• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Bentuk Erosi dan Penilaian Tingkat Erosi Kualitatif

Dalam dokumen PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN (Halaman 81-88)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Pengamatan Bentuk Erosi dan Penilaian Tingkat Erosi Kualitatif

Pengamatan bentuk erosi di lapangan bertujuan untuk menilai secara kualitatif tingkat erosi di lapangan. Bentukan erosi yang terjadi pada suatu lahan merupakan indikator intensitas laju kehilangan tanah pada area pengamatan. Dari pengamatan yang telah dilakukan selama satu bulan (April 2008), terdapat setidaknya tujuh macam bentukan yang ditemui pada lahan – lahan di DAS Tinalah. Bentukan erosi tersebut antara lain pedestal, material kasar di permukaan tanah (armour layer), gundukan tanah di bawah pohon (tree mound), singkapan akar tanaman (root exposure), endapan tanah pada saluran drainase (sedimen in drains), akumulasi endapan tanah di sisi sebelah atas tanaman pada lereng yang miring (build up against tree trunk/plant stem), alur (rill) dan parit (gully).

Pedestal merupakan bentukan yang paling sering ditemui pada sebagian besar area pengamatan di daerah penelitian. Pedestal adalah suatu kolom tanah yang menyerupai tiang, yang diatasnya ditutupi oleh material resisten (akar, batu), yang berfungsi sebagai material pelindung (capping material). Pedestal disebabkan proses pemecahan partikel tanah (soil detachment) pada lahan dengan kekasaran permukaan yang bervariasi. Ketika terjadi hujan, partikel tanah di sekitar pedestal terpecah dari agregat tanah akibat tumbukan dengan butir-butir hujan dan kemudian terangkut oleh limpasan permukaan. Partikel-partikel tanah dalam pedestal sendiri tidak terpengaruh percikan hujan karena adanya material pelindung yang menyerap kekuatan perusak dari butir – butir hujan. Di daerah penelitian, pedestal ditemui pada penggunaan lahan kebun dan tegalan dengan berbagai variasi tutupan kanopi vegetasi, kemiringan lereng, penutupan tanah, sifata tanah dan praktek konservasi tanah. Perbedaan ketinggian pedestal mencerminkan perbedaan intensitas erosi yang terjadi pada suatu area pengamatan.

(a) (b)

Gambar 4.13 Foto Kenampakan Pedestal dengan Material Pelindung Batu (a) dan Akar Tanaman (b)

Armour layer juga merupakan bentukan yang sering ditemui pada berbagai area pengamatan. Armour layer adalah konsentrasi partikel – partikel kasar di permukaan tanah yang umumnya tersebar secara acak pada tanah atas (top soil). Bentukan ini terjadi karena limpasan permukaan hanya mampu mengangkut partikel tanah yang berukuran halus, sedangkan partikel yang lebih kasar tertinggal di permukaan tanah. Di daerah penelitian, bentukan ini kebanyakan terbentuk pada penggunaan lahan tegalan dengan tutupan kanopi (canopy cover) vegetasi dan penutupan tanah (ground cover) yang jarang. Tutupan kanopi dan tutupan tanah yang jarang menyebabkan proses pemecahan partikel tanah (soil detachment) dan pengangkutan partikel tanah oleh limpasan permukaan berlangsung tanpa adanya penghalang.

Gambar 4.14 Foto Armour Layer Pada Penggunaan Lahan Tegalan dengan Tutupan Kanopi dan Tutupan Tanah Jarang

Bentukan erosi lain seperti singkapan akar, tree mound, dan sediment in drains ditemui hanya pada beberapa lokasi pengamatan. Singkapan akar disebabkan partikel tanah di sekitar batang tanaman mengalami pemecahan dan pemindahan oleh aliran batang (stemflow). Pemecahan dan pemindahan material di sekitar batang tanaman menyebabkan penurunan permukaan tanah dan selanjutnya menyebabkan akar tanaman menjadi tersingkap. Kedalaman singkapan akar menunjukkan intensitas erosi yang terjadi.

Gambar 4.15 Foto Singkapan Akar (root exposure) Pada Tanaman Jagung

Tree mound merupakan bentukan erosi berupa permukaan tanah di bawah kanopi pohon yang lebih tinggi dari permukaan di sekitarnya yang tidak tertutup kanopi. Bentukan ini terjadi karena area yang tidak terlindungi kanopi tererosi lebih intensif daripada area yang terlindungi kanopi. Ketinggian permukaan tanah pada tree mound menunjukkan permukaan tanah semula sebelum tererosi. Bentukan ini ditemui terutama pada penggunaan lahan kebun dengan vegetasi dominan berupa pohon.

Gambar 4.16

Foto Gundukan Tanah di bawah Kanopi Tanaman (tree mound)

Bentukan akumulasi tanah di sisi sebelah atas tanaman (build up against tree trunk/plant stem) merupakan bentukan erosi berupa akumulasi material hasil erosi pada sisi sebelah atas tanaman. Bentukan ini terjadi karena material hasil pemecahan partikel tanah yang terbawa oleh limpasan permukaan terhalang oleh batang tanaman, sehingga kemudian terendapkan di sisi sebelah atas dari batang tanaman. Bentukan ini terjadi pada penggunaan lahan kebun dengan kemiringan lereng lebih dari 15%. Ketebalan material mengindikasikan intensitas proses erosi yang terjadi.

Gambar 4.17 Foto Akumulasi Material Pada Sisi Sebelah Atas Batang Tanaman Pada Lereng Lebih Dari 15%

Bentukan akumulasi sedimen pada saluran drainase (sediment in drains) terjadi pada penggunaan lahan kebun yang dibuat teras, dan tegalan. Ciri khas bentukan ini berupa adanya endapan material berukuran halus di sepanjang saluran drainase. Material yang terendapkan ini berasal dari lahan di atas saluran

drainase. Terkonsentrasinya limpasan permukaan yang membawa material hasil pemecahan butir hujan pada saluran drainase merupakan penyebab terjadinya bentukan ini. Material yang terangkut ini kemudian terendapkan di sepanjang saluran akibat berkurangnya kecepatan dan kemampuan limpasan untuk mengangkut material. Kedalaman material sedimen mengindikasikan seberapa besar tingkat erosi yang terjadi.

Gambar 4.18 Foto Endapan Material Hasil Limpasan Permukaan di sepanjang Saluran Drainase Pada Penggunaan Lahan Tegalan.

Bentukan yang mengindikasikan erosi berat hingga sangat berat seperti alur (rill) dan parit (gully) jarang ditemui selama observasi lapangan dilakukan. Dari 42 lokasi pengamatan, hanya ditemui tiga lokasi yang terdapat erosi alur, dan tiga lokasi yang terdapat erosi parit. Penyebab jarangnya ditemukan kenampakan erosi alur di daerah penelitian disebabkan sebagian besar lahan di daerah penelitian sudah terkonservasi dalam bentuk teras. Praktek konservasi tanah berupa teras pada lereng landai hingga curam menyebabkan konsentrasi limpasan permukaan yang dapat berkembang menjadi erosi alur tidak terjadi. Selain itu, berdasarkan pengamatan oskular, sebagian besar lahan di daerah penelitian mempunyai tutupan kanopi vegetasi dan atau tutupan tanah yang rapat. Tutupan kanopi yang rapat memberikan perlindungan terhadap tanah dari daya rusak butir hujan dalam bentuk penahanan butir hujan oleh kanopi, sehingga ketika butir hujan mencapai permukaan tanah, erosivitasnya sudah berkurang dan mengurangi jumlah partikel tanah yang terlepas. Adanya penutupan tanah (ground cover) yang

rapat mencegah terjadinya limpasan permukaan, sehingga pelepasan dan pengangkutan material oleh limpasan permukaan tidak terjadi.

Di daerah penelitian, erosi alur terbentuk pada penggunaan lahan tegalan yang baru mengalami pembajakan tanah (tillage), sehingga belum terdapat vegetasi yang tumbuh di atasnya. Sebagai akibatnya, proses pemecahan partikel tanah dan pengangkutan material hasil pemecahan oleh limpasan permukaan terjadi secara hebat karena tanah berada dalam kondisi terbuka dan tanpa perlindungan. Erosi alur yang terbentuk di lokasi penelitian mempunyai kedalaman rata-rata 4 cm. Dengan kedalaman tersebut, maka tingkat erosi pada daerah pengamatan termasuk dalam kategori berat. Selain pada tegalan yang baru dibajak, erosi alur juga terjadi pada area-area yang baru mengalami longsor lahan. Material hasil longsoran besar yang umurnya relatif baru pada umumnya memiliki karakteristik material yang bersifat lepas, penutupan tanah yang jarang, lereng yang panjang (lebih dari 5 meter) dan kemiringan lereng lebih dari 8%. Kombinasi faktor-faktor di atas menyebabkan limpasan permukaan terkonsentrasi pada area tertentu dan membentuk depresi memanjang atau alur (rill). Proses pemecahan dan pengangkutan material terjadi sepanjang alur ini.

(a) (b)

Gambar 4.19 Foto Erosi Alur Pada Daerah Bekas Longsoran (a) dan Tegalan yang Baru Dibajak (b)

Erosi parit merupakan bentuk perkembangan dari erosi alur. Erosi alur yang tidak segera dikontrol dalam jangka waktu lama akan semakin lebar dan dalam. Jika kedalaman alur mencapai lebih dari 30 cm, maka alur ini dapat dikategorikan sebagai parit. Perkembangan parit akan semakin intensif jika lereng

di daerah terbentuknya parit cukup panjang dan tanah berada dalam kondisi terbuka tanpa tutupan vegetasi dalam jangka waktu lama. Di daerah penelitian, erosi parit lebih sering ditemukan daripada erosi alur. Kedalaman rata-rata erosi parit di daerah penelitian sekitar 0,5 hingga 1 meter dengan lebar hingga mencapai 4 meter. Erosi parit yang ditemui di daerah penelitian merupakan bentukan permanen, kompleks dan terbentuk dalam jangka waktu lama. Kompleksitas pembentukan dan perkembangan erosi parit di daerah penelitian tidak dapat dijelaskan hanya dengan mendasarkan pada hasil analisis dan pengamatan faktor-faktor pengaruh erosi pada satu waktu saja. Oleh karena itu, dalam studi ini analisis hubungan tingkat erosi kualitatif berdasarkan kenampakan erosi yang terjadi dengan kondisi tutupan kanopi vegetasi hanya dibatas sampai pada erosi alur.

Gambar 4.20 Foto Erosi Parit Pada Penggunaan Lahan Tegalan

Bentuk – bentuk erosi di atas merupakan bukti proses erosi yang terjadi di area pengamatan dan dapat dijadikan alat untuk menilai tingkat erosi area pengamatan secara kualitatif (Linden, 1980). Penilaian dilakukan dengan mendasarkan pada kriteria tingkat erosi kualitatif menurut Morgan (1995) yang

disesuaikan menjadi 5 kelas. Acuan klasifikasi mengikuti tabel 2.1. Penilaian dilakukan pada 42 lokasi pengamatan. Hasil penilaian dapat dilihat pada grafik 4.2.

Gambar 4.21 Grafik Hasil Penilaian Tingkat Erosi Pada 42 Lokasi Pengamatan

Hasil tabulasi pada Gambar 4.21 menunjukkan bahwa sebagian besar area pengamatan mempunyai tingkat erosi sangat ringan. Tingkat erosi sangat ringan diindikasikan dengan tidak ditemukannya bentukan–bentukan yang memperlihatkan adanya erosi pada lokasi pengamatan, sedangkan erosi sangat berat diindikasikan dengan ditemukannya erosi alur yang dalam dan erosi parit.

4.6 Analisis Regresi Untuk Pemetaan Persentase Tutupan

Dalam dokumen PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN (Halaman 81-88)

Dokumen terkait