• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Efektifitas Konseling terhadap Pengetahuan

5.1.1. Pengaruh Faktor Materi Penyuluhan terhadap

Langkat

Hasil penelitian tentang variabel materi penyuluhan dengan wawancara

ditemukan akseptor KB yang menyatakan efektif materi penyuluhan dari petugas

kesehatan dengan persentase pengetahuan baik tinggi 75,3%. Uji statistik regresi

logistik ganda menunjukkan variabel materi penyuluhan berpengaruh secara

signifikan (p < 0,05) terhadap pengetahuan ibu dalam pemilihan MKJP. Mengacu

pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin efektif materi penyuluhan konseling

petugas kesehatan kepada akseptor KB maka akan meningkat pengetahuan ibu

tentang kontrasepsi jangka panjang.

Hal ini sesuai menurut penelitian Eska (2006), bahwa penyampaian materi

konseling kontrasepsi dilakukan dengan wawancara dalam rangka pembinaan dan

pelastarian pemakaian kontrasepsi dan memberikan pandangan yang positif pada

akseptor KB sehingga akseptor KB lebih mengetahui metode kontrasepsi jangka

panjang.

Materi penyuluhan konseling yang diterima oleh akseptor KB akan

berpengaruh terhadap pengetahuan ibu, dengan materi yang efektif yang

panjang dan lebih berupaya mencari informasi tentang jenis dan manfaat jenis

kontrasepsi. Materi akan membuat seseorang ingin lebih mengetahui lebih banyak hal

yang diperlukan dan lebih tanggap terhadap informasi serta peka melihat perubahan-

perubahan yang terjadi.

Hal ini sesuai Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007),

materi yang efektif dalam konseling merupakan salah satu unsur penting yang dapat

memengaruhi seseorang untuk bertindak yang lebih bagus. Materi konseling dalam

penyuluhan ada yang bersifat anjuran (persuasif), larangan (instruktif),

pemberitahuan (informatif) dan hiburan (entertainment). Materi penyuluhan dapat

berbentuk pengalaman misalnya pengalaman bidan yang sukses mengembangkan

komoditas tertentu, hasil pengujian/hasil penelitian, keterangan atau kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah.

Materi penyuluhan dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan ibu

dengan memperhatikan topik yang sesuai dengan kontrasepsi jangka panjang. Karena

itu materi penyuluhan kontrasepsi yang akan disampaikan kepada ibu tersebut harus

diverifikasi terlebih dahulu oleh bidan desa yang berwenang di bidang penyuluhan.

Materi penyuluhan yang disampaikan kepada askesptor KB adalah materi

kontrasepsi yang membahas tentang metode kontrasepsi jangka panjang yang

meliputi macam-macam kontrasepsi jangka panjang (alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR/IUD), implant dan kontap), efektifitas metode kontrasepsi jangka panjang,

kerugian setiap jenis kontrasepsi jangka panjang, kelebihan kontrasepsi jangka

panjang dan kapan pemakaian yang dianjurkan dalam pemakaian kontrasepsi jangka

panjang dan apa yang menjadi tujuan akseptor KB untuk mempergunakan

kontrasepsi.

Materi penyuluhan yang disampaikan oleh petugas kesehatan harus jelas dan

disesuaikan dengan tingkat pemahaman dari akseptor KB agar materi penyuluhan

yang diterima dapat dimengerti dan dipahami oleh akseptor KB sehingga akseptor

KB tidak ragu untuk mempergunakan dan menetapkan pilihan kontrasepsi jangka

panjang yang pada akhirnya untuk meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka

panjang.

Berdasarkan konseling yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan

menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas menunjukkan bahwa akseptor KB lebih

banyak berpengetahuan tinggi yaitu sebesar 75,3%, hal ini menunjukkan bahwa

konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah sudah efektif dan

mengembirakan, walaupun demikian masih perlu peningkatan efektifitas konseling

yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang kontrasepsi sehingga persentase

tingkat pengetahuan akseptor KB lebih meningkat.

5.1.2. Pengaruh Faktor Media Penyuluhan terhadap Pengetahuan Ibu dalam Pemilihan MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Desalama Kabupaten Langkat

Hasil penelitian tentang variabel media penyuluhan ditemukan akseptor KB

pengetahuan tinggi sebesar 75,3%. Uji statistik regresi logistik ganda menunjukkan

variabel media penyuluhan berpengaruh secara signifikan (p < 0,05) terhadap

pengetahuan ibu dalam pemilihan MKJP. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat

dijelaskan semakin efektif media penyuluhan konseling petugas kesehatan kepada

akseptor KB maka akan meningkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi jangka

panjang. Media penyuluhan penting karena merupakan dasar alat yang dipergunakan

untuk menyampaikan pesan atau isi dalam penyuluhan kepada orang, dalam hal

menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang dengan

mempergunakan media yang menarik. Dalam hal ini media yang tidak efektif dari

petugas kesehatan masih kurang dapat kita lihat 61 orang akseptor KB (41,7%) yang

menyatakan tidak efktif materi penyuluhan kesehatan.

Media penyuluhan konseling yang dipergunakan bidan desa akan

berpengaruh terhadap pengetahuan ibu, dengan media yang menarik atau efektif, ibu

akan lebih mudah memahami pesan penyuluhan. Media akan membuat seseorang

ingin lebih mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap terhadap

informasi serta peka melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Media penyuluhan

konseling yang dipergunakan berupa poster-poster, gambar dan stiker-stiker yang

berhubungan dengan materi penyuluhan tentang kontrasepsi. Saat ini bidan desa pada

umumnya memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi dengan mempergunakan

media berupa gambar-gambar alat kontrasepsi, poster-poster yang menarik dan

oleh bidan desa tersebut dapat mengakibatkan akseptor KB memahami masing-

masing keunggulan kontrasepsi dan mampu menetapkan pilihan kontrasepsi jenis apa

yang dipergunakan sesuai dengan tujuannya untuk menggunakan KB.

Menurut BKKBN (2007), BKKBN memang memiliki cara tersendiri untuk

merelisasikan penyuluhan program kependudukan dan KB dengan menggunakan

media tradisional, seperti menggelar atraksi dan seni budaya tradisional, melalui

media tradisional diupayakan secara berkesinambungan agar para pelaku seni terus

berupaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang

kependudukan KB dalam rangka menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap

program kependudukan dan dapat meningkatkan pemahaman seluruh masyarakat

Indonesia, bahwa program kependudukan KB merupakan program sosial dasar sangat

diperlukan untuk membangun sebuah bangsa yang maju dan manuju dalam semua

aspek kehidupannya.

Dari hasil penelitian media penyuluhan yang dipergunakan petugas kesehatan

dilapangan adalah dengan mempergunakan media berupa gambar-gambar alat

kontrasepsi, poster-poster yang menarik dan berupa buku-buku kecil yang berisi

kontrasepsi. Petugas kesehatan mengharapkan dengan menggunakan media tersebut

dapat mengakibatkan akseptor KB memahami masing-masing keunggulan

kontrasepsi dan mampu menetapkan pilihan kontrasepsi jenis apa yang dipergunakan

Berdasarkan media penyuluhan yang dipergunakan oleh petugas kesehatan

bahwa lebih banyak akseptor KB mengatakan media penyuluhan yang lebih efektif

digunakan dalam konseling adalah mempergunakan gambar-gambar yang menarik

tentang jenis kontrasepsi, karena dengan gambar-gambar yang menarik sehingga

akseptor KB dapat menetapkan pilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.

5.1.3. Pengaruh Faktor Metoda Penyuluhan terhadap Pengetahuan Ibu tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Desalama Kabupaten Langkat

Hasil penelitian tentang variabel metoda penyuluhan ditemukan akseptor KB

yang menyatakan efektif metoda penyuluhan dari petugas kesehatan dengan

persentase pengetahuan tinggi sebesar 74,2%. Uji statistik regresi logistik ganda

menunjukkan variabel metoda penyuluhan tidak berpengaruh secara signifikan (p >

0,05) terhadap pengetahuan ibu dalam pemilihan MKJP. Mengacu pada hasil uji

tersebut dapat dijelaskan bukan berarti metoda penyuluhan yang efektif saat

penyuluhan konseling tidak diperlukan, namun variabel lain yang lebih berpengaruh

terhadap pengetahuan ibu misalnya, pada penelitian ini materi dan media penyuluhan

yang memiliki pengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang metoda kontrasepsi jangka

panjang.

Menurut Notoatmodjo (2002), waktu penyampaian informasi harus

memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran

penyuluhan kesehatan adalah ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, panel,

bermain peran dan demonstrasi.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak

saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang

ada hubungannya dengan kesehatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa

yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta

pertolongan, hal ini dapat tercapai dengan menggunakan metode penyuluhan yang

efektif (Effendy, 1998).

Berdasarkan hasil penelitian metode penyuluhan yang dilaksanakan tenaga

kesehatan untuk melakukan konseling adalah metode panel dan metode diskusi

kelompok. Metode panel adalah membahas suatu masalah melalui kegiatan diskusi

yang dilakukan oleh beberapa tenaga kesehatan kepada akseptor KB, metode panel

yang dilakukan membicarakan tentang suatu topik yang sudah direncanakan

dilakukan didepan aksektor KB. Dalam suatu diskusi panel dilakukan oleh 3 orang

petugas kesehatan (panelis) dan bertanggung jawab sebagai pembicara dalam diskusi.

Metode panel ini digunakan karena adanya pendapat yang berbeda tentang jenis

kontrasepsi pada akseptor KB sehingga metode ini memberikan keuntungan pada

memberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan/pendapat yang berbeda dari

akseptor KB dan meningkatkan kemampuan akseptor KB untuk menganalisis topik

yang disampaikan petugas kesehatan.

Metode diskusi kelompok yaitu para akseptor KB dan petugas kesehatan

mencapai kesepakatan tentang topik yang dibicarakan. Diskusi kelompok yang

dilakukan akseptor KB dibagi menjadi kelompok kecil antara tiga sampai enam orang

membahas kontrasepsi jangka panjang dan para akseptor KB dituntut terlibat lansung

aktif memberikan seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiarannya.

Berdasarkan metode penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan bahwa lebih

banyak akseptor KB mengatakan metode dikusi lebih efektif dibandingkan dengan

metode panel dalam konseling, karena akseptor KB diberikan kesempatan seluas-

luasnya untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran akseptor KB tentang metode

kontrasepsi jangka panjang.

5.2. Tahapan Pelaksanaan Konseling

Tahapan pelaksanaan konseling yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Desalama Kabupaten Langkat tentang metode kontrasepsi

jangka panjang meliputi : konseling awal yang dihadiri oleh akseptor KB sebanyak

15 orang. Konseling awal yaitu konseling yang dilakukan pertama kali sebelum

dilakukan konseling spesifik. Konseling awal dilakukan oleh petugas KB lapangan

(PLKB) memberikan gambaran umum tentang kontrasepsi dan dijelaskan secara

dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi

serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi. Pada konseling tahap

awal petugas kesehatan memastikan akseptor KB mengenali dan mengerti tentang

keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti

berbagai risiko yang mungkin terjadi. Selanjutnya konseling spesifik yang dihadiri

oleh akseptor KB sebanyak 15 orang. Pada konseling spesifik yang dilakukan oleh

petugas kesehatan lebih menekankan aspek individual dan privasi. Konseling spesifik

dilaksanakan petugas konselor, para dokter, perawat dan bidan. Petugas kesehatan

mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau

penjelasan konselor. Setelah semua informasi dari akseptor KB terkumpul

selanjutnya petugas kesehatan melakukan pengelompokan dan penyaringan,

kemudian memberikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan keraguan

dan kesalahpahaman. Selanjutnya konseling pra tindakan yang dihadiri oleh akseptor

KB sebanyak 13 orang, konseling ini yang bertindak sebagai konselor adalah dokter,

operator petugas medis yang melakukan tindakan. Pada tahap ini petugas kesehatan

mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat kemampuan klien untuk

menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling sebelumnya. Berikutnya

konseling pasca tindakan yang dihadiri oleh akseptor KB sebanyak 10 orang.

Konseling pasca tindakan bertujuan untuk menanyakan kepada klien ada tidaknya

yang dan memberikan penjelasan dan mengingatkan akseptor KB bahwa perlu

persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi efektif.

Konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan maka terjadi transfer

informasi mengenai kelebihan, kekurangan, efektivitas dan efisiensi masing-masing

alat kontrasepsi antara calon akseptor dengan petugas kesehatan dan dapat

disimpulkan bahwa konseling efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemantapan dalam pemilihan kontrasepsi pada calon akseptor.

Untuk mencapai konseling yang efektif ada beberapa keleham dari petugas

kesehatan dalam melakukan konseling yaitu petugas kesehatan kurang menguasai

materi penyuluhan dalam memberikan penyuluhan, petugas kesehatan kurang mampu

mengembangkan gaya dan cara dalam memberikan konseling, kurangnya

pengetahuan petugas kesehatan tentang kontrasepsi dan kurangnya pelaksanaan

Dokumen terkait