BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan Saham
Stock Split
1. Pengaruh Variabel-variabel Independen Secara Simultan Terhadap Bid Ask Spread Sebelum Stock Split
Hasil pengujian secara simultan pada masa sebelum stock split
menunjukkan Fhitung sebesar 11.717 dengan signifikansi pengujian sebesar 0.000.
Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa secara simultan variabel harga saham, volume perdagangan dan return
saham sebelum stock split secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap bid ask spread saham sebelum stock split. Besarnya pengaruh
variabel harga saham, volume perdagangan dan return saham terhadap bid ask
spread sebelum stock split adalah sebesar 31.2%, sedangkan sisanya 68.8%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
a. Pengaruh Harga Saham Sebelum Stock Split Terhadap Bid Ask Spread Sebelum Stock Split
Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan
bahwa variabel harga saham sebelum stock split berpengaruh negatif dan
signifikansi 0.05. Artinya pada masa sebelum stock split, apabila harga saham
mengalami peningkatan maka bid ask spread sebelum stock split akan menurun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nany
(2004), yang menyimpulkan harga saham berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap bid ask spread. Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Akhmila
dan Kusuma (2003), yang menyimpulkan bahwa harga saham berpengaruh positif
dan signifikan terhadap bid ask spread.
Menurut Signaling Hypothesis Positif (Griffin, 2010) informasi stock split
yang ada di pasar seringkali diartikan investor sebagai tanda bahwa hal-hal baik
akan datang. Hal ini mengakibatkan para investor tidak langsung melepas saham
tetapi saham tersebut ditahan terlebih dahulu sampai pada waktu tertentu. Selain
itu, harga saham yang tinggi pada masa sebelum stock split dapat mengurangi
minat investor untuk membeli saham tersebut karena dianggap terlalu mahal oleh
investor. Jika stock split tidak dilakukan, keadaan ini dapat mengakibatkan saham
kurang diminati dan jarang ditransaksikan di pasar, sehingga biaya kepemilikan
saham menjadi semakin tinggi yang berarti dapat memperlebar bid ask spread
karena risiko yang saham yang tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
hasil penelitian pada masa sebelum stock split menunjukkan ketidaksesuaian
dengan teori yang menyatakan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap
b. Pengaruh Volume Perdagangan Sebelum Stock Split Terhadap Bid Ask Spread Sebelum Stock Split
Pengujian volume perdagangan sebelum stock split terhadap bid ask
spread sebelum stock split, menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari α. Hal ini menunjukkan bahwa volume perdagangan sebelum stock split berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap bid ask spread sebelum stock
split pada taraf uji signifikansi 0,05. Artinya, pada masa sebelum stock split
dilakukan apabila volume perdagangan saham meningkat, maka bid ask spread
sebelum stock split akan mengalami mengalami penurunan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Ambawti (2008) yang
menyatakan bahwa variabel volume perdagangan memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap bid ask spread. Bila permintaan cukup banyak atau saham
tersebut cukup likuid (volume perdagangan tinggi) maka dealer tidak perlu
menyimpan saham tersebut dalam waktu yang lama sehingga menurunkan biaya
pemilikan. Hasil penelitian ini, sekaligus sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa persentase bid ask spread akan mengecil apabila risiko saham kecil.
Tingginya likuiditas saham pada masa sebelum stock split mengindikasikan
bahwa investor cenderung menambah kepemilikan saham pada
perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split tersebut, yang berarti memperbesar
c. Pengaruh Return Saham Sebelum Stock Split Terhadap Bid Ask Spread Sebelum Stock Split
Pengujian return saham sebelum stock split terhadap bid ask spread
sebelum stock split menunjukkan nilai sig t 0.021 yang lebih kecil dari α. Hal ini menunjukkan bahwa return saham sebelum stock split berpengaruh positif dan
signifikan terhadap bid ask spread sebelum stock split pada taraf uji signifikansi
0,05. Artinya, pada masa sebelum stock split apabila return saham mengalami
peningkatan maka bid ask spread juga akan mengalami peningkatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Numayati (2009) dan
Ambawti (2008) yang menyatakan peningkatan return saham mengakibatkan
kenaikan bid ask spread. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan saham
dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi mengandung risiko yang tinggi
juga. Semakin tinggi risiko suatu saham maka semakin besar pula bid ask spread
saham tersebut (Arifin, 2005:156).
2. Pengaruh Variabel-variabel Independen Secara Simultan Terhadap Bid Ask Spread Sesudah Stock Split
Hasil pengujian secara simultan menunjukkan nilai Fhitung sebesar 11.924
dengan signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel independen, yaitu harga saham, volume perdagangan,
dan return saham pada masa sesudah stock split, secara serentak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel dependen, yaitu bid ask spread sesudah
stock split. Besarnya pengaruh harga saham, volume perdagangan, dan return
sisanya 63.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
a. Pengaruh Harga Saham Sesudah Stock Split Terhadap Bid Ask Spread Sesudah Stock Split
Hasil pengujian harga saham sesudah stock split terhadap bid ask spread
sesudah stock split, menunjukkan sig t 0.000 yang lebih kecil dari α. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham sesudah stock split berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap bid ask spread sesudah stock split pada taraf uji
signifikansi 0,05. Artinya, pada masa sesudah stock split apabila harga saham
meningkat, bid ak spread sesudah stock split akan mengalami penurunan.
Hasil Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Keown et al (2010:376), yang menyatakan spread akan lebih besar untuk mata
uang yang bernilai besar sehingga mengurangi permintaan. Artinya, ketika harga
saham menigkat maka bid ask spread seharusnya mengalami peningkatan. Tetapi,
hal ini justru tidak tampak dalam penelitian ini yang menunjukkan adanya
pengaruh harga saham terhadap bid ask spread dengan arah yang berlawanan.
b. Pengaruh Volume Perdagangan Sesudah Stock Split Terhadap Bid Ask Spread Sesudah Stock Split
Pengujian volume perdagangan sesudah stock split terhadap bid ask
spread sesudah stock split, menunjukkan sig 0.711 yang lebih besar dari α. Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif tetapi tidak signifikan antara volume
perdagangan sesudah stock split terhadap bid ask spread sesudah stock split pada
perdagangan saham meningkat, maka bid ask spread saham sesudah stock split
akan mengalami penurunan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sutrisno dkk (2000)
serta Lyrody dan Apostolos (2006) yang menyatakan volume perdagangan
mempengaruhi bid ask spread saham dengan arah yang berlawanan. Dengan
demikian hasil ini konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa volume
perdagangan yang tinggi mengindikasikan saham tersebut aktif ditransaksikan
sehingga dealer/market maker tidak perlu menyimpan saham terlalu lama,
sehingga menurunkan biaya kepemilikan. Hal ini menyebabkan, bid ak spread
saham tersebut akan menurun (Arifin, 2005:162).
c. Pengaruh Return Saham Sebelum Stock Split Terhadap Bid Ask Spread Sesudah Stock Split
Pengujian return saham sesudah stock split terhadap bid ask spread
sesudah stock split menunjukkan sig 0.181 yang lebih besar dari α. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return saham sesudah stock split berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap bid ask spread sesudah stock split pada
taraf uji signifikansi 0,05. Artinya, pada masa sesudah stock split apabila return
saham menggalami peningkatan maka bid ask spread saham sesudah stock split
akan menurun.
Hasil penelitian initidak sejalan dengan hasil penelitian Numayati (2009)
dan Ambawti (2008) yang menyimpulakan bahwa return saham berpengaruh
positif terhadap bid ask spread. Hasil ini juga bertentangan dengan teori yang
risiko yang tinggi juga. Semakin tinggi risiko suatu saham maka semakin besar
pula bid ask spread saham tersebut (Arifin, 2005:156).
4.3.2. Perbedaan Antara Harga Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah