• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pengamatan kondisi terumbu karang pada 12 stasiun pengamatan menunjukkan bahwa secara umum kondisi karang batu dan beberapa komponen pendukung ekosistem karang batu yang dianalisis berkisar antara; karang batu (HC) (6,80 – 60,40%), karang mati (DC) (0,00 – 0,13%), karang mati alga (DCA) (18,93 – 65,33), karang lunak (SC) (0,00 – 17,00%), Sepon (SP) (0,33 – 8,27%), fleshy seaweed (FS) (0,07 – 25,60%), Biota lain (OT) (0,40 – 9,07%), patahan karang (R) (0,00 – 10,53%), pasir (S) (0,60 – 48,20%), pasir halus (Si) (0,00 – 0,20%) dan batuan keras (R) tidak ditemukan pada garis transek. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6. Kondisi karang batu perairan Pulau Salawati dan Pulau Batanta secara masuk kategori jelek (6,80%) sampai baik (60,40%) yang dijumpai di stasiun SWU.07. Hasil persentase tutupan karang batu (HC) secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 7.

Gambar 6. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat, hasil analisa dengan program CPCe

4.1, di perairan Pulau Salawati dan Pulau Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

Gambar 7. Persentase tutupan karang batu (HC) hasil analisa dengan program CPCe 4.1, CPCe 4.1, di

Selanjutnya deskripsi dan hasil analisis di masing-masing lokasi pengamatan secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut:

Stasiun SWBU.01 (Pulau Salawati)

Pesisir pantai didominansi tumbuhan mangrove (bakau) yang cukup padat dan beberapa jenis tumbuhan pantai. Pro l dasar perairan di mulai dari pantai berupa bakau, tumbuhan lamun yang didominasi oleh jenis Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Syringodium

isoeto lium dan Thallasdendrum sp. Selanjutnya berupa terumbu karang sampai

kedalaman 20 meter dan diatas kedalaman 20 meter dasar perairan berupa pasir. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang keras. Kondisi perairan pada saat pengamatan sedikit berarus, tidak bergelombang dan kecerahan ± 20 meter. Pro l dasar perairan dimulai dengan rataan terumbu (reef flat) dengan panjang sekitar 50 meter dari garis pantai, selanjutnya agak miring dengan tingkat kemiringan mencapai 30° sampai kedalaman 20 meter, selanjutnya agak rata lagi. Pengamatan kondisi karang batu dilakukan pada kedalaman 7 meter dengan jarak ± 50 meter dari garis pantai. Hasil analisa menunjukkan kondisi karang batu termasuk kategori baik dengan persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 53,13%, diikuti karang mati beralga (DCA) sebesar 24,93%, sepon (8,27%), fleshy seaweed (FS) sebesar 6,53%, biota lain (OT) sebesar 5,27% dan komponen lain di bawah 5% (Gambar 8). Lokasi ini didominasi oleh karang batu jenis Echinopora sp, Porites nigrecens, Montipora aquetuberculata, Fungia sp dan Porites sp. Kerusakan terumbu karang di lokasi ini diduga akibat pemboman ikan dan penggunaan potasium sianida dalam penangkapan ikan hias terutama pada kedalaman 3 – 5 meter, di mana ditemukan patahan karang dan lobang seperti kubangan di dasar perairan.

Stasiun SWBU.02 (Pulau Yefman, Salawati)

Pengamatan pada lokasi ini berada di perairan depan sebuah desa nelayan yang berada di Pulau Yefman (Salawati). Bagian pantai di didominasi oleh rumah penduduk, pantai berpasir, pohon kelepa dan vegetasi tumbuhan pantai lainnya. Pengamatan UPT dilakukan pada kedalaman 5 meter yang berada pada jarak ± 50 meter dari garis pantai. Panjang rataan terumbu (reef flat) ± 45 meter, selanjutnya dasar perairan agak miring dengan tingkat kemiringan ± 15°. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir yang ditumbuhi lamun terutama jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium

Gambar 8. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa

dengan program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.01, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015

isoetifolium dan Thalassodendron ciliatum. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan

karang dan karang keras. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan ± 15 meter. Pertumbuhan karang batu di mulai dari kedalaman 1 sampai kedalaman 10 meter, di bagian atasnya didominansi oleh pasir. Jenis karang batu yang dominan pada lokasi ini yaitu Porites lutea, Favites sp dan Acropora sp. Hasil analisa data UPT menunjukkan bahwa kondisi karang batu lokasi termasuk kategori jelek dengan persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 15,80%. Persentase tutupan komponen tertinggi lakosi ini yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 25,67%, fleshy seaweed (FS) sebesar 25,60% dan pasir (S) sebesar 24,13%. Komponen lain persentase tutupannya dibawah 6%, yang hasil lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Stasiun SWBU.03 (Pulau Mataan, Salawati)

Lokasi pengamatan berada di perairan Pulau Mataan yang yang masuk wilayah administratif Pulau Salawati. Bagian pantai dijumpai adanya rumah nelayan yang dikelilingi oleh vegetasi tumbuhan pantai dan pohon kelapa. Kondisi perairan pada saat pengamatan sedikit berarus dan kecerahan ± 15 meter. Lokasi ini memiliki daerah rataan terumbu yang cukup luas ± 500 meter dari garis pantai. Pengamatan UPT dilakukan pada jarak ± 750 meter dari garis pantai pada kedalaman 5 meter. Substrat dasar perairan berupa patahan karang dan pasir. Pro l dasar perairan dimulai dengan pasir yang ditumbuhi oleh lamun terutama dari jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Selanjutnya dasar perairan didominasi oleh patahan karang dan karang batu yang tumbuh sampai kedalaman 12 meter. Jenis karang batu yang dominan yaitu Acropora sp, Porites lobata, dan Favia sp. Kerusakan karang batu pada lokasi ini terutama disebabkan oleh organisma pemakan polip karang yaitu Acanthaster

plancii yang ditemukan sebanyak 20 ekor. Hasil analisa data UPT menunjukkan kondisi

karang batu lokasi termasuk kategori “jelek” dengan persentase tutupan karang batu Gambar 9. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan program

CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.02, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

Stasiun SWBU.04 (Pulau Kaplalap, Salawati)

Pengamatan di lokasi ini dilakukan di Pulau Kaplalap yang termasuk wilayah administratif Pulau Salawati. Bagian pantai didominansi oleh rumah penduduk, pohon kelapa dan beberapa jenis tumbuhan pantai. Panjang lintasan rataan terumbu lokasi ini ± 600 meter dari garis pantai. Lokasi UPT dilakukan pada jarak ± 800 meter dari garis pantai pada kedalaman 5 meter. Substrat dasar perairan berupa patahan karang, karang keras dan pasir. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir yang ditumbuhi lamun dari jenis

Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetofolium. Selanjutnya berupa

patahan karang dan karang keras sampai kedalaman 12 meter dan diatas kedalaman 12 meter dasar perairan berupa pasir. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan ± 20 meter. Pertumbuhan karang batu dimulai dari kedalaman 1 – 10 meter dan didominasi oleh jenis Porites lutes, Acropora clathrata, Porites nigrecens dan

Porites lobata. Hasil analisis UPT menunjukkan kondisi karang batu lokasi ini termasuk

kategori jelek dengan persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 23,40%. Komponen yang sangat dominan pada lokasi ini yaitu karang mati beralga (DCA) dengan persentase tutupan sebesar 65,33%, diikuti pasir (S) sebesar 5,13% serta komponen lainnya dibawah 2%. Selengkapnya hasil persentase tutupan komponen pembentuk ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.03, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015

Gambar 11. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa

Stasiun SWBU.05 (Pulau Senapan, Salawati)

Pulau Senapan merupakan salah satu gugusan pulau kecil yang masuk dalam wilayah administratif Pulau Salawati. Bagian pantai didominasi oleh pohon kelapa dan vegetasi tumbuhan pantai lainnya. Lokasi ini terdapat kantor Yayasan Conservasi International (CI) distrik Raja Ampat yang berfungsi sebagai basis pengawasan kondisi ekosistem terumbu karang pulau-pulau sekitarnya. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan ± 20 meter. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang keras. Pro l dasar perairan dimulai dengan pasir pada bagian pantai dengan rataan terumbu yang tidak terlalu panjang (± 20 meter), selanjutnya dasar agak miring dengan kemiringan mencapai ± 15° sampai kedalaman 10 meter. Pertumbuhan karang batu dimulai dari kedalaman 0,5 sampai 12 meter, diatas kedalaman ini dasar laut didominasi pasir. Bagian rataan terumbu dijumpai lamun dari jenis Enhalus acoroides dan Syringodium isoetofolium. Karang batu yang dominan yaitu Acropora sp, Millepora

sp, Fungia sp dan Echinopora sp. Kerusakan terumbu karang yang terjadi pada lokasi ini

disebabkan karena adanya bom ikan dan potasium sianida (potas) yang digunakan dalam penangkapan ikan karang (hias). Hasil analisa CPCe terhadap data transekmenunjukkan kondisi karang batu lokasi ini masuk kategori baik dengan nilai persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 52,93%, disusul karang mati beralga (DCA) sebesar 30,87%, pasir (S) sebesar 10,83 dan komponen lain berada dibawah 2%. Selengkapnya persentase tutupan komponen ini dapat dilihat pada Gambar 12.

Stasiun SWBU.06 (Kampung Waipelet, Salawati)

Kampung Waipelet merupakan salah satu desa nelayan yang cukup ramai. Bagian pantai lokasi ini didominasi oleh rumah penduduk dan vegetasi tumbuhan pantai serta pohon kelapa. Kondisi perairan pada saat pengamatan sedikit berarus dan kecerahan ± 20 meter. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang keras. Rataan terumbu cukup pajang ± 100 meter dari garis pantai, dimana diatasnya ditumbuhi lamun dari jenis Enhalus acoroides, Syringodium isoetofolium, Thalassia hemprichii dan

Thalassodendron ciliatum. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, patahan

karang, karang keras sampai kedalaman 13 meter, selanjutnya berupa pasir. Jenis karang Gambar 12. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.05, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

(DCA) sebesar 20,13%, dan fleshy seaweed (FS) sebesar 16,67% dan komponen lainnya mempunyai persentase tutupan dibawah 5%. Hasil lengkap data analisa UPT lokasi ini ditampilkan dalam Gambar 13.

Stasiun SWBU.07 (Pulau Batanta)

Bagian pantai lokasi pengamatan didominasi oleh vegetasi jenis tumbuhan pantai dan beberapa pohon kelapa serta tidak merupakan lokasi pemukiman penduduk. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan mencapai ± 21 meter. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang keras. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, lamun terutama jenis Enhalus acroides,

Thalassia hemprchii, Syringodium isoetofolium dan Thalassodendron ciliatum. Selanjutnya

berupa patahan karang dan karang keras sampai kedalaman 13 meter. Jenis karang batu yang dominan yaitu Acropora sp, Millepora sp, Porites lobata, P. lutea dan Favia sp.

Gambar 13. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.05, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015

Gambar 14. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.07, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

Kerusakan ekosistem karang batu pada lokasi ini, terutama pada kedalaman antara 2 – 4 meter disebabkan oleh bom ikan. Pengamatan kondisi karang batu dan komponen lainnya dilakukan pada kedalaman 6 meter yang berjarak ± 70 meter dari garis pantai. Hasil analisa data UPT menunjukkan kondisi karang batu lokasi ini masuk kategori baik dengan nilai persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 60,40%. Komponen kedua yang tertinggi yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 19,27%, karang lunak (SC) sebesar 6,07% dan komponen lain dibawah 5%. Hasil selengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya ditampilkan dalam Gambar 14.

Stasiun SWBU.08 (Pulau Batanta)

Pengamatan pada lokasi Stasiun SWU.08 berlangsung di perairan depan sebuah desa nelayan dimana pada bagian pantai didominasi oleh rumah penduduk dan beberapa jenis tumbuhan pantai. Rataan terumbu lokasi ini sejauh ± 100 meter dari garis pantai dimana pada bagian atasnya dijumpai adanya beberapa jenis lamun antara lain Enhalus acoroides,

Thalassia hemprichii, Syringodium isoetofolium dan Thalassodendron ciliatum. Kondisi

perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan ± 18 meter, sehingga masih terlihat adanya proses sedimentasi. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang mati. Pro l dasar perairan dimulai dari pantai berpasir, lamun, patahan karang, karang keras sampai kedalaman 14 meter, selanjutnya dasar perairan berupa pasir sedikit berlumpur. Jenis karang batu yang dominan pada lokasi ini antara lain Acropora

palifera, Porites lobata, Acropora sp dan Fungia sp. Lokasi ini diduga merupakan daerah

yang cukup bergelombang (ombak) pada musim tertentu. Kerusakan terumbu karang di lokasi ini disebabkan oleh ombak juga sebagai akibat dari penggunaan bom ikan. Hasil analisa kondisi terumbu karang lokasi ini termasuk kategori sedang dengan persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 32,20%. Komponen yang tertinggi dijumpai yaitu pasir (S) sebesar 21,67%, kemudian fleshy seaweed (FS) sebesar 19,47%, karang mati beralga (DCA) sebesar 18,93%. Persentase tutupan komponen lainnya dibawah 4%, dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.08, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

Stasiun SWBU.09 (Tg. Alauket, Batanta)

Lokasi pengamatan SWU.09 berada pada bagian agak menjulur keluar (tanjung) yang oleh masyarakat setempat disebut dengan nama Tanjung Alauket. Bagian pantai didominasi pohon kelapa dan beberapa jenis tumbuhan pantai lainnya. Kondisi perairan pada saat pengamatan sedikit berarus, sedikit bergelombang dan kecerahan mencapai ± 19 meter. Substrat dasar perairan terdiri dari pasir, patahan karang dan karang keras. Pengamatan UPT dilakukan pada kedalaman 7 meter dengan jarak ± 300 meter dari garis pantai. Rataan terumbu cukup panjang mencapai ± 100 meter dari garis pantai kearah laut terbuka. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, lamun terutama jenis

Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetofolium. Selanjutnya dasar

perairan agak miring dengan tingkat kemiringan mencapai ± 10°. Jenis karang batu yang dominan yaitu Porites lobata, P. lutea, Pocillophora verrucossa, Acropora sp dan Acropora

hyacinthus. Kerusakan terumbu karang pada lokasi ini diduga karena pola gelombang

yang cukup kuat pada waktu (musim) tertentu. Hasil analisa menunjukkan kondisi karang batu lokasi ini masuk kategori jelek dengan nilai persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 6,80%. Komponen lain tertinggi yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 34,20%, pasir (S) sebesar 32,13%, karang lunak sebesar 17,00% dan komponen lain nilainya kurang dari 5%. Selengkap dari persentase tututpan komponen-komponen ini dapat dilihat pada Gambar 16.

Stasiun SWBU.10 (Pulau Peev, Batanta)

Pengamatan di lokasi ini berlangsung di sebuah pulau yang oleh penduduk setempat diberi nama Pulau Peev. Bagian pantai didominasi vegetasi tumbuhan pantai yang cukup lebat, dan pohon kelapa. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan mencapai ± 21 meter sehingga perairan kelihatan jernih. Substrat dasar perairan berupa pasir patahan karang dan karang keras. Rataan terumbu ± 45 meter dari garis pantai, selanjutnya dasar perairan cukup miring dengan kemiringan mencapai ± 40°. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, lamun terutama jenis Enhalus

acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetofolium, selanjutnya patahan karang

dan karang mati yang tumbuh sampai kedalaman ± 17 meter. Jenis karang batu yang dominan yaitu Porites lobata, Acropora sp, Favites sp, Porites cylindrica dan Acropora

hyacinthus. Hasil analisa menunjukkan kondisi karang batu stasiun ini masuk kategori

jelek dengan persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 18,07%. Persentase tutupan Gambar 16. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.09, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

komponen lain tertinggi yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 44,27%, kemudian pasir (S) sebesar 13,53%, fauna lain (OT) sebesar 9,07%, fleshy seaweed (FS) sebesar 5,73% dan komponen lain dibawah 4%. Selengkapnya persentase tutupan komponen-komponen ini dapat dilihat pada Gambar 17.

Stasiun SWBU.11 (Pulau Run, Batanta)

Lokasi ini merupakan sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni dan berada di tengah perairan. Pulau ini merupakan salah satu spot penyelaman (dive) pariwisata bahari karena memiliki pantai yang berpasir putih dan keanekaragaman jenis karang batu, ikan karang dan organisma lainnya. Kondisi perairan pada saat pengamatan cukup berarus dan kecerahan mencapai ± 22 meter sehingga perairan jernih dan bersih. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir putih, lamun terutama jenis Enhalus acoroides,

Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetofolium, patahan karang, karang batu yang

tumbuh sampai kedalaman ± 17 meter, selanjutnya pasir. Pengamatan kondisi karang batu dilakukan pada kedalaman 6 meter pada jarak ± 500 meter dari garis pantai. Rataan terumbu cukup panjang ± 400 meter dari garis pantai dimana pertumbuhan karang batu dimulai dari kedalaman 0,5 sampai kedalaman 17 meter. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang keras. Jenis karang batu yang dominan yaitu Acropora

sp, Porites lutea, Favites sp, Millepora ap, Stylophora pistillata dan Acropora clathrata. Hasil

analisa menunjukkan kondisi karang batu lokasi ini masuk kategori sedang dengan nilai persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 26,20%. Komponen lain tertinggi yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 38,27%, pasir (S) sebesar 9,60%, fauna lain (OT) sebesar 9,00%, sepon (SP) sebesar 4,33% dan komponen lain nilainya kurang dari 3%. Hasil persentase tutupan tiap komponen, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 17. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.10, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

Stasiun SWBU.12 (Pulau Insaway, Batanta)

Pengamatan di lokasi ini berlangsung di perairan Pulau Insaway yang merupakan gugusan dari pulau-pulau Batanta. Bagian daratan pantai didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan pantai dan pohon kelapa. Lokasi ini tidak berpenghuni dan merupakan areal kebun masyarakat yang bentuk pantainya sedikit berteluk. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan kecerahan mencapai ± 19 meter sebagai akibat dari adanya proses sedimentasi. Substrat dasar perairan berupa pasir, patahan karang dan karang keras. Rataan terumbu tidak panjang hanya ± 20 meter dimana pada bagian atasnya ditumbuhi lamun dari jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium

isoetofolium dan Thallasodendron ciliatum. Pro l dasar perairan dimulai dengan pantai

berpasir, lamun, patahan karang, macro alga, dan karang keras. Pertumbuhan karang batu dimulai dari kedalaman 0,5 – 13 meter, diatas kedalaman 13 meter didominasi oleh pasir sedikit berlumpur. Jenis karang batu yang dominan yaitu Acropora sp, Fungia sp dan Porites lutea. Kerusakan terumbu karang lokasi ini diduga sebagai akibat pemboman ikan dan organisma pemangsa polip karang batu yaitu Acanthaster plancii. Hasil analisa UPT menunjukkan kondisi karang batu masuk kategori sedang dengan persentase tutupan karang batu (HC) sebesar 29,87%. Komponen lain tertinggi yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 50,87%, fleshy seaweed sebesar 11,60%, pasir (S) sebesar 4% dan komponen lain nilainya di bawah 2%. Hasil persentase tutupan tiap komponen yang dianalisa dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 18. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.11, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015.

Jumlah jenis karang batu yang ditemukan di lokasi penelitian Pulau Salawati dan Pulau Batanta, Kabupaten Radja Ampat sebanyak 100 jenis yang mewakili 43 marga dan 15 suku. Kondisi karang batu (HC) bervariasi antar stasiun pengamatan dari kategori “jelek” sampai “baik” dengan perincian 6 stasiun masuk kategori jelek, 3 stasiun kategori sedang dan 3 stasiun kategori baik.

Hasil analisa kondisi karang batu (HC) menunjukkan persentase kerusakan (jelek) lebih tinggi (50%) dari 12 lokasi yang diamati, sehingga perlu adanya sosialisasi yang lebih banyak lagi tentang pentingnya peranan dan fungsi terumbu karang bagi kehidupan biota yang hidup di dalamnya dan manusia. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk keseluruhan dari Pulau Salawati dan Pulau Batanta, untuk itu perlu penambahan lokasi penelitian lain terutama di kedua pulau ini.

Kesimpulan

a. Jumlah jenis karang batu yang ditemukan di lokasi penelitian Pulau Salawati dan Pulau Batanta, Kabupaten Raja Ampat sebanyak 100 jenis yang mewakili 43 marga dan 15 suku.

b. Kondisi karang batu (HC) bervariasi antar stasiun pengamatan dari kategori “jelek” sampai “baik” dengan perincian 6 stasiun masuk kategori jelek, 3 stasiun kategori sedang dan 3 stasiun kategori baik.

Saran

a. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk keseluruhan dari Pulau Salawati dan Pulau Batanta, untuk itu perlu penambahan lokasi penelitian lain terutama di kedua pulau ini.

b. Hasil analisa kondisi karang batu (HC) menunjukkan persentase kerusakan (jelek) lebih tinggi (50%) pada 12 lokasi yang diamati, sehingga perlu adanya sosialisasi yang lebih banyak lagi tentang pentingnya peranan dan fungsi terumbu karang bagi kehidupan organisma dan manusia.

Gambar 19. Persentase tutupan karang , biota lain dan substrat hasil analisa dengan

program CPCe 4.1, di perairan stasiun SWBU.12, P. Salawati dan P. Batanta Kabupaten Radja Ampat, 2015

Dokumen terkait