• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

10. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based

Menurut Deddi Nordiawan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional karena tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik (Deddi Nordiawan: 2006).

Karakteristik dari pendekatan ini adalah sebagai berikut :

a. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktifitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.

b. Menyelidiki dan mengukur aktifitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.

c. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktifitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut. Total anggaran untuk suatu lembaga adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit dengan jumlah unit aktifitas yang diperkirakan pada periode yang akan datang.

Penggunaan anggaran berbasis kinerja secara teori dapat memberikan kelebihan dibandingkan dengan pendekatan lain. Hasil pendekatan ini pengalokasian sumber daya yang terbatas dimaksimalkan pada program yang bersifat prioritas dengan ukuran yang jelas untuk yaitu kinerja yang ingin dicapai sehingga dapat dikatakan pendekatan kinerja dapat memberikan pengaruh terhadap efisiensi alokasi anggaran.

Penganggaran Berbasis Kinerja adalah pendekatan penganggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input.

Prinsip-prinsip yang diungkapkan Bappenas dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut :

a. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcome oriented). Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan anggaran dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan dana yang terbatas. Dalam hal ini, program dan kegiatan harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan dalam rencana.

b. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the maneger manages).

Prinsip tersebut menggambarkan keleluasaan manager unit kerja dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai rencana. Keleluasaan tersebut meliputi penentuan cara dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai keluaran dan hasilnya pada saat pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan berbeda dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan kegiatan beserta alokasi anggaran pada saat perencanaan merupakan prakiraan atau asumsi yang dapat dibayangkan dalam pelaksanaan kegiatan.

c. Money follow function, function followed by structured

Money follow function merupakan prinsip yang menggambarkan bahwa

pengalokasian anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja sesuai maksud

pendiriannnya (biasanya dinyatakan dalam peraturan perundangan yang berlaku).

Selanjutnya prinsip tersebut dikaitkan dengan prinsip function followed

by structured, yaitu suatu prinsip yang melekatkan tugas-tugas fungsi unit

kerja pada struktur organisasi yang ada. Tugas dan fungsi suatu organisasi dibagi habis dalam unit-unit kerja yang ada dalam struktur organisasi dimaksud, sehingga dapat dipastikan tidak terjadi duplikasi tugas-fungsi.

Mahmudi (2005) mengatakan bahwa proses perencanaan dan

pengendalian anggaran didahului dengan tujuan (objective) oleh manajemen puncak dan penetapan strategi untuk mencapainya. Tujuan merupakan hasil yang diinginkan untuk dicapai sedangkan strategi adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pengelolaan keuangan daerah terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1) Perumusan Strategi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana satuan kerja harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh satuan kerja, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Satuan kerja juga menentukan arah dan tujuan satuan kerja dalam mewujudkan visi dan misi tersebut.

(Deddi Nordiawan : 2006) Visi dan Misi adalah sebuah cara pandang

yang harus dicapai oleh sebuah organisasi, Visi dan Misi organisasi harus dapat :

- Mencerminkan apa yang ingin dicapai.

- Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.

- Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis. - Memiliki orientasi masa depan.

- Menumbuhkan seluruh unsur organsiasi.

- Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi. Rumusan misi hendaknya mampu:

- Melingkupi semua pesan yang terdapat dalam visi,

- Memberikan petunjuk terhadap tujuan yang hendak dicapai,

- Memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani pemerintah,

- Memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders. 2) Perencanaan Strategik

Hasil dari perumusan strategi berupa misi dan visi harus diimplementasikan dalam bentuk program-program yang konkrit. Perencanaan strategik merupakan aktivitas untuk melahirkan program-program baru.

(Deddi Nordiawan : 2006) Sebuah tujuan operasional yang baik harus

mempunyai karakteristik sebagai berikut :

- Harus merepresentasikan hasil akhir (outcome) bukannya keluaran (output).

- Harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir (outcome) yang diharapkan telah tercapai.

- Harus dapat diukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan tindakan koreksi (corrective action).

- Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk menimbulkan intepretasi individu namun ketepatan ini seharusnya tidak berada pada perincian yang salah.

3) Pembuatan Program

Program merupakan rencana kegiatan dan aktivitas yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategik tertentu beserta sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakannya.

(Deddi Nordiawan : 2006) tujuan operasional akan menjadi dasar

dalam penyusunan anggaran. Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang telah ditetapkan.

4) Penganggaran

Program-program yang telah ditetapkan akan menimbulkan konsekuensi biaya. Biaya program tersebut merupakan gabungan dari biaya aktivitas untuk melaksanakan program. Secara agregatif biaya seluruh program tersebut akan diringkas dalam bentuk anggaran.

(Deddi Nordiawan : 2006) anggaran dengan pendekatan kinerja :

- Penekanan pada dimasukkannya deskripsi secara naratif.

- Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, estimasi biaya dan pencapaian diukur secara kuantitatif.

- Penekanannya pada kebutuhan mengukur input dan output. - Anggaran kinerja mensyaratkan adanya data-data kinerja.

- Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.

- Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada daripada jumlah anggaran yang terpakai.

11. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) / Medium Term

Dokumen terkait