SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2013
OLEH
QUITSYAH AGNES PAKPAHAN 100502194
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Program Studi Strata 1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
sikripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
DI BURSA EFEK INDONESIA
Bid Ask spread adalah selisih harga jual dan harga beli saham di pasar modal. Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pengaruh dari variabel-variabel harga saham, volume perdagangan, return saham terhadap bid ask spread secara simultan ataupun parsial, baik pada masa sebelum dan sesudah stock split, (2) perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (4) perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, dan (5) perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.
Penelitian dilakukan pada 32 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik populasi sasaran, yaitu pada perusahaan terdaftar yang melakukan pemecahan saham naik selama periode 2008-2013. Penelitian menggunakan data harian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode enam hari sebelum dan sesudah stock split. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dan Paired Sample T-test.
Hasil penelitian menyimpulkan : (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga saham, volume perdagangan dan return terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Harga saham secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Volume perdagangan saham mempengaruhi bid ask spread dengan arah berlawanan atau negatif dan tidak signifikan baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Sementara itu, return saham sebelum stock split berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum stock split. Namun, pada masa sesudah stock split, return saham sesudah stock split berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap bid ask spread sesudah stock split, (2) terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split,
ABTRACT
ANALYZE OF FACTORS THAT INFLUENCES BID ASK ASK SPREAD BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT ON INDONESIAN STOCK
EXCHANGE
Bid Ask Spread is the difference of ask-price and bid-price of shares on the capital market. Bid ask spread is a factor that can influence the investor decision whether hold or sell their shares and make profit from spread of ask price and bid price. This is indicates that the stock liquidity as reflected in the stock price, trading volume, stock return will affect bid ask spread. Bid ask spread will increase if the risk of stock is increase, such as the less liquidity of stock, the higher risk.
The aim of this research are: (1) to discover the simultaneous and partial relationship between variables, stock price, trading volume, stock return toward bid ask spread, while before and after stock split, (2) to discover the difference of stock price while before and after stock split, (3) to discover the difference of trading volume while before and after stock split, (4) to discover the difference of stock return while before and after stock split, (5) to discover difference of bid ask spread while before and after stock split.
There are 32 samples of companies that have registered on Indonesian Stock Exchange. Sample was taken by using some criteria such as the company was on stock split up and traded on 2008-2013. This research used daily data report from Indonesian Stock Exchange for six days while before and after stock split. The analysis method used multiple regression analysis and paired sample t test.
The result showed that: (1)There is positive and significant influence between stock price, trading volume and stock return to bid ask spread, while before and after stock split. Stock price has a negative and significant influence to bid ask spread while before and after stock split. Trading volume has negative influence but not significant to bid ask spread while before and after stock split. Stock return has positive and significant influence to bid ask spread while before stock split. After stock split, stock return has negative influence but not significant to bid ask spread after stock split. (2) There is a significant difference of stock price, trading volume and bid ask spread while before and after stock split. (3) There is no significant difference of stock return while before and after stock split.
KATA PENGANTAR
Puji syukurkepada Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dengan kasih
setia yang melimpah dan yang telah memberikan kekuatan, pertolongan, karunia
dan berkat-Nya selama menjalani kehidupan terkhusus dalam perkuliahan dan
penulisan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang
berjudul “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread Pada Masa
Sebelum Dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulis kepada orangtua
tercinta (E. Pakpahan dan M. Br. Sianturi) yang telah menjadi sumber inspirasi
dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dan
untuk segala kasih saying, doa, semangat, bimbingan, perhatian, dukungan yang
luar biasa dan tiada hentinya selama ini bahkan selama perkuliahan, terlebih
dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga untuk kakak terkasih (Ony Y.
Pakpahan dan Peranika Pakpahan) dan adik-adikku tersayang (Roboy Pakpahan,
Sarinah Pakpahan, Tati Apriana Pakpahan dan Usi Hexsa Putri Pakpahan) yang
telah memberikan dukungan moril dan doa yang begitu besar sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran dan motivasi, dan doa
dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Marhayanie, Msi selaku
sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan , Dra. Friska
Sipayung, Msi, selaku sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr.Khaira Amalia Fachrudin SE, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing
penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang
banyak membantu dan membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.
6. Yang terkasih sahabat-sahabat (Ruslan, Beatrice, Debi, Fitriyanti, Laura,
Najmi, Mucshin, Henry, Jepri, Hendra, Stephen) yang banyak mengajari
dalam belajar selama perkuliahan, memotivasi, dukungan, perhatian, dan
terkhusus dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk teman-teman
Selsiloam ( Bang Leo, Kak Sinurmaida, Malem, Elisabet, Lidya, Theo, Desi,
Siska, Yohana, Floren, Fahri) yang banyak memberi motivasi, doa, dan
nasihat. Terima kasih atas kebersamaan selama perkuliahan, untuk
teman-teman S1 Manajemen stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1.Landasan Teori ... 10
2.1.1.Konsep Pasar Modal yang Efisien ... 10
2.1.2.Stock Split ... 11
2.1.2.1.Pengertian Stock Split ... 11
2.1.2.2.Tujuan Perusahaan Melakukan Stock Split ... 12
2.1.2.3.Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split ... 13
2.1.2.4.Teori Stock Split ... 14
2.1.3.Pengertian Bid Ask Spread ... 16
2.1.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread ... 18
2.1.4.1. Harga Saham ... 18
2.1.4.2.Volume Perdagangan Saham ... 19
2.1.4.3. Return Saham. ... 20
2.1. Penelitian Terdahulu ... 21
2.2. Kerangka Konseptual ... 23
2.3. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1.Jenis dan Desain Penelitian ... 26
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
3.3.Batasan Operasional ... 27
3.4.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27
3.4.1. Variabel Dependent (Variabel Terikat) ... 27
3.4.2. Variabel Independent (Variabel Bebas) ... 28
3.5.Populasi dan Sampel ... 29
3.6.Jenis dan Sumber Data ... 31
3.8.Teknik Analisis Data ... 32
3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 32
3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda ... 32
3.9.Uji Asumsi Klasik ... 33
3.9.1.Uji Normalitas ... 33
3.9.2.Uji Multikolinearitas ... 34
3.9.3.Uji Autokarelasi ... 35
3.9.4.Uji Heteroskedasitas ... 36
3.10. Pengujian Hipotesis ... 36
3.10.1. Uj Statistik F ... 37
3.10.2. Statistik t ... 37
3.10.3. Uji Paired Sample T test (Uji Beda) ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1.Gambaran Umum ... 39
4.1.1.Data Penelitian ... 39
4.2.Hasil Penelitian ... 39
4.2.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 39
4.2.1.1.Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sebelum Stock Split ... 40
4.2.1.2.Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sesudah Stock Split ... 41
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 43
4.2.2.1.Uji Asumsi Klasik Pada Masa Sebelum Stock Split ... 43
4.2.2.1.1.Uji Normalitas Pada Masa Sebelum Stock Split ... 43
4.2.2.1.2.Uji Multikolinearitas Pada Masa Sebelum Stock Split ... 47
4.2.2.1.3.Uji Autokorelasi ... 48
4.2.2.1.4.Uji Heteroskedastisitas ... 49
4.2.2.2.Uji Asumsi Klasik Pada Masa Sesudah Stock Split ... 52
4.2.2.2.1.Uji Normalitas Pada Masa Sesudah Stock Split ... 52
4.2.2.2.2.Uji Multikolinearitas Pada Masa Sesudah Stock Split ... 55
4.2.2.2.3.Uji Autokorelasi ... 56
4.2.2.2.4.Uji Heteroskedastisitas ... 57
4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 59
4.2.3.1.Uji Determinasi (R2) ... 59
4.2.3.1.1.Uji Determinasi Pada Masa Sebelum Stock Split ... 60
4.2.3.1.2.Uji Determinasi Pada Masa Sesudah Stock Split ... 61
4.2.3.2.1.Uji Signifikansi Simultan Pada Masa
Sebelum Stock Split ... 62
4.2.3.2.2.Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sesudah Stock Split ... 63
4.2.3.3.Uji Signifikansi Parsial (t-Test) ... 64
4.2.3.3.1.Uji t Pada Masa Sebelum Stock Split ... 65
4.2.3.3.2.Uji t Pada Masa Sesudah Stock Split .... 67
4.2.3.4.Uji Bedas ... 69
4.2.3.4.1.Uji Beda Harga Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 70
4.2.3.4.2.Uji Beda Volume Perdagangan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 71
4.2.3.4.3.Uji Beda Return Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 72
4.2.3.4.4.Uji Beda Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 73
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
4.3.1. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan Saham dan Return Saham Terhadap Bid ask spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 74
4.3.2. Perbedaan Antara Harga Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 80
4.3.3. Perbedaan Antara Volume Perdagangan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 81
4.3.4. Perbedaan Antara Return Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 82
4.3.5. Perbedaan Antara Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
5.1.Kesimpulan ... 84
5.2.Keterbatasan Penelitian ... 85
5.3.Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Data Peningkatan Rata-rata Bid-Ask Spread Tertinggi
Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Up ... 6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel ... 32
Tabel 3.2 Data Sampel Penelitian ... 32
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sebelum Stock Split ... 42
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Sesudah Stock Split ... 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov ... 48
Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov Setelah Transformasi ... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Stock Split ... 50
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Sebelum Stock Split ... 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser Sebelum Stock Split ... 53
Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov Setelah Transformasi ... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Sesudah Stock Split ... 58
Tabel 4.10 Hasil Uji Durbin Watson Sesudah Stock Split ... 59
Tabel 4.11 Hasil Uji Glejser Sesudah Stock Split ... 61
Tabel 4.12 Hasil Uji Determinasi Sebelum Stock Split ... 62
Tabel 4.13 Hasil Uji Determinasi Sesudah Stock Split ... 63
Tabel 4.14 Hasil Uji F Sebelum Stock Split ... 65
Tabel 4.15 Uji F Sesudah Stock Split ... 66
Tabel 4.16 Hasil Uji T Sebelum Stock Split ... 68
Tabel 4.17 Hasil Uji T Sesudah Stock Split ... 70
Tabel 4.18 Hasil Uji Beda Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 73
Tabel 4.19 Hasil Uji Beda Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 74
Tabel 4.20 Hasil Uji Beda Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 28
Gambar 4.1 Grafik Histogram Sebelum Stock Split ... 46
Gambar 4.2 Normal Probability Plot Sebelum Stock Split ... 47
Gambar 4.3 Statistik Durbin Watson Sebelum Stock Split ... 51
Gambar 4.4 Hasil Uji Grafik Scatterplot Sebelum Stock Split ... 52
Gambar 4.5 Grafik Histogram Sesudah Stock Split ... 55
Gambar 4.6 Normal Probability Plot Sesudah Stock Split ... 56
Gambar 4.7 Statistik Durbin Watson Sesudah Stock Split ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Populasi Sasaran ... 92
Lampiran 2 Data Rasio Pemecahan Saham Populasi Sasaran ... 94
Lampiran 3 Data Harga Saham Sebelum Stock Split ... 95
Lampiran 4 Data Harga Saham Sesudah Stock Split ... 96
Lampiran 5 Data Volume Perdagangan Sebelum Stock Split ... 97
Lampiran 6 Data Volume Perdagangan Sesudah Stock Split ... 98
Lampiran 7 Data Return Saham Sebelum Stock Split ... 99
Lampiran 8 Data Return Saham Sesudah Stock Split... 100
Lampiran 9 Data Bid Ask Spread Sebelum Stock Split ... 100
Lampiran 10 Data Bid Ask Spread Sesudah Stock Split ... 102
Lampiran 11 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sebelum Stock Split ... 103
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sebelum Stock Split ... 103
Lampiran 12 Uji Normalitas Sebelum Stock Split ... 105
Analisis Statistik ... 106
Uji Multikolinearitas Pada Masa Sebelum Stock Split ... 107
Uji Autokorelasi Sebelum Stock Split ... 107
Uji Heteroskedastisitas Sebelum Stock Split ... 108
Lampiran 13Uji Normalitas Sesudah Stock Split ... 109
Analisis Statistik ... 110
Uji Multikolinearitas Pada Masa Sesudah Stock Split ... 110
Uji Autokorelasi Sesudah Stock Split ... 111
Uji Heteroskedastisitas Sesudah Stock Split ... 111
Lampiran 14 Uji Determinasi Pada Masa Sebelum Stock Split ... 112
Uji Determinasi Pada Masa Sesudah Stock Split ... 112
Lampiran 15 Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sebelum Stock Split .. 113
Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sesudah Stock Split ... 113
Lampiran 16 Uji T Pada Masa Sebelum Stock Split ... 114
Uji T Pada Masa Sesudah Stock Split ... 114
Lampiran 17 Hasil Uji Beda Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 115
Lampiran 18 Hasil Uji Beda Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 115
Lampiran 19 Hasil Uji Beda Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 116
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
DI BURSA EFEK INDONESIA
Bid Ask spread adalah selisih harga jual dan harga beli saham di pasar modal. Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pengaruh dari variabel-variabel harga saham, volume perdagangan, return saham terhadap bid ask spread secara simultan ataupun parsial, baik pada masa sebelum dan sesudah stock split, (2) perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (4) perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, dan (5) perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.
Penelitian dilakukan pada 32 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik populasi sasaran, yaitu pada perusahaan terdaftar yang melakukan pemecahan saham naik selama periode 2008-2013. Penelitian menggunakan data harian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode enam hari sebelum dan sesudah stock split. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dan Paired Sample T-test.
Hasil penelitian menyimpulkan : (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga saham, volume perdagangan dan return terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Harga saham secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Volume perdagangan saham mempengaruhi bid ask spread dengan arah berlawanan atau negatif dan tidak signifikan baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Sementara itu, return saham sebelum stock split berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum stock split. Namun, pada masa sesudah stock split, return saham sesudah stock split berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap bid ask spread sesudah stock split, (2) terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split,
ABTRACT
ANALYZE OF FACTORS THAT INFLUENCES BID ASK ASK SPREAD BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT ON INDONESIAN STOCK
EXCHANGE
Bid Ask Spread is the difference of ask-price and bid-price of shares on the capital market. Bid ask spread is a factor that can influence the investor decision whether hold or sell their shares and make profit from spread of ask price and bid price. This is indicates that the stock liquidity as reflected in the stock price, trading volume, stock return will affect bid ask spread. Bid ask spread will increase if the risk of stock is increase, such as the less liquidity of stock, the higher risk.
The aim of this research are: (1) to discover the simultaneous and partial relationship between variables, stock price, trading volume, stock return toward bid ask spread, while before and after stock split, (2) to discover the difference of stock price while before and after stock split, (3) to discover the difference of trading volume while before and after stock split, (4) to discover the difference of stock return while before and after stock split, (5) to discover difference of bid ask spread while before and after stock split.
There are 32 samples of companies that have registered on Indonesian Stock Exchange. Sample was taken by using some criteria such as the company was on stock split up and traded on 2008-2013. This research used daily data report from Indonesian Stock Exchange for six days while before and after stock split. The analysis method used multiple regression analysis and paired sample t test.
The result showed that: (1)There is positive and significant influence between stock price, trading volume and stock return to bid ask spread, while before and after stock split. Stock price has a negative and significant influence to bid ask spread while before and after stock split. Trading volume has negative influence but not significant to bid ask spread while before and after stock split. Stock return has positive and significant influence to bid ask spread while before stock split. After stock split, stock return has negative influence but not significant to bid ask spread after stock split. (2) There is a significant difference of stock price, trading volume and bid ask spread while before and after stock split. (3) There is no significant difference of stock return while before and after stock split.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, keberadaan pasar modal menjadi sangat penting karena
peranannya yang sangat besar dalam membangun perekonomian suatu negara.
Banyaknya pilihan investasi dengan ekspektasi pengembalian yang lebih besar di
masa depan, masyarakat pun semakin tertarik dengan iklim investasi di pasar
modal. Banyak masyarakat kini yang lebih memilih menunda konsumsi/
penggunaan sejumlah dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapat
keuntungan di masa yang akan datang. Partisipasi masyarakat di pasar modal pun
menjadi sama pentingnya dengan pasar modal itu sendiri. Tanpa para pelaku,
pasar modal tidak dapat bejalan dengan semestinya. Demikian juga sebaliknya
tanpa pasar modal, maka para pelaku tersebut juga tidak memiliki kehidupan
yang wajar.
Pada umumnya pasar modal merupakan lembaga perantara
(intermediaries), yang menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan
pihak yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu, pasar modal dapat mendorong
terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka
pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, (5) derivative
(Samsul, 2006). Seorang investor memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan
pada efek mana mereka akan menginvestasikan asetnya. Namun pada dasarnya
semua investor akan memilih berinvestasi pada jenis aset yang memberikan return
yang setinggi-tingginya dari suatu investasi yang dilakukan.
Seorang investor membutuhkan adanya informasi (historis maupun
ramalan) yang akurat, relevan, dan tepat waktu karena sangat menentukan
keberhasilan mereka dalam menanamkan modal jangka panjang di pasar modal
(Yuliastari, 2008). Dengan kata lain, informasi hanya akan bernilai apabila
informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal
yang akan tercermin dalam indikator atau karakteristik pasar seperti volume
perdagangan, harga saham dan lain-lain. Informasi tersebut dapat berupa
informasi mengenai fluktuasi harga sekuritas di masa lalu atau fluktuasi volume
perdagangannya. Sementara itu, informasi yang berupa ramalan akan peristiwa di
masa depan kebanyakan digunakan investor sebagai antisipasi atau disebut dengan
pendiskontoan informasi. Kejadian yang diantisipasi misalnya pengumuman
keputusan finansial, antara lain pembagian dividen, right issue, stock split
(pemecahan saham), atau pembagian saham bonus.
Kebijakan stock split dilakukan apabila harga saham di pasar dianggap
terlalu tinggi sehingga likuiditas perdagangan saham mulai mengecil. Handa dan
Schwartz dalam Saftiana dan Rahmidiansari (2008) menyatakan bahwa investor
menunjukkan bahwa ketika saham dinilai terlalu “mahal” oleh investor, saham
akan mulai tidak diminati atau likuiditas saham tersebut akan menurun. Oleh
karena itu, penting bagi emiten untuk memperhatikan likuiditas saham perusahaan
mereka sehinga bid price (minat beli) terhadap saham mereka tetap tinggi. Salah
satunya dengan melakukan stock split saat harga saham dinilai terlalu mahal oleh
investor.
Salah satu faktor untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah dengan
mengguanakan Trading Volume Activity (Prasetino, 2012). Hal ini dikarenakan
volume perdagangan saham sering digunakan sebagai parameter aktivitas jual beli
saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan
saham dibursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada
permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan
dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap
fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume
perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin
diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau
turunnya harga atau return saham tersebut (Fatmawati dan Marwan, 1999). Saham
yang aktif diperdangkan adalah saham dengan tingkat return yang tinggi
(Nurmayanti, 2009). Hal ini dikarenakan dealer tidak akan lama menyimpan suatu
saham yang aktif diperdagangkan sehingga menurunkan biaya pemilikan dan pada
akhirnya menurunkan tingkat bid ask spread saham (Nany, 2004).
Pada awal tahun 2005, penelitian yang dilakukan Dash dan Gouda (2005)
saham di pasar modal India menemukan bahwa masih sering terjadi pergerakan
harga yang tidak normal yang jauh melampaui kisaran perdagangan normal.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Forjan dan McCorry (1995) pada bursa
saham utama di US. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya peningkatan
harga saham dan penurunan persentase bid ask spread setelah pengumuman stock
split. Wang dan Yau (2000) juga menyimpulkan hal yang sama. Mereka
menyimpulkan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread.
Artinya peningkatan harga akan menyebabkan bid ask spread saham mengalami
kenaikan.
Sementara itu, beberapa peneliti di Indonesia menyimpulkan hal yang
bervariasi tentang pengaruh harga saham terhadap bid ask spread saham. Hasil
penelitian Ady, Ubud dan Harry (2010) dan Purwanto (2004) menyimpulkan
harga saham berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap bid ask spread. Tetapi
hal sebaliknya justru terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Akmila dan
Kusuma (2003) tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang
menemukan bahwa harga saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid ask
spread saham.
Lyroudy dan Apostolos (2006) juga melakukan penelitian tentang
pengaruh stock split terhadap volume perdagangan pada saham yang terdaftar di
NASDAQ. Lyroudy dan Apostolos (2006) dan Suresha dan Naidu (2013)
menyimpulkan stock split meningkatkan likuiditas saham. Mereka sama-sama
menyimpulkan adanya peningkatan volume perdagangan sesudah stock split
dan Yau (2000) meneliti pengaruh volume perdagangan secara parsial terhadap
bid ask spread saham dan menyimpulkan bahwa volume perdagangan
berpengaruh negatif terhadap bid ask spread.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penenlitian yang dilakukan
oleh Akmila dan Kusuma (2003) yang menemukan bahwa volume perdagangan
berpengaruh positif terhadap bid ask spread saham. Artinya likuiditas saham,
yang dapat diukur dengan volume perdagangan, mengalami penurunan setelah
stock split.
Rokhman, Didied dan Kiptiyah (2009) juga melakukan analisis pada
return, abnormal return, aktivitas volume perdagangan dan bid ask spread saham
di seputar pengumuman stock split pada perusahaan manufaktur di BEJ. Hasil
penelitian ini menyimpulkan adanya perbedaan yang signifikan pada return dan
abnormal return pada masa sebelum dan sesudah stock split. Ambarwti (2008)
sendiri menyimpulkan bahwa return saham memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap bid ask spread. Namun Halim dan Hidayat (2000) menemukan hal yang
berlawanan. Dengan menggunakan model koreksi kesalahan, Halim dan Hidayat
(2000) menyatakan bahwa baik volume perdagangan dan/atau return saham
berpengaruh dengan arah yang negatif terhadap bid ask spread saham perusahaan
industri rokok di BEJ.
Berdasarkan data periode tahun 2008 sampai 2013, terdapat 51
perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan stock split up. Stock split up
dilakukan bertujuan agar harga saham lebih rendah dan jumlah saham yang
Berikut disajikan gejala pengamatan awal pada rata-rata bid-ask spread beberapa
perusahaan yang melakukan kegiatan stock split up dengan rasio pemecahan
saham yang bervariasi.
Tabel 1.1
Data Peningkatan Rata-rata Bid-Ask Spread Tertinggi Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Up
No EMITE
1 PWON 0.012500 0.029024 0.016523
2 BBCA 0.009890 0.021871 0.011981
3 TINS 0.002335 0.010753 0.008419
4 DILD 0.009305 0.017197 0.007891
5 ACES 0.008398 0.015910 0.007512
6 SSIA 0.007426 0.014825 0.007399
7 JTPE 0.010095 0.017455 0.007360
8 INTA 0.006515 0.013715 0.007200
Sumber : Data Diolah
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan di BEI yang
melakukan stock split up pada periode 2008-2013 yang mengalami peningkatan
rata-rata bid ask spread sesudah stock split dilakukan. Fenomena ini berlawanan
dengan apa yang diungkapkan oleh Forjan dan McCorry (1995), yang menyatakan
bahwa persentase bid-ask spread akan mengecil sesudah stock split dilakukan.
Begitu juga dengan teori yang mendasari stock split itu sendiri yaitu signaling
hypothesis dan optimal trading range hypothesis yang menyatakan bahwa setelah
dilakukannya stock split, maka likuiditas saham akan meningkat (Griffin, 2010).
Dari berbagai penelitian yang telah dijelaskan, dapat dilihat bahwa stock
split memberi pengaruh yang tidak konsisten terhadap bid ask spread maupun
perdagangan dan return saham. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat dilihat
pula bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti lain di bursa asing dengan hasil penelitian yang dilakukan
di BEI. Selain itu fenomena yang terjadi pada rata-rata bid-ask spread pada
beberapa perusahaan di BEI yang melakukan stock split pada periode 2008-2013
yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang ada, maka perlu dilakukan
penelitian yang lebih lanjut untuk memperkuat teori yang ada.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan bahwa terdapat
ketidakkonsistenan dari hasil penelitian terdahulu yang berkenaan dengan
pengaruh pemecahan saham terhadap harga saham, volume perdagangan dan
return saham. Hasil penelitian yang dilakukan Lyroudy dan Dasilas (2006), Wang
dan Yau (2000), Forjan dan McCorry (1995) dan Suresha dan Naidu (2013),
menunjukkan kesesuaian dengan teori-teori yang melandasi pemecahan saham itu
sendiri yaitu Trading Range Theory dan Signaling Theory yang dikemukakan oleh
Griffin (2010).
Berbeda dengan kebanyakan hasil penelitian di pasar modal Indonesia
yang dilakukan oleh Ady, Ubud dan Harry (2010), Purwanto (2004) Akmila dan
Kusuma (2003) dan Halim dan Hidayat (2000) yang menyatakan adanya
penurunan likuiditas dan peningkatan persentase bid ask spread setelah
Dari permasalahan tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh antara variabel-variabel bebas, yaitu harga
saham, volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu
bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split.
2. Apakah terdapat perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan
sesudah stock split.
3. Apakah terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa
sebelum dan sesudah stock split.
4. Apakah terdapat perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan
sesudah stock split.
5. Apakah terdapat perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan
sesudah stock split.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dipaparkan penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh antara variabel-variabel bebas, yaitu harga saham,
volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu bid ask
spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split.
2. Menganalisis perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan
3. Menganalisis perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa
sebelum dan sesudah stock split.
4. Menganalisis perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan
sesudah stock split.
5. Menganalisis perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan
sesudah stock split.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi emiten, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan dan
informasi dalam mengambil kebijakan dan keputusan pada saat terjadi
peristiwa stock split.
b. Bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
dalam mengambil keputusan pada saat melakukan pembelian maupun
penjualan saham ketika terjadi peristiwa stock split.
c. Bagi dunia akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Konsep Pasar Modal yang Efisien
Konsep pasar modal yang efisien memang bisa diartikan secara berbeda
untuk tujuan yang berbeda pula. Untuk bidang keuangan, konsep pasar yang
efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah
pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan
semua informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia bisa
meliputi semua informasi yang tersedia baik informasi di masa lalu (misalkan laba
perusahaan di masa lalu), maupun informasi saat ini (misalkan rencana kenaikan
deviden di tahun ini), serta informasi yang bersifat sebagai pendapat/opini
rasional yang beredar di pasar yang mempengaruhi perubahan harga (misal, jika
banyak investor yang berpendapat bahwa harga saham akan naik, maka informasi
tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham yang cenderung
naik) (Tandelilin, 2001:112).
Sebagian orang berpendapat bahwa manajemen sering mempunyai
informasi sampingan tentang perusahaan yang tidak bisa disampaikannya kepada
investor. Perbedaan aksebilitas ke informasi antara manajer dan investor , yang
disebut asimestri informasi ini bisa mengakibatkan harga saham lebih rendah
ketimbang dalam kondisi pasti (Keown et all, 2010:210). Pembeli dan penjual
saham yang rasional akan mempertimbangkan setiap informasi yang ada sebelum
mempertimbangkan return dan risiko dalam menilai suatu saham. Bagi pembeli,
nilai saham merupakan harga maksimum yang berani dibayar untuk saham
tersebut dan bagi penjual nilai saham merupakan harga minimal untuk melepas
suatu saham.
Dalam pasar modal yang kompetitif dimana banyak pemain yang aktif
berdagang, interaksi antara banyak pembeli dan banyak penjual akan
menghasilkan harga ekuilibrium atau nilai pasar dari tiap-tiap saham. Harga yang
terbentuk merupakan cerminan dari tindakan kolektif pembeli dan penjual
berdasarkan semua informasi yang mereka miliki. Ketika ada informasi baru
muncul, pembeli dan penjual (diasumsikan) akan menyerap dengan segera
informasi tersebut lewat aktivitas penjualan atau pembelian sehingga dengan cepat
akan terjadi ekuilibrium harga yang baru.
2.1.2. Stock Split
2.1.2.1. Pengertian Stock Split
Stock split merupakan tindakan memperkecil atau memperbesar nilai
nominal saham. Split (pemecahan) saham dilakukan dengan beberapa alasan,
tergantung pada tujuan split apakah untuk memperbanyak jumlah saham (split-up)
atau memperkecil jumlah saham beredar yang biasa disebut dengan split-down
(Samsul, 2006:190).
Tindakan split-up akan meningkatan jumlah saham yang beredar dengan
menurunkan nominal per lembar saham di pasar sehingga terjangkau oleh
dengan 2 saham baru tetapi nilai nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari
nominal sebelum pemecahan saham. Sebaliknya, split-down atau reverse split
adalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split-down adalah
untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat.
Split-down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham beredar dan
diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi akan tetapi tidak
mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split-down 5:1 berarti 5 saham
lama diganti dengan 1 saham baru.
Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan
sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal yang lebih rendah.
Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham
dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa (Halim, 2005:97).
Hal ini menyebabkan, meskipun stock split menambah/mengurangi jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham dengan nilai nominal yang lebih kecil/besar,
namun stock split tidak akan menyebabkan perubahan nilai kapitalisasi saham
tersebut.
2.1.2.2. Tujuan Perusahaan Melakukan Stock Split
Secara umum stock split bertujuan mengendalikan harga saham. Dengan
demikian saham lebih mudah dimiliki oleh investor kecil serta adanya
peningkatan likuiditas saham perusahaan di pasar modal.
Sartono (2001:297) menyatakan bahwa, tujuan dilakukannya stock split
Brigham dan Houston (2001) menyimpulakan bahwa, terdapat beberapa studi
empiris yang menjadi alasan perusahaan melakukan stock split diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Secara rata-rata, harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan
mengumumkan pemecahan saham atau dividen.
b. Kenaikan harga merupakan akibat dari kenyataan bahwa investor menganggap
pemecahan saham/dividen itu sebagai isyarat laba dan dividen masa
mendatang yang lebih tinggi. Hanya perusahaan yang manajemennya
mempunyai anggapan bahwa prospeknya bagus yang cenderung memecah
saham mereka, pengumuman pemecahan saham/dividen dianggap sebagai
isyarat bahwa laba dan dividen tunai cenderung akan naik.
c. Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu pemecahan atau dividen saham,
harga sahamnya akan cenderung naik. Namun, jika dalam waktu beberapa
bulan mendatang perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau dividen,
harga sahamnya akan turun ke tingkat semula.
d. Komisi pialang dalam satuan persentase umumnya lebih tinggi pada saham
yang berharga rendah.
2.1.2.3. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split
Bagian integral dari kebijakan saham adalah penggunaan stock devidends
(deviden saham) dan stock splits (pemecahan saham). Keduanya melibatkan
penerbitan lembar saham baru secara pro rata terhadap pemegang saham yang ada
split dipersepsi sebagai kabar yang baik. Para pendukung stock dividend dan stock
split kerap menyatakan bahwa pemegang saham mendapatkan manfaat kunci
karena harga saham tidak akan turun persis sesuai proporsi dengan kenaikan
lembar saham.
Samsul (2006:273) berpendapat bahwa apabila sebuah perusahaan telah
merencanakan untuk melakukan split saham, yang akan diusulkan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) mendatang, maka hasil RUPS akan diumumkan
secara resmi melalui surat kabar dan pemberitahuan manajemen perusahaan
kepada pihak Bapepam serta Bursa Efek. Pemberitahuan semacam ini pernah
dilakukan pada tanggal 14 Desember 2004. Ternyata reaksi pasar terhadap
pengumuman hasil RUPS ini sangat positif karena para investor menilai saham
perusahaan ini sangat menguntungkan, yaitu memberikan return sebesar 20% per
tahun yang jauh di atas bunga deposito yang hanya sebesar 7%. Pelaksanaan split
itu sendiri membutuhkan waktu 16 hari setelah tanggal pengumuman. Karena
investor memberikan reaksi positif terhadap split ini, maka harga saham naik
selama menunggu pelaksanaan split dari tanggal 13 sampai dengan 29 Desember
2004.
2.1.2.4. Teori Stock Split
Seiring dengan perkembangannya, berdasarkan beberapa penelitian
terdahulu muncul berbagai teori yang menjelaskan motivasi perusahaan
melakukan stock split. Terdapat dua teori utama yang mendominasi literatur stock
1. Signaling Theory
Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk
memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insider) perusahaan pada
umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan
kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar.
Munculnya masalah asymmetric information ini membuat investor secara rata-rata
memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan.
Dalam bahasa teori signaling, kecenderungan ini disebut pooling equilibrium
karena perusahaan berkualitas bagus dan perusahaan berkualitas jelek dimasukkan
dalam ‘pool’ penilaian yang sama (Arifin, 2005:11-12).
Menurut Griffin (2010), peristiwa stock split sering kali dipandang sebagai
kejadian yang positif karena mengindikasikan kinerja perusahaan yang lebih baik
di masa depan. Hal ini menyebabkan peristiwa stock split dapat mempengaruhi
nilai perusahaan, yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan
saham yang terjadi. Sehingga pengumuman stock split akan direspon pasar
sebagai suatu sinyal yang mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan
saham.
2. Trading Range Theory.
Sartono (2010:297) berpendapat bahwa tujuan stock split adalah untuk
menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Hal ini sesuai
dengan apa yang diungkapkan oleh trading range theory, bahwa manajemen
menilai harga sahamnya terlalu tinggi (overpriced) menyebabkan kurang
besar diakibatkan oleh pengaruh psikologis, karena investor dengan jumlah dana
investasi terbatas akan lebih memilih untuk berinvestasi pada jumlah lembar
saham yang lebih banyak ketimbang pada saham dengan jumlah lembar saham
yang lebih sedikit, meskipun jumlah yang diinvestasikan sama (Griffin, 2010).
Teori ini menyatakan bahwa dengan dilakukannya stock split akan
mempengaruhi psikologis investor yang merasa harga suatu saham sudah
terlampau mahal. Manajemen berharap stock split dapat meningkatkan daya beli
investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang
pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
2.1.3. Pengertian Bid Ask Spread
Menurut Bodie, Kane dan Markus (2006:94), bid-asked spread merupakan
selisih antara harga penawaran dan permintaan dealer. Harga beli (bid price)
merupakan harga yang ingin ditawarkan oleh dealer untuk sebuah sekuritas; harga
jual (ask price) merupakan harga yang diminta oleh dealer yang ingin menjual
sebuah sekuritas. Dealer yang menerima perintah jual/beli dari investor dapat
memeriksa seluruh daftar harga jual beli terkini, menghubungi dealer yang
memiliki harga terbaik, dan melakukan perdagangan. Besar kecilnya spread
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu order processing cost, inventory control cost
dan adverse selection cost.
Order processing cost berkaitan dengan biaya transaksi untuk memproses
order jual dan order beli. Semakin tinggi biaya yang digunakan untuk memproses
Inventory control cost merupakan biaya penyesuaian posisi persediaan sekuritas
market maker. Ho dan Stall dalam Arifin (2005:162) menyatakan market maker
akan menaikkan harga beli atau harga jual ketika jumlah persediaan sekuritas
menipis dan menurunkan harga jual dan atau harga beli ketika persediaan
sekuritas terlalu banyak. Peningkatan spread yang digunakan untuk
mengkompensasi market maker dari risiko karena bertransaksi dengan informed
traders merupakan komponen adverse selection cost dari bid ask spread. Market
maker biasanya akan menurunkan harga beli setiap kali selesai membeli sekuritas
dan menaikkan harga jual setiap kali selesai menjual sekuritas.
Menurut Nurmayanti (2009), bid-ask spread merupakan faktor yang
dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau
menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan
harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari
harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask
spread suatu saham. Amihud dan Mandelson dalam Arifin (2005:156)
menyatakan bahwa bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang
dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread 2.1.4.1. Harga Saham
Definisi harga saham menurut Sartono (2001:141) merupakan nilai
sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu : nilai buku, nilai
pasar dan nilai pasar. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan
pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham
di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai
intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya
atau seharusnya terjadi.
Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai
intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham
lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal
(overvalued). Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti
saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi ini
investor biasanya membeli saham tersebut (Tandelilin, 2001:183-184).
Meskipun stock split tidak memberikan manfaat ekonomis terhadap
pemegang saham, namun stock split kerap kali dipandang memberikan manfaat
kunci bagi pemegang saham karena harga saham tidak akan turun persis sesuai
proporsi dengan kenaikan lembar saham. Untuk split dari satu menjadi dua, harga
Keown et al (2010:376) berpendapat, spread akan lebih besar untuk mata
uang yang jarang diperdagangkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya
harga dapat mengurangi permintaan. Sama halnya dengan saham, ketika saham
terlalu mahal maka akan jarang diperdagangkan/saham kurang likuid, sehingga
menyebabkan spread membesar karena risiko untuk saham tersebut lebih besar.
Artinya harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread. Ketika harga
saham naik maka bersamaan dengan itu bid ask spread saham juga akan
mengalami kenaikan.
2.1.4.2.Volume Perdagangan
Menurut Arifin (2005:161-162), kompensasi yang diterima oleh market
maker atas jasa likuiditas sekuritas adalah bentuk bid ask spread yaitu perbedaan
antara harga beli dan harga jual sekuritas. Secara konseptual, bid ask spread pada
pasar sekuritas merupakan kompensasi ekonomis yang diberikan kepada market
maker untuk mendorong mereka agar tetap mau memberikan layanan likuiditas.
Market maker diharapkan selalu siap menjual sekuritas ketika ada orang yang mau
beli dan siap membeli ketika ada orang yang siap menjual sekuritas. Volume
perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat
reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter volume saham yang
diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000).
Nany (2003) menyatakan volume perdagangan yang besar
mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu
tersebut sebelum diperdagangkan sehingga, mengakibatkan menurunnya tigkat
bid ask spread saham.
2.1.4.3. Return Saham
Menurut Tandelilin (2001:47-48), yang menjadi alasan investor
berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko
investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sumber-sumber return
investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita membeli
saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan
capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham bisa surat berharga jangka
panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam
kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
Amihud dan Mendelson dalam Arifin (2005:156), menyatakan bahwa
adanya hubungan negatif nonlinear antara likuiditas yang diukur dengan bid ask
spread dengan ekspektasi return. Untuk menarik investor agar mau membeli
saham yang kurang likuid, saham yang kurang likuid harus memberikan
ekspektasi return yang lebih tinggi. Selain itu, kurang likuidnya suatu saham
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Judul/ Peneliti Variabel Penelitian
Metode
Analsis Hasil Penelitian 1. Analisis Variabel
yang
- Variabel dividend yield dan volume perdagangan mempunyai pengaruh negatif signifikan, varian return
berpengaruh positif signifikan terhadap
spread.
- Harga saham berpengaruh negatif tidak signifikan dan lama terdaftar berpengaruh positif signifikanterhadap
spread.
- Terdapat multikolinier antara volume perdagangan dan kapitalisasi pasar sehingga kapitalisasi pasar dikeluarkan dari model spread.
- Varian return adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap spread.
2. Pengaruh Return
Saham,
-Return saham mempunyai pengaruh signifikan terhadap bid ask spread
saham setelah pengumuman laporan keuangan.
-Earning berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread sebelum pengumuman laporan keuangan baik dalam kondisi good news maupun bad news.
-Volume perdagangan mempunyai pengaruh signifikan terhadap bid ask spread pada masa sebelum maupun sesudah pengumuman laporan keuangan, baik dalam kondisi good news maupun bad news.
-Tidak ada perbedaan pada bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan baik dalam kondisi good news maupun bad news.
3. Pengaruh Return
Saham, Volume
-Secara bersama-sama return saham, volume perdagangan, dan varian return
saham berpengaruh signifikan terhadap
bid ask spread saham.
-Variabel return saham dan varian
return secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread saham yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005
Manufaktur yang
parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread
saham yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005
-Tidak terdapat perbedaan antara bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
-Harga saham berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
-Return saham berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
-Varian return berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
-Earnings berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread
sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
-Volume perdagangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan
-Harga saham, return saham, varian
return, earnings dan volume perdagangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
-Stock split hanya mempengaruhi harga, volume perdagangan dan persentase
spread, tetapi tidak mempengaruhi varians dan abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.
-Harga, volume, dan varians saham menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap spread.
2.3. Kerangka Konseptual
Saham yang likuid merupakan saham yang mudah diperjualbelikan di
bursa. Semakin likuid suatu saham maka semakin aktif pula saham tersebut
diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak
akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan sehingga,
mengakibatkan menurunnya tigkat bid ask spread saham. Oleh karena itu, ketika
suatu saham mulai tidak likuid karena harganya yang terlampau mahal menurut
investor banyak perusahaan yang melakukan stock split untuk menjaga likuiditas
saham mereka. Tujuannya adalah untuk menempatkan saham pada trading range
tertentu (Sartono, 2010:297).
Bid-ask spread saham merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan
investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan
mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini
mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham,
volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu
saham. Amihud dan Mandelson dalam Arifin (2005:156) menyatakan bahwa bid
ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham
semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang
lebih tinggi.
Adapun kerangka pemikiran teoritis yang diajukan penelitian ini dapat
Sumber : Data Diolah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel-variabel bebas, yaitu harga
saham, volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu
bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Harga Saham Sebelum
Stock Split
Volume Perdagangan Sebelum Stock Split
Retun Saham Sebelum Stock Split
Harga Saham Sesudah Stock Split
Volume Perdagangan Sesudah Stock Split
2. Terdapat perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock
split.
3. Terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum
dan sesudah stock split.
4. Terdapat perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah
stock split.
5. Terdapat perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif kausal dan
komparatif. Menurut Sugiyono (2007:30), desain kausal adalah penelitian yang
bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen dan
variabel dependen. Selain itu, penelitian ini juga merupakan jenis penelitian
komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan antara dua
kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Waktu peristiwa (event date) dalam penelitian ini adalah 12 hari yaitu
enam hari sebelum stock split dan enam hari sesudah stock split. Penelitian ini
menggunakan metodologi studi peristiwa (event study) yang bertujuan untuk
mengamati dampak dari suatu peristiwa, yaitu stock split, terhadap sekuritas.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dipilihnya BEI
sebagai objek penelitian dikarenakan BEI merupakan pasar modal terbesar di
Indonesia dan menyediakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Waktu
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
a. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di BEI yang melakukan corporate action berupa stock split up selama
periode 2008-2013.
b. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
terdiri dari harga saham, volume perdagangan dan return saham pada masa
sebelum dan sesudah stock split. Variabel terikatnya adalah bid ask spread
pada masa sebelum dan sesudah stock split.
c. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan yang
melakukan stock split pada tahun 2008-2013, harga saham enam hari sebelum
dan sesudah stock split, volume perdagangan saham enam hari sebelum dan
sesudah stock split, return saham saham enam hari sebelum dan sesudah stock
split, harga bid dan harga ask saham enam hari sebelum dan sesudah stock
split. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari situs
internet seperti www.idx.o.id, www.ksei.com.co.id, dan www.yahoo.com.
3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.4.1. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Dalam penelitian ini variabel dependent yang digunakan adalah bid ask
spread. Menurut Stoll dalam Magdalena (2003), bid ask spread dapat dihitung
Spreadt =
dimana
Spreadt = Bid ask spread hari ke t
Askt = Ask price hari ke t
Bidt = Bid price hari ke t
3.4.2. Variabel Independent (Variabel Bebas)
Variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Harga saham sebelum dan sesudah stock split
Harga saham yang digunakan dalam penelitian adalah harga penutupan
(closing price) harian saham. Harga penutupan merupakan cerminan posisi
permintaan dan penawaran terakhir atas suatu saham pada suatu hari perdagangan.
Penelitian ini menggunakan harga penutupan selama enam hari sebelum dan enam
hari sesudah stock split.
b. Volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split
Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang
diperdagangkan secara harian. Volume perdagangan saham yang digunakan
adalah volume perdagangan harian saham selama enam hari sebelum dan sesudah
stock split.
c. Return Saham sebelum dan sesudah stock split
Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pada hari ke t
dengan harga saham pada hari t sebelumnya, adapun return saham dihitung
dimana
TR = Total return saham
Pt = Harga penutupan saham pada hari ke t atau harga jual
Pb= Harga saham pada hari ke t-1 atau harga saham pada awal periode CF = Aliran kas pada periode t.
PC = Perubahan harga atau Pt-Pb
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di BEI
selama periode 2008-2013 dan melakukan corporate action berupa stock split,
yaitu 48 perusahaan. Periode pengamatan yang digunakan adalah 12 hari
perdagangan, yaitu enam hari sebelum stock split dan enam hari sesudah stock
split. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode populasi sasaran dengan kriteria tertentu, yaitu:
a. Perusahaan yang listing di BEI pada periode 2008 sampai dengan 2013 dan
melakukan corporate action berupa stock split pada periode 2008 sampai
dengan 2013.
b. Pemecahan saham yang dilakukan adalah pemecahan saham naik.
c. Data perusahaan tersedia lengkap untuk kebutuhan analisis.
d. Tidak melakukan corporate action yang lain seperti pengumuman right issue,
stock dividend, bonus share dan pengumuman saham lainnya pada waktu yang
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdapat 32
perusahaan. Berikut tabel yang menyajikan ringkasan perhitungan populasi
sasaran yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Perhitungan Populasi Sasaran
Emiten yang melakukan kebijakan stock split 60 Emiten yang melakukan reverse split 9 Emiten yang tidak mempunyai data lengkap 14 Emiten yang melakukan corporate action yang lain selama
periode penelitian 5
Jumlah populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian 32 Sumber : Data Diolah
Berdasarkan keterangan di atas, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua yang menjadi populasi sasaran sebagai berikut:
Tabel 3.2
Data Populasi Sasaran Penelitian
No Nama Perusahaan Kode Tanggal Stock Split
1. Bank Sentral Asia Tbk BBCA 28 Januari 2008 2. Delta Dunia Makmur Tbk DOID 4 Agustus 2008 3. Persahaan Gas Negara (Persero) PGAS 4 Agustus 2008 4. Timah (Persero) Tbk TINS 8 Agustus 2008 5. Citra Tubindo Tbk CTBN 7 Januari 2009 6. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 8 Desember 2010 7. Intiland Development Tbk DILD 26 Juli 2010 8. Tunas Ridean Tbk TURI 17 Juni 2010 9. Astra Otoparts Tbk AUTO 24 Juni 2011 10. Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI 11 Januari 2011 11. Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN 28 Maret 2011 12. Intraco Penta Tbk INTA 6 Juni 2011 13. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk JTPE 26 Juli 2011
14. PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP 25 Februari 2011 15. Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 7 Juli 2011
No Nama Perusahaan Kode Tanggal Stock Split 18. Berlina, Tbk BRNA 6 November 2012 19. Central Omega Resources Tbk DKFT 3 Agustus 2012 20. Kalbe Farma Tbk KLBF 8 Oktober 2012 21. Kresna Graha Sekurindo Tbk KREN 7 Agustus 2012 22. Modern Internasional Tbk MDRN 3 Juli 2012
23. Pudjiadi & Sons Tbk PNSE 28 September 2012 24. Pool Advista Indonesia Tbk POOL 3 Januari 2012 25. Petrosea Tbk PTRO 6 Maret 2012 26. Pakuwon Jati Tbk PWON 30 Maret 2012 27. Surya Citra Media Tbk SCMA 29 Oktober 2012 28. Arwana Citramulia Tbk ARNA 8 Juli 2013 29. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 19 April 2013 30. Modernland Realty Ltd Tbk MDLN 13 November 2013 31. Nipress Tbk NIPS 25 November 2013 32. Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI 29 November 2013 Sumber : www.ksei.co.id
3.6. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain) (Indriantoro dan Supomo,
2002:147). Data tersebut diperoleh dari dari lembaga atau instansi melalui
pengutipan data atau melalui studi pustaka yang ada kaitannya dengan penelitian
ini.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari:
1. IDX tahun 2008-2013
2. KSEI tahun 2008-2013