BAB IV HASIL PENELITIAN
4.3 Deskripsi dan Data Temu Lapangan
4.3.1 Pengamatan Lingkungan
Tahap pengamatan lingkungan, yaitu tahapan dimana pemimpin perlu menyadari bahwa organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Perjalanan organisasi dipengaruhi oleh suatu peristiwa, perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Dalam perubahan tersebut bisa berasal dari luar organisasi atau faktor eksternal dan dari dalam organisasi atau faktor internal.
4.3.1.1 Analisis Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian: lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum - kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.
Faktor ekternal terdiri dari opportunities (peluang) dan threaths (ancaman). Dalam hal ini pengamatan yang perlu dilakukan dengan melihat faktor eksternal yaitu opportunities (peluang) yang terdapat pada Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi Kota Tangerang bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM Menghadapi Persaingan Global.
Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Sebelumnya Kota Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang dengan status wilayah Kota Administratif Tangerang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1981. Luas Kota Tangerang seluruhnya 183,78 Km2, termasuk Bandara Internasional Soekarno Hatta seluas 19,69 Km2. Kota Tangerang terdiri dari 13 wilayah Kecamatan dengan 104 wilayah kelurahan. Wilayah Kota Tangerang telah dihubungkan dengan 3 ruas jalan Negara sepanjang 16,85 Km, 7 ruas jalan provinsi sepanjang 15,10 Km, dan 247 jalan kota dengan panjang 335,26 Km. Kota Tangerang memiliki letak strategis yaitu sebelah barat berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta memiliki peran aktif untuk menopang kemajuan Negara. Bandara Internasional Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Kota Tangerang dengan berakses ke ruas jalan tol Jakarta-Merak dan tol Serpong dalam Kota DKI Jakarta yang memberi akses kemudahan arus lalu lintas manusia dan barang. Terkait dengan proses letak dan proses terbentuknya Kota Tangerang, sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Peluang UMKM di Kota Tangerang cukup banyak, karena Kota Tangerang memiliki letak yang strategis seperti miliki bandara internasional dan berbatasan langsung dengan ibu Kota DKI Jakarta.” (wawancara/ 28 Mei 2015/ pukul 13:43 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3 )
Pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi peluang keberhasilan UMKM menghadapi persaingan global adalah letak strategis yang dimiliki Kota Tangerang seperti memiliki bandara internasional dan berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh I2-1 yaitu sebagai berikut:
“Banyak sekali peluang keberhasilan UMKM Kota Tangerang, dengan kemajuan-kemajuan yang dimiliki bila dibandingkan dengan lingkup kota se-Provinsi Banten. Kota Tangerang juga memiliki letak strategis dekat ibu kota, memiliki bandara internasional, dan sarana prasarana Kota Tangerang yang sudah baik.” (wawancara/ 02 April 2015/ pukul 11:00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa banyak peluang keberhasilan UMKM Kota Tangerang, letak strategis dengan Ibu Kota, memiliki bandara internasional dan sarana prasarana Kota Tangerang yang sudah baik bila dibandingkan dengan lingkup Kota/Kabupaten se-Provinsi Banten.
Sebagaimana kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:
Pelaku UMKM Kota Tangerang memiliki peluang keberhasilan yang besar dalam menghadapi persaingan global. Di lihat dari letak strategis Kota Tangerang yang berada dekat dengan pusat Ibu Kota, Kota Tangerang memiliki bandara internasional sehingga menjadi tempat singgah pertama pendatang dari berbagai belahan dunia. Dan juga Kota Tangerang sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mengembangkan usaha dan menarik minat pendatang untuk
berkunjung dan membeli produk yang dihasilkan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang.
Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) RI No. 13 Tahun 1976 Kota Tangerang ditetapkan menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta, sejak saat itu Kota Tangerang tumbuh-kembang secara pesat dengan mengunggulkan perekonomian yang bertulang punggung perindustrian, perdagangan dan koperasi. Seperti yang dikemukakan oleh I5-1 sebagai berikut:
“UMKM memiliki peluang pasar yang besar dengan adanya persaingan global AFTA dan MEA produk bisa di ekspor ke beberapa Negara diluar. Selain itu letak kota Tangerang yang strategis sebagai pintu gerbang Indonesia.” (wawancara/ 13 April 2015/ pukul 10:51 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya persaingan global AFTA dan MEA pelaku UMKM Kota Tangerang memiliki peluang yang besar. Kota Tangerang merupakan pintu gerbang Negara Indonesia yang dapat tumbuh dan berkembang dari berbagai sektor dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ada di dalamnya.
Senada dengan apa yang diungkapkan di atas, pendapat dari I7-1 mengenai peluang yang dimiliki pelaku UMKM Kota Tangerang, menyatakan sebagai berikut:
“Dengan adanya persaingan global, UMKM bisa memasarkan produk-produk secara global. Letak yang mendukung dan ada bandara internasional ini jadi peluang besar.” (wawancara/ 22 Mei
2015/ pukul 10:21 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya persaingan global pelaku UMKM bisa memasarkan produk-produk secara global.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persaingan global AFTA dan MEA pelaku UMKM Kota Tangerang memiliki peluang yang besar. Kota Tangerang merupakan pintu gerbang Negara Indonesia yang dapat tumbuh dan berkembang dari berbagai sektor dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ada di dalamnya. Sehingga dengan adanya persaingan global pelaku UMKM bisa memasarkan produk-produk secara global.
Media merupakan sarana yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk mempermudah semua aktivitas. Yang pada akhirnya akan mendukung kegiatan perekonomian mulai dari jual-beli hingga proses pengiriman sebuah barang. Seperti yang dikatakan oleh I8-1 sebagai berikut:
“Dari media informasi dan komunikasi lancar, sarana dan prasarana yang disediakan Kota Tangerang baik, jadi saya yakin peluang ini bisa menjadikan koperasi dan UMKM berhasil.” (wawancara/ 22 Mei 2015/ pukul 12:00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa peluang yang menjadikan koperasi dan UMKM Kota Tangerang berhasil adalah media informasi dan komunikasi dan sarana dan prasarana yang dimiliki Kota Tangerang sudah baik.
Senada dengan yang diungkapkan oleh I9-1 sebagai berikut:
“Peluang kita banyak, letak strategis, media komunikasi dan informasi baik, sarana dan prasaran kota yang memadai itu semua menjadi peluang koperasi dan UMKM berhasil menghadapi persaingan global.” (wawancara/ 08 April 2015/ pukul 10:44 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa banyak peluang supaya pelaku UMKM berhasil menghadapi persaingan global, diantaranya media komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana yang memadai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana yang memadai merupakan suatu peluang yang telah dimiliki oleh Kota Tangerang dan pelaku UMKM untuk bisa menghadapi persaingan global. Dengan adanya media komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana yang memadai pelaku UMKM dapat mempromosikan produk- produk yang telah dibuat kepada konsumen baik dalam Kota Tangerang, luar kota bahkan keseluruh dunia.
Berdasarkan keseluruhan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi peluang keberhasilan UMKM menghadapi persaingan global adalah pertama, letak strategis Kota Tangerang yang berada dekat dengan ibu Kota DKI Jakarta. Kedua, letak strategis Kota Tangerang sebagai pintu gerbang Indonesia dimana Kota Tangerang memiliki Bandara Internasional Soekarno Hatta. Ketiga, media komunikasi dan informasi yang dimiliki Kota Tangerang sudah baik dan
mendukung tumbuh kembangnya dan mampu menghadapi persaingan global. Keempat, sarana dan prasarana yang disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang sudah baik sehingga untuk pengiriman produk, produksi dan hal lain dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Dalam hal ini pengamatan yang perlu juga dilakukan dengan melihat faktor eksternal yaitu threaths (ancaman) yang terdapat pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM menghadapi persaingan global. Seperti yang diungkapkan oleh I1-1 sebagai berikut:
“Melihat adanya ancaman dari keseragaman jenis produk, Negara ASEAN bisa memproduksi produk yang sama dengan UMKM Kota Tangerang, ini menjadi ancaman dari sisi kualitas dan harga harus bisa bersaing.” (wawancara/ 28 Mei 2015/ pukul 13:43 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa ancaman adanya dari keseragaman jenis produk, Negara-negara ASEAN bahkan dunia bisa memproduksi produk yang sama dengan UMKM Kota Tangerang. Hal ini menjadi ancaman dari sisi kualitas dan harga bila tidak bisa bersaing.
Senada dengan yang diungkapkan di atas pendapat dari I2-1 mengenai ancaman kegagalan UMKM menghadapi persaingan global, menyatakan sebagai berikut:
“Ancaman bisa dari jenis produk yang dihasilkan, bila sejenis dan tidak dapat bersaing maka produk UMKM Kota Tangerang akan kalah saing.” (wawancara/ 02 April 2015/ pukul 11:00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa ancaman bisa datang dari jenis prosuk yang dihasilkan bila sejenis dan tidak dapat bersaing maka produk UMKM Kota Tangerang akan kalah dalam persaingan global.
Sebagaimana pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ancaman kegagalan datang dari keseragaman jenis produk, Negara-negara ASEAN bahkan dunia bisa memproduksi produk yang sama dengan UMKM Kota Tangerang. Hal ini menjadi ancaman dari sisi kualitas dan harga bila tidak bisa bersaing. Sehingga perlu untuk meningkatkan kualitas produk UMKM Kota Tangerang.
Sedangkan untuk I5-1 berpendapat lebih pada alat modern yang digunakan, menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Yang menjadi ancaman bila UMKM tidak mempersiapkan diri, tidak menguasai teknologi, tidak menguasai teknik produksi dengan mesin canggih yang lebih cepat dan lebih higienis, packaging yang tidak menarik. Maka UMKM akan tergerus dengan produk-produk Negara lain yang sejenis. Ditambah bila produk sejenis dengan harga jual yang lebih murah, produk UMKM akan kalah saing.” (wawancara/ 13 April 2015/ pukul 10:51 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi ancaman kegagalan UMKM menghadapi persaingan global adalah bila UMKM tidak mempersiapkan diri dengan baik, tidak menguasai teknologi, tidak menguasai
teknik produksi dengan mesin canggih yang lebih cepat dan lebih higienis, packaging yang tidak menarik.
Pendapat dari I7-1 lebih mengarah pada kebijakan, mengatakan sebagai berikut:
“UMKM unik berbeda dengan perusahaan besar, yang menjadi ancaman hanya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan BBM, mau tidak mau meningkatkan harga jual dengan menurunkan kualitas itu yang tidak kami perbolehkan.” (wawancara/ 22 Mei 2015/ pukul 10:21 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi ancaman hanya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan BBM, sehingga harus meningkatkan harga jual dengan menurunkan kualitas itu yang tidak kami perbolehkan. Maka dibutuhkan kestabilan dalam hal kebijakan harga agar para pelaku UMKM dapat stabil menjual barang dengan kualitas yang baik dan harga yang rendah.
Menurut pendapat I8-1 lebih mengarah pada struktur perekonomian, menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Persaingan global jadi ancaman karena struktur perekonomian rentan terhadap pengaruh global. Persaingan harga tentunya yang paling dirasakan.” (wawancara/ 22 Mei 2015/ pukul 12:00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa Persaingan global jadi ancaman karena struktur perekonomian rentan terhadap pengaruh global. Sedangkan menurut I9-1 mengenai ancaman kegagalan adalah pada optimalisasi kemitraan, menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Jadi ancaman bila UMKM tidak optimal dalam membentuk kemitraan dengan pemilik modal dan pembeli. UMKM belum sepenuhnya mengerti cara bermitra dan takut menanggung resiko yang besar dalam hal permodalan” (wawancara/ 08 April 2015/ pukul 10:44 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi ancaman bila UMKM tidak optimal dalam membentuk kemitraan dengan pemilik modal dan pembeli. UMKM belum sepenuhnya mengerti cara bermitra dan takut menanggung resiko yang besar dalam hal permodalan.
Berdasarkan keenam pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi ancaman kegagalan UMKM menghadapi persaingan global adalah pertama, keseragaman jenis produk yang dihasilkan, keseragaman ini menjadikan persaingan harga dan kualitas produk semakin ketat. Kedua, kecanggihan teknologi, bila alat produksi yang digunakan tidak dengan teknologi yang mengikuti perkembangan zaman maka UMKM akan tergerus dan kalah menghadapi persaingan global. Ketiga, kebijakan pemerintah yang tidak stabil dalam menaikkan dan menurunkan harga BBM, hal ini sangat berpengaruh dalam menentukan harga jual dan standar produksi. Keempat, struktur ekonomi, dengan
adanya persiangan global struktur perekonomian tidak stabil sehingga berpengaruh terhadap keberlangsungan persaingan dibidang ekonomi. Kelima, optimalisasi kemitraan yang kurang, para pelaku UMKM belum sepenuhnya mengerti bagaimana cara bermitra dan takut menanggung resiko yang besar dalam hal permodalan menjadikan ancaman yang besar bagi UMKM itu sendiri.
Memahami lingkungan kerja, atasan perlu memonitor dan memahami keinginan dari setiap pegawai dan kebutuhan masyarakat. Setiap stakeholder memiliki kriteria sendiri untuk menentukan seberapa baik kinerja Dinas dan terus- menerus menilai aktivitas pegawai dalam pengaruhnya terhadap masyarakat. Lingkungan keja tercipta dengan sendirinya dan mengutamakan koordinasi yang baik antar atasan dan bawahan. Seperti yang diungkapkan oleh I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Kita semaksimal mungkin berusaha untuk meningkatkan
lingkungan kerja, koordinasi antar bidang yang berkaitan yaitu perindustrian, perdagangan dan koperasi, walau kadang ada ego- sektor antar bidang, namun sebisa mungkin kami menciptakan suasana yang baik dan nyaman agar terasa tenang setiap pegawai yang bekerja, dan fokus melaksanakan pekerjaan.” (wawancara/ 28 Mei 2015/ pukul 13:43 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa kepala Dinas berusaha untuk semaksimal mungkin meningkatkan lingkungan kerja dengan melakukan koordinasi antar bidang yang berkaitan yaitu perindustrian, perdagangan dan koperasi. Walau terkadang ada ego sektor antar bidang namun sebisa mungkin
menciptakan suasana yang baik dan nyaman agar terasa tenang setiap pegawai yang bekerja dan fokus melaksanakan pekerjaan.
Lingkungan kerja yang harmonis dapat mempengaruhi kinerja pegawai dan ketepatan dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis, seperti yang diungkapkan I2-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Dinas Indagkop memiliki lingkungan kerja yang harmonis, antara atasan dan bawahan terjalin baik.” (wawancara/ 02 April 2015/ pukul 11:00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi memiliki lingkungan kerja yang harmonis, antara atasan dan bawahan terjalin baik.
Senada dengan yang diungkapkan diatas I3-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Lingkungan kerja bagi saya nyaman-nyaman saja, sepanjang pegawai melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik.” (wawancara/ 26 Mei 2015/ pukul 12:12 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa lingkungan kerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi nyaman sepanjang melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik.
Begitupun yang diungkapkan oleh I4-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Lingkungan kerja tebentuk secara kekeluargaan, tejalin dengan baik.” (wawancara/ 16 Juni 2015/ pukul 13.00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa lingkungan kerja yang tercipta di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang terbentuk secara kekeluargaan dan terjalin dengan baik.
Prosedural kinerja yang sudah terbentuk di lingkungan Pemerintahan menjadikan pegawai dituntut untuk bekerja dengan baik. Seperti yang diungkapkan I6-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Lingkungan kerja di Indagkop berjalan sesuai prosedur dan tupoksi secara keseluruhan baik. Dilihat dari hubungan atasan dan bawahan berjalan baik dapat dilihat dari laporan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). Masuk kerja, istirahat dan pulang kerja baik. Apabila sakit dan izin lain dinyatakan dalam surat dan harus adanya acc atasan.” (wawancara/ 26 Mei 2015/ pukul 10:54 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa lingkungan kerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang berjalan sesuai prosedur dan tupoksi secara keseluruhan baik. Dilihat dari hubungan atasan dan bawahan berjalan baik dapat dilihat dari laporan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai).
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja yang tercipta di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang terjalin dengan baik dan harmonis sesuai dengan prosedural kinerja dan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki masing-masing bidang. Hubungan antara atasan dan bawahan terjalin
sebagaimana mestinya yang dapat dilihat dari laporan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). Dengan lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh pada program dan kegiatan yang dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
4.3.1.2 Analisis Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variable-variabel itu meliputi struktur, budaya dan sumber daya organisasi. Sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Yang menjadi kekuatan adalah kreativitas yang beragam dari UMKM Kota Tangerang, terlihat dari jumlah UMKM Kota Tangerang yang sangat banyak mencapai 10.000 usaha mikro, kecil dan menengah. Ragam jenis produk mulai dari makanan, minuman, handicraft, daur ulang barang bekas hingga sektor jasa.” (wawancara/ 28 Mei 2015/ pukul 13:43 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi kekuatan adalah kreativitas yang beragam dari UMKM Kota Tangerang, terlihat dari jumlah UMKM Kota Tangerang yang sangat banyak mencapai 10.000 usaha mikro, kecil dan menengah. Ragam jenis produk mulai dari makanan, minuman, handicraft, daur ulang barang bekas hingga sektor jasa.
Senada dengan yang dikatakan di atas I2-1, menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“UMKM Kota Tangerang memiliki ragam jenis usaha yang kreatif dan inovatif. Dari segi pengemasan sudah baik dan menarik minat pembeli.” (wawancara/ 02 April 2015/ pukul 11:00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kekuatan UMKM menghadapi persaingan global adalah UMKM Kota Tangerang memiliki ragam jenis usaha yang kreatif dan inovatif.
Persaingan global menjadi sebuah tantangan bagi kemandirian yang dimiliki Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), bila UMKM bisa tumbuh dan berkembang dengan mandiri maka hal ini dapat menjadi sebuah kekuatan seperti yang diungkapkan I5-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Kekuatan yang dimiliki UMKM Kota Tangerang adalah kemandirian yang sudah mulai dikembangkan dengan baik, mereka dapat berusaha sendiri untuk mengembangkan usaha mereka. Namun tetap tidak terlepas dari pembinaan Dinas Indagkop.” (wawancara/ 13 April 2015/ pukul 10:51 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3)
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki pelaku UMKM Kota Tangerang adalah kemandirian yang sudah mulai dikembangkan dengan baik, mereka dapat berusaha sendiri untuk mengembangkan usaha mereka. Namun tetap tidak terlepas dari pembinaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang.
Senada dengan I7-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“UMKM sudah cukup mandiri, mereka mengadakan sendiri acara perkumpulan temu usaha dan bisnis secara swadaya sehingga jaringan makin berkembang. Selain itu UMKM sudah dapat menggait pelanggan, sehingga walaupun ada persaingan global pembeli tetap setia membeli produk UMKM. Dan juga dari sisi