• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Pengembangan Hipotesis…

2.4.2 Pengaruh Biaya Promosi terhadap Laba Bersih…

Biaya promosi ialah ukuran aset yang diberikan oleh organisasi demi promosi atau iklan item untuk membangun kesepakatan dan manfaat. Menurut (Widnyana, Made Juni, I Made Nuridja, dan I Ketut Dunia, 2014) promosi memiliki arti menarik minat pembeli dalam pembentukan organisasi. Promosi bersifat sugestif dilakukan secara eksplisit untuk memperkuat citra merek dan barang kepada customer, dan latihan khusus ini diselesaikan pada tahap di mana barang sudah jadi dan layak untuk diiklankan. Promosi juga digunakan sebagai

media yang meluas di antara pembuat dan pembeli sehingga organisasi secara umum dapat memperluas penawaran dan lebih banyak keuntungan.

Teori agensi mengemukakan hubungan antara principal dan agen. Adanya perjanjian kerja dari principal yang diperoleh kepada agen untuk melaksanakan perusahaan, namun dalam melaksanakan perusahaan agen tidak mesti mengambil keputusan terbaik demi kepentingan bersama. Secara teori, ini memperlihatkan bahwa kemajuan diperlukan dalam latihan fungsional organisasi namun biaya kemajuan yang terlalu maksimal akan berdampak negatif pada perolehan keseluruhan. Organisasi dapat membangun kesepakatan mereka melalui upaya, kemajuan, dan mengendalikan pasar dengan dalil yang benar maka mereka dapat meningkatkan minat untuk barang tanpa menimbulkan biaya berlebih.

Kondisi organisasi jika tidak diimbangi dengan kegiatan promosi tentu akan berpengaruh buruk terhadap keadaan keuangan organisasi. Ini setua dari (M.

J. Widnyana, 2014) yang menunjukkan bahwa pengeluaran khusus secara positif mempengaruhi keuntungan organisasi secara keseluruhan. Berdasarkan uraian tersebut, maka di rumuskan hipotesis alternative sebagai berikut:

H2: Biaya promosi berpengaruh signifikan positif terhadap laba bersih 2.4.3 Pengaruh Volume Penjualan terhadap Laba Bersih

Volume penjualan ialah jumlah agregat yang dibuat dari tawaran pekerja dan produk. Menurut (Rustami et al, 2014) Jika biaya produksi disusul dengan peningkatan volume transaksi, keuntungan juga disebut meningkat, dengan asumsi jika biaya produksi naik tetapi volume transaksi berkurang, keuntungan

akan berkurang. Guna melihat korelasi antara volume penjualan dan keuntungan bersih, dapat dipahami dengan baik bahwa bagian-bagian dalam penjelasan gaji organisasi saling terkait yang menunjukkan ada relasi yang kuat antara keduanya, mengingat fakta bahwa untuk situasi ini cenderung terlihat bahwa keuntungan yang akan muncul jika penawaran barang organisasi lebih banyak dari pada biaya yang bersangkutan.

Teori agensi mengemukakan bahwa ada relasi antara kepala dan spesialis.

Dimana hubungan kantor ini timbul dikarena adanya perselisihan dimana spesialis sebagai administrator memiliki lebih banyak data tentang dana dan hambatan apa yang terjadi di organisasi sedangkan kepala sebagai investor hanya memiliki sedikit data memberitahukan apa yang terjadi di organisasi membuat kondisi ini menyebabkan perjuangan. Secara hipotesis memperlihatkan bahwa korelasi antara volume penawaran dan kompensasi total saling terkait. Karena untuk situasi ini keuntungan akan muncul jika transaksi barang lebih menonjol daripada biaya yang ditimbulkan. Faktor besar keuntungan adalah laba. Pendapatan didapatkan dengan penjualan. Jika pendapatan tinggi maka manfaat organisasi akan dikurangi dengan biaya yang wajib dikeluarkan untuk latihan fungsional. Dalam hal biaya yang ditimbulkan rendah, manfaat tersebut dapat dimanfaatkan untuk menggarap bantuan pemerintah dari para penyandang dana dan untuk memenuhi kelayakan organisasi.

Faktor besar yang memperkuat besar kecilnya laba ialah pendapatan.

Pendapatan didapatkan dari total perdagangan barang atau jasa perusahaan.

Pencapaian organisasi dilihat dari tahapan-tahapan manfaat yang diperoleh

organisasi dengan alasan bahwa tujuan organisasi pada dasarnya ialah untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan manfaat merupakan cara pandang utama untuk menentukan ketahanan organisasi. Ini setua dari (Astri Fitrihartini S., 2017) yang menunjukkan bahwa volume bisnis berpengaruh positif terhadap keuntungan bersih organisasi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka di rumuskan hipotesis alternative sebagai berikut:

H3: Volume penjualan berpengaruh signifikan positif terhadap laba bersih

Berdasarkan hipotesis di atas maka di susun model penelitian sebagai berikut:

H1

H2

H3

Gambar 2.2 Model Penelitian

Sumber: dikembangkan dalam skripsi ini, 2021 Biaya Produksi

(X1)

Laba Bersih (Y) Biaya Promosi

(X2)

Volume Penjualan (X3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman tentang teknis pengkajian yang akan di lakukan akan di jelaskan pada operasional variabel. Penelitian ini memakai 2 (dua) jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen terdiri dari Biaya Produksi, Biaya Promosi dan Volume Penjualan.

Serta Laba Bersih sebagai variabel dependen.

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen ialah variabel utama dalam sebuah penelitian yang dapat di pengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam pengkajian ini ialah laba bersih.

3.1.1.1 Laba Bersih

Laba bersih (Net Profit) ialah laba yang dicapai dari pelaksanaan operasional yang telah dikurangi dengan beban yang ada termasuk pajak.

Pemeriksaan ini diperkirakan dengan mengambil keuntungan sebelum biaya pembebanan dalam penetapan situasi keuangan perusahaan miscellaneous industry dengan biaya penilaian pribadi dalam pernyataan situasi keuangan

perusahaan miscellaneous industry. Perusahaan harus selalu menghasilkan laba optimal untuk memenuhi relevansi (stakeholder) pemegang saham, konsumen, manajemen, masyarakat, karyawan, pemerintah, dan sebagainya (Harahap, 2010):

3.1.2 Variabel Independen

Variabel independen ialah variabel yang dapat mengakibatkan dan memiliki arah hubungan positif maupun negatif terhadap variabel dependen.

Variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini ialah Biaya Produksi, Biaya Promosi dan Volume Penjualan.

3.1.2.1 Biaya Produksi

Biaya produksi ialah biaya yang dikorbankan demi menangani komponen yang tidak dimurnikan menjadi barang layak (matang) yang layak untuk dijual dan dipromosikan. Biaya produksi juga ialah sumber penghidupan yang direlakan demi mendapatkan keluaran dan keluaran tersebut diharapkan lebih maksimal dari masukan yang direlakan sehingga dapat mendapatkan keuntungan. Biaya produksi bisa di hitung dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ada di laporan laba rugi perusahaan miscellaneous industry. Maka dapat di rumuskan sebagai berikut (Nurcahyo dan Hudrasyah, 2017):

Laba Bersih = Laba sebelum pajak – pajak penghasilan … … … 3.1

Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik… … … …. … 3.2

3.1.2.2 Biaya Promosi

Biaya promosi yaitu biaya yang di keluarkan dari perusahaan demi mengoperasikan proyek penjualan produk sehingga produk bisa terjual dan mendapatkan keuntungan. Dalam.penelitian ini untuk menghitung biaya promosi perusahaan otomotif dan komponen yaitu dengan menjumlahkan biaya periklanan dengan biaya promosi penjualan yang terlampir di laporan laba rugi perusahaan miscellaneous industry. Maka dapat di rumuskan sebagai berikut (Benyamin Molan, 2007) adalah:

3.1.2.3 Volume Penjualan

Volume penjualan ialah ukuran yang menunjukkan banyaknya atau besarnya jumlah barang atau jasa yang terjual. Volume penjualan juga jumlah akhir yang didapatkan perusahaan dalam penjualan produknya dalam waktu tertentu. Semakin banyak total penjualan yang didapatkan maka semakin banyak juga total keuntungan yang dicapai, namun sebaliknya jika jumlah penjualan menurun maka laba akan ikut menurun. Perhitungan volume penjualan dalam

Biaya Promosi = Biaya Periklanan + Biaya Promosi Penjualan… … … …3.3

penelitian ini dengan membandingkan antara volume penjualan dengan kuantitas atau total penjualan pada perusahaan miscellaneous industry. Maka dapat di rumuskan sebagai berikut (Alamiyah dan Padji, 2003):

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Menurut (Sugiyono, 2013) Populasi adalah wilayah spekulasi yang terdiri dari artikel atau subjek yang memiliki karakteristik dan kualitas sendiri yang dipilih oleh spesialis untuk diamati dan kemudian dibuat kesimpulan. Populasi dalam kasus ini ialah seluruh perusahaan sektor miscellaneous industry yang terlampir di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Jumlah populasi dalam kasus ini ada 52 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Menurut (Sugiyono, 2013) sampel ialah anggota dari total dan karakteristik yang dipunyai oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel yang akan dihitung dari jumlah populasi wajib dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang benar. Teknik sampling ialah metode pemeriksaan yang dipakai untuk memutuskan tes dari penelitian (Sugiyono, 2013). Strategi pengujian penelitian ini ialah dengan memanfaatkan purposive sampling. (Sugiyono, 2013) purposive sampling ialah teknik penentuan sampel dengan pertimbangkan tertentu. Adapun pertimbangan atau kriteria tersendiri yang wajib di penuhi untuk pemilihan sampel yaitu sebagai berikut:

1. Seluruh perusahaan sektor miscellaneous industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian 2015-2019.

2. Perusahaan sektor miscellaneous industry yang mempublikasikan laporan keuangannya selama periode penelitian 2015-2019.

3. Perusahaan yang memiliki data biaya produksi, biaya promosi, dan volume penjualan secara berturut-turut selama periode penelitian 2015-2019.

Tabel 3.1 Penyaringan Sampel Penelitian berdasarkan Teknik Purposive

No. Keterangan Jumlah

1. Seluruh perusahaan sektor miscellaneous industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019

52 2. Perusahaan sektor miscellaneous industry yang tidak

mempublikasikan laporan keuangan selama periode penelitian 2015-2019

(5)

3. Perusahaan yang tidak memiliki data biaya produksi, biaya promosi, volume penjualan dan laba bersih selama periode penelitian 2015-2019

(34)

Jumlah sampel 13

Sumber: Data olahan penulis, 2021.

Sebanyak 52 populasi telah dilakukan penyaringan sampel berdasarkan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penyaringan sampel di peroleh sebanyak 13 perusahaan sektor miscellaneous industry yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel penelitian yakni sebagai berikut:

Tabel 3.2 Daftar Perusahaan yang melengkapi kriteria sebagai sampel No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1. ASII Astra International Tbk

2. AUTO Astra Otoparts Tbk

9. RICY Ricky Putra Globalindo Tbk

10. SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk

11. SMSM Selamat Sempurna Tbk

12. SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 13. TRIS Trisula International Tbk.

Sumber: Data olahan penulis, 2021.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu kuantitatif. Informasi kuantitatif adalah informasi sebagai angka (Siregar.S, 2017). Sesuai strukturnya, informasi kuantitatif dapat ditangani atau diselidiki menggunakan strategi estimasi faktual.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari website www.idx.co.id yang berupa data sekunder. Biasanya data data sekunder berupa diagram, tulisan atau dokumentasi perusahaan dan informasi penting lainya. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi biaya produksi, biaya promosi, dan volume penjualan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang dipakai untuk penelitian ini ialah metode dokumentasi. Peneliti mendapatkan data dari laporan keuangan tahunan organisasi yang dimuat di Indonesian Stock Exchange tahun 2015-2019 beserta catatan yang menyertainya.

3.5 Alat Analisis

Alat analisis yang di gunakan dalam kasus ini ialah SPSS 23 (Statistical Package for Social Sciences). Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini

ialah analisis regresi linear berganda. Data yang di dapatkan dalam kasus ini diolah kemudian di analisa dengan berbagai metode analisa.

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menjelaskan pemahaman atau gambaran suatu informasi yang diketahui dari nilai normal (mean), standar deviasi, selisih, paling ekstrim, terkecil, total, range, kurtosis dan skewness (deviasi penyebaran), (Gzohali, 2016). Jadi, pada penelitian ini analisis statistik deskriptif dipakai untuk melihat gambaran tentang biaya produksi, biaya promosi, volume penjualan dan laba bersih.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik 3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian tentang kenormalan suatu data. Uji keteraturan berencana demi mengetes apakah dalam model kekambuhan, faktor yang membingungkan atau faktor sisa memiliki penyebaran yang khas. Pada penelitian ini guna mengetahui apakah data tersebut di katakan normal atau tidak dapat memakai dua cara, ialah menggunakan analisis grafik dan analisis statistik.

Analisis grafik dapat dilaksanakan dengan:

a). Lihat diagram histogram yang membedakan informasi persepsi dan sirkulasi yang mendekati penyebaran umum.

b). Plot kemungkinan khas yang menganalisis penyebaran gabungan dari dispersi biasa.

Apropriasi biasa dapat membingkai sudut lurus ke garis sudut, dan memplot informasi sisa untuk dikontraskan dan garis miring. Dengan asumsi penyebaran informasi yang tersisa adalah biasa, garis yang melambangkan informasi asli akan mengikuti garis miring. Cara lain yang dipakai yaitu dengan uji statistik simple kolmogorov-smirnov. Pengambilan keputusan dari one-simple kolmogorov-smirnov adalah:

1. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov langsung di atas 0,05 derajat kepentingan menunjukkan desain alat angkut biasa, maka saat itu, model kekambuhan memenuhi asumsi biasa.

2. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov satu-dasar di bawah derajat 0,05 tidak menunjukkan desain dispersi biasa, maka saat itu, model kekambuhan tidak memenuhi kecurigaan biasa.

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas memiliki arti untuk mengkaji terlepas dari apakah model regresi melacak hubungan antara faktor bebas (otonom). Model regresi yang benar sebaiknya tidak mempunyai hubungan antara faktor bebas. Dengan asumsi faktor-faktor bebas terhubung, bahwa faktor-faktor ini tidak simetris.

Faktor simetris adalah faktor otonom yang nilainya menghargai antara faktor bebas sama dengan tidak ada. Salah satu model untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas pada model relaps adalah dengan memeriksa nilai resiliensi dan VIF (Fluctuation Swelling Element). Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi ialah sebagai berikut:

a) Apabila mendapatkan koefisien korelasi sederhana yang tinggi diantara sepasang variabel perjelas. Tingginya koefisien korelasi ialah syarat wajib yang cukup demi terjadinya multikolinearitas. Bagaimanapun, koefisien yang rendah tidak bisa dianggap lepas dari multikolinearitas dengan tujuan supaya koefisien koneksi fraksional dan hubungan sinkron antara semua faktor logis harus dilihat sekali lagi.

b) Multikolinearitas juga dapat ditunjukkan dari nilai resistansi dan kebalikannya, variance inflation factor (VIP). Kedua penilaian ini memperlihatkan setiap variabel otonom yang diciptakan oleh faktor bebas

lainnya. Pada dasarnya, setiap variabel otonom berubah menjadi variabel dependen dan relaps ke faktor bebas lainnya. Tolerance memperkirakan kemampuan berubah dari faktor bebas yang dipilih yang tidak diperjelas oleh faktor otonom lainnya. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat multikolonieritas pada penelitian. Dan jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan multikolonieritas pada penelitian.

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas untuk menguji didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu penelitian ke penelitian yang lain. Jika varians residual satu observasi ke observasi lain tetap, disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Menurut (Ghozali, 2016) model regresi yang benar ialah heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam kasus ini, asumsi heteroskedastisitas.akan di uji menggunakan.analisis grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot dengan ketentuan:

1) Dalam hal terdapat contoh pasti, misalnya bintik-bintik yang menyusun contoh normal tertentu, menunjukkan terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak memiliki contoh yang benar, dan titik-titik meluas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain memakai analisis grafik scatterplot demi memperlihatkan lebih dalam apakah terdapat heteroskedastisitas pada model regresi maka bisa di uji juga dengan memakai glejser, (Ghozali, 2016). Nilai signifikan masing-masing variabel pada uji glejser harus memiliki tingkat signifikansi lebih dari 5%.

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi berguna menguji apakah didalam model regresi linier ada hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka disebutkan ada problem korelasi. Dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya korelasi adalah bila hasil Durbin Watson di antara -2 s.d 2 (tidak terdapat gejala autokorelasi pada data penelitian).

Tabel 3.3 Tabel keputusan uji autokorelasi

No. Hasil Keterangan

1. Angka DW berada di atas +2 Terdapat autokorelasi negatif 2. Angka DW berada diantara -2 sampai +2 Tidak terdapat autokorelasi 3. Angka DW dibawah -2 Terdapat autokorelasi positif

3.5.3 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya memperlihatkan apakah seluruh variabel independen yang digolongkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Ada dua cara untuk menunjukkan kelayakan

model dalam melaksanakan uji hipotesis dalam uji F dengan melihat outpus SPSS pada tabel “Annova” yaitu:

1. Berdasarkan nilai signifikan (sig)

a. Jika.nilai signifikan (sig) kurang dari 0,05 maka hipotesis diterima, artinya variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Jika,nilai signifikan (sig) lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel

a. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis diterima, berarti variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Jika nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesis ditolak, artinya variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Dengan catatan F hitung dapat dilihat pada output SPSS tabel “Annova” dan F tabel dapat dihitung menggunakan rumus:

Sumber: www.spssindonesia.com

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang di gunakan k = Jumlah variabel independen

𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = k

n − k

3.5.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dipakai guna melihat seberapa dalam kemampuan model untuk mengembangkan variasi variabel dependen. Persyaratan guna melaksanakan uji koefisien determinasi adalah hasil uji F dalam regresi linier berganda yang bernilai signifikan, artinya ada pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, sebaliknya jika hasil analisis dalam uji F tidak signifikan, maka uji koefisien determinasi tidak dapat dipakai guna memprediksi kontribusi variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

Selanjutnya ialah dengan melihat output SPSS pada tabel “model summary” yang terdapat nilai R square. Misalnya dalam nilai R square ialah 0,783 atau sama dengan 78,3%. Besar kecilnya koefisien determinasi (R square) menunjukkan bahwa variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat sebesar 78,3%. Sedangkan sisanya (100% - 78,3%) = 21,7%) dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar kondisi penelitian atau faktor yang tidak dianalisis.

Besarnya variabel lain dalam regresi ini dinamakan error (e) untuk menghitung nilai error dapat menggunakan 1 di kurangi dengan nilai R square.

Nilai koefisien determinasi merupakan antara 0 sampai 1.

3.5.5 Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda (multiple regression) dilakukan berguna menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini ialah biaya produksi, biaya promosi, dan volume penjualan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian

ini ialah laba bersih. Persamaan regresi yang dipakai guna menguji hipotesis dalam kasus ini ialah:

Keterangan:

Y = Laba Bersih α = Konstanta

β1-β3 = Koefisien Regresi X1 = Biaya Produksi X2 = Biaya Promosi X3 = Volume Penjualan e = Standart Error 3.5.6 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis (uji statistik t) memperlihatkan seberapa besar pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual untuk memperlihatkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Dalam hal ini uji t di lakukan untuk mengetahui:

H1: Apakah biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap laba bersih

H2: Apakah biaya promosi berpengaruh signifikan terhadap laba bersih

H3: Apakah volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih

Uji t ini dilaksanakan dengan memperlihatkan antara tingkat signifikan t dengan tingkat derajat kesalahan penelitian sebesar 0,05. Ada dua acuan sebagai

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

dasar pengumpulan keputusan dengan melihat output SPSS pada tabel

“Coefficient” yakni:

1. Berdasarkan nilai signifikan (sig)

a. Jika nilai signifikan (sig) kurang dari probabilitas 0,05 maka hipotesis di terima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Jika nilai signifikan (sig) lebih dari probabilitas 0,05 maka hipotesis di tolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel

a. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis di terima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka hipotesis di tolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dengan catatan t hitung dapat di lihat pada output SPSS tabel “Coefficient”

sedangkan t tabel dapat di cari dengan memakai rumus:

Sumber: www.spssindonesia.com Keterangan:

α = Tingkat kepercayaan penelitian (0,05%)

𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

α∶2

n−k−1

n = Jumlah sampel yang digunakan k = Jumlah variabel independen

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam proyek ini, populasi yang diambil merupakan dari perusahaan sektor Miscellaneous Industry yang terlampir di Bursa Efek Indonesia atau sering disebut Indonesian Stock Exchange. Penelitian ini dikerjakan dengan memakai laporan keuangan tahunan di Bursa efek Indonesia. Alasan peneliti mengambil data laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia karena Bursa Efek Indonesia ialah website resmi yang memiliki data yang lengkap dan telah terorganisasi dengan baik.

Perusahaan sektor Miscellaneous Industry terbagi menjadi beberapa sub sektor yaitu, subsektor mesin dan alat berat, subsektor otomotif dan komponen, subsektor tekstil dan garment, subsektor alas kaki, subsektor kabel, dan subsektor elektronika. Pengambilan sampel dalam kasus ini dikerjakan dengan Purposive Sampling. Berdasarkan seleksi yang telah dipilih maka diperoleh sebanyak 13

perusahaan dari 52 perusahaan sektor Miscellaneous Industry yang terlampir di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015 hingga 2019. Berikut daftar 13 nama perusahaan sektor Miscellaneous Industry yang menjadi sampel dalam proyek:

Tabel 4.1 Sampel Nama Perusahaan No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1. ASII Astra International Tbk

2. AUTO Astra Otoparts Tbk

9. RICY Ricky Putra Globalindo Tbk

10. SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk

11. SMSM Selamat Sempurna Tbk

12. SRIL Sri Rejeki Isman Tbk

13. TRIS Trisula International Tbk.

Sumber: www.idx.co.id 2021

Penelitian ini menggunakan metode pooled data atau data panel dimana 13 perusahaan dikalikan dengan periode pengamatan selama tahun 2015 hingga 2019. Sehingga obervasi dalam penelitian ini menjadi 65 observasi (13 perusahaan di kali 5 tahun).

Tabel 4.2 Outlier Data

No. Kriteria Jumlah Sampel

1. Jumlah perusahaan berdasarkan kriteria seleksi data 65

2. Jumlah outlier dan transformasi data (18)

Total 47

Sumber: Data olahan penulis, 2021

Jika asumsi normalitas tidak terpenuhi, maka uji statistik menjadi tidak benar, data yang tidak berdistribusi normal maka dapat dilakukan transformasi

dan outlier data untuk meluruskan data (Ghozali, 2018). Sehingga data valid dalam penelitian ini menjadi 47 data.

dan outlier data untuk meluruskan data (Ghozali, 2018). Sehingga data valid dalam penelitian ini menjadi 47 data.

Dokumen terkait