• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Industri kayu sekunder

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan

Panglong merupakan usaha perkayuan yang memperdagangkan berbagai jenis kayu serta mengolah produk kayu jadi dan menyediakan berbagai kebutuhan bahan bangunan lainnya. Industri kayu sekunder panglong juga merupakan satu – satunya badan usaha yang menyediakan kayu bagi masyarakat kota Medan untuk keperluan bahan bangunan dan kepentingan lainnya.

Keberadaan industri kayu sekunder panglong di kota medan dapat ditemukan atau terdapat di seluruh kecamatan yang ada (dapat dilihat dalam lampiran). Jumlah total industri kayu sekunder yang berbentuk panglong ini adalah 164 unit tersebar di 21 kecamatan dan memperdagangkan hasil hutan kayu dan berbagai produk kayu jadi lainnya. Berdasarkan hasil sampling didapatkan bahwa keberadaan jenis usaha perkayuan ini telah ada 30 tahun tahun lalu (Tabel 5), hal ini dilihat dari waktu lamanya beroperasi panglong – panglong tersebut. Tabel 5. Keberadaan Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan Berdasarkan

Lama Beroperasi.

Lama Beroperasi (Tahun) Kuantitas (%)

≤ 5 10,81

6 – 10 16,22

11 – 20 29,73

21 - 30 18,92

> 30 24,32

Dari sampel diperoleh bahwa panglong/industri kayu sekunder yang ada saat ini didominasi oleh panglong - panglong yang sudah beroperasi selama 11-

20 tahun, dimana keberadannya sebanyak 29,73 %. Untuk panglong yang baru yaitu panglong yang masih beroperasi ≤ 5 tahun hanya 10,81 %, hal ini menunjukkan pertumbuhan industri kayu sekunder panglong pada tahun 2004 mengalami penurunan jika dibanding puluhan tahun lalu. Tingkat perkembangan atau keberadaan panglong yang ada di kota Medan dapat digambarkan pada grafik berikut. < 30 35 30 25 24,32 29,73 10,81 16,22 18,92 0 5 10 15 20 ≤ 5 6 – 10 11 – 20 21 - 30 Kelas Lama Beroperasi

Kuantitas (%))

Jumlah Industri kayu sekunder Panglong di kota Medan berdasarkan lama beroperasi

Gambar 2. Grafik Jumlah Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan Berdasarkan Lama Beroperasi

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi banyak mempengaruhi keberadaan industri kayu sekunder panglong dan perusahan dagang yang mengolah dan memperdagangkan kayu, di pasaran kota Medan khususnya. Hasil survey menyatakan perkembangan jenis usaha perkayuan mengalami penurunan, hal ini terlihat dari kegiatan/aktifitas industri atau perusahaan perkayuan dimana pada tahun1990 – 2000 memiliki produksi yang lebih baik jika dibandingkan saat ini. Seperti yang diungkapkan oleh Rachman dan Dwiprabowo (2007) menyatakan bahwa konsentrasi industri di Indonesia mendapat sebutan sentra industri pada saat itu produksi yang berlimpah membuat usaha perkayuan menjadi industri primadona dan banyak menghasilkan devisa.

Bentuk Badan Usaha Perkayuan di Kota Medan

Jenis badan usaha Perusahaan Dagang/ Usaha Dagang (UD) mendominasi bentuk usaha perkayuan panglong di kota Medan sebesar 92, 8%. Sukirno, et.al. (2001) menyatakan bahwa Usaha Dagang (UD) merupakan badan usaha perseorangan yang dimiliki satu individu. Akan tetapi dalam praktiknya badan usaha ini kerap kali merupakan perusahan keluarga yaitu perusahaan yang menggunakan seluruh atau sebagaian anggota keluarga menjalankannya.

Badan usaha dagang lainnya adalah Commanditer Vennotschap (CV) dengan kapasitas keberdaannya hanya 7, 2 %. Badan usaha Commanditer Vennotschap (CV) merupakan badan usaha persekutuan yang dimiliki 2 orang atau lebih. Usaha perkayuan/panglong di kota Medan yang berbentuk CV memiliki skala yang lebih besar dan aktifitas produksi yang lebih besar juga. Menurut Sukirno, et al. (2004) Perusahaan perkongsian lebih baik dari perusahaan perseorangan dimana modal, keahlian yang diperoleh lebih banyak, dan umur usaha lebih panjang.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan satu komponen penting dalam kegiatan produksi dalam suatu perusahaan/ industri perkayuan. Panglong sebagai industri kayu sekuder juga menyerap tenaga kerja sehingga memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat, saat ini jumlah tenaga kerja disetiap panglong sekitar 5 – 15 orang atau lebih. Keberadaan kapasitas tenaga kerja yang dipakai oleh suatu industri kayu sekunder/ panglong menunjukkan tingkat kapasitas produksi dan skala modal yang dimiliki panglong tersebut.

Semakin besar tenaga kerja yang digunakan dalam suatu industri kayu sekunder maka semakin besar pula kapasitas produksinya. Jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh masing – masing panglong yang ada di kota Medan berbeda. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah tenaga kerja yang umum digunakan di dibagi kedalam 4 kelas.

Tabel 6. Kuantitas Tenaga Kerja yang Digunakan di Panglong

Jumlah tenaga kerja Persentase (%)

1 5,40

2 - 5 45,95

6 - 10 35,14

> 10 13,51

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dibeberapa industri kayu sekunder di kota Medan mengalami penurunan dari tahun – tahun sebelumnya, hal ini merupakan satu fakta yang mendukung bahwa menurunnya aktifitas industri kayu sekunder panglong yang mengolah dan menjual kayu di kota Medan. Saat ini

jumlah tenaga kerja yang dominan digunakan di panglong kota Medan adalah 2 – 5 orang yaitu sebesar 45, 95 %.

Prospek Industri Kayu Sekunder Panglong

Kehadiran Industri kayu sekunder panglong di Kota Medan banyak di latar belakangi oleh kegiatan pembangunan di kota Medan yang terus berkembang sejak tahun 1980 an. Kebanyakan diantara jenis usaha industri kayu sekunder panglong ini telah ada berpuluh tahun yang lalu, dan merupakan warisan atau peninggalan keluarga.

Banyak pemilik Industri kayu sekunder/ panglong yang ada di kota Medan, menyatakan tingkat prospek usaha menjual kayu untuk saat ini sangat rendah. Diantaranya 29,73 % pengusaha panglong menyatakan bahwa usaha menjual tidak memiliki prospek yang baik untuk saat ini, namun masih ada 70,27 % pengusaha menyatakan hal sebaliknya tentang prospek usaha menjual kayu masih menjajikan, karena kebutuhan kayu dalam pembanguan perumahan maupun bangunan lainnya selalu ada sehingga konsumsi kayu berkelanjutan.

Gambar 4. Grafik Pendapat Pengusaha Tentang Prospek Usaha Perkayuan

Prospek kurang baik Prospek Baik

usaha perkayuan

Pendapat pengusaha tentang prospek

Pengusaha 70,27 29,73 80 60 40 20 0

Zubir (2006) menyatakan bahwa untuk mengetahui perkembangan dan prospek permintaan terhadap suatu usaha barang dan jasa yang akan dibuat dilakukan penelitian atau pengamatan terhadap perkembangan konsumsi dan perkembangan. Sementara kebutuhan manusia akan kayu terus ada dan selalu meningkat namun produksi atau kondisi bahan baku kayu saat ini terbatas, hal ini membuat tingkat prospek usaha perkayuan semakin mundur.

Di setiap kecamatan di kota medan terdapat panglong yang menjual kayu dan bahan bangunan lainnya, hal ini membuktikan keberadaan panglong berpengaruh terhadap pembangunan yang ada di kota Medan.

Industri kayu sekunder panglong yang tersebar di 21 kecamatan yang ada di kota Medan mengalami penurunan produktivitas jika dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Kesulitan bahan baku merupakan suatu aspek yang paling dominan dihadapi oleh pengusaha kayu, 98% dari responden menyatakan kesulitan memperoleh bahan baku kayu apalagi untuk kayu jenis meranti, damar, dan Merbau serta kayu komersial lainnya yang memiliki kelas kuat I – II sehingga kapasitas stok kayu yang akan diperdagangkan terbatas.

Dokumen terkait