• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Emos

Dalam dokumen buku ajar final buku ajar final (Halaman 77-82)

PERKEMBANGAN KHAS ANAK USIA TK

3. Perkembangan Emos

Perkembangan emosi memainkan peranan penting dalam hidup individu. Tiap bentuk emosi pada dasarnya membuat hidup terasa lebih menyenangkan, karena emosi anak akan merasakan getaran-getaran perasaan dalam dirinya maupun orang lain. Menurut Ashiabi (2000) emosi merupakan reaksi yang terorganisir terhadap suatu hal yang berhubungan dengan kebutuhan, tujuan, dan ketertarikan, serta minat individu. Emosi terlihat dari reaksi fisiologis, perasaan dan perubahan perilaku yang nampak.

Ada dua fungsi emosi pada anak-anak usia dini, yakni sebagai pendorong dan sebagai alat komunikasi. Sebagai pendorong, emosi akan menentukan perilaku anak melakukan sesuatu. Contoh, anak merasa senang dengan jenis permainan puzzle, perilaku yang nampak pada anak adalah apabila melihat puzzle,

ia akan melakukannya.

Sebagai alat komunikasi. Dengan reaksi emosi anak akan memperlihatkan apa yang dirasakannya. Contoh. pada awal permulaan masuk TK, anak menunjukkan reaksi menangis bila berpisah dengan ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa anak masih merasakan aman bila ibunya berada di dekatnya. Sejak bayi dilahirkan, emosi anak berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan orang tuanya, kemudian juga dengan orang-orang lain di lingkungannya. Membentuk hubungan yang baik dengan teman sebayanya merupakan satu dari tugas perkembangan emosi dan sosial pada masa usia TK. Dengan berinteraksi, anak belajar untuk mengekspresikan emosinya dengan tepat. Pada intinya perkembangan emosi pada anak-anak memiliki implikasi yang panjang pada kemampuan adaptasi anak di prasekolah maupun sekolah dalam hubungannya dengan teman sebaya. Anak-anak yang memiliki kompetensi beremosi akan dapat bermain dengan teman sebayanya dengan senang, mereka mungkin akan menggunakan ekspresi emosinya untuk mencapai tujuan sosial, serta dapat mengekspresikan emosi dengan tepat dan menjadi anak yang disukai.

Salah satu contoh emosi anak, yaitu perasaan gembira. Gembira adalah emosi yang menyenangkan. Rasa gembira dapat berbentuk kepuasan dalam hati, dapat pula lebih ekspresif yaitu seperti senyum, tertawa, sampai tertawa terbahak-

bahak. Ketika anak dalam mengerjakan tugas dari pendidik, dapat menyelesaikan dengan baik, maka anak akan meluapkan rasa gembira dengan tingkah tertawa dan berkata “Hore, aku sudah selesai mengerjakan gambar mobil!”, setelah mengerjakan tugas anak akan berlari-lari mengelilingi kelas dengan rasa gembira dan mencoba melihat pekerjaan temannya. Hal ini merupakan luapan rasa gembira.

Rasa marah merupakan perkembangan emosi yang sering dilakukan anak usia TK. Marah seringkali muncul sebagai reaksi terhadap frustrasi sakit hati, dan merasa terancam. Pada umumnya, frustrasi atau keinginan tidak terpenuhi, merupakan hal yang paling sering menimbulkan kemarahan pada tiap tingkat usia. Pada usia 4 tahun, kemarahan itu masih ditambah lagi dengan kata-kata yang kasar atau ejekan-ejekan. Marah yang terhambat adalah marah yang tidak dicetuskan karena dikendalikan atau ditahan. Biasanya anak-anak bereaksi dengan menarik diri, melarikan diri dari anak maupun orang lain yang menyebabkan marah. Sikap yang ditunjukkan adalah lesu, masa bodoh atau tidak berani. Sebagai contoh, ketika ada anak yang tidak dapat mengerjakan tugas dari pendidiknya, seperti tidak dapat mewarnai sesuai yang dianjurkan oleh pendidik, maka anak akan merasa marah dengan sikap yang ditunjukkan dengan tidak mau menyelesaikan tugas dan wajah yang ditunjukkan adalah lesu tidak seperti biasanya.

Kebutuhan akan perasaan aman juga dialami pada usia ini. Rasa aman berkaitan dengan pola hubungan orang tua anak, dimana anak merasakan kepuasan akibat terpenuhinya segala fisik dan emosional oleh orang tuanya,

terutama pada ibu. Pembinaan rasa aman dengan orang tua menjadi dasar bagi anak untuk memandang lingkungan sebagai tempat yang menyenangkan, sehingga anak terdorong untuk membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Sebagai contoh, ketika anak dalam kelas mengalami ketidakcocokan dengan temannya, anak tersebut akan mencari pendidik untuk meminta perlindungan.

Perasaan takut adalah salah satu bentuk emosi yang banyak dirasakan oleh anak usia ini, Sebagai reaksi terhadap keadaan bahaya, rasa takut menolong manusia untuk melindungi dirinya sendiri. Sebagai contoh, anak merasa takut dengan pendidiknya yang baru pertama kali masuk untuk mengajar di kelasnya. Padahal anak belum kenal dengan pendidik tersebut, tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena anak melihat temannya yang lain tidak merasa takut dengan pendidik yang baru.

Peran Pendidik

Ashiabi (2000) menyebutkan ada beberapa strategi pendidik untuk meningkatkan perkembangan emosi anak-anak usia TK, yaitu :

a. Memberikan waktu untuk menghargai orang lain

Pendidik dapat mengatur waktu disamping waktu reguler untuk menolong anak-anak mengekspresikan perasaannya yang juga melibatkan pembicaraan bagaimana mengatasi perasaan tersebut. Pada waktu ini diharapkan anak akan bebas bicara karena tidak ada orang lain selain pendidik. Pendidik mendorong anak untuk mengekpresikan

perhatian atau penghargaan kepada orang lain yang memiliki sifat baik kepadanya

b. Menyediakan waktu untuk mengekspresikan perasaan

Tujuan dari adanya waktu ini adalah membiarkan anak-anak untuk berbicara tentang penyebab dari emosi yang dirasakannya, apa yang mereka lakukan dengan emosi tersebut, bagaimana mereka berfikir akan membuat emosi itu hilang, dan apa yang mereka pikirkan tentang cara anak lain dalam menghadapi emosi tersebut.

c. Adanya kegiatan yang mendorong kasih sayang

Pendidik dapat membuat beberapa aktivitas dimana anak dapat menunjukkan afeksinya kepada anak lain. Tujuannya adalah mengajarkan anak-anak bagaimana menjalin pertemanan dan mengekspresikan emosinya secara tepat. Metode role-playing atau sosio drama merupakan dua metode yang dapat menstimulasi sifat dan sikap kasih sayang anak kepada anak lain.

d. Mengajarkan teknik pengelolaan emosi

Tujuan dari cara ini adalah agar anak dapat mengatur diri dan kemampuannya apabila mengekspresikan emosi negatif di luar kendali dirinya. Teknik ini bisa dilakukan dengan metode mendongeng ataupun sosio drama yang memuat cerita tentang akibat yang didapat oleh anak yang dapat menahan diri dan yang tidak.

e. Pendekatan Pemecahan Masalah Sosial

Tujuan pendekatan ini adalah menolong anak untuk menyelesaikan permasalahan dalam hubungan interpersonalnya, dengan melibatkan sifat empati, cara berkomunikasi yang baik, negosisasi, serta kompromi. Dua hal yang bisa digunakan adalah bermain peran bersama boneka, dengan membiarkan anak-anak mengetahui pemecahan masalah tanpa agresif, cara kedua yaitu dengan membiarkan anak-anak bermain peran dengan penyelesaian sendiri walaupun tidak ada kata sepakat. Pada sesi akhir, pendidik menjelaskan tentang bagaimana hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya.

Dalam dokumen buku ajar final buku ajar final (Halaman 77-82)