HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Pengaruh Audit Tenure terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis (tabel 4.10) yaitu nilai audit tenure memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,220 dengan tingkat signifikansi pada 0,624 yang lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi 5% (0,05).
Secara teoritis, audit tenure adalah lamanya masa perikatan Akuntan Publik dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Semakin panjang masa perikatan antara klien dan auditor membuat adanya kedekatan emosional antara klien dan auditor sehingga mampu mengurangi tingkat objektivitas auditor dalam melaksanakan kegiatan auditnya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ardianingsih (2013) dan Febriyanti dan Mertha (2014), tetapi tidak mendukung penelitian Al-Thuneibat
53
(2011) dan Kurniasih dan Rohman (2014). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara audit tenure dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan karena di satu sisi semakin lama perikatan audit auditor mengenal lebih dalam industri klien sehingga mampu mendeteksi kekeliruan dan manipulasi yang dilakukan manajemen. Disisi lain semakin lama masa perikatan (audit tenure) juga membuat auditor semakin percaya dengan klien sehingga tidak mengembangkan strategi prosedur audit yang digunakan auditor yang berdampak pada penurunan kualitas audit. Peningkatan kompetensi sama besarnya dengan penurunan independensi auditor sehingga secara total kualitas audit tidak berubah.
4.3.2 Pengaruh Auditor Switching terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel auditor switching tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis (tabel 4.10) yaitu nilai auditor switching memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,296 dengan tingkat signifikansi pada 0,583 yang lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi 5% (0,05).
Secara teoritis, Kewajiban rotasi dalam perspektif teori agensi dimana teori ini menggambarkan keberadaan perusahaan. Teori perusahaan ini pada dasarnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai : keberadaan perusahaan, batas antara perusahaan dengan pasar, struktur organisasi perusahaan, dan heterogenitas tindakan perusahaan dalam kinerja perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan investor maupun pengguna laporan keuangan, perusahaan berusaha meningkatkan laporan keuangan auditan yang berkualitas pula. Oleh
54
karena itu, perusahaan melakukan rotation audit partner (auditor switching) untuk mendapatkan kepercayaan dari pengguna laporan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Febriyanti dan Mertha (2014) dan Fitriany dkk (2015) , tetapi tidak mendukung penelitian Kurniasih dan Rohman (2014). Penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara auditor switching dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan karena dengan adanya rotasi auditor (auditor switching), disatu sisi independensi auditor meningkat (karena auditor dan klien belum terlalu familiar), namun di sisi lain kompetensi auditor masih rendah (karena auditor belum cukup memiliki pengetahuan mengenai risiko dan karakteristik bisnis klien). Peningkatan independensi sama besarnya dengan penurunan kompetensi, sehingga secara total, kualitas audit tidak berubah.
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis (tabel 4.10) yaitu nilai ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien negatif sebesar -0,145 dengan tingkat signifikansi pada 0,072 yang lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi 5% (0,05).
Secara teoritis, ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara
55
manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost .
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Febriyanti dan Mertha (2014) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positf terhadap kualitas audit tetapi mendukung penelitian Paramita dan Latrini (2015) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan di satu sisi perusahaan kecil cenderung memiliki informasi dan sistem pengawasan yang lemah, sehingga kurang diperhatikan oleh pemegang sahamnya, sehingga perusahaan-perusahaan kecil akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Di sisi lain, semakin besar perusahaan semakin meningkat pula agency cost yang terjadi. Perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang profesional, independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih baik, sehingga besar atau kecilnya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
4.3.4 Pengaruh Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis (tabel 4.10) yaitu nilai spesialisasi auditor memiliki nilai koefisien positif sebesar 1,588 dengan tingkat signifikansi pada 0,007 yang lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi 5% (0,05).
56
Secara teoritis, auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai internal kontrol perusahaan, risiko bisnis perusahaan, dan risiko audit pada industri tersebut. Spesialisasi auditor dalam industri tertentu membuat auditor tersebut memiliki kemampuan dan pegetahuan yang memadai dibanding dengan auditor yang tidak memiliki spesialisasi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Setiawan dan Fitriany (2011) dan Fitriany dkk (2015), tetapi tidak mendukung penelitian Chrisnoventie dan Surya (2012). Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif antara spesialisasi auditor dengan kualitas audit, dengan kata lain auditor yang spesialis memiliki pengalaman yang banyak dalam mengaudit klien dalam industri yang sama.
Pengalaman ini berdampak pada meningkatnya pemahaman auditor tentang risiko audit spesifik pada industri tersebut. Spesialisasi ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penentuan keandalan laporan keuangan klien dan estimasi-estimasinya sehingga auditor akan mempunyai kemampuan mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan pada industri yang diauditnya, sehingga biasanya lebih sedikit melakukan kesalahan dibandingkan dengan auditor yang bukan spesialis (Solomon, et.al., 1999).
4.3.5 Pengaruh Audit Tenure, Auditor Switching, Ukuran Perusahaan dan