• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sulit Berkonsentrasi Terhadap Perkembangan Anak Anak dengan permasalah ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian

Dalam dokumen buku ajar final buku ajar final (Halaman 180-189)

BAB VIII. SULIT KONSENTRAS

4. Pengaruh Sulit Berkonsentrasi Terhadap Perkembangan Anak Anak dengan permasalah ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian

sangat berpengaruh tidak hanya bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi teman- teman sekelasnya. Karena kurangnya pemusatan perhatian anak sering gagal dalam mengerjakan tugas secara detail atau kesalahan dalam tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya. Jika perilaku ini berlanjut, maka ia kan menjadi individu kurang bisa menimba ilmu, mengabaikan tugas, kurang mampu mengorganisir aktivitasnya, mudah terganggu stimulus dari luar (extraneous) bahkan menjadi orang yang mudah lupa.

Contoh :

a. Seorang ibu merasa kecewa sebab anak tunggalnya tidak masuk dalam grup tari menyambut perayaan 17 Agustus. Pada awal seleksi, anak tersebut diikutkan, namun beberapa hari latihan ia tidak mampu melakukan gerakan-gerakan yang diajarkan. Setelah beberapa kali dilatih dengan latihan tambahan, tidak ada cara lain selain mengeluarkan anak tersebut dari grup tari dengan alasan anak itu tidak memperhatikan apa yang diajarkan, sementara hari perayaan semakin dekat. Pendidik yang bijak adalah hendaknya melatih anak yang perhatiannya kurang terpusat dalm grup tari yang gerakannya begitu mudah serta grup itu tidak untuk diperlombakan melainkan sekedar ikut meramaikan.

b. Untuk kesekian kalinya seorang Pendidik di sebuah TK mengeluh pada seorang orangtua murid yang masih tertinggal jauh dalam melafalkan kata-kata baru. Telah berbagai cara dan peragaan yang dilakukan pendidiknya tetapi tetap saja dengan hasil yang sama, melafalkannya hanya sekali pengulangan selanjutnya ia tidak mampu. Setelah diidentifikasi ternyata murid tersebut lebih tertarik pada stimulus luar berupa bunyi khas penjual mainan yang selalu mangkal di depan sekolah. Perhatiannya lebih tertuju pada bunyi tersebut dibandingkan dengan instruksi pendidik untuk melafalkan kata-kata baru.

5. Intervensi

Hal yang perlu diingat dalam memberikan intervensi anak yang memiliki konsetrasi yang rendah haruslah sabar dan jangan memaksa karena anak cenderung memberontak. Cermati keisengan anak, apakah anak senang melaksanakan program kegiatan melalui cerita atau bermain dengan menggunakan alat.

a. Mencermati aktivitas atau kegiatan yang disukainya, dengan ciri anak akan memiliki perhatian yang lebih pada aktivitas tersebut dibandingkan dengan yang lain. Misalnya, anak suka sekali memperhatikan gambar-gambar hewan . Hal ini dapat dijadikan dasar pendekatan kepada anak melalui hal yang disukainya.

b. Mengajarkan dan menguatkan perhatian yang terfokus dan mendetail. Anak dibimbing bersama untuk memperhatikan sesuatu dengan seksama. Misalnya dengan memperhatikan stimulus yang berupa gambar-gambar untuk mencari persamaaan dan perbedaan. Selain itu bagi anak-anak yang suka bermain balok dan puzzle, dapat bersama- sama mengerjakan. Jenis-jenis mainan edukatif seperti ini dapat melatih daya konsentrasi anak.

c. Dalam menata ruangan kelas, haruslah rapi sehingga anak tidak cepat beralih perhatiannya.

Formatted: German (Germany)

e. Memberi pujian atau ganjaran kepada anak, bila anak dapat berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa tugas yang diberikan jangan terlalu sulit atau terlalu mudah dan dalam proses menyelesaikan tugas.

Selain intervensi diatas, maka intervensi praktis melalui langkah-langkah penanganan bagi anak dengan gangguan perhatian atau sulit berkonsentrasi digambarkan dalam beberapa pendekatan berikut :

1). Mengelola kelas oleh pendidik (Schachar, 1991), sebagai berikut : a. Memberikan instruksi yang jelas atau komentar yang jelas disertai

dengan ritme suara, mimik dan gerakan yang mengundang perhatian anak tetapi tidak berlebihan.

b. Berhenti sejenak untuk memberikan kontrol non-verbal dengan menatap anak yang bermasalah atau mengabaikan tugasnya dengan tidak atau kurang memperhatikan, perlahan mendekati teman sebayanya kemudian mendekatinya dan mengubah posisi sebagai kontrol non-verbal.

c. Mengembalikan fokus pada tugas.

d. Memberikan dorongan dengan penjelasan.

f. Memberikan pertanyaan tentang perilaku, menanyakan apa yang sedang dilakukan.

g. Derkripsi perilaku untuk mengidentifikasi penyimpangan atau gangguan, dengan mendekati anak dan mengarahkannya untuk mendeskripsikan perilakunya dengan nada rendah.

h. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ringan dan simpel mengenai mengenai masalah untuk membangun komunikasi dua arah, diarahkan untuk bisa berbagi.

i. Memberikan pilihan yang dipaksakan, dengan menginstruksikan kebebasan memilih alternatif dengan pengantar kata “atau”. Dan konsekuensi pilihan adalah tidak boleh salah pilih.

j. Pengarahan kembali dengan selang waktu atau jeda waktu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya konfrontasi atau mereda perdebatan.

Bila keadaan sudah parah, artinya pendidik sudah berusaha semaksimal mungkin, maka segera komunikasikan hal ini kepada orangtua anak untuk memberikan intervensi lebih lanjut.

2). Mengelola kontingensi Sekolah-Rumah

Selain itu akan lebih baik lagi jika intervensi yang diberikan dibangun atas kerjasama dan koordinasi yang baik antara orangtua dan pendidik. Koordinasi ini dapat ditempuh melalui menagemen kotingensi

sekolah-rumah. Menagemen kontingensi sekolah rumah adalah upaya yang dilakukan untuk menangani anak yang sulit berkonsentrasi, penanganan ini dilakukan tidak hanya disekolah oleh pendidik melainkan saat dia ada di rumah oleh orangtuanya. Managemen penanganan dilakukan dengan tetap mengontrol penampilan akademik maupun tingkah laku anak oleh orang tua dan pendidik.

Teknik penanganan ini diupayakan untuk membuat anak dapat mengurangi perilaku mengganggu di kelas serta meningkatkan kinerja pada berbagai tugas sekolah, sekaligus dapat digunakan untuk memecahkan masalah di rumah. Penanganan ini dipandang sukses karena disesuaikan dengan menagemen kelas. Inti penanganan dengan teknik ini adalah memuji perilaku yang tepat dan mengabaikan perilaku yang tidak tepat. Pujian dapat berwujud pemberian reward atau hadiah sebagaimana perlunya pengingat atau hukuman untuk perilaku yang tidak tepat. Keberhasilan penaganan ini tergantung pada kemampuan pendidik untuk memonitor perilaku murid dan menyediakan umpan balik secara tegas. Selain itu, di rumah pun orang tua berperan aktif dalam menerapkan teknik penanganan ini. Kerjasama antara orang tua dan pihak sekolah dalam penerapan program penanganan ini harus ada konsistensi (Glasser, 1996).

Contoh :

Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian atau kesulitan berkonsentrasi diinstruksikan oleh pendidik (bila di sekolah) dan

orangtua (bila di rumah) untuk tidak melakukan perilaku mengabaikan tugas atau hendaknya ia lebih memusatkan perhatiannya. Dengan berbagai pola ketentuan dan monitor yang tepat atau kerjasama orangtua dan pendidik, anak melakukan perilaku target yang ingin mendapat reward, apakah berupa pujian atau dalam bentuk insentif atau mungkin berupa benda yang dapat menjadi stimuli perilaku target itu untuk terus dimunculkan, sehingga pada akhirnya nanti akan menjadi perilaku yang melekat. Demikian pula halnya jika perlunya pengingat berupa hukuman atau punishment untuk perilaku yang tidak diinginkan.

Penanganan anak dengan permasalahan perilaku dapat menggunakan teknik ini, apakah hiperaktiv, pemalu, suka menangis, enuresis dan encopresis, takut dan permasalah perilaku lainnya yang terjadi pada anak.

3). Pelatihan kemampuan sosial

Pelatihan ini bertujuan untuk menolong anak yang kesulitan dalam memusatkan perhatian atau kesulitan berkonsentrasi pada saat berinteraksi dengan teman sebaya. Pelatihan meliputi teknik untuk masuk suatu kelompok, hubungan timbal balik dengan teman, menyelesaikan konflik dan mengontrol kemarahan.

Contoh :

Melibatkan anak-anak yang kesulitan dalam berkonsentrasi atau memusatkan perhatian dalam menyelesaikan tugas dalam bentuk bermain puzzle yang dikondisikan dalam bentuk kelompok. Bentuk permainan puzzle yang memerlukan konsentrasi yang tinggi dan harus dikerjakan bersama, diharapkan akan terjadi interaksi yang membuat anak dapat belajar berkonsentrasi, mengontrol diri dan bekerja sama dengan anak yang lain

4). Mengurangi struktur dan stimulus

William Cruickshank mengembangkan program pendidikan bagi murid yang kesukaran belajar berdasar pada perkembangan awalnya (dalam Hallan & Kauffman, 1994).

Anak dengan masalah perhatian mudah sekali perhatiannya berpindah-pindah, maka stimulus yang diberikan pada program kegiatan belajar atau lingkungan kelas yang tidak relevan harus dikurangi. Hal yang diinginkan dari pendidik dalam menyikapi hal ini adalah menaikkan intensitas melalui penggunaan warna-warna cerah pada stimulus yang berhubungan dengan program kegiatan belajar tanpa harus menambah jumlahnya.

Pengurangan stimulus dapat dicapai melalui beberapa modifikasi : a. Dinding pada langit-langit yang kedap udara

c. Jendela yang tidak tembus pandang (buram) d. Lemari dan rak yang terkunci

e. Pengurangan penggunaan papan yang berwarna

BAB IX GAGAP

Dalam dokumen buku ajar final buku ajar final (Halaman 180-189)