• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.8. Rekomendasi Wisata Birdwatching

5.8.3 Pengamatan Jenis Burung Tertentu

Beberapa jenis burung potensial untuk dijadikan objek wisata birdwatching karena memiliki keunikan bentuk, warna, serta mudah untuk dilihat tanpa menggunakan alat seperti teropong atau teleskop. Selain itu beberapa diantaranya merupakan jenis yang sudah langka sehingga bila dapat menemukan jenis burung tertentu akan memberi kepuasan tersendiri bagi pengamat (Gambar 21).

(a) (b)

(a) (b)

Gambar 21. Jenis-jenis burung yang ditemukan di kawasan TWNC (a) Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster); (b) Kuntul karang (Egretta sacra).

Setiap jenis burung memiliki keunikan tersendiri baik dari ciri fisik, perilaku, suara maupun dilihat dari segi sosial atau sejarahnya. Misalnya saja burung tertentu dikeramatkan oleh masyarakat adat tertentu. Berikut adalah beberapa jenis yang direkomendasikan untuk kegiatan birdwatching.

1. Wili-wili besar (Burhinus giganteus)

Menurut MacKinnon et al. (1998) jenis ini memiliki ukuran besar yaitu sekitar 55 cm dengan ciri fisik mahkota dan bagian atas coklat abu-abu, hitam dan putih. Sayap memiliki corak abu-abu, hitam, dan putih. Bulu primer bagian dalam putih, dengan bulu primer bagian luar yang hitam. Bagian bawah keputih-putihan, dengan sedikit warna abu-abu pada dada (Gambar 22).

(a) (b)

Gambar 22.Wili-wili besar (Burhinus giganteus) (a) saat berjalan di pantai; (b) saat terbang.

Burung ini biasanya menghuni pantai pasir kerikil, dan umumnya dijumpai berpasangan. Jika burung ini berdiri sering membuat gerakan mengangguk-angguk yang lucu. Jenis ini biasanya membuat sarang di pasir. Jenis ini tersebar secara global di Asia Tenggara, Filipina, seluruh Indonesia dan Australia. Pada saat pengamatan di TWNC, Wili-wili besar ini ditemukan di habitat Pantai Menjukut, yaitu sepanjang pantai antara Muara Blambangan dan Danau Menjukut. Pada saat pengamatan, jenis ini ditemukan setiap pagi (pukul 06.00-07.30) dan sore hari (pukul 16.30-18.00).

Jenis ini menjadi menarik untuk dijadikan objek wisata birdwatching karena populasinya yang sudah sedikit sehingga jenis ini masuk kriteria IUCN dan dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990. Selain itu jenis ini memiliki keindahan fisik baik bentuk maupun ukurannya yang gampang dilihat, sehingga apabila dapat melihat langsung jenis ini akan menjadi kepuasan tersendiri.

2. Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus)

Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) merupakan salah satu jenis burung air yang termasuk kategori burung merandai. Jenis ini memiliki ukuran sangat besar sekitar 110 cm, dengan ciri fisik bulu berwarna hitam dan putih dengan paruh yang besar. Jenis ini memiliki sayap, punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh bagian bawah dan kalung leher putih. Kepala botak, leher dan tenggorokan merah jambu dengan bulu kapas putih halus pada mahkota (Gambar 23) (MacKinnon et al. 1998).

Sumber: Paul Cullen (2008)

Bangau tongtong tersebar secara global di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar. Jenis ini memiliki kebiasaan mengunjungi sawah, Padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, dan mangrove. Selain itu jenis ini sering pula terlihat pula melayang-layang di udara panas yang naik, atau dalam kelompok kecil dengan bangau. Jenis ini biasanya bersarang dalam kelompok di daerah berhutan (MacKinnon et al. 1998).

3. Kadalan (Phaenichopaeus spp.)

Selama penelitian di kawasan TWNC ditemukan sebanyak empat jenis burung kadalan yaitu Kadalan beruang (Phaenicophaeus diardi), Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirotris) (Gambar 24 a), Kadalan kera (Phaenicophaeus tristis) (Gambar 24 b), dan Kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus) Jenis-jenis burung ini umumnya ditemukan pada pohon di hutan yang agak terbuka.

Jenis ini memiliki bentuk fisik yang sangat cantik terutama warnanya yang mencolok, umumnya berwarna hijau cerah dan ada pula perpaduan antara hijau tua cerah dengan warna merah jelaga. Keunikan lain adalah pada umumnya ketika jenis ini ditemukan di suatu hábitat biasanya disekitarnya terdapat primata misalnya Monyet atau Owa. Dalam penelitian ini teramati burung kadalan ini memakan serangga yang beterbangan akibat gerakan primata di pohon.

(a) (b)

Gambar 24. (a) Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirotris); (b) Kadalan kera (Phaenicophaeus tristis).

Jenis-jenis ini dapat dijumpai di sekitar guest house, airstrip, hutan dataran rendah Belimbing, dan Danau Sei Leman, umumnya ditemukan pada jam 10.00 pagi. Jenis-jenis ini menyukai pohon yang terletak di pinggiran hutan terutama yang agak terbuka dan cukup terkena sinar matahari.

4. Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster)

Jenis burung ini memiliki ukuran yang besar yaitu sekitar 70 cm dan memiliki ciri fisik berupa warna putih, abu-abu, dan hitam (Gambar 25). Jenis ini merupakan penetap yang umum di sekitar pantai, danau besar, dan sungai dekat pantai di seluruh Sunda Besar. Elang ini sering terlihat bertengger pada pohon di pinggir perairan dan daerah karang. Pada saat terbang, jenis ini melayang dan meluncur dengan indah dan anggun, dengan sayap berbentuk huruf V. Elang ini biasanya menangkap ikan pada permukaan laut, selain itu jenis ini membangun sarang yang kokoh pada pohon tinggi yang terbuat dari cabang dan ranting. Sarang burung Elang ini umumnya digunakan bertahun-tahun (MacKinnon et al. 1998).

Gambar 25. Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster).

Elang jenis ini sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, ukuran burung ini relatif besar sehingga mudah untuk diamati. Selain itu jenis ini sudah masuk kriteria CITES Appendix II, dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga kuota jual belinya dibatasi dan keberadaannya dilindungi.

5. Elang-ikan kepala-kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus)

Elang ini memiliki ukuran besar yaitu sekitar 70 cm dan memiliki warna abu-abu, coklat dan putih (Gambar 26). Jenis ini tidak umum dijumpai namun

penyebarannya luas di sepanjang sungai di Sumatera dan Kalimantan. Elang jenis ini memiliki kebiasaan mengunjungi perairan, danau, sungai dan rawa di hutan (MacKinnon et al. 1998).

Gambar 26. Elang-ikan kepala-abu (Ichthyophaga ichthyaetus).

Elang-ikan kepala-kelabu adalah jenis yang mudah diamati karena aktivitasnya lebih banyak diam di pinggiran perairan. Jenis ini sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, ukuran burung ini relatif besar sehingga mudah untuk diamati. Selain itu jenis ini sudah masuk kriteria CITES Appendix II, dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga kuota jual belinya dibatasi dan keberadaannya dilindungi.

6. Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris)

Jenis Kangkareng ini memiliki ukuran kira-kira 45 cm dengan warna tubuh hitam dan putih (Gambar 27). Memiliki tanduk (casque) besar berwarna putih kekuningan. Jenis ini umumnya terlihat di hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah di seluruh Sunda Besar (MacKinnon et al. 1998).

Sumber: Ooi Beng Yean (2002)

Gambar 27. Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostrsis).

Jenis Kangkareng ini sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, jenis ini juga biasanya mengeluarkan suara yang khas. Selain itu jenis ini sudah masuk kriteria CITES Appendix II, dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga kuota jual belinya dibatasi dan keberadaannya dilindungi.

7. Cangak laut (Ardea sumatrana)

Burung air ini memiliki ukuran tubuh yang besar yaitu sekitar 115 cm. Secara fisik jenis ini memiliki tubuh berwarna abu-abu gelap kecoklatan, bagian kepala beruban dan berjambul pendek (Gambar 28). Jenis ini tidak umum dijumpai, tetapi tersebar luas di sekitar Sunda Besar, biasanya menghuni hutan mangrove, rawa, pesisir dan batu karang. Biasanya terlihat berjalan sendirian di tepi pantai untuk memburu ikan terumbu karang atau di tepian sungai (MacKinnon et al. 1998).

Pada saat pengamatan, jenis ini ditemukan sekitar Danau Sei Leman dan Muara Way Tinggal. Ukurannya yang besar membuat jenis ini mudah diamati, namun sangat sulit menemukan Cangak laut karena jenis ini menyukai habitat tertentu seperti di pinggir pantai atau di pohon-pohon sekitar danau. Jika menemukan jenis ini terutama dapat melihat sarangnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi yang melihatnya karena jenis ini termasuk jenis yang langka selain itu penyebarannya terbatas.

Gambar 28. Cangak laut (Ardea sumatrana) di atas sarangnya.

8. Pekaka emas (Pelargopsis capensis)

Jenis ini memiliki ukuran yang sangat besar jika dibandingkan dengan burung dari suku Alcedinidae yang lain yaitu sekitar 35 cm. Secara fisik jenis ini memiliki ciri punggung biru dengan paruh merah mencolok (Gambar 29). Jenis ini memiliki kebiasaan hidup berpasangan tetapi bila berburu makanan sendirian. Biasanya bertengger pada dahan yang mati dan ketika terganggu akan terbang sambil mengeluarkan suara tanda bahaya yang ribut.

Sumber: Lip Kee

Gambar 29. Pekaka emas (Pelargopsis capensis)

Pekaka emas merupakan salah satu jenis dari suku Alcedinidae atau burung-burung berwarna cerah. Jenis ini menarik untuk diamati karena keindahan fisiknya baik bentuk maupun warnanya. Jenis ini cukup sulit untuk ditemukan

karena umumnya hidup di habitat perairan terutama sungai yang bersasosiasi dengan rawa dan yang mengandung banyak ikan. Selain itu jenis ini sudah dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga keberadaannya dilindungi.

9. Kuntul karang (Egretta sacra)

Secara umum jenis ini memiliki ciri fisik berukuran agak besar kira-kira 58 cm, dijumpai dalam dua bentuk warna yaitu putih atau abu-abu arang. Jenis yang lebih sering ditemukan adalah abu-abu (Gambar 30). Jenis ini terdapat di seluruh Sunda Besar dan pada umumnya ditemukan di terumbu karang bila air laut surut dan pantai pasir di pulau-pulau lepas pantai (MacKinnon et al. 1998).

Gambar30. Kuntul karang (Egretta sacra) di terumbu karang saat air laut surut. Jenis ini termasuk burung migran dan sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, ukuran burung ini relatif besar sehingga mudah untuk diamati. Jenis ini mudah untuk ditemukan terutama di habitat pantai pada saat air laut surut. Selain itu jenis ini sudah dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga keberadaannya dilindungi.

Dokumen terkait