• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7. Pengalaman Penelitian

Pertama kali untuk melakukan penelitian penulis sedikit kebingungan mau ke lapangan yang terlebih dahulu didatangi, karena penulis tidak mengenal satu pun dari mereka yang penggemar game online. Kelurahan Johor adalah tempat penelitianku dimana kelurahan ini tmpatku tinggal. Teman saya menyarankan untuk pergi ke beberapa café atau kelurahan untuk penelitian disana. Jadi, pada tanggal 20 November 2021, saya memulai penelitian di Jalan Eka Jaya di beberapa café tersebut untuk melakukan penelitian apakah diantara pengunjung yang bermain game onile tersebut, dan ternyata benar dari mereka ada yang mabar (main bareng) disalah satu café tersebut dengan berkelompok 5orang. Saya pergi ke lokasi tersebut bersama teman saya yang dianya sendiri adalah pemain game online. Saya memilih mereka sebagai teman informan saya ke lokasi penelitian agar mempermudah saya berinteraksi dengan kerabat yang lain untuk mewawancarai mereka tentang game online. dari mereka saya tidak ada yang kenal dan ketidak kenalan itu mereka sangat friendly dan welcome pada saya untuk mewawancarai tentang game online dan main bareng pada game tersebut. Saya takjub dengan mereka yang bermain game nline ini, mereka bermain game in adajuga yang bisa dibawa wawancara, dan ada juga yang tidak bisa diajak wawancara (asik dengan dunianya). Dari mereka ini ada juga yang sudah Pro dalam memainkan game online tersebut samai terbawa pada perlombaan bergengsi (e-sport) diluar kota atau via online.

Awal-awal kenal mereka saya agak erlihat canggung dengan mereka, apakah mereka enak diajak untuk wawancara atau tidak atau tidak sama sekali. Dan alhasil

29 mereka enak untuk diajak wawancara. Dari situ saya meresa lega akan hal ini.

Pelan-pelan saya melakukan percakapan basic dengan bertanya “apa kabar” dn berlanjut lainnya tentang game online dsb. Dari mereka yang saya wawancarai ada beberapa diantara yang masih ABG dan sudah DEWASA mereka bersatu pada game online untuk bermain pada 1meja di café tersebut. Mereka melakukan permainan dan brkumpul di café itu mulai pukul 9malam-12malam dilihat dari criteria masing-masing mereka. Kalu ada yang sekolah ya sehabis ngerjain pekerjaan rumah juga belajar dan yang dewasa sehabis pulang kerja. Mereka tidak setiap hari untuk bermain game tersebut dan mereka sudah menjadwalkan hari apa dan minggu keberapa untuk bermain di café itu.

Diantara mereka ada yang baru sekali di wawancari langsung untuk ajak bergabung pada permainaan tersebut. Dan disitu saya tidak pro sekali dengan permainan itu hanya basic saja dan mereka menjawab tidak apa-apa ini hanya permainan yang biasa belum masuk pada turnamen. Kalau ada turnamen mereka cukup lama dalam menghabiskan waktu. Waktu yang mereka pakai sekitar 6-12jam lamanya mereka duduk dan menatap handpone atau laptop hanya untuk berlatih dan focus pada 1 permainan ini. Terkadang dianatara mereka ada yang kurang minum perkara permainan ini.

Sangat berterima kasih kepada James (disamarkan) karena dia tidak mau nama aslinya diketahui orang, dialah orang yang yang pertamaku kenal dan enak diajak untuk wawancara tentang game online ini dan dialah sebagai informan kunci. Dan berterima kasih juga kepada tim “ProML” dimana grup ini yang mau terjun untuk lanjut pada tahap turnamen e-sport mendatang semoga kalian menang aammin.

30 Bersyukur sekali telah ditemukan dengan orang-orang yang baik dan mau meluangkan waktunya pada wawancara ini. Dan mereka sangat senang akan diwawancarai tentang game online. Game online ini sebenarnya ada dari beberapa mereka yang merasa “bangkrut” karena mereka harus membeli skin untuk mempermudah mereka dlam bermain game pada lawan mainnya. Terkadang mereka membeli skin tersebut dengan waktu 1minggu sekali itu paling cepat tergantung berapa skin yang di butuhkan. Diantara mereka ada yang meminta uang untuk membeli skin kepada orng tua adajuga yang bekerja keras untuk membeli skin itu dengan uang hasil keringatnya sendiri.

Game online ini sangat jadi candu pada mereka yang tidk bisa membagi waktu pada bermain game ini. Tetapi ada 1 hingga 2 orang yang bolos sekolah hanya untuk duduk di café dan bermain game dengan jaringan wi-fi di café tersebut. Kalau dilihat apa tidak kasihan dengan orangtuanya yang membanting tulang demi anak bersekolah, eh mlah si anak yang tidak tau betapa capeknya orang tua untuk dirinya.

Berpindah pada café selanjutnya. Pengalaman ke café selanjutnya agak sedikit berbeda dengan café sebelumnya. Karena café yang sebelumnya orangnya agak friendly tidak seperti di café ini penunjungnya tidak mau diwawancarai dan malah asik dengan game masing-masing. Ku pun sempat bingung dan mau kemana lagi ku pergi untuk mewawancarai anak-anak muda yang sedang main game kalau tidak di café tempat mereka berkumpul menghabiskan waktu luangnya.

Sedikit cerita, diantara mereka itu ada juga yang menghabiskan waktunya bermain game seharian di café itu dari awal buka café hingga tutup. Tidak disangka

31 mengapa dia melakukan hal yang tidak masuk akal hanya untuk bermain gme. Apa dirinya tidak punya pekerjan atau hal apa yang lain selain mneghabiskan waktu dengan main game. Mungkin saja itu hanya hoby yang terpendam pada dirinya.

Hoby? Menurutku itu adalah hal yang dimiliki setiap orang. Dengan tidak adanya hoby ku rasa hampa tidak ada hal yang lain yang bisa dikerjakan. Pasti semua orang memiliki hoby yang terpendam mau itu main game, olahraga, atau memasak dilihat dari anak bakatnya dimana.

Setiap anak memiliki porsi masing-masing pada kegemarannya. Tidak pula melampaui batas limit pada porsi kegemarannya. Mereka tidak selalu bermain game itu di café saja melainkan di rumah masing-masing dengan jaringan internet masing-masing yang mereka punya, ada pakai wi-fi ada juga yang pakai kuota paket internet. Sebagian mereka ada yang merasa senang kalau bermain game itu dirumah karena kalau makan atau minum ataupun buang air tidak perlu lagi mengeluarkan uang dan hanya saja mengeluarkan uang untuk paket internet atau wi-fi jadi dari mereka ada yang hemat dari pengeluaran. Tapi itu semua ada juga kebalikannya karena kalau dirumah tidak ada teman yang secara lagsung bisa diajak ngobrol tidak seperti kita duduk di café yang rame pengunjung bisa diajak main bareng (mabar).

Pengunjung café yang ku teliti lebih banyak anak yang ingin bermain game menggunakan wi-fi di lokasi tersebut ketimbang pengunjung umum yang hanya untuk bersantai ria dengan menikmati makanan dan minuman yang sudah ada di café tersebut.

32 Ada pengunjung umum yang saat itu ingin pakai wi-fi tersebut untuk melakukan pekerjaan dan pengunjung tersebut meminta password wi-fi kepada waiters café itu, setelah digunakan ternayata wi-finya lelet untuk membuka beberapa browsing.

Tetapi yang bermain game itu tidak ada dari mereka yang mengeluh karena wi-fi lelet. Mungkin saja ada limit dari pengaturan wi-fi yang tidak kita ketahui berapa harusnya jangkauan pemakaian pada gadget tersebut. Dan akhirnya si pengunjung umum ini pun hanya bisa menunggu jaringan wi-fi up normal kembali.

Dari mereka yang bermain game ini semuanya hampir rata bermain game Mobile Legend, dan PUBG, atau FreeFire. Tapi paling banyak mereka main game Mobil Legend menurut mereka game ini sangat seru untuk dimainkan, dan saya pun hanya melihat mereka dengan ligatnya tangan mereka memainkan game tersebut.

33

Dokumen terkait