedoman Advokasi, pers, 2005, Jakarta, hal. 4-5

27

22

basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.28

Advokasi adalah membangun organisasi-organisasi demokrasi yang kuat untuk membuat penguasa bertanggungjawab dan menyangkut peningkatan keterampilan serta pengertian rakyat tentang bagaimana kekuasan itu bekerja. Advokasi memusatkan perhatian kepada siapa yang mendapatkan masalah dalam masyarakat, seberapa banyak mereka mendapatkannya, siapa yang ditinggalkan, bagaiman uang rakyat yang dibelanjakan, bagaimana keputusan-keputusan itu dibuat, sebagaimana sejumlah orang dicegah untuk ikut serta dalam keputusan-keputusan itu, dan bagaimana informasi dibagikan atau disembunyikan.29

2. Jenis-jenis Advokasi

Berpijak pada literatur pekerjaan sosial, advokasi dapat dikelompokan dalam dua jenis, yaitu:

a. Advokasi kasus adalah kegiatan yang dilakukan seorang pekerja sosial untuk membantu klien agar mampu menjangkau sumber atau pelayanan sosial yang telah menjadi haknya. Alasannya terjadi diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis atau kelompok profesional terhadap klien dan klien sendiri tidak mampu merespon situasi tersebut dengan baik.

28

Abdul Hakim Garuda Nusantara, Pedoman Advokasi, pers, 2005, Jakarta, hal. 6 29

Pekerja sosial berbicara, beragumentasi dan bernegosiasi atas nama klien individu. Karena, advokasi sering disebut juga sebagai advokasi klien (client advocacy).30

b. Advokasi kelas menunjukan pada kegiatan-kegiatan atas nama kelas atau sekelompok orang untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dalam menjangkau sumber atau memperoleh kesempatan-kesempatan. Fokus advokasi kelas adalah mempengaruhi atau melakukan perubahan-perubahan hukum dan kebijakan publik pada tingkat lokal maupun nasional. Advokasi kelas melibatkan proses-proses politik yang ditunjukan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah yang berkuasa. Pekerja sosial biasanya bertindak sebagai perwakilan organisasi, bukan sebagai seorang praktisi mandiri. Advokasi kelas umumnya dilakukan melalui kualisi kelompok dan organisasi lain yang memiliki agenda sejalan.31

b) Mediasi

1. Pengertian Mediasi

Istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh akademisi dan praktisi. Para ilmuan berusaha mengungkapkan secara jelas makna mediasi dalam literatur ilmiah melaui riset dan studi akademik. Istilah mediasi tidak mudah didefinisikan secara lengkap dan menyeluruh

30

Edi Suharto, op. cit, h.23

31

24

karena cakupannya cukup luas. Mediasi tidak memberikan suatu model yang dapat diuraikan secara terperinci dan dibedakan dari proses keputusan lainnya.32

Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalan situasi konflik untuk mengkordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif dalam proses tawar-menawar .... bila tidak ada negosiasi ... maka tidak ada mediasi.33

Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare

yang berarti berada di tengah-tengah. Maka ini menunjukan pada peran yang ditampilkan pada pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antar pihak. “Berada diantara tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa.34

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mediasi berarti sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu perselisihan sebagai penasehat.35

Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan pada pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk menyelesaikan perselisihan.36

32

Syahrizal Abbas, Mediasi, Kencana Pranada Media Group, 2009, Jakarta, hal. 1

33

Nurnaningsih Amriani, MEDIASI (Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di Pengadilan), PT Raja Grafindo Persada, 2011, Jakarta, hal. 28

34

Syahrizal Abbas, op. cit, h. 1- 2

35

Ibid, h. 2-3

36

Mediasi dapat berhasil baik jika para pihak mempunyai posisi tawar-menawar yang setara dan mereka masih menghargai hubungan baik antara mereka di masa depan.37

Garry Goopaster memberikan definisi mediasi sebagai proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memiliki hak (imparsial) bekerjasama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan.38

c) Konseling

1. Pengertian Konseling

Konseling atau penyuluhan (Counseling), bermakna menyeluruh, menerangi, melakukan konsultasi atau memberikan terapi, cenderung dilakukan secara face to face antara konselor atau penyuluh dengan konseler atau klien. Penyuluhan merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan itu sendiri yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi fasilitas yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.39

Hubungan dalam penyuluhan bersifat interpersonal. Hubungan penyuluhan terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu tidak hanya bersifat kongnitif dan

37

Nurnaningsih Amriani, op, cit, h. 29 38

Syahrizal Abbas, loc. cit, h. 5

39

26

dangkal, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian dari kedua belah pihak yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, melainkan melibatkan semua unsur. Dalam proses penyuluhan kedua pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan karena penyuluhan itu dilakukan secara pribadi. Penyuluhan sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan klien.40

Konseling berarti: kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang selaras dan integrasi berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.41

Dalam penelitian ini teori yang sesuai dengan peran ATKI adalah teori Merton yang memulai analisanya dengan mendefinisikan status dan peran sebagaimana yang dibuat oleh Ralph Linton. Status berarti suatu posisi di dalam struktur sosial yang disertai dengan hak dan kewajibannya. Sedangkan peran berarti pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Menurut Linton, suatu masyarakat memiliki banyak status yang disebut

status-set. Oleh karena itu setiap individu juga memiliki banyak peranan dan disebutnya role-set.

40

Ibid, h. 17-18

41

Selain itu dalam menganalisa kasus yang ada, teori advokasi yang digunakan adalah teori dari Sheila Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai strategi terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukan suatu masalah atau (isu) ke dalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini analisa masalah tidak akan terlepas dari teori tersebut.

28 BAB III

Dokumen terkait