• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terhadap Perempuan Pada Bidang Tenaga Kerja, Pendidikan Dan

Kesehatan

Pengaruh implementasi kebijakan pengarusutamaan gender akan dijelaskan dalam penelitian ini dengan tujuan agar dapat mengetahui apakah pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang kebijakan

pengarusutamaan gender pada bidang tenaga kerja, pendidikan dan kesehatan memberikan dampak bagi perempuan, dan bagaimana hasil capaian dari program-program berdasarkan dinas masing-masing, yaitu Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.

Seperti yang diketahui bahwa kebijakan ataupun program yang dikhususkan untuk pengarusutamaan gender di bidang tenaga kerja, pendidikan dan kesehatan belum lah ada, kecuali program yang ada di Badan Pemberdayaan Perempuan. Kepala Bappeda Kabupaten Batu Bara mengatakan bahwa pemerintah daerah belum pernah membentuk peraturan daerah baru yang dikhususkan untuk gender, berikut kutipan wawancaranya:

“Bappeda belum pernah membentuk perda baru tentang pengarusutamaan gender, hanya mengikuti Inpres yang sudah ada. Program-program sebagai upaya mengimplementasikan sudah ada dibeberapa dinas, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman, Bappeda, Dinas Kesehatan, Kantor Perizinan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Pemberdayaan, Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana, dan Kantor Lingkungan Hidup. Karena isu gender di Kabupaten Batu Bara baru saja diangkat, sehingga belum ada tinjauan khusus untuk gender.”54

Dampak yang berarti pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif dari pelaksanaan kebijakan pengarusutamaan gender ini, meskipun hanya dilaksanakan hanya secara implisit oleh dinas tenaga kerja, dinas pendidikan dan juga dinas kesehatan, namun berhasil memberi pengaruh bagi perempuan di Kabupaten Batu Bara.

      

 Data berdsarkan hasil wawancara dengan Bapak Rubi Siboro selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kaupaten Batu Bara pada tanngal 28 April 2016, pukul 17.03 WIB, melalui e-mail bappeda.kabupatenbatubara.id.  

3.2.1. Pengaruh Pengarusutamaan Gender pada Dinas Tenaga Kerja

Untuk Dinas Tenaga Kerja, dengan dilaksanakannya program penanggulangan pengangguran, program balai latihan kerja, adanya perlindungan yang lebih bagi pekerja perempuan, dan diberikannya cuti khusus bagi wanita/pekerja perempuan, merupakan akibat dari program pengarusutamaan gender yang positif untuk perempuan. Berikut kutipan hasil wawancara mengenai pengaruh implementasi kebijakan pengarusutamaan gender oleh Pelaksana Tugas Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara:

“Ada program tentang penyuluhan kepada perempuan, ada di pengawasan. Pengaruh programnya di Kabupaten Batu Bara bagus, apalagi yang dilakukan sama bidang pengawasan ketenagakerjaan, karena ya bidang pengawasan tadi memang bekerja disitu. Intinya terpangaruh lah kebijakan pengarusutamaan gender itu bagi perempuan. Perempuan jauh lebih terawasi dalam hal pekerjaan.”

Selain itu, dengan adanya upaya Dinas Tenaga Kerja untuk melibatkan pengarusutamaan gender pada program-programnya, turut berpengaruh pada partisipasi angkatan kerja perempuan meskipun tidak setinggi angkatan kerja pada laki-laki. Berikut kutipn wawanacara dengan Bapak Sailan:

“Perannya aktif, bagus. Kalau Kita lihat trendnya perempuan ini partisipasi angkatan kerjanya tinggi. Tapi lagi-lagi tidak bisa Saya mempraduga, harus ada kajiannya, tapi yang terdata ke Kita yang ini tinggi hampir 2000 orang. Meskipun tidak sebanyak tenaga kerja laki-laki yang hampir 12.000-an. Umumnya TKI itu perempuan semua. Tapi ada yang illegal, jadi tidak terhitung. Banyak perempuan itu yang datang kesini yang

mau cari kerja. Saya kira untuk saat ini partisipasi dan peran perempuan sendiri itu lumayan tinggi di Kabupaten Batu Bara.” 55

3.2.2. Pengaruh Pengarusutamaan Gender pada Dinas Pendidikan

Untuk bidang pendidikan, pengaruh dari kebijakan pengarusutamaan gender juga dirasakan oleh perempuan, berikut kutipan wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara:

Pengaruhnya luar biasa, keadaan sekarang ini 60 – 70 persen guru perempuan mendominasi pendidikan. Karena Saya kira perempuan itu jauh lebih disiplin dalam mengajar, kemudian lebih semangat dalam berkompetisi. Jika dilakukan survey, sekolah-sekolah di Kabupaten Batu Bara ini ada yang memiliki 20 guru perempuan dan hanya ada 1 guru laki-laki. Sengaja atau tidak sengaja sudah terkondisi seperti itu. Jadi bukan pengarusutamaan lagi, ya memang sudah utama para perempuan di dunia pendidikan. Begitu juga untuk murid, Saya kira perempuan memiliki kompetisi yang kuat dibidang pendidikan, tidak terkcuali pula pada murid laki-laki.”56

Ditambahkan pula:

“…sekarang sudah dirasakan masyarakat, bahkan perempuan sendiri. Mau jadi guru di Batu Bara juga mudah, dengan persyaratan akademiknya. Tapi dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan, bahkan Kami malah sedang membatasi yang ingin jadi guru itu, terlebih guru perempuan.”57

      

 Data berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Sailan Nasution selaku Plt. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara pada tanggal 8 Maret 2016, pukul 10.00 – 12.00 WIB, bertempat di Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. 

  

 Data berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Darwis, S. Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara pada tanggal 2 Maret 2016, pukul 08.30 – 10.00 WIB, bertempat di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara. 

Pencapaian program pengarusutamaan gender dibidang pendidikan sudah berlebih. Dikatakan bahwa untuk tingkat Sekolah Dasar, diperkirakan sudah setara atau 50:50. Sedangkan secara keseluruhan, pendidikan di Kabupaten Batu Bara apabila dilihat dari aspek gender juga sudah utama.

3.2.3. Pengaruh Pengarusutamaan Gender pada Dinas Kesehatan

Adapun dibidang kesehatan, indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan dapat dilihat dari angka kematian, salah satunya AKI. Tingginya AKI pada tahun 2014 yang mencapai 153,30‰, terserangnya demam berdarah dan malaria pada ibu hamil dan menyusui, kurangnya penanganan yang professional bagi ibu melahirkan, menjadikan perempuan sebagai korban terbesar dalam masalah kesehatan ini. Dengan adanya kebijakan pegarusutamaan gender yang juga secara implisit diterapkan oleh Dinas Kesehatan, sedikit memberi dampak yang baik bagi perempuan. Berikut kutipan wawancara dengan Kepala Tata Usaha Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara:

Saya pikir cukup besar juga. Cuman tergantung programnya. Misalnya pada program imunisasi, kan selama ini yang membawa anaknya adalah perempuan atau ibu, nah ketika si anak demam setelah imuninasi, si ayah melarang ibu atau anak untuk di imunisasi, bikin demam aja ujarnya si ayah, kan bikin susah si ayah. Karena kan yang mengambil keputusan di keluarga itu laki-laki, jadi ayahnya lah yang Kita undang untuk menjelaskan manfaat berimunisasi, bukan hanya perempuan. Jadi Kita upayakan kemarin bapak-bapak yang Kita undang untuk melakukan imunisasi bagi anaknya.”

Kemudian ditambahkan pula:

“Kalau PUG program secara tertulis belum ada, karena yang ada saat ini seperti dibidang pelayanan kesehatan itu ada seksi rujukan, seksi pelayanan dasar dan seksi mata dan hati. Untuk bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, ada seksi kesehatan lingkungan, ada seksi wabah dan bencana dan seksi penyakit menular. Disitulah dimasukkan program-program termasuk PUG secara implisit, kalau secara teknik tidak ada.” Mengenai pencapaian program pengarusutamaan gender dibidang kesehatan, cukup mengapresiasi apabila dibandingkan dengan kabupaten lain. Meskipun ada beberapa kasus yang disampaikan oleh masyarakat melalui media tentang pelayanan kesehatan di Kabupaten Batu Bara, misal terlambatnya penanganan kasus DBD, maka akan segera dilakukan aksi penanganan. Secara keseluruhan program yang ada di Dinas Kesehatan, hasil dan capaian program tersebut ada yang berhasil dan ada yang belum berhasil. Berikut kutipan wawancaranya:

“Ada beberapa program itu seperti malaria 100% karena angka penderita penyakit turun drastis. Karena Kita gencar melakukan pendistribusian kelambu. Itulah salah satu program yang Kita masukkan PUG, bagi keluarga ibu hamil dan yang memiliki balita. Jadi itu diutamakan. Jadi ada pendistribusian kelambu rutin dan ada yang massal. Yang rutin ini yang prioritas ibu hamil dan menyusui. Secara umum cukup berhasil di Batu Bara dengan keterbatasan yang ada. Tapi ada juga yang kurang berhasil, seperti masyarakat yang masih tabu, masalah lingkungan dan masalah dana.”58

      

 Data berdsarkan hasil wawancara dengan Bapak Parlindungan Gultom selaku Kepala Tata Usaha Dinas Kesehatan Kaupaten Batu Bara pada tanngal 4 April 2016, pukul 09.00-10.30 WIB, bertempat di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara. 

3.3. Kendala Dalam Implementasi Program Pengarusutamaan Gender

Dokumen terkait